BAB 1
SISTEMATIKA PENULISAN
1.1 Format Penulisan Naskah Jurnal
Judul
(Contoh Dalam Lampiran)
Abstark
1. Pendahuluan
2. Metode Penelitian
3. Hasil Penelitian
4. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
1.2 Penjelasan Format Penulisan Naskah Jurnal
1.2.1 Judul
Judul maksimal 20 kata. Judul harus mencerminkan inti dari isi tulisan, spesifik,
dan efektif yang diukur dari kelugasan penulisannya dan keinformatifannya. Judul
dituliskan dengan huruf kapital, ukuran 12pt font Times New Roman, di-bold dan
diletakkan center.
1.2.2 Penamaan Penulis dan Lembaga Penulis
Nama penulis harus tanpa gelar akademis atau indikasi jabatan dan kepangkatan.
Alamat lembaga isinya (nama lembaga, alamat, telepon) dan alamat e-mail penulis
sebagai pemegang hak kepemilikan (ownership) secara jelas. Pencantuman nama
penulis dan lembaga penulis harus lengkap dan konsisten. Dituliskan dengan font Times
New Roman 10pt, cetak tebal dan nama tidak boleh disingkat.
1.2.3 Abstrak
Penulisan abstrak maksimal 200 kata yang mencakup atau terdiri dari masalah,
tujuan, metode, dan hasil yang dituliskan dalam satu paragaraf, dituliskan dengan font
Times New Roman ukuran 10pt spasi 1. Penulisan kata Abstrak dituliskan dengan font
time New Roman ukuran 10pt bold.
Kata Kunci dipilih secara cermat sehingga mampu mencerminkan konsep yang
dikandung artikel terkait dan merupakan kelengkapan untuk membantu peningkatan
kemudahan akses dari artikel yang bersangkutan dalam mesin pencari. Penulisan Kata
Kunci dituliskan dengan font 10 pt bold. Kemudian kata kunci maksimal 4 kata
dituliskan dengan font Times New Roman ukuran 10pt italic.
1.2.5 Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta
tujuan penelitian dituliskan dengan font time new Roman ukuran 11pt spasi satu.
1.2.6 Metode Penelitian
Metode meliputi desain, populasi, sampel, sumber data, teknik/instrumen
pengumpul data, dan prosedur analisis data.
1.2.7 Hasil dan Pembahasan
Hasil adalah temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat. Pembahasan
menguraikan secara tepat dan argumentatif hasil penelitian dengan teori dan temuan
terdahulu yang relevan. Jika ada tabel atau gambar dalam hasil dan pembahasan, diketik
dengan spasi 1 ukuran front 10pt dicetak tebal
(bold)
seperti pada contoh dan diberi
nomor urut sesuai dengan penampilan dalam teks. Jumlah maksimal tabel atau gambar
dengan judul singkat adalah 6 gambar atau tabel.
1.2.8 Kesimpulan
Kesimpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan.
Kesimpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna.
1.2.9 Daftar Pustaka
Rujukan sesuai aturan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam
keseluruhan teks, dibatasi maksimal 20 rujukan dan diutamakan rujukan jurnal terkini.
Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,
selebihnya diikuti “dkk (et al). Pengambilan rujukan dari website dituliskan jika ada
penulis sebagai berikut:
[1]Anderson, S.D., 1992, Project Quality and Project Managers,
International Journal
of Project Management 10 (3)
, 138–144.
[2]Benner, M.J., dan Tushman, M.L., 2003, Exploitation, Exploration, and Process
Management: The Productivity Dilemma Revisited,
Academy of Management
Review 28 (2),
238–256.
[3]Choo, A.S., Linderman, K.W., dan Schroeder, R.G., 2007a, Method and Context
perspectives on Learning and Knowledge Creation in Quality Management,
Journal of Operations Management 25 (4),
918–931.
[4]Choo, A.S., Linderman, K.W., dan Schroeder, R.G., 2007b, Method and
Psychological Effects on Learning Behaviors and Knowledge Creation in Quality
Improvement Projects,
Management Science 53 (3),
437–442
b. Contoh penulisan sumber pustaka prosiding :
[1]Clare, L., Pottie, G., dan Agre, J., 1999, Self-organizing Distributed Sensor
Networks,
Proceedings SPIE Conference Unattended Ground Sensor
Technologies
and Applications
, vol. 3713, Orlando, April 8, 229–237.
c. Contoh penulisan sumber pustaka buku :
[1]Christensen, C.M., 1998,
The Innovator’s Dilemma: When New Technologies
Cause Great Firms to Fail
, Harvard Business School Press, Boston, MA.
[2]Deming, W.E., 1986,
Out of Crisis, MIT Center for Advanced Engineering Study,
Cambridge, MA.
d. Contoh penulisan sumber pustaka buku kompilasi
(edited book):
[1]Duncan, R.B., 1976,
The Ambidextrous Organization: Designing Dual structures
for Innovation. In: Kilmann, R.H., Pondy, L.R., Slevin, D. (Eds.), The
Management of Organization, vol. 1.
North-Holland, New York, NY, 167–188.
e. Contoh penulisan sumber pustaka dari Skripsi/tesis/disertasi:
[1]
Heinzelman
, W., 2000,
Application-specific Protocol Architectures for Wireless
Networks
, Ph.D. dissertation, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge.
f. Contoh penulisan sumber pustaka dari Internet
[1]
Honeycutt
, H., 2011, The Essential of Communication and Design Course methode,
Website: http://dcr.rpi.edu/commdesign/class1.html, diakses tanggal : 3 Maret
2013, Pukul 16:09.
BAB II
ATURAN UMUM
a. Jumlah halaman dalam penulisan jurnal
Maksimal 8 halaman
. Dituliskan dengan
dengan 2 Kolom.
b. Margin kanan 3 cm, kiri 3 cm, bawah 3 cm, atas 3 cm.
c. Setiap sub judul ditulis dengan huruf Times New Roman font 11 dan dicetak tebal
(bold).
d. Jarak antara kalimat akhir di setiap sub judul dengan penulisan sub judul baru
adalah 2 spasi.
e. Alinea baru ditulis menjorok dengan indent-first line 0,75 cm, antar alinea tidak
diberi spasi.
f. Isi teks ditulis dengan huruf Times News Roman ukuran 11pt spasi satu.
g. Kata asing ditulis dengan huruf miring.
h. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat
yang kurang dari sepuluh harus dieja.
BAB III
PENUTUP
naskah Jurnal bagi dosen PHB dalam melakukan publikasi penelitian di jurnal PHB.
Dengan terbitnya buku ini diharapkan mekanisme serta sistematika pennulisan nasakh
jurnal dapat dilaksanakan dengan efisien, tepat dan efektif. Selain itu juga diharapkan
dapat memperlancar pertanggungjawaban administrasi berbagai pihak terkait dan sama
sekali tidak dimaksudkan untuk membatasi kreativitas para penulis dalam melakukan
publikasi penelitian
.
REFERENSI
2.
Kristanti. Tanti. 2012.
Panduan Penulisan Terbitan Berkala Ilmiah “Jurnal Sistem
Informasi,
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
3.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2012.
Pedoman Penulisan
Naskah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Universitas Indonesia, Depok.
4.
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.2015.
Pedoman Akreditasi
Lampiran 1. Template Jurnal
(1) JUDUL – TIMES NEW ROMAN (12pt) KAPITAL, BOLD (MAKS 20 KATA)
2 spasi
Penulisan abstrak maksimal 200 kata yang mencakup atau terdiri dari masalah, tujuan, metode, dan hasil yang dituliskan dalam satu paragaraf, dituliskan dengan font Times New Roman ukuran 10pt spasi 1..
Kata kunci: Maksimal 4 kata kunci – Times New Roman(10pt) , italic
1. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta tujuan penelitian di tuliskan dengan font time new Roman ukuran 11pt spasi satu [1].
2. Metode Penelitian
Isi metode penelitian berisi tentang kerangka penelitian dan prosedur penelitian tanpa menggunakan sub bab. Semua tulisan dalam jurnal menggunakan Times New gambar dalam hasil dan pembahasan, diketik dengan spasi 1 ukuran front 10 pt dan diberi nomor urut sesuai dengan penampilan dalam teks. Jumlah maksimal tabel atau gambar dengan judul singkat adalah 6 gambar atau tabel. [2].
4. Kesimpulan
Kesimpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan. Kesimpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna
.
Kesimpulan tidak berupa poin-poin. Ukuran 11pt font Times New Roman.5. Daftar Pustaka
Rujukan sesuai aturan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, dibatasi maksimal 20 rujukan dan diutamakan rujukan jurnal terkini. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et al).
Daftar pustaka dituliskan dengan menggunakan huruf Times New Roman berukuran 11 pts spasi 1.
[1] Munir, Rinaldi., Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik, Bandung: Informatika, 2004.
[2] M.R. Chandraratne, Comparison of Three Statistical Texture Measures for Lamb Grading, First International Conference on Industrial and Information System, ICIIS 2006, Sri Lanka, Agustus 2006.
Lampiran 2 Contoh Jurnal
GAMBARAN PENDISTRIBUSIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS
DI BANTUL TIMUR
Ratih Sakti Prastiwi
1, Ima Kharimaturrohmah
2email: [email protected]
1
Politeknik Harapan Bersama, Jalan Mataram No 9 Kota Tegal 52142, Indonesia
Telp (0283) 352000
2
Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jl. Munir No.204 Serangan Yogyakarta 55262,
Indonesia Telp (0274) 374427
Abstrak
Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan kematian pada anak maupun ibu. Data WHO menunjukkan 9% kasus kematian anak akibat KVA dan 13% pada ibu. KVA yang ditemukan pada ibu nifas dapat meningkatkan resiko kejadian infeksi yang dapat mengakibatkan kematian. Dalam menurunkan resiko KVA, Pemerintah mencanangkan program vitamin A dosis tinggi yang diberikan kepada bayi, balita dan ibu nifas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur. Penelitian ini dilakukan menggunakan survey dskriptif kepada 21 responden bidan praktek mandiri di Bantul dengan membagikan kuesioner serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi di wilayah Bantul Timur adalah tinggi (90.48%) namun masih ditemukan 9.52% tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%. Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.
Kata kunci: Vitamin A, Nifas, Bidan
1. Pendahuluan
Kekurangan vitamin A merupakan kondisi berat yang sering ditemukan pada anak dan ibu malnutrisi terutama di Negara berkembang. Estimasi kejadian KVA adalah 250.000-500.000 anak mlnutrisi mengalami kebutaan yang disebab KVA1
Resiko KVA bagi ibu antara lain perdarahan selama persalinan, BBLR, rentan terkena penyakit infeksi serta kompilkasi lain yang memungkinkan berakhir kematian. Pada anak dengan KVA beresiko mengalami bitot spot. Anak umur
6-72 bulan sangat rentan kekurangan vitamin A yang kemudian akan beresiko mengalami xeropthalmia pada anak yang lebih tua.
nasional merekomendasikan 100% ibu nifas menerima dua kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari pasca melahirkan. Strategi yang dicanangkan pemerintah menghadapi pendistribusian vitamin A bagi ibu yang bersalin di rumah, maka pemerintah menerapkan distribusi tidak hanya melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) melainkan melalui kader dan bidan desa.2,3,4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi vitamin A pada ibu nifas Di Bantul Timur.
2. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode survei deskriptif dengan melihat gambaran pendistribusian kapsul Vitamin A 200.000 SI pada ibu nifas di Bidan Praktek Mandiri wilayah IBI Ranting Timur Cabang Bantul. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah bidan yang memiliki BPS dan memberikan layanan persalinan dan ibu nifas, Kriteria eksklusi sampel antara lain bidan bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, Pendidikan Bidan minimal Diploma 1 dan didapatkan sampel sebanyak 21 responden.
Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner dan wawancara mendalam yang kemudian data dilakukan analisis menggunakan analisis deskriptif.
3. Hasil dan Pembahasan
sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A yang dapat berakibat pada kejadian blind spot dan xeropthalmia pada anak.7
Hasil penelitian menunjukkan cakupan pemberian Vitamin A ibu nifas di wilayah Bantul Timur tergolong tinggi, sebanyak 90.48% memberikan kapsul vitamin A ibu nifas baik pada 24 jam pertama maupun kapsul kedua dimana diberikan sekurang-kurangnya 30 hari pasca bersalin. Namun masih ditemukan 9.52% yang tidak memberikan kapsul vitamin A, tidak diberikannya kapsul vitamin A pada ibu nifas dikarenakan responden telah pensiun dan tidak bekerjasama dengan instansi kesehatan pemerintah setempat dalam pengadaan vitamin A untuk BPS-nya. Ditemukan juga kendala yaitu vitamin A yang telah kadaluarsa sehingga responden tidak dapat memberikannya kepada ibu nifas.
Memberikan Vit A Bufas; 90.48%; 90.48% Tidak memberi Vit A Bufas; 9.52%; 9.52% Responden umumnya memberikan Pelayanan ibu nifas hanya di BPS saja, namun terdapat responden yang turut bergerak aktif dengan mengikuti kegiatan di Posyandu dengan bekerjasama dengan kader maupun dengan home visit. 8
Tabel 2. Pelayanan Kapsul Vitamin A Ibu nifas disebabkan karena tidak terdokumentasi dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan angka cakupan ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A kedua. Hal tersebut merupakan acuan tenaga kesehatan untuk membagikan kapsul vitamin A kedua secara merata hal ini ditunjukkan dengan adanya usaha yang dilakukan responden dengan memberikan kapsul kedua saat kunjungan di posyandu (20%) serta home visit (10%).
Upaya mempercepat pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A uuntuk sasaran ibu nifas oleh pemerintah yaitu menyediakan kapsul vitamin A di tingkat Posyandu. Ditingkat Posyandu, vitamin A didapatkan dari Puskesmas dimana Bidan dan kader memiliki kewajiban dalam mendistribusikannya.9
dilakukannya home visit bidan dapat memastikan pendistribusian kapsul vitamin A ibu nifas tepat sasaran. Penelitian terbaru di Nepal menunjukkan konsumsi vitamin A setelah bersalin mampu meningkatkan konsentrasi serum retinol ibu serta menurunkan penyakit rabun senja.4
Pemberian kapsul kedua dilakukan 52.63% (10 responden) saat kunjungan neonatal. Saat ibu nifas melakukan kunjungan neonatal beberapa responden memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan pelayanan nifas pada ibu salah satunya dengan pemberian kapsul kedua. tidak memberi kapsul vitamin A ibu nifas. Pemberian kapsul pertama diberikan pada ibu 24 pasca melahirkan sebanyak 100% sedangkan pemberian kapsul kedua tergolong kecil yaitu 52.63%. Faktor tidak meratanya pemberian kapsul kedua diantaranya adalah kurangnya ketersediaan kapsul yang dimiliki tenaga kesehatan.
Bidan memiliki peran penting dalam pencapaian cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas. Kerjasama yang telah dilakukan oleh responden membantu ketersediaan vitamin A sehingga pendistribusian tepat sasaran. Namun dalam pendistribusiannya masih banyak yang difokuskan di BPS saja sedangkan di posyandu maupun home visit masih rendah sehingga terdapat kemungkinan ibu nifas hanya mendapatkan kapsul pertama.
6. Daftar Pustaka
[1] Sinha A. 2011. Vitamin A Deficiency in Schoolchildren in Urban Central India:
The Central India Children Eye Study. Archieves of Ophthalmology 129(8), pp.1095
[2] World Health Organization. 2007. Country Profile of Woman’s Health and Development in Indonesia. Jakarta: Bakti Husada
[3] Gibney, Michael J, et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC [4] Helen Keller Indonesia. 2004. Program
Pemberian kapsul Vitamin A Perlu Ditingkatkan Agar Bermanfaat untuk Ibu dan Anak. [online] Availabel at http://hki-indo.org.id
[5] Akhtar, S., Ahmed, A., Randhawa, M., Atukorala, S., Arlappa, N., Ismail, T. and Ali, Z. 2014. Prevalence of Vitamin A Deficiency in South Asia: Causes, Outcomes, and Possible Remedies. J Health Popul Nutr, 31(4).
[6] Pangaribuan, R., Erhardt J., Scherbaum, V. and Bielsalski, H. 2003. Vitamin A
[7] Goiga, S dan Sachdev H. 2010. Maternal Postpartum Vitamin A Supplementation for the Prevention of Mortality and Morbidity in Infancy: a Systematic Review of Randomized Controlled Trials. International Journal of Epidmiology, 39(5), pp. 1217-1226 [8] Prastiwi, R dan Kharimaturrohmah, I.
2011. Program Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di Bidan Delima Ranting Timur Cabang Bantul 2010. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta