Efektifitas Pelatihan Identifikasi Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Model ICARE pada Kader Pos PAUD Berpendidikan Rendah
di Kopeng Kabupaten Semarang
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan identifikasi gangguan perkembangan anak usia dini pada kader pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang berpendidikan rendah. Adapun target khusus yang akan dicapai adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengenai identifikasi gangguan perkembangan anak usia dini pada kader Pos Pendidikan Anak Usia Dini berpendidikan rendah. Target khusus lainnya adalah penerapan ilmu psikologi perkembangan dalam bentuk modul identifikasi gangguan perkembangan anak usia dini pada kader pos Pendidikan Anak Usia Dini yang berpendidikan rendah. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan pre-experimental design. Desain ini menggunakan satu kelompok yang memiliki satu evaluasi pre-experimental, kemudian diberikan perlakuan tertentu, dan selanjutnya dievaluasi setelah diberikan perlakuan tersebut. Model Pelatihan yang digunakan adalah Pendekatan ICARE yaitu Introduction, Connection, Aplication, Reflextion dan Extention. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada kader Pos PAUD yang berpendidikan rendah mengenai gangguan perkembangan anak usia dini.
Kata Kunci : Anak Usia Dini, Kader Pos PAUD, Pelatihan, Identifikasi Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini
Pendahuluan
Usia dini merupakan masa emas perkembangan, Montessori (dalam Sujiono, 2009)
menyebutkan masa usia dini juga merupakan periode sensitif (sensitive period). Periode
sensitif merupakan masa dimana anak mudah menerima stimulasi, salah satunya melalui
bentuk stimulasi adalah layanan pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan
maupun lembaga pendidikan anak usia dini atau PAUD (Direktorat Pendidikan Anak Usia
Dini, 2010). Dalam dua dasa warsa terakhir, Haugaard (2008) mengatakan bahwa jumlah
anak yang mengalami gangguan perkembangan semakin meningkat. Departemen
berusia di bawah 5 (lima) tahun (Balita) mengalami gangguan perkembangan syaraf dan
otak mulai dari ringan sampai berat.
Identifikasi pada anak usia dini dapat dilakukan oleh orang tua, guru pada pendidikan
anak usia dini maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Upaya identifikasi merupakan
proses penjaringan terhadap anak-anak yang beresiko mengalami gangguan
perkembangan. Bagaskorowati (2010) menyebutkan bahwa identifikasi adalah upaya
menemukenali. Proses identifikasi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan
adalah proses awal mengenali suatu gejala atau ciri-ciri yang ada pada anak yang berkaitan
dengan gangguan dalam tumbuh kembangnya. Identifikasi dapat dilakukan berdasarkan
gejala-gejala yang dapat diamati yaitu gejala fisik, gejala perilaku dan hasil belajarnya.
Pendidik di Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) sering disebut sebagai guru
pamong, pendidik, kader atau sebutan yang lain yang sesuai dengan kebiasaan setempat.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2010) menyebutkan bahwa persyaratan kader pos
pendidikan anak usia dini adalah memiliki latar belakang pendidikan minimal Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Persyaratan yang lainnya adalah menyayangi anak kecil,
bersedia bekerja secara sukarela, memiliki waktu untuk melaksanakan tugas, serta dapat
menjalin kerjasama dengan orang tua dan sesama kader. Sujiono (2009) menambahkan
bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki pendidik di pendidikan anak usia dini
adalah menguasai konsep teori perkembangan dan aspek-aspek perkembangan anak.
Pengetahuan ini salah satunya berguna untuk mengenali gejala-gejala awal gangguan
perkembangan yang terjadi pada anak.
Salah satu tugas pendidik atau kader di pos pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah
melakukan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak serta melakukan tabulasi
dan pencatatan hasil pemeriksaannya (Direktorat PAUD, 2010). Pemeriksaan deteksi
tumbuh kembang anak usia dini membutuhkan pengetahuan mengenai perkembangan dan
gangguan anak usia dini. Pengetahuan ini salah satunya dapat diperoleh dari pelatihan,
namun menurut Jalal (2008) program pelatihan bagi tenaga pendidik anak usia dini sangat
terbatas dan jarang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga swasta.
Bappenas (2008) mengungkapkan bahwa salah satu hambatan dalam pengembangan anak
usia dini adalah kualitas pendidik anak usia dini yang masih belum memadai. Kenyataan
yang terjadi di lapangan, menurut Jalal (2009) pada umumnya kader pada pos pendidikan
anak usia dini memiliki latar belakang pendidikan yang rendah yaitu banyak yang tidak lulus
sekolah lanjutan tingkat atas dan tidak memiliki pengalaman sebagai tenaga pendidik.
Rendahnya kualitas kader pos pendidikan anak usia dini adalah karena sulitnya
memperoleh tenaga pendidik yang sesuai dengan kebutuhan, terutama di desa-desa yang
berdasarkan atas kebutuhan sesaat atau mendesak, sehingga kurang memperhatikan
kemampuan, keterampilan, keahlian dan latar belakang pendidikan mereka.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan identifikasi gangguan
perkembangan anak usia dini pada kader pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang
berpendidikan rendah. Adapun target khusus yang akan dicapai adalah peningkatan
pengetahuan dan keterampilan mengenai identifikasi gangguan perkembangan anak usia
dini pada kader Pos Pendidikan Anak Usia Dini berpendidikan rendah. Target khusus lainnya
adalah penerapan ilmu psikologi perkembangan dalam bentuk modul identifikasi gangguan
perkembangan anak usia dini pada kader pos Pendidikan Anak Usia Dini yang
berpendidikan rendah.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan pre-experimental design.
Desain ini menggunakan satu kelompok yang memiliki satu evaluasi pre-experimental,
kemudian diberikan perlakuan tertentu, dan selanjutnya dievaluasi setelah diberikan
perlakuan tersebut. Model Pelatihan yang digunakan adalah Pendekatan ICARE yaitu
Introduction, Connection, Aplication, Reflextion dan Extention. Pendekatan ICARE (Hoffman
& Ritchie, 1998) adalah singkatan dari Introduction (tahap Pengenalan), Connection (tahap
menghubungkan), Aplication (tahap penerapan), Reflection (tahap refleksi)dan Extention
(tahap Perluasan).
Analisa Data
Analitis data kuantitatif yaitu berupa skor pengetahuan tentang deteksi dini gangguan
perkembangan anak usia dini dengan dilakukan dengan uji t. Uji t digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak perbedaan skor pengetahuan mengenai pengetahuan tentang
identifikasi gangguan perkembangan anak usia dini antara sebelum dan sesudah pemberian
materi mengenai identifikasi gangguan perkembangan anak usia dini. Metode analisis data
yang digunakan adalah paired sample T-test. Paired sample T-test adalah pengujian yang
dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan dapat
diartikan sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua pengukuran
(Triton, 2006).
Subjek Penelitian
Kopeng, Kabupaten Semarang, dengan latar belakang pendidikan maksimal lulus Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan bekerja sebagai kader Pos PAUD lebih dari 1 tahun di
Lingkungan Kopeng, Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian berada di Desa Kopeng,
Kabupaten Semarang.
Adapun jumlah peserta adalah 25 kader Pos PAUD. Pelaksanaan penelitian selama 7
kali yaitu pada 3 Mei 2013, 7 Mei 2013, 8 Mei 2013, 14 Mei 2013, 16 Mei 2013, 21 Mei 2013
dan 23 Mei 2013.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil uji beda menunjukkan ada perbedaan pengetahuan tentang identifikasi
gangguan perkembangan anak usia dini pada kader Pos PAUD yang berpendidikan rendah,
dengan ditunjukkan dari perbedaan mean yang signifikan yaitu mean pretest = 32,75 dan
mean posttest = 38,25 dengan p<0.05.
Pada awal pelaksanaan pelatihan, para kader Pos PAUD, memiliki pengetahuan yang
minim mengenai gangguan perkembangan yang dapat terjadi pada anak usia dini. Bahkan
beberapa dari para kader juga memiliki pengetahuan yang minim tentang perkembangan
anak usia dini secara umum. Kondisi ini dapat terlihat dari skor pre-test yang mereka
hasilkan. Pada saat trainer kemudian memberikan materi mengenai perkembangan anak
usia dini disertai dengan materi gangguan perkembangan (sebagai komponen dari tahap
introduction pada model ICARE) para kader pos PAUD terlihat mempergunakan
kesempatan tersebut sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mereka. Beberapa
perilaku yang mereka tunjukkan terkait hal ini adalah, para kader pos PAUD tersebut
memanfaatkan waktu untuk tanya jawab dan berdiskusi, dengan seefektif mungkin.
Pelaksanaan penelitian mengacu pada pembelajaran orang dewasa.
Knowles (dalam Lieb, 1991) mengungkapkan orang dewasa menghubungkan
pengalamannya dalam proses belajar. Salah satu metode yang dilakukan dalam pelatihan
ini adalah menggunakan metode sharing yaitu peserta diminta untuk menceritakan
pengalamannya yang berkaitan dengan materi pelatihan. Metode ini bertujuan supaya
peserta mampu menghubungkan pengalaman yang dimilikinya dengan pembelajaran yang
dipelajar (komponen connection pada model ICARE). Praktek berupa role play kemudian
diberikan kepada para kader pos PAUD supaya mereka dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya (komponen application pada model ICARE).
Kesempatan untuk role play juga digunakan dengan efektif oleh para kader. Melalui role play
juga, para kader dapat mengevaluasi dirinya sendiri maupun kader lain, mengenai
pengetahuan atau ketrampilan mereka yang berkaitan dengan anak usia dini. Hasil evaluasi
signifikan dengan hasil pre-test, bahwa memang terdapat peningkatan pengetahuan serta
ketrampilan pada kader pos PAUD mengenai perkembangan anak usia dini dan gangguan
penyerta.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan pengetahuan pada kader
Pos PAUD yang berpendidikan rendah mengenai gangguan perkembangan anak usia dini,
dan adanya peningkatan dalam melakukan identifikasi gangguan perkembangan anak usia
dini pada Kader Pos PAUD yang berpendidikan rendah. Modul pelatihan atau bahan ajar
mengenai Identifikasi Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini bagi Kader Pos PAUD yang
berpendidikan rendah menjadi acuan untuk melakukan penelitian pada daerah lain yang
memiliki karakteristik populasi sejenis.
Saran dalam penelitian ini adalah bagi kader Pos PAUD, perlu mengikuti pelatihan
sejenis yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mendidik
anak-anak PAUD. Sedangkan saran bagi bagi peneliti selanjutnya, mengadakan Training for
Trainer (TOT) bagi kader Pos PAUD agar mereka juga dapat menularkan kemampuannya
kepada kelompok lain ataupun kader yang lain. Selain itu, membuat materi yang
memasukkan unsur kearifan lokal, terutama karena subjek dan lokasi penelitian adalah
daerah pedesaan yang memiliki ciri khas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Bagaskorowati, R. (2006). Anak Beresiko : Identifikasi, Assessment & Intervensi Dini. Bogor : Ghalia Indonesia.
BAPPENAS. (2008). Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2010). Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). 16 Persen Balita di Indonesia Alami Gangguan Perkembangan Syaraf. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press- release/1007-16-persen-balita-di-indonesia-alami-gangguan-perkembangan-syaraf-html. 17 Februari 2016. diunduh pada tanggal 5 Desember 2010
Haugaard, J.J. (2008). Child Psychopathology. Boston : McGraw.Hill. International
Hoffman, B. & Ritchie, D.C., (1998). Teaching and learning online : Tools, templates and
training. Technology and Teacher Educational Annual, 1998 (CD ROM).
Jalal, F. (2009). Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga kependidikan. Buletin PAUD : Jurnal Ilmiah Usia Dini. Vol.08.N0.2. Juni 2009.
Laird, D. (1993). Approaches to Training and Development. 2nd edition. Massachusetts: Addition-Wesley Publishing Company.
Lieb, S. (1991). Principles of Adult Learning. http:/honolulu.hawaii.edu/intranet/committees /FacDevCom.guidebk/teachtip/adult-2.htm. diunduh 11 Juli 2013.
Sujiono, Y.N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.