PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA
DINAS KESEHATAN
PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA
DINAS KESEHATAN
PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN BUTON UTARA
TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat maha besarnya Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan taufik yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara tahun 2015 ini dapat diselesaikan.
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara bukan hal mudah untuk dapat menyajikan data dan informasi yang berkualitas, sesuai kebutuhan dan tepat waktu sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence-based. Banyak kendala yang dihadapi dalam memperoleh kelengkapan data, terutama dari sumber data Puskesmas dan Jaringannya di sebabkan oleh pendokumentasian hasil kegiatan yang belum teratur dan tertata baik serta menerjemahkan dan memahami definisi opersaional setiap variabel data oleh programer.
Pengelolah Data dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara dalam penyusunan profil ini telah melakukan berbagai upaya agar data dan informasi yang disajikan lebih cepat dan tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Buku Profil ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan didalamnya, oleh karena itu kritik dan sarannya diperlukan sehingga dalam penyusunan profil kesehatan Kabupaten Buton Utara di masa mendatang akan lebih baik.
Buranga, April 2016 Kepala Dinas Kesehatan
dr. H. Edy Madi Isa, M.Kes NIP.19581019 198709 1 002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Maksud dan Tujuan 1
1.2. Sistematika Penyajian 2
BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN 3
2.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah 3
2.2. Luas Wilayah 3
2.3. Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan 4
2.4. Jumlah dan Persebaran Penduduk 4
2.5. Rasio Jenis Kelamin 5
2.6. Kepadatan Penduduk 5
2.7. Kelompok Umur 6
2.8. Pendidikan 8
BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN 9
3.1. Angka Kematian 9
3.2. Angka Kesakitan 12
BAB IV. UPAYA KESEHATAN 27
4.1. Pelayanan Kesehatan 27
4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 57
4.3. Perilaku Hidup Masyarakat 60
Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara Tahun 2015 iii
BAB V. SUMBER DAYA KESEHATAN 66
5.1. Sarana Kesehatan 66
5.2. Tenaga Kesehatan 67
5.3. Pembiayaan Kesehatan 70
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 71
6.1. Kesimpulan 71
6.2. Saran 72
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1
Maksud
Profil kesehatan Kabupaten Buton Utara disusun dengan maksud untuk menyajikan informasi dan mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan di Kabupaten Buton Utara dalam satu tahun. Profil kesehatan juga merupakan salah satu produk Informasi Kesehatan yang berisi tentang gambaran umum tentang derajat kesehatan dan lingkungan, situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Buton Utara yang memuat tentang berbagai indikator hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun.
1.1.2
Tujuan
Profil kesehatan Kabupaten Buton Utara tahun 2015 ini digunakan sebagai sarana pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian keberhasilan program pembangunan kesehatan serta menjadi dasar proses pengambilan keputusan bagi pimpinan instansi kesehatan di berbagai jenjang administrasi serta stakeholder di Kabupaten Buton Utara, sehingga diharapkan dapat bermafaat dalam mendukung sistem manajemen kesehatan yang lebih baik menuju masyarakat Buton Utara sehat yang mandiri dan berkeadilan.
2.1 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara adalah sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Buton Utara. Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab 4 : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang kesehatan.
Bab 5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Dan Pembiayaan.
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab 6 : Kesimpulan
Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara di Tahun 2015.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian Kabupaten Buton Utara dan 81 tabel data kesehatan yang terkait kesehatan yang responsif gender.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN
2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Buton Utara terletak di bagian Selatan Khatulistiwa pada garis lintang 4◦06’ sampai 5◦15’ Lintang Selatan dan dari Barat ke Timur 122◦59’ Bujur Timur sampai dengan 123◦15’ Bujur Timur. Kabupaten Buton Utara di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Wawonii; sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton; dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton dan Kabupaten Muna.
2.2 Luas Wilayah
Kabupaten Buton Utara terletak di bagian Utara Pulau Buton dengan luas daratan seluas 1.923,03 km2. Dari enam kecamatan yang berada di
Kabupaten Buton Utara, Kecamatan Bonegunu merupakan kecamatan yang memiliki wilayah yang paling luas dibanding kecamatan lainnya, yaitu seluas 491,44 km2 atau 25,56 persen dari seluruh luas Kabupaten Buton Utara.
Selanjutnya disusul Kecamatan Kulisusu Barat seluas 370,47 km2 atau 19,26
persen, Kecamatan Kulisusu Utara seluas 339,64 km2 atau 17,67 persen,
Kecamatan Kambowa seluas 303,44 km2 atau 15,78 persen. Selanjutnya
dua kecamatan lainnya memiliki wilayah yang lebih kecil yaitu Kecamatan Wakorumba Utara seluas 245,26 km2 atau 12,75 persen dan yang terakhir
adalah Kecamatan Kulisusu seluas 172,78 km2 atau 8,98 persen dari seluruh
2.3 Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Buton Utara terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, selanjutnya terbagi menjadi 78 (tujuh puluh delapan) desa, dan 12 (duabelas) kelurahan, dan 1 (satu) buah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang masih menjadi tanggung jawab Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pembinaannya, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 2.1
2.4 Jumlah dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan Data Proyeksi Penduduk 2015, Penduduk Kabupaten Buton Utara berjumlah 59.779 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 30.016 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 29.763 jiwa. Persebaran penduduk terdiri dari 6 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Kulisusu yaitu 22.711 jiwa atau sekitar 37,99 persen dari total penduduk Kabupaten Buton Utara.
Kecamatan Ibukota Desa Kelurahan UPT Jumlah
TSU {1} {2} {3} {4} {5} {6} 01. Bonegunu Buranga 13 1 0 15 02. Kambowa Kambowa 10 1 0 11 03. Wakorumba Labuan 11 2 1 14 04. Kulisusu Ereke 16 8 0 23
05. Kulisusu Barat Kotawo 14 0 0 14
06. Kulisusu Utara Waode Buri 14 0 0 14
Sumber/ :Kabupaten Buton Utara Dalam Angka 2015 Tahun 2015 Tabel : 2.1.
Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Buton Utara
Banyaknya
91
2.5 Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin atau sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 100,85 yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. 2.6 Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Kabupaten Buton Utara secara umum tingkat kepadatan penduduknya adalah 31 jiwa/km2. Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Kulisusu sebesar 131 jiwa/Km2, selanjutnya
Kecamatan Wakorumba sebesar 30 jiwa/Km2, Kecamatan Kulisusu Utara
sebesar 25 jiwa/Km2, Kecamatan Kambowa sebesar 22 jiwa/Km2, Kecamatan
Kulisusu Barat dan Kecamatan Bonegunu merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya yaitu sebesar 17 jiwa/Km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Kulisusu didorong oleh laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang tinggi karena saat ini sebagian besar aktifitas jasa pemerintahan dan perdagangan berada di Kecamatan Kulisusu. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel. 2.2 berikut :
2.7 Kelompok Umur
Penduduk kelompok usia 0 - 14 tahun berjumlah 22.145 jiwa atau 37,045 % dari seluruh penduduk Kabupaten Buton Utara. Kemudian kelompok usia 15 – 54 tahun atau dikenal pula dengan kelompok penduduk usia produktif berjumlah 31.967 jiwa atau 53,47 %, serta kelompok usia 55 tahun keatas sebanyak 5.668 jiwa atau sebesar 9,48 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Buton Utara. Dengan komposisi usia tersebut nampak bahwa usia ketergantungan penduduk masih relatif besar karena usia produktif memliki beban terhadap penduduk yang belum atau tidak produktif lagi (lansia). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 2.3 berikut :
Kecamatan Luas Wilayah Penduduk Kepadatan
(Km²) {1} {2} {3} {4} 01. Bonegunu 491,44 8.379 17 02. Kambowa 303,44 6.778 22 03. Wakorumba 245,26 7.245 30 04. Kulisusu 172,78 22.711 131 05. Kulisusu Barat 370,47 6.248 17 06. Kulisusu Utara 339,64 8.418 25
Sumber/ : Kabupaten Buton Utara Dalam Angka 2015
Buton Utara 1.923,03 59.779 30
Tabel/ : 2.2
Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Jumlah 0 - 4 3.944 3.776 7.720 5 - 9 3.905 3.524 7.429 10 - 14 3.592 3.403 6.995 15 - 19 3.059 2.801 5.860 20 - 24 2.157 2.305 4.462 25 - 29 2.059 2.312 4.371 30 - 34 2.087 2.170 4.257 35 - 39 2.070 2.229 4.299 40 - 44 1.879 1.780 3.659 45 - 49 1.406 1.375 2.781 50 - 54 1.163 1.115 2.278 55 - 59 887 872 1.759 60 - 64 656 678 1.334 65 - 69 424 476 900 70 - 74 364 410 774 75 + 364 537 901 30.016 29.763 59.779 Jumlah / Total Tabel : 2.3
Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Perempuan Laki-laki Kelompok Umur {4} {3} {1} {2} {3} {4}
2.8 Pendidikan
Pada tahun pelajaran 2014/2015 jumlah sekolah Taman Kana-Kanak (TK) berjumlah 62 unit. Jumlah Sekolah Dasara (SD) adalah 74 unit. Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 40 unit. Sedangkan Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 21 unit.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1Angka Kematian
3.1.1 Angka Kematian Neonatal per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 8 per-1000 Kelahiran Hidup, Jumlah kematian neonatal selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Gambar. 3.1
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian neonatal tertinggi di Puskesmas Waode Buri, Lambale, Bonegunu dan Wakorumba Utara yaitu 2 neonatal dan terendah di 3 Puskesmas dengan jumlah kematian 0 yaitu Puskesmas Kioko, Puskesmas Bone Rombo dan Puskesmas Labaraga.
0 2 4 6 8 10 12 2 2 2
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1Angka Kematian
3.1.1 Angka Kematian Neonatal per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 8 per-1000 Kelahiran Hidup, Jumlah kematian neonatal selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Gambar. 3.1
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian neonatal tertinggi di Puskesmas Waode Buri, Lambale, Bonegunu dan Wakorumba Utara yaitu 2 neonatal dan terendah di 3 Puskesmas dengan jumlah kematian 0 yaitu Puskesmas Kioko, Puskesmas Bone Rombo dan Puskesmas Labaraga.
2 2
1 1 1
0 0 0
11
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1Angka Kematian
3.1.1 Angka Kematian Neonatal per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 8 per-1000 Kelahiran Hidup, Jumlah kematian neonatal selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Gambar. 3.1
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian neonatal tertinggi di Puskesmas Waode Buri, Lambale, Bonegunu dan Wakorumba Utara yaitu 2 neonatal dan terendah di 3 Puskesmas dengan jumlah kematian 0 yaitu Puskesmas Kioko, Puskesmas Bone Rombo dan Puskesmas Labaraga.
11 8
3.1.2 Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian bayi (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 4 bayi per-1000 kelahiran hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :
Gambar. 3.2
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.1.3 Angka Kematian Anak Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian anak balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 2 per 1.000 Kelahiran Hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut :
Gambar. 3.3
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 1 1 1 0 1 1 2 2 3 3 2 1 0
3.1.2 Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian bayi (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 4 bayi per-1000 kelahiran hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :
Gambar. 3.2
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.1.3 Angka Kematian Anak Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian anak balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 2 per 1.000 Kelahiran Hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut :
Gambar. 3.3
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
1 1 1
0 0 0 0 0
5
0 0 0 0 0 0 0 0
3
3.1.2 Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian bayi (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 4 bayi per-1000 kelahiran hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :
Gambar. 3.2
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.1.3 Angka Kematian Anak Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian anak balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 2 per 1.000 Kelahiran Hidup, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut :
Gambar. 3.3
Jumlah Kematian dan Angka Kematian Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4
3.1.4 Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2012 yaitu 38,0 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2013 yaitu 15,64 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2014 yaitu 9 per-1.000 sedangkan tahun 2015 yaitu 14 per 1.000, terjadi peningkatan Angka Kematian pada tahun 2015, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
Gambar. 3.4
Jumlah dan Angka Kematian Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian balita tertinggi di dua Puskesmas Waode Buri dan Puskesmas Lambale yaitu 4 balita dan terendah di Puskesmas Bonerombo dengan jumlah kematian 0.
3.1.5 Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak ada kematian ibu.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 4 4 2
3.1.4 Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2012 yaitu 38,0 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2013 yaitu 15,64 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2014 yaitu 9 per-1.000 sedangkan tahun 2015 yaitu 14 per 1.000, terjadi peningkatan Angka Kematian pada tahun 2015, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
Gambar. 3.4
Jumlah dan Angka Kematian Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian balita tertinggi di dua Puskesmas Waode Buri dan Puskesmas Lambale yaitu 4 balita dan terendah di Puskesmas Bonerombo dengan jumlah kematian 0.
3.1.5 Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak ada kematian ibu.
2 2 2 2 1 1 1
0 19
3.1.4 Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian balita (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2012 yaitu 38,0 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2013 yaitu 15,64 per 1.000 Kelahiran Hidup, tahun 2014 yaitu 9 per-1.000 sedangkan tahun 2015 yaitu 14 per 1.000, terjadi peningkatan Angka Kematian pada tahun 2015, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
Gambar. 3.4
Jumlah dan Angka Kematian Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, jumlah kematian balita tertinggi di dua Puskesmas Waode Buri dan Puskesmas Lambale yaitu 4 balita dan terendah di Puskesmas Bonerombo dengan jumlah kematian 0.
3.1.5 Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu (dilaporkan) di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak ada kematian ibu.
19 14
3.2 Angka Kesakitan
3.2.1 CNR Kasus Baru BTA +
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA + per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 70,26 sedangkan jumlah kasus baru yaitu 42 kasus. Jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Kulisusu dan Kambowa yaitu 7 kasus, sedangkan terendah di Puskesmas Wakorumba Utara yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :
Gambar. 3.5
CNR Kasus Baru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.2 CNR Seluruh Kasus TB
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 102,04, sedangkan jumlah semua pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati yaitu 61 kasus. Jumlah kasus terbanyak di RSUD Kabupaten
0 10 20 30 40 50 60 70 80 7 7 4 3.2 Angka Kesakitan
3.2.1 CNR Kasus Baru BTA +
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA + per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 70,26 sedangkan jumlah kasus baru yaitu 42 kasus. Jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Kulisusu dan Kambowa yaitu 7 kasus, sedangkan terendah di Puskesmas Wakorumba Utara yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :
Gambar. 3.5
CNR Kasus Baru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.2 CNR Seluruh Kasus TB
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 102,04, sedangkan jumlah semua pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati yaitu 61 kasus. Jumlah kasus terbanyak di RSUD Kabupaten
4 4 3 3 2 2 1 0 9
42
3.2 Angka Kesakitan
3.2.1 CNR Kasus Baru BTA +
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA + per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 70,26 sedangkan jumlah kasus baru yaitu 42 kasus. Jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Kulisusu dan Kambowa yaitu 7 kasus, sedangkan terendah di Puskesmas Wakorumba Utara yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :
Gambar. 3.5
CNR Kasus Baru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.2 CNR Seluruh Kasus TB
Angka Notifikasi kasus TB/Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB per 100.000 penduduk Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 102,04, sedangkan jumlah semua pasien TB (semua tipe) yang ditemukan dan diobati yaitu 61 kasus. Jumlah kasus terbanyak di RSUD Kabupaten
42 70,26
Buton Utara yaitu 11 kasus, sedangkan terendah di puskesmas yaitu 1 kasus di Puskesmas Wakorumba Utara dan Waode Buri, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut :
Gambar. 3.6
CNR Seluruh Kasus BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.3 Kasus TB Anak 0-14 Tahun
Kasus TB Anak di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 7, Kasus TB Anak 0-14 tahun yang tertinggi di Puskesmas Bonerombo yaitu 4 %, sedangkan terendah pada 7 puskesmas yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut :
Gambar. 3.7
Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 20 40 60 80 100 120 8 7 15 3 5 8 2 5 7
Buton Utara yaitu 11 kasus, sedangkan terendah di puskesmas yaitu 1 kasus di Puskesmas Wakorumba Utara dan Waode Buri, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut :
Gambar. 3.6
CNR Seluruh Kasus BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.3 Kasus TB Anak 0-14 Tahun
Kasus TB Anak di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 7, Kasus TB Anak 0-14 tahun yang tertinggi di Puskesmas Bonerombo yaitu 4 %, sedangkan terendah pada 7 puskesmas yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut :
Gambar. 3.7
Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4 4 2 1 2 0 0 8 26 5 1 1 1 2 0 1 1 3 24 7 5 5 3 3 2 1 1 11 61
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Buton Utara yaitu 11 kasus, sedangkan terendah di puskesmas yaitu 1 kasus di Puskesmas Wakorumba Utara dan Waode Buri, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut :
Gambar. 3.6
CNR Seluruh Kasus BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.3 Kasus TB Anak 0-14 Tahun
Kasus TB Anak di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 7, Kasus TB Anak 0-14 tahun yang tertinggi di Puskesmas Bonerombo yaitu 4 %, sedangkan terendah pada 7 puskesmas yaitu 0 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut :
Gambar. 3.7
Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
26 86, 62 24 80, 64 61 10 2,0 4
Gambar. 3.7
Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.4 Persentase BTA + Terhadap Suspek
Persentase BTA+ terhadap suspek Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 12,61%, Persentase BTA+ terhadap suspek tertinggi di Puskesmas Labaraga yaitu 30,00 %, sedangkan Persentase BTA+ terhadap suspek terrendah di Puskesmas Wakorumba Utara dari yaitu 0 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut :
Gambar. 3.8
Persentase BTA + Terhadap Suspek menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 1 2 3 4 5 6 7
4
2
1
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 30,00 25,00 Gambar. 3.7Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.4 Persentase BTA + Terhadap Suspek
Persentase BTA+ terhadap suspek Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 12,61%, Persentase BTA+ terhadap suspek tertinggi di Puskesmas Labaraga yaitu 30,00 %, sedangkan Persentase BTA+ terhadap suspek terrendah di Puskesmas Wakorumba Utara dari yaitu 0 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut :
Gambar. 3.8
Persentase BTA + Terhadap Suspek menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
1
0
0
0
0
0
0
0
0
15, 56 12, 12 11, 48 11, 11 11, 11 5, 97 5, 00 0, 00 18, 75 Gambar. 3.7Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.4 Persentase BTA + Terhadap Suspek
Persentase BTA+ terhadap suspek Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 12,61%, Persentase BTA+ terhadap suspek tertinggi di Puskesmas Labaraga yaitu 30,00 %, sedangkan Persentase BTA+ terhadap suspek terrendah di Puskesmas Wakorumba Utara dari yaitu 0 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut :
Gambar. 3.8
Persentase BTA + Terhadap Suspek menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
7
18,
75
12,
3.2.5 Angka Kesembuhan TB Paru BTA +
Angka keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 73,33 %, keberhasilan pengobatan diseluruh Puskesmas mencapai 100 %, sedangkan di RSUD belum mencapai 100% di karenakan sebagian penderita masih sementara berobat, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut :
Gambar. 3.9
Angka Kesembuhan TB Paru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.6 Angka Pengobatan Lengkap Penderita TB Paru BTA +
Angka pengobatan lengkap pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 16,67 % dari 30 orang diobati sebanyak 5 orang pengobatan lengkap, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut :
Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100, 00 100, 00
3.2.5 Angka Kesembuhan TB Paru BTA +
Angka keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 73,33 %, keberhasilan pengobatan diseluruh Puskesmas mencapai 100 %, sedangkan di RSUD belum mencapai 100% di karenakan sebagian penderita masih sementara berobat, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut :
Gambar. 3.9
Angka Kesembuhan TB Paru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.6 Angka Pengobatan Lengkap Penderita TB Paru BTA +
Angka pengobatan lengkap pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 16,67 % dari 30 orang diobati sebanyak 5 orang pengobatan lengkap, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut :
Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
100, 00 100, 00 100, 00 100, 00 100, 00 100, 00 0, 00 0, 00 37, 50
3.2.5 Angka Kesembuhan TB Paru BTA +
Angka keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 73,33 %, keberhasilan pengobatan diseluruh Puskesmas mencapai 100 %, sedangkan di RSUD belum mencapai 100% di karenakan sebagian penderita masih sementara berobat, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut :
Gambar. 3.9
Angka Kesembuhan TB Paru BTA + menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.6 Angka Pengobatan Lengkap Penderita TB Paru BTA +
Angka pengobatan lengkap pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 16,67 % dari 30 orang diobati sebanyak 5 orang pengobatan lengkap, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut :
Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
37,
50
73,
Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.7 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA + Keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 90,00 %, keberhasilan pengobatan seluruh Puskesmas yang mempunyai kasus mencapai 100 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.11 berikut :
Gambar. 3.11
Angka Keberhasilan Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100,00 100,00 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 200 100 100 Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.7 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA + Keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 90,00 %, keberhasilan pengobatan seluruh Puskesmas yang mempunyai kasus mencapai 100 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.11 berikut :
Gambar. 3.11
Angka Keberhasilan Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 12, 50 100 100 100 100 100 100 100 0 50 Gambar. 3.10
Persentase Pengobatan Lengkap kasus TB menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.7 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA + Keberhasilan pengobatan (succese rate) pada semua kasus TB di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 90,00 %, keberhasilan pengobatan seluruh Puskesmas yang mempunyai kasus mencapai 100 %, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.11 berikut :
Gambar. 3.11
Angka Keberhasilan Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
16,
67
3.2.8 Jumlah Kematian Selama Pengobatan Penderita TB Paru BTA+ Jumlah kematian selama pengobatan Penderita TB Paru di Kabupaten Buton tahun 2015 sebanyak 3 orang dari 30 orang penderita yang diobati, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.12 berikut :
Gambar. 3.12
Jumlah Kematian Selama Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.9 Persentase Balita dengan Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Penemuan penderita pneumonia tahun 2015 yaitu sebanyak 20 orang dari 7.520 Balita. Penemuan penderita pneumonia tertinggi yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 6 orang, sedangkan puskesmas yang tidak ditemukan penderita pneumoni yaitu di Puskesmas Bone Rombo, Lambale dan Labaraga, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut :
Gambar. 3.13
Persentase Balita dengan Pneumoni Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 1 1 2 2 3 3 0 0 0
3.2.8 Jumlah Kematian Selama Pengobatan Penderita TB Paru BTA+ Jumlah kematian selama pengobatan Penderita TB Paru di Kabupaten Buton tahun 2015 sebanyak 3 orang dari 30 orang penderita yang diobati, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.12 berikut :
Gambar. 3.12
Jumlah Kematian Selama Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.9 Persentase Balita dengan Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Penemuan penderita pneumonia tahun 2015 yaitu sebanyak 20 orang dari 7.520 Balita. Penemuan penderita pneumonia tertinggi yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 6 orang, sedangkan puskesmas yang tidak ditemukan penderita pneumoni yaitu di Puskesmas Bone Rombo, Lambale dan Labaraga, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut :
Gambar. 3.13
Persentase Balita dengan Pneumoni Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 0 0 0 0 0 0
2 2
3.2.8 Jumlah Kematian Selama Pengobatan Penderita TB Paru BTA+ Jumlah kematian selama pengobatan Penderita TB Paru di Kabupaten Buton tahun 2015 sebanyak 3 orang dari 30 orang penderita yang diobati, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.12 berikut :
Gambar. 3.12
Jumlah Kematian Selama Pengobatan menurut Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.9 Persentase Balita dengan Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Penemuan penderita pneumonia tahun 2015 yaitu sebanyak 20 orang dari 7.520 Balita. Penemuan penderita pneumonia tertinggi yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 6 orang, sedangkan puskesmas yang tidak ditemukan penderita pneumoni yaitu di Puskesmas Bone Rombo, Lambale dan Labaraga, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut :
Gambar. 3.13
Persentase Balita dengan Pneumoni Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
2 3
Gambar. 3.13
Penderita Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.10 Jumlah Kasus HIV
Pada tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara ditemukan 2 kasus HIV. Pelacakan di lakukan dengan cara Serro Survey.
3.2.11 Jumlah Kasus AIDS
Kasus AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3 orang, tahun 2014 yaitu sebanyak 4 orang sedangkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1 orang.
3.2.12 Jumlah Kematian Karena AIDS
Jumlah kematian karena AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2 orang dengan proporsi laki-laki dan perempuan 50%. 3.2.13 Jumlah Kasus Syphilis
Kasus syphilis di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yang terlaporkan yaitu sebanyak 7 kasus, 3 (42,86%) kasus pada laki-laki dan 4 (57,14%)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 6 5 Gambar. 3.13
Penderita Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.10 Jumlah Kasus HIV
Pada tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara ditemukan 2 kasus HIV. Pelacakan di lakukan dengan cara Serro Survey.
3.2.11 Jumlah Kasus AIDS
Kasus AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3 orang, tahun 2014 yaitu sebanyak 4 orang sedangkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1 orang.
3.2.12 Jumlah Kematian Karena AIDS
Jumlah kematian karena AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2 orang dengan proporsi laki-laki dan perempuan 50%. 3.2.13 Jumlah Kasus Syphilis
Kasus syphilis di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yang terlaporkan yaitu sebanyak 7 kasus, 3 (42,86%) kasus pada laki-laki dan 4 (57,14%)
4
2 1 1 1
0 0 0
Gambar. 3.13
Penderita Pneumoni Ditemukan dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.10 Jumlah Kasus HIV
Pada tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara ditemukan 2 kasus HIV. Pelacakan di lakukan dengan cara Serro Survey.
3.2.11 Jumlah Kasus AIDS
Kasus AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 3 orang, tahun 2014 yaitu sebanyak 4 orang sedangkan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 1 orang.
3.2.12 Jumlah Kematian Karena AIDS
Jumlah kematian karena AIDS di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2 orang dengan proporsi laki-laki dan perempuan 50%. 3.2.13 Jumlah Kasus Syphilis
Kasus syphilis di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yang terlaporkan yaitu sebanyak 7 kasus, 3 (42,86%) kasus pada laki-laki dan 4 (57,14%)
3.2.14 Darah Donor Diskrining terhadap HIV
Kegiatan donor darah di Kabupaten Buton Utara tidak pernah dilakukan, hal ini disebabkan belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung terhadap kegiatan donor darah.
3.2.15 Persentase Diare Ditemukan dan Ditangani
Persentase diare ditemukan dan ditangani di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 135,9 % dari jumlah target penemuan berdasarkan jumlah penduduk. Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader ditangani pada tahun 2015 yaitu 1.738 penderita. Penderita terbanyak di Puskesmas Lakansai yaitu 447,8% dari target Penemuan penderita. sedangkan yang terendah di Puskesmas Kulisusu yaitu 71,7% dari target penemuan penderita. selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.14 berikut :
Gambar. 3.14
Jumlah Penderita Diare yang Datang dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 447,8 218,1 180,1
3.2.14 Darah Donor Diskrining terhadap HIV
Kegiatan donor darah di Kabupaten Buton Utara tidak pernah dilakukan, hal ini disebabkan belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung terhadap kegiatan donor darah.
3.2.15 Persentase Diare Ditemukan dan Ditangani
Persentase diare ditemukan dan ditangani di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 135,9 % dari jumlah target penemuan berdasarkan jumlah penduduk. Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader ditangani pada tahun 2015 yaitu 1.738 penderita. Penderita terbanyak di Puskesmas Lakansai yaitu 447,8% dari target Penemuan penderita. sedangkan yang terendah di Puskesmas Kulisusu yaitu 71,7% dari target penemuan penderita. selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.14 berikut :
Gambar. 3.14
Jumlah Penderita Diare yang Datang dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
218,1 180,1
154,2 154,1
114,6 109,9 106,5 101,1 71,7
3.2.14 Darah Donor Diskrining terhadap HIV
Kegiatan donor darah di Kabupaten Buton Utara tidak pernah dilakukan, hal ini disebabkan belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung terhadap kegiatan donor darah.
3.2.15 Persentase Diare Ditemukan dan Ditangani
Persentase diare ditemukan dan ditangani di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 yaitu 135,9 % dari jumlah target penemuan berdasarkan jumlah penduduk. Jumlah penderita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan dan kader ditangani pada tahun 2015 yaitu 1.738 penderita. Penderita terbanyak di Puskesmas Lakansai yaitu 447,8% dari target Penemuan penderita. sedangkan yang terendah di Puskesmas Kulisusu yaitu 71,7% dari target penemuan penderita. selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.14 berikut :
Gambar. 3.14
Jumlah Penderita Diare yang Datang dan Ditangani Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
71,7 135,9
3.2.16 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 penduduk NCDR di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 11,7 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru kusta hanya terdapat di Puskesmas Kulisusu yaitu 7 kasus, sedangkan sembilan puskesmas tidak ada kasus baru kusta, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut :
Gambar. 3.15
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.17 Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0 – 14 Tahun
Kasus baru kusta pada anak usia 0 – 14 tahun di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.18 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Kasus cacat tingkat 2 penderita kusta di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
0 2 4 6 8 10 12 7 0 0
3.2.16 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 penduduk NCDR di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 11,7 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru kusta hanya terdapat di Puskesmas Kulisusu yaitu 7 kasus, sedangkan sembilan puskesmas tidak ada kasus baru kusta, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut :
Gambar. 3.15
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.17 Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0 – 14 Tahun
Kasus baru kusta pada anak usia 0 – 14 tahun di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.18 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Kasus cacat tingkat 2 penderita kusta di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
0 0 0 0 0 0 0 0
7
3.2.16 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta per 100.000 penduduk NCDR di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 yaitu 11,7 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru kusta hanya terdapat di Puskesmas Kulisusu yaitu 7 kasus, sedangkan sembilan puskesmas tidak ada kasus baru kusta, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut :
Gambar. 3.15
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.17 Persentase Kasus Baru Kusta Anak Usia 0 – 14 Tahun
Kasus baru kusta pada anak usia 0 – 14 tahun di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.18 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta
Kasus cacat tingkat 2 penderita kusta di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
7 11,7
3.2.19 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 Penduduk
Angka cacat tingkat 2 penderita kusta per 100.000 penduduk di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.20 Angka Prevalensi Kusta per 10.000 Penduduk
Angka Prevalensi Kusta di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 1,84 per-10.000 penduduk yaitu dengan jumlah kasus sebanyak 11 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut :
Gambar. 3.16
Angka prevalensi Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.21 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Persentase Penderita Kusta yang selesai berobat pada tahun 2015 0 2 4 6 8 10 12 11 0 0
3.2.19 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 Penduduk
Angka cacat tingkat 2 penderita kusta per 100.000 penduduk di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.20 Angka Prevalensi Kusta per 10.000 Penduduk
Angka Prevalensi Kusta di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 1,84 per-10.000 penduduk yaitu dengan jumlah kasus sebanyak 11 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut :
Gambar. 3.16
Angka prevalensi Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.21 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Persentase Penderita Kusta yang selesai berobat pada tahun 2015
0 0 0 0 0 0 0 0
11
3.2.19 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta per 100.000 Penduduk
Angka cacat tingkat 2 penderita kusta per 100.000 penduduk di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 tidak ada kasus.
3.2.20 Angka Prevalensi Kusta per 10.000 Penduduk
Angka Prevalensi Kusta di Kabupaten Buton tahun 2015 yaitu 1,84 per-10.000 penduduk yaitu dengan jumlah kasus sebanyak 11 kasus, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut :
Gambar. 3.16
Angka prevalensi Kusta Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
3.2.21 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Persentase Penderita Kusta yang selesai berobat pada tahun 2015
11
3.2.22 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penyakit ”Acute Flaccid Paralysis”(AFP) per-100.000 Penduduk < 15 Tahun
Penemuan penyakit ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) atau lebih di kenal dengan lumpuh layu pada anak dibawah umur 15 tahun di wilayah Kabupaten Buton Utara tahun 2015 di laporkan 1 orang penderita dengan angka 4,52.
3.2.23 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
3.2.23.1 Difteri
Penyakit Difteri adalah infeksi akut yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae ditandai dengan pembetukan membran di kerongkongan dan aliran udara lainya yang menyebabkan sulit bernapas. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara tidak ada laporan penemuan kasus penyakit difteri. 3.2.23.2 Pertusis
Panyakit pertusis adalah penyakit membran mukosa dengan gejala demam ringan, bersin, hidung berair, dan batuk kering. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara tidak ada laporan penemuan kasus penyakit pertusis.
3.2.23.3 Tetanus (Non Neonatorum)
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi akut dan sering fatal yang mengenai sistem saraf yang disebabkan infeksi dari luka terbuka. Ditandai dengan kontraksi otot tetanik dan hiper refleksi, yang mengakibatkan trismus (rahang terkunci), spasme glotis, spasme otot umum, opistotonus, serangan kejang dan paralisis. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014
dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara tidak ada laporan penemuan kasus penyakit tetanus.
3.2.23.4 Tetanus (Neonatorum)
Penyakit tetanus neonatorum adalah suatu bentuk tetanus yang berat, terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir. Disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis, atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan kekurangan imunisasi maternal. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara tidak ada laporan penemuan kasus penyakit tetanus neonatorum.
3.2.23.5 Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan Morbilivirus ditandai dengan munculnya bintik merah (ruam), terjadi pertama kali saat anak-anak. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, dan tahun 2014 tidak ada laporan penemuan kasus, namun di tahun 2015 ditemukan satu kasus penyakit campak yaitu di Puskesmas Bonegunu.
3.2.23.6 Polio
Penyakit polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.dapat menyerang semua umur, tetapi biasanya menyerang anak-anak usia kurang dari 3 tahun yang menyebakan kelumpuhan sehingga penderita tidak dapat menggerakkan salah satu bagian tubuhnya. Pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013, tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara tidak ada laporan penemuan kasus penyakit polio.
3.2.23.7 Hepatitis B
tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara penyakit hepatitis B belum terlaporkan kasus.
3.2.24 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk
Angka kesakitan (Incidence Rate) Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sebesar 47,7 100.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 25,5 per-100.000 penduduk sedangkan tahun 2015 sebesar 78,60 per-per-100.000 penduduk terjadi peningkatan Angka Kesakitan yang cukup signifikan dibanding Incidence Rate target nasional yaitu : <20/100.000 penduduk, yang terjadi di empat wilayah kerja Puskesmas dimana kasus terbanyak di Puskesmas Wakorumba Utara, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.17 berikut :
3
Gambar. 3.17
Angka Kesakitan DBD Per-100.000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 10 20 30 40 50 60 70 80 34 8
tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara penyakit hepatitis B belum terlaporkan kasus.
3.2.24 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk
Angka kesakitan (Incidence Rate) Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sebesar 47,7 100.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 25,5 per-100.000 penduduk sedangkan tahun 2015 sebesar 78,60 per-per-100.000 penduduk terjadi peningkatan Angka Kesakitan yang cukup signifikan dibanding Incidence Rate target nasional yaitu : <20/100.000 penduduk, yang terjadi di empat wilayah kerja Puskesmas dimana kasus terbanyak di Puskesmas Wakorumba Utara, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.17 berikut :
3
Gambar. 3.17
Angka Kesakitan DBD Per-100.000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4 1
0 0 0 0 0 0
47
tahun 2014 dan tahun 2015 di Kabupaten Buton Utara penyakit hepatitis B belum terlaporkan kasus.
3.2.24 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk
Angka kesakitan (Incidence Rate) Kabupaten Buton Utara pada tahun 2013 sebesar 47,7 100.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 25,5 per-100.000 penduduk sedangkan tahun 2015 sebesar 78,60 per-per-100.000 penduduk terjadi peningkatan Angka Kesakitan yang cukup signifikan dibanding Incidence Rate target nasional yaitu : <20/100.000 penduduk, yang terjadi di empat wilayah kerja Puskesmas dimana kasus terbanyak di Puskesmas Wakorumba Utara, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.17 berikut :
3
Gambar. 3.17
Angka Kesakitan DBD Per-100.000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
47 78,60
3.2.25 Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kematian yang disebabkan oleh penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah Kabupaten Buton tahun 2015 terjadi 1 kasus kematian dengan CFR 2,1 yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wakorumba Utara. 3.2.26 Angka Kesakitan Malaria per- 1.000 Penduduk
Angka Kesakitan Malaria Per-1.000 Penduduk pada tahun 2012 yaitu 0,90 per-1000 penduduk, tahun 2013 yaitu 0,359 per-1000 penduduk, tahun 2014 yaitu 0,36 per-1000 penduduk dan tahun 2015 yaitu 0,4 per-1000 penduduk terjadi peningkatan pada tahun 2015. Kasus malaria terbanyak yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 7 kasus, sedangkan empat puskesmas lainnya tidak terdapat kasus malaria, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.18 berikut :
4
Gambar. 3.18
Angka Kesakitan Malaria Per-1000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
0 5 10 15 20 25 7 6 5
3.2.25 Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kematian yang disebabkan oleh penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah Kabupaten Buton tahun 2015 terjadi 1 kasus kematian dengan CFR 2,1 yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wakorumba Utara. 3.2.26 Angka Kesakitan Malaria per- 1.000 Penduduk
Angka Kesakitan Malaria Per-1.000 Penduduk pada tahun 2012 yaitu 0,90 per-1000 penduduk, tahun 2013 yaitu 0,359 per-1000 penduduk, tahun 2014 yaitu 0,36 per-1000 penduduk dan tahun 2015 yaitu 0,4 per-1000 penduduk terjadi peningkatan pada tahun 2015. Kasus malaria terbanyak yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 7 kasus, sedangkan empat puskesmas lainnya tidak terdapat kasus malaria, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.18 berikut :
4
Gambar. 3.18
Angka Kesakitan Malaria Per-1000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
5 3
1 1 0 0 0 0
23
3.2.25 Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kematian yang disebabkan oleh penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah Kabupaten Buton tahun 2015 terjadi 1 kasus kematian dengan CFR 2,1 yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wakorumba Utara. 3.2.26 Angka Kesakitan Malaria per- 1.000 Penduduk
Angka Kesakitan Malaria Per-1.000 Penduduk pada tahun 2012 yaitu 0,90 per-1000 penduduk, tahun 2013 yaitu 0,359 per-1000 penduduk, tahun 2014 yaitu 0,36 per-1000 penduduk dan tahun 2015 yaitu 0,4 per-1000 penduduk terjadi peningkatan pada tahun 2015. Kasus malaria terbanyak yaitu di Puskesmas Bonegunu sebanyak 7 kasus, sedangkan empat puskesmas lainnya tidak terdapat kasus malaria, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.18 berikut :
4
Gambar. 3.18
Angka Kesakitan Malaria Per-1000 Penduduk Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
23
3.2.27 Angka Kematian Malaria
Angka kematian malaria di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 tidak ada kematian.
3.2.28 Kasus Penyakit Filariasis Ditangani
Kasus baru filariasis di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 tidak ada kasus baru yang dilaporkan.
3.2.29 Cakupan Desa/Kelurahan Terkena KLB Ditangani < 24 Jam Di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 tidak ada desa/kelurahan yang terkena KLB.
BAB 4
UPAYA KESEHATAN
Upaya Kesehatan terdiri dari Upaya kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan upaya perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan dengan berbagai faktor diantaranya sarana fisik, tenaga kesehatan, alat penunjang pelayanan kesehatan, obat-obatan dan standar pelayanan kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat diantaranya:
4.1 Pelayanan Kesehatan
4.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 87,0 %, terjadi peningkatan dibanding tahun 2014 yang hanya mencapai 72,3%. Pancapaian tertinggi yaitu dipuskesmas waode Buri
Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4.1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ke tiga umur kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 66,7%,terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai 62,2%. Cakupan tertinggi yaitu pada puskesmas Kioko yaitu sebesar 91,0% dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya 33,1%,selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 112,5 91,0 Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4.1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ke tiga umur kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 66,7%,terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai 62,2%. Cakupan tertinggi yaitu pada puskesmas Kioko yaitu sebesar 91,0% dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya 33,1%,selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
88,8 88,1 87,6 86,4 86,3 83,4 80,2 71,4 Gambar 4.1
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
4.1.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ke tiga umur kehamilan. Pelayanan yang mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) ukur tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 66,7%,terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai 62,2%. Cakupan tertinggi yaitu pada puskesmas Kioko yaitu sebesar 91,0% dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya 33,1%,selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
71,4 87,0
Gambar. 4.2
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan kunjungan ibu hamil K4 Tahun 2015 masih jauh dari target capaian SPM yaitu 95%, hanya 3 Puskesmas yang mencapai cakupan diatas 70%.
4.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 96,5% terjadi peningkatan
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 91,0 87,6 Gambar. 4.2
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan kunjungan ibu hamil K4 Tahun 2015 masih jauh dari target capaian SPM yaitu 95%, hanya 3 Puskesmas yang mencapai cakupan diatas 70%.
4.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 96,5% terjadi peningkatan
76,7 65,7 63,2 57,1 54,2 54,0 41,7 33,1 Gambar. 4.2
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan kunjungan ibu hamil K4 Tahun 2015 masih jauh dari target capaian SPM yaitu 95%, hanya 3 Puskesmas yang mencapai cakupan diatas 70%.
4.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 96,5% terjadi peningkatan
33,1 66,7
pada puskesmas Waode Buri, Kioko dan Bonerombo yaitu sebesar 100 % dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya mencapai 80,0%,, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :
Gambar. 4.3
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 telah melampaui target SPM yaitu 90%. Namun masih ada 2 (20%) puskesmas yang belum mencapai target yaitu lambale dan Wakorumba Utara.
4.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan pelayanan nifas adalah Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, yaitu kunjungan nifas ke-1 pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 97,5%, terjadi penurunan dibanding tahun 2014 yaitu 98,4%, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut :
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 100,0 100,0 100,0
pada puskesmas Waode Buri, Kioko dan Bonerombo yaitu sebesar 100 % dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya mencapai 80,0%,, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :
Gambar. 4.3
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 telah melampaui target SPM yaitu 90%. Namun masih ada 2 (20%) puskesmas yang belum mencapai target yaitu lambale dan Wakorumba Utara.
4.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan pelayanan nifas adalah Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, yaitu kunjungan nifas ke-1 pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 97,5%, terjadi penurunan dibanding tahun 2014 yaitu 98,4%, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut :
100,0 100,0 99,8 98,6 98,2 96,6 95,7 89,1
80,0
pada puskesmas Waode Buri, Kioko dan Bonerombo yaitu sebesar 100 % dan terendah di puskesmas Wakorumba Utara yaitu hanya mencapai 80,0%,, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :
Gambar. 4.3
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Buton Utara tahun 2015 telah melampaui target SPM yaitu 90%. Namun masih ada 2 (20%) puskesmas yang belum mencapai target yaitu lambale dan Wakorumba Utara.
4.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas
Cakupan pelayanan nifas adalah Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, yaitu kunjungan nifas ke-1 pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan. Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Buton Utara pada tahun 2015 adalah 97,5%, terjadi penurunan dibanding tahun 2014 yaitu 98,4%, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut :
80,0 96,5
Gambar. 4.4
Cakupan Pelayanan Nifas Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pelayanan nifas tahun 2015 telah mancapai target SPM yaitu 90%, 8 Puskesmas bahkan sudah mencapai 100% hal ini mencerminkan semakin baiknya pelayanan petugas kesehatan terhadap ibu nifas.
4.1.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
Imunisasi TT ibu hamil adalah pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2 adalah selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 adalah selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 adalah selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 adalah selang waktu pemberian
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Gambar. 4.4
Cakupan Pelayanan Nifas Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pelayanan nifas tahun 2015 telah mancapai target SPM yaitu 90%, 8 Puskesmas bahkan sudah mencapai 100% hal ini mencerminkan semakin baiknya pelayanan petugas kesehatan terhadap ibu nifas.
4.1.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
Imunisasi TT ibu hamil adalah pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2 adalah selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 adalah selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 adalah selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 adalah selang waktu pemberian
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 92,7
81,6 Gambar. 4.4
Cakupan Pelayanan Nifas Berdasarkan Puskesmas Kabupaten Buton Utara Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, cakupan pelayanan nifas tahun 2015 telah mancapai target SPM yaitu 90%, 8 Puskesmas bahkan sudah mencapai 100% hal ini mencerminkan semakin baiknya pelayanan petugas kesehatan terhadap ibu nifas.
4.1.5 Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
Imunisasi TT ibu hamil adalah pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu (yang dimulai saat dan atau sebelum kehamilan) yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Pemberian TT2 adalah selang waktu pemberian minimal 4 minggu setelah TT1 dengan perlindungan 3 tahun. Pemberian TT3 adalah selang waktu pemberian minimal 6 bulan setelah TT2 dengan perlindungan 5 tahun. Pemberian TT4 adalah selang waktu pemberian minimal 1 tahun setelah TT3 dengan perlindungan 10 tahun. Pemberian TT5 adalah selang waktu pemberian
81,6 97,5