GAMBARAN UMUM
AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
OLEH : BPK. CHALID, SE, MM
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN
KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA
BASIS AKRUAL
•
Basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar
•
Basis akrual diterapkan untuk
pengakuan Pendapatan-LO, Beban,
Aset, Kewajiban, dan Ekuitas
BASIS KAS
•
Basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar
•
Basis Kas diterapkan untuk
pengakuan Pendapatan-LRA,
Belanja, dan Pembiayaan
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi adalah
prinsip-prinsip atau dasar-dasar, yang dipilih
oleh
suatu
entitas
berdasarkan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
yang berlaku untuk diterapkan dalam
penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
TUJUAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI
•
Sebagai acuan penyusun laporan keuangan
dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
terjadi
terkait
dengan
transaksi-transaksi
keuangan yang ada;
(digunakan PPK-SKPD dan Fungsi Akuntansi utk
menyusun LKPD)
•
Sebagai acuan pemeriksa dalam memberikan
pendapat mengenai laporan keuangan yang
disusun oleh pemerintah daerah; dan
•
Sebagai
acuan
para
pengguna
laporan
keuangan dalam menafsirkan informasi yang
LAPORAN KEUANGAN POKOK
Berdasarkan PP No. 71 Tahun
2010
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)
Laporan
Finansial Laporan Operasional (LO)Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Neraca
Laporan Arus Kas (LAK)
Catatan atas Laporan
Keuangan
BEBAN
Tidak selalu berdasarkan
penge-luaran kas tetapi juga diakui
pada saat timbulnya kewajiban,
terjadi-nya konsumsi aset, dan
terjadinya penurunan manfaat
ekonomi dan potensi jasa
BASIS AKUNTANSI
PADA LAPORAN KEUANGAN
8
Basis Akuntansi
Laporan Keuangan
Akrual - Laporan Operasional (LO)
- Neraca
- Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Kas - Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
- Laporan Perubahan SAL (LPSAL)
9
NO Akun Anggaran Realisasi
I. Pendapatan-LRA 140 160 II. Belanja (100) (90) III. Transfer (15) (15) IV. Surplus/Defisit (I - II - III) 25 55
V. Penerimaan Pembiayaan 15 15 VI. Pengeluaran Pembiayaan (40) (35) VII. Pembiayaan Netto (V - VI) (25) (20)
VIII. SAL/SiLPA (Tahun Berjalan)) (IV + VII) 0 35
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
I. SAL/SiLPA (Awal) 10 II. Penggunaan SAL/SiLPA (Tahun Sebelumnya)
(sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan)
(10)
III. SAL/SiLPA (Tahun Berjalan) 35
IV Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya
1
V Lain-lain 0
IV. SAL/SiLPA (Akhir) (I - II + III +IV+V) 36
HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Finansial :
•
Saldo Surplus/Defisit pada LO
akan menambah/mengurangi
saldo Ekuitas pada LPE
•
Saldo akhir Ekuitas pada LPE
akan terbawa ke Neraca
11
I. Pendapatan - LO 145
II. Beban 75
III. Surplus/Defisit Operasional (I - II) 70
IV. Kegiatan Non Operasional 20 V. Pos Luar Biasa (5) VI. Surplus/Defisit - LO (III + IV + V) 85
I. Ekuitas Awal 350 II. Surplus/Defisit - LO 85 III. Ekuitas Akhir (I - II) 435
I. Aset 515
II. Kewajiban dan Ekuitas 515 1. Kewajiban 80 2. Ekuitas 435
Laporan Operasional
Neraca
BAGAN AKUN STANDAR (BAS)
Bagan akun ini mengacu pada :
-
Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan (PUSAP), sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Nomor:
238/PMK.05/2011, tanggal 23 Desember
2011.
-
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Pengelompokan akun dalam BAS ini disesuaikan
dengan jenis laporan yang akan dihasilkan dalam
Akuntansi Berbasis Akrual.
Contoh:
Untuk penyusunan Laporan Operasional (LO), yang
belum ada pada Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual, maka pada basis akrual dibuat pengelompokan tersendiri atas akun-akun Pendapatan-LO dan Beban.
Sistem Akuntansi Berbasis Akrual akan
mengakomodasi baik basis akrual maupun
basis kas dalam satu sistem.
Oleh sebab itu, metode pencatatan yang
digunakan dalam Sistem Akuntansi
Berbasis Akrual untuk mencatat transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas akan
langsung berpengaruh terhadap Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan
Operasional (LO).
Dilakukannya dua jenis penjurnalan
sekaligus baik untuk LRA maupun LO
saat penerimaan kas maupun
pengeluaran kas.
Untuk mencegah duplikasi pencatatan
akun Kas dalam Sistem Akuntansi
Berbasis Akrual ini, akan dikenal akun
baru yang dinamakan Perubahan SAL
.
PROSES AKUNTANSI &
PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PADA
ENTITAS AKUNTANSI
1. Identifikasi transaksi keuangan
2. Membuat jurnal atas transaksi
keuangan
3. Posting ke buku besar
4. Menyusun Neraca Lajur:
–
Menyusun neraca saldo
–
Membuat jurnal penyesuaian
–
Membuat jurnal penutup
PROSES PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN PADA ENTITAS
PELAPORAN
1. Penggabungan Laporan Keuangan Entitas
Akuntansi (SKPD) : LRA, Neraca, LO, LPE,
CaLK menjadi Laporan Keuangan Pemda
2. Penyusunan LPSAL dan LAK Pemda
Proses penggabungan LK SKPD dan
penyusunan LPSAL & LAK pemda dilakukan
oleh SKPKD
PROSES KEUANGAN POKOK
• Bukti Penerimaan Kas
• Bukti Pengeluaran Kas
• Bukti Memorial / Pengakuan Akrual
• Jurnal Penerimaan Kas (LRA&Akrual)
• Jurnal Pengeluaran Kas (LRA&Akrual)
• Jurnal Memorial (Akrual)
Buku Pembantu
Buku Jurnal Buku Besar KeuanganLaporan
AKUNTANSI SKPD
•
Akuntansi yang diselenggarakan oleh
SKPD sebagai entitas Akuntansi.
•
Sistem akuntansi pada SKPD
dilaksanakan oleh Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK)
SKPD berdasarkan
dokumen-dokumen sumber yang diserahkan
oleh bendahara penerimaan ataupun
bendahara pengeluaran
LAPORAN KEUANGAN SKPD
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Neraca;
3. Laporan Operasional (LO);
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
www.bpkp.go,id
KEBIJAKAN AKUTANSI DAN
SISTEM AKUTANSI
PEMERINTAH DAERAH
BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN
2013
KEBIJAKAN
AKUTANSI BEBAN
DEFINISI
Beban adalah Penurunan Manfaat
ekonomi atayu potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan
ekuitas,
yang
dapat
berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
PENGAKUAN BEBAN
Pengakuan Beban (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal 206) dapat diakui sebagai berikut :
o Saat Timbulnya Kewajiban, artinya beban diakui pada saat
terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke Pemerintah Kota Surabaya tanpa diikuti keluarnya Kas dari Kas Umum Daerah. Contohnya : Tagihan Rekening Telepon dan Rekening Listrik yang sudah ada tagihannya belum dibayar pemerintah dapat diakui sebagai Beban.
o Saat Terjadinya Konsumsi Aset, artinya beban diakui pada saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional pemerintah daerah.
PENYESUAIAN PENGAKUAN
BEBAN (1)
Penyesuaian Pengakuan Beban pada saat Penyusunan Laporan Keuangan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal 207-208) adalah sebagai berikut :
o Beban Pegawai, diakui timbulnya kewajiban beban pegawai berdasarkan dokumen yang sah. Contoh : Daftar Gaji, tetapi pada 31 Desember belum dibayar.
o Beban Barang dan Jasa, diakui pada saat timbulnya kewajiban atau peralihan hak dari pihak ketiga yaitu bukti penerimaan barang/jasa atau Berita Acara Serah Terima ditandatangani tetapi pada 31 Desember belum dibayar. Dalam hal ini pada akhir tahun masih terdapat barang persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.
o Beban Penyusutan dan Amortisasi diakui pada saat akhir tahun/periode akuntansi berdasarkan metode penyusutan dan amortisasi yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.
o Beban Penyisihan Piutang diakui pada saat akhir tahun/periode akuntansi berdasarkan persentase cadangan piutang yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.
PENYESUAIAN PENGAKUAN
BEBAN (2)
o Beban Bunga diakui pada saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.
o Beban Transfer diakui pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah. Dalam hal pada akhir periode akuntansi terdapat alokasi dana yang harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui daerah mana yang berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban atau yang berarti beban diakui dengan kondisi sebelum pengeluaran kas.
SISTEM
DAN
Pihak Terkait
•
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
(PPK-SKPD)
•
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
•
Bendahara Pengeluaran SKPD
•
Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran
•
Pengurus Barang
Dokumen yang
Digunakan :
• Berita Acara Serah Terima Barang (BAST); • Faktur dan Kwitansi Pembayaran;
• Daftar Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ); • Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) UP/GU/TU/LS; • Bukti Pengeluaran Barang;
• Berita Acara Perhitungan Fisik Persediaan (BAPF);
• Surat Perjanjian Kerjasama (SPK)/Kontrak Kerjasama;
• Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)/Surat Perjanjian
Bantuan Sosial/Dokumen lain yang dipersamakan; dan
• Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan
KEBIJAKAN
AKUNTANSI
PERSEDIAAN
DEFINISI
Persediaan adalah aset lancar dalam
bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan
untuk
mendukung
kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang
yang
dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
KLASIFIKASI
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal. 122) bila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
oBarang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
oBahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain.
oBarang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat pertanian setengah jadi.
oBarang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.
KLASIFIKASI DALAM
BAS
Persediaan Bahan Pakai
Habis
• Persediaan Alat Tulis Kantor • Persediaan
Dokumen/Administrasi Tender • Persediaan Alat Listrik dan
elektronik ( lampu pijar, battery kering)
• Persediaan Perangko, materai dan benda pos lainnya
• Persediaan Peralatan kebersihan dan bahan pembersih
• Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
• Persediaan Isi tabung pemadam kebakaran
• Persediaan Isi tabung gas
Persediaan
Bahan/Material
• Persediaan Bahan baku bangunan
• Persediaan Bahan/bibit tanaman
• Persediaan Bibit ternak • Persediaan Bahan obat-obatan
• Persediaan Bahan kimia • Persediaan Bahan
Makanan Pokok
Persediaan Barang
Lainnya
• Persediaan Barang yang akan Diberikan Kepada Pihak Ketiga
PENGAKUAN
Biaya perolehan persediaan meliputi harga
pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan garga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
b. Harga pembelian terakhir (FIFO) apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenisnya
PENGUKURAN PERSEDIAAN
Metode pencatatan persediaan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal. 123) dilakukan dengan:
1. Metode Perpetual
Metode perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada
persediaan yang masuk dan keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan selalu ter-update.
Digunakan untuk mencatat jenis persediaan yang sifatnya
continues dan membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan.
2. Metode Periodik
Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik, maka pengukuran persediaan pada saat periode
penyusunan laporan keuangan dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi dengan menggunakan harga perolehan
terakhir /harga pokok produksi terakhir/nilai wajar. Digunakan untuk mencatat persediaan yang
penggunaannya sulit diidentifikasi, seperti Alat Tulis Kantor
ISU-ISU DALAM PERSEDIAAN
Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat dalam rangka kegiatan Pemerintah Daerah.
Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan bibit tanaman diakui sebagai persediaan.
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
SISTEM DAN
PROSEDUR
PIHAK TERKAIT
Pejabat Penatausahaan Keuangan
SKPD (PPK-SKPD)
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Bendahara Pengeluaran SKPD
Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran
DOKUMEN YANG
DIGUNAKAN :
Berita Acara Serah Terima Barang (BAST); Faktur dan Kwitansi Pembayaran;
Daftar Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ); Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
UP/GU/TU/LS/NIHIL;
Bukti Pengeluaran Barang;
Berita Acara Perhitungan Fisik Persediaan (BAPF); Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan
SELISIH PERSEDIAAN
o Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan
menurut bendahara barang/pengurus barang dengan hasil stock opname.
o Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang,
usang, kadaluarsa, atau rusak.
o Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah
yang normal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban. ( rek. 9.1.2.x.x)
o Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah
yang abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah. (rek.9.4.1.x.x)
o Penetapan besaran selisih persediaan sebagai normal atau
abnormal ditentukan oleh Pemda dalam kebijakan akuntansinya.
o Selisih pengakuan atas selisih persediaan hanya terdapat dalam
metode perpetual.
KEBIJAKAN
AKUTANSI ASET
TETAP
DEFINISI
Aset tetap
adalah
aset berwujud
yang mempunyai
masa manfaat
l
ebih dari dua belas bulan
untuk
digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan
dalam
kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
DEFINISI
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu
aset berwujud dapat diakui sebagai aset
tetap, yaitu:
berwujud,
mempunyai masa manfaat lebih dari 12
bulan,
biaya perolehan dapat diukur secara
andal,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
operasi normal entitas, dan
diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan
KLASIFIKASI
Klasifikasi aset tetap menurut PSAP No. 7 adalah sebagai berikut:
1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin 3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5. Aset Tetap Lainnya
6. Konstruksi dalam Pengerjaan
PENGAKUAN TANAH
Tanah diakui sebagai aset tetap (Perwali Nomor 32 Tahun
2014 hal. 163) harus memenuhi 4 kriteria:
1. Masa manfaat lebih dari 12 bulan
2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal 3. Tidak dimaksud untuk dijual
4. Diperoleh dengan maksud untuk digunakan Pengadaan tanah pemerintah yang sejak semula
dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain disajikan sebagai persediaan
Pengakuan akan sangat andal bila telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan/atau saat
penguasaannya berpindah. Hak kepemilikan tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM) Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat
PENGAKUAN TANAH
Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan keuangan, Bultek no. 9 memberikan pedoman:
1. Tanah belum ada bukti kepemilikan yg sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tsb tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah dalam neraca dan diungkapkan secara memadai dalam CaLK;
2. Tanah milik Pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tsb tetap harus dicatatan dan disajikan sbg aset tetap pada neraca dan diungkapkan secara memadai dalam Calk;
3. Tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah lain, maka tanah tsb dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan dalam CaLK. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan secara memadai dalam CaLk;
PENGAKUAN TANAH
4.Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan:
1) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tsb
dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca serta diungkapkan dlm CaLK
2) Dlam hal belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah
tsb dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak laiin, tanah tsb dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca serta diungkapkan dalam Calk
3) Dalam hal bukti kepemilikan ganda, namun tanah tsb dikuasai dan/atau
digunakan oleh pemerintah, maka tanah tsb tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca dan diungkapkan dalam CaLk
4) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tsb diuasai
dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tasb tetap dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca, namun adanya sertifikat ganda harus diungakapkan secara memadai dalam CaLK
5. Tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporakan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah, malainkan cukup diungkapkan secara memadai pada CaLK
PENGUKURAN/PENILAIAN TANAH
1. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
2. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya
pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya pengurusan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.
Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang akan dimusnakan yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut. Apabila perolehan tanah pemerintah dilakukan oleh panitia pengadaan, maka termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor panitia pengadaan/pembebasan tanah, belanja barang dan belanja perjalanan dinas dalam rangka perolehan tanah tersebut.
PENGUKURAN/PENILAIAN TANAH
3. Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti
kepemilikan tanah, misalnya dari status tanah girik menjadi SHM, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.
4. Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa
tanah, seperti biaya pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah
5. Perolehan tanah melalui hibah/donasi tidak
PENGAKUAN PERALATAN DAN MESIN (PERWALI
NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 166-167)
Suatu barang berwujud dapat diakui sebagai
aset tetap apabila mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi
normal entitas, dan diperoleh atau dibangun
dengan maksud untuk digunakan.
Peralatan dan mesin yang diperoleh dan yang
dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak
lain, tidak dapat dikelompokkan dalam aset
tetap Peralatan dan Mesin, tapi dikelompokkan
PENGUKURAN PERALATAN DAN MESIN
( PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014
HAL. 167-168)
Peralatan dan mesin dinilai dengan biaya perolehan atau
nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Pengukuran Peralatan dan Mesin harus memperhatikan
kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap.
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap
tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
PENGAKUAN GEDUNG DAN BANGUNAN
(PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 170)
Untuk dapat diakui sebagai Gedung dan Bangunan,
maka gedung dan bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
Gedung dan bangunan yang dibangun oleh pemerintah,
namun dengan maksud akan diserahkan kepada masyarakat, tidak dapat dikelompokkan sebagai “Gedung dan Bangunan”, melainkan disajikan sebagai “Persediaan.”
Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih
dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima.
PENGUKURAN GEDUNG DAN BANGUNAN (PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 170-171)
Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
PENGUKURAN GEDUNG DAN BANGUNAN (2)
Gedung
dan
Bangunan
yang
dibangun
melalui
kontrak
konstruksi,
biaya
perolehan
meliputi
nilai
kontrak,
biaya
perencanaan
dan
pengawasan,
biaya perizinan, jasa konsultan, dan
pajak.
Gedung
dan
Bangunan
yang
diperoleh dari sumbangan (donasi)
dicatat sebesar nilai wajar pada
saat perolehan.
PENGAKUAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN
Jalan, irigasi, dan jaringan diakui
pada saat jalan, irigasi, dan
jaringan telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya
dan/atau
pada
saat
penguasaannya berpindah serta
telah siap dipakai.
PENGUKURAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai
siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan
atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang
dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan
tersebut siap pakai.
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan
jaringan yang diperoleh melalui kontrak
meliputi biaya perencanaan dan pengawasan,
biaya
perizinan,
jasa
konsultan,
biaya
pengosongan, pajak, kontrak konstruksi, dan
pembongkaran.
PENGUKURAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN
Biaya perolehan untuk jalan, Irigasi dan Jaringan yang
dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan, pajak dan pembongkaran.
Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari
sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
Untuk Jalan, Irigasi, dan Jaringan, tidak ada
ASET TETAP LAINNYA
Aset yang termasuk dalam kategori Aset
Tetap Lainnya adalah koleksi
perpustakaan/buku dan non buku, barang
bercorak kesenian/ kebudayaan/olah raga,
hewan, ikan, dan tanaman.
Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya
adalah Aset Tetap- Renovasi, yaitu biaya
renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya,
dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang
bukan miliknya.
PENGAKUAN ASET TETAP LAINNYA
Aset Tetap Lainnya diakui pada saat
Aset Tetap Lainnya telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya
dan/atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap dipakai.
PENGAKUAN ASET TETAP LAINNYA
Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas aset tetap yang bukan milik:
1. Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomik
aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap- Renovasi. Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa tidak menambah manfaat ekonomik, maka dianggap sebagai Belanja Operasional. Aset Tetap-Renovasi diklasifikasikan ke dalam Aset Tetap Lainnya
2. Apabila manfaat ekonomik renovasi tersebut lebih dari satu tahun buku,
dan memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi, sedangkan apabila manfaat ekonomik renovasi kurang dari 1 tahun buku, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai Belanja Operasional tahun berjalan.
3. Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi tersebut cukup material,
PENGUKURAN ASET TETAP LAINNYA
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang
diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran
nilai
kontrak,
biaya
perencanaan
dan
pengawasan, pajak, serta biaya perizinan.
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang
diadakan melalui swakelola, misalnya untuk
Aset Tetap Renovasi, meliputi biaya langsung
dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya
bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, pajak, dan jasa konsultan.
PENGUKURAN ASET TETAP LAINNYA
Pengukuran Aset Tetap Lainnya harus
memperhatikan kebijakan pemerintah tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap.
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan
aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku
perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (KDP)
Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah
aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya,
yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.
PENGAKUAN KDP
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai KDP
jika:
a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur
dengan handal;
c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan
fisik proyek belum dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus diakui sebagai KDP aset yang bersangkutan.
PENGAKUAN KDP
KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan. Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Dengan demikian, apabila atas suatu KDP telah diterbitkan BAPP, berarti pembangunan tersebut telah selesai. Selanjutnya, aset tetap definitif sudah dapat diakui dengan cara memindahkan KDP tersebut ke akun aset tetap yang bersangkutan.
PENGAKUAN KDP
Dalam kasus-kasus spesifik dapat terjadi variasi dalam pencatatan:
1. Apabila aset telah selesai dibangun, Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan sudah diperoleh, dan aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap Definitifnya.
2. Apabila aset tetap telah selesai dibangun, Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan sudah diperoleh, namun aset tetap tersebut belum dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap definitifnya.
3. Apabila aset telah selesai dibangun, yang didukung dengan
bukti yang sah, mis, BA Pemeriksaan Fisik 100% (walaupun BAPP belum diperoleh) namun aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut masih dicatat sebagai KDP dan diungkapkan di dalam CaLK.
PENGAKUAN KDP
Dalam kasus-kasus spesifik dapat terjadi variasi dalam pencatatan:
4.Apabila sebagian dari asset tetap yang dibangun telah
selesai, dan telah digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih diakui sebagai KDP.
5.Apabila suatu asset tetap telah selesai dibangun
sebagian (konstruksi dalam pengerjaan), karena sebab tertentu (misalnya terkena bencana alam/force majeur) asset tersebut hilang, maka penanggung jawab asset tersebut membuat pernyataan hilang karena bencana alam/force majeur dan atas dasar pernyataan tersebut KDPdapat dihapusbukukan.
6.Apabila BAST sudah ada, namun fisik pekerjaan belum
PENGAKUAN KDP
Penghentian Konstruksi Dalam Pengerjaan:
1.Apabila suatu KDP dihentikan pembangunannya
untuk sementara waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai di dalam CaLK
2.Apabila pembangunan KDP diniatkan untuk
dihentikan pembangunannya secara permanen karena diperkirakan tidak akan memberikan manfaat ekonomik di masa depan, ataupun oleh sebab lain yang dapat dipertaggungjawabkan, maka KDP tersebut harus dieliminasi dari neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
PENGUKURAN KDP
Apabila konstruksi asset tetap tersebut dilakukan
dengan swakelola, maka biaya-biaya yang dapat
diperhitungkan sebagai biaya perolehan adalah
seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang
dikeluarkan sampai KDP tersebut siap untuk
digunakan, meliputi biaya bahan baku, upah
tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan
dan
pengawasan,
biaya
perizinan,
biaya
pengosongan dan pembongkaran bangunan
yang ada di atas tanah yang diperuntukkan
PENGUKURAN KDP
Apabila kontruksi dikerjakan oleh kontraktor melalui suatu kontrak konstruksi, maka komponen nilai perolehan KDP tersebut berdasarkan PSAP 08 Paragraf 21 meliputi:
1. termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor
sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;
2. kewajiban yang masih harus dibayar kepada
kontraktor sehubungan dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan;
3. pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak
ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
PENGUKURAN KDP
Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka
biaya pinjaman yang timbul selama masa
konstruksi dikapitalisasi dan menambah
biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut
dapat diidentifikasikan dan ditetapkan
secara andal. Biaya pinjaman mencakup
biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul
sehubungan
dengan
pinjaman
yang
digunakan untuk membiayai konstruksi.
PENGUKURAN KDP
Untuk uang Retensi Jaminan Pemeliharaan, secara adminsitratif dapat ditangani dengan 2 cara berikut:
1. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima
persen) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan.
2. Pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai
kontrak dan penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan
Sebagaimana dinyatakan dalam Bultek No.04 nilai retensi dengan cara pertama diakui sebagai utang retensi. Apabila pada akhir tahun anggaran masih dalam masa retensi maka pengeluaran 5% harus disediakan dananya pada tahun anggaran berikutnya. Sedangkan cara kedua, adanya jaminan bank harus 1 diungkapkan dalam CaLK
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AWAL ASET TETAP
Setelah aset diperoleh, Pemerintah masih
melakukan
pengeluaran-pengeluaran
yang
berhubungan
dengan
aset
tersebut.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat berupa
biaya pemeliharaan ataupun biaya rehabilitasi
atau renovasi.
Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN
AWAL ASET TETAP
P
engeluaran yang memberikan manfaat kurang
dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk
mempertahankan kondisi aset tetap) disebut
dengan pengeluaran pendapatan (
revenue
expenditure
).
Dalam proses kapitalisasi biaya pada aset tetap
diterapkan kebijakan mengenai
Nilai Satuan
Minimum Kapitalisasi Aset Tetap (
capitalization
threshold
)
yang mengatur batas minimum
pengeluaran yang dapat ditambahkan ke dalam
nilai tercatat aset tetap.
PERTUKARAN ASET TETAP
Pertukaran aset tetap dapat dilakukan antara Pemerintah
Pusat dengan pemerintah daerah, atau antar pemerintah daerah, atau antara pemerintah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai yang seimbang.
Suatu aset tetap hasil pertukaran dapat diakui apabila
kepenguasaan atas aset telah berpindah dan nilai perolehan aset hasil pertukaran tersebut dapat diukur dengan andal.
Pertukaran aset tetap dituangkan dalam BAST. Berdasarkan
PENGUKURAN PERTUKARAN ASET TETAP
Terhadap aset tetap yang diperoleh melalui
pertukaran dengan aset tetap yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, maka aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) aset yang dilepas.
Apabila nilai wajar aset tetap yang diperoleh lebih
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET
TETAP
Beberapa keadaan dan alasan penghentian aset
tetap antara lain adalah penjualan aset tetap,
pertukaran dengan aset tetap lainnya, atau
berakhirnya masa manfaat aset tetap sehingga
perlu diganti dengan aset tetap yang baru.
Apabila suatu aset tetap dihentikan dari
penggunaannya, baik karena dipindahtangankan
maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak
lagi memiliki manfaat ekonomi, maka
pencatatan akun aset tetap yang bersangkutan
harus ditutup.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP
Dalam hal penghentian aset tetap merupakan akibat dari
pemindah-tanganan dengan cara dijual atau dipertukarkan sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku aset tetap yang bersangkutan habis disusutkan, maka selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai penambah atau pengurang ekuitas . Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai pendapatan dan dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran.
Apabila penghentian suatu aset tetap akibat dari proses
pemindahtanganan berupa hibah atau penyertaan modal negara/daerah, maka akun aset tetap dan ekuitas akan dikurangkan dari pembukuan sebesar nilai buku dan tidak menimbulkan pendapatan
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET
TETAP
Aset tetap yang dipindahtangankan melalui
mekanisme Penyertaan Modal Negara (PMN),
dikeluarkan dari pembukuan pada saat
Peraturan Pemerintah (PP) PMN diterbitkan.
Sedangkan aset tetap yang dilepaskan melalui
penjualan dikeluarkan dari pembukuan pada
saat diterbitkan risalah lelang.
Apabila suatu aset tetap dimaksudkan untuk
dihentikan dari penggunaan aktif, maka aset
tetap tersebut direklasifikasi dalam kelompok
aset lainnya.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP
Apabila suatu aset tetap dilepaskan atau dihentikan secara
permanen setelah mendapatkan persetujuan penghapusan, maka aset tetap tersebut dieliminasi dari neraca.
Aset tetap yang dihentikan secara permanen oleh pimpinan
entitas sebelum mendapat persetujuan penghapusan direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.
Pada saat dokumen sumber untuk mengeliminasi aset
tetap tersebut dari neraca telah diperoleh, maka aset tetap yang telah direklasifikasi menjadi aset lainnya tersebut dikeluarkan dari neraca.
RENOVASI ASET TETAP
Renovasi dapat dilakukan terhadap semua barang
milik dalam kelompok aset tetap, namun demikian renovasi terhadap akun tanah dan akun aset tetap lainnya jarang ditemukan. Apabila aset tetap yang dimiliki dan/atau dikuasai suatu SKPD direnovasi dan
memenuhi kriteria kapitalisasi aset tetap, maka renovasi tersebut umumnya dicatat dengan menambah nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan.
dalam hal aset tetap yang direnovasi tersebut
www.bpkp.go,id
Kapitalisasi Belanja
Menjadi Aset Tetap
DEFINISI
Pada dasarnya pengeluaran untuk aset tetap
dapat dikategorikan menjadi belanja modal (capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures).
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap
adalah pengeluaran pengadaan baru atau penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, perbaikan atau restorasi. Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap menentukan apakah perolehan suatu aset harus dikapitalisasi atau tidak.
DEFINISI
Untuk jenis aset tetap yang biaya-biaya
pemeliharaanya tidak dikapitalisasi maka pada saat penganggaran dianggarkan dalam belanja barang dan jasa.
Pengeluaran belanja pengadaan baru untuk aset yang
memenuhi kriteria berwujud, mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan, tetapi nilainya dibawah batasan nilai satuan minimum kapitalisasi sebagaimana diatas
dicatat secara terpisah dari daftar aset tetap (extra
comptable), tetapi dicatat pada Laporan Barang Milik Daerah.
PENYUSUTAN ASET
TETAP
DEFINISI PENYUSUTAN ASET TETAP
Penyusutan didefinisikan sebagai penyesuaian
nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset
Pencatatan penyusutan merupakan salah satu
penanda pemberlakuan basis akrual dalam SAP
Penyusutan aset tetap bukan merupakan metode
alokasi biaya untuk periode yang menerima manfat aset tetap sebagaimana di sektor komersial. Penyesuaian ini lebih merupakan upaya untuk menunjukan pengurangan nilai karena pengkonsumsian potensi manfaat aset
ARTI PENTING PENYUSUTAN
Aset tetap merupakan komponen aset operasi
pemerintah yang penting dalam menjalankan operasional pemerintah
Salah satu infomasi yang sangan dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dalam
pengelolaan aset tetap adalah infomasi mengenai nilai
wajar aset.
Dalam rangka penyajian nilai wajar aset tetap tersebut, pemerintah dapat melakukannya melalui penetapan kebijakan penyusutan
ARTI PENTING PENYUSUTAN
Pengelolaan
aset
tersebut
meliputi
perencanaan,
penggaaran,
pengadaan,
penggunaan,
peman-faatan,
pertukaran,
pelepasan, dan penghapusan.
Penyusutan
memungkinkan
pemerintah
PRASYARAT PENYUSUTAN
1.
Harus
dapat diidentifikasikan
aset
yang
kapasitas
dan
manfaatnya
menurun
2.
Harus
ditetapkan nilai
yang dapat
disusutkan
3.
Harus
ditetapkan masa manfaat dan
kapasitas
aset tetap
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUTAN
1. Identifikasi aset tetap yang dapat disusutkan 2. Pengelompokan aset tetap
3. Penetapan nilai aset tetap yang wajar 4. Penetapan nilai yang dapat disusutkan
Aset tetap milik pemerintah diperoleh bukan untuk dijual, melainkan untuk sepenuhnya digunakan
sesuai tugas dan fungsi, maka nilai sisa/residu tidak diakui
5. Penetapan metode penyusutan
6. Penghitungan dan pencatatan penyusutan
PENETAPAN METODE
PENYUSUTAN
Tiga metode penyusutan:
Metode garis lurus
Metode saldo menurun berganda
Metode unit produksi
Metode penyusutan bebas dipilih, dan harus
ditetapkan dalam kebijakan akutansi pemda
HAL-HAL TERKAIT
DENGAN
PENYUSUTAN
1. Penyusutan pertama kali
2. Pemanfaatan aset tetap yang sudah seluruh nilainya disusutkan
Walaupun aset sudah disusutkan seluruh nilainya hingga nilai bukunya Rp0, mungkin secara teknis aset tsb masih dapat dimanfaatkan. Jika hal seperti itu terjadi, aset tetap tsb tetap disajikan dalam kelompok aset tetap bersangkutan di Neraca dengan menunjukan baik nilai perolehannya maupun akumulasai penyusutannya dan dijelaskan di CaLK. Aset tetap yang telah habis masa penyusutannya dapat dihapuskan jika telah mendapat ijin dari pejabat berwenang
3. Penghapusan aset tetap
Sesuai Permendagri No. 17 tahun 2007, aset pemda hanya dapat dihapuskan oleh Kepala Daerah
4. Penjualan aset tetap yang telah seluruhnya disusutkan
5. Tukar menukar aset tetap.
HAL-HAL TERKAIT DENGAN PENYUSUTAN
6.
Perbaikan aset tetap yang menambah
masa manfaat atau kapasitas mantaat
7.
Penyusutan atas aset secara berkelompok
8.
Perhitungan penyusutan aset tetap yang
diperoleh tengah tahun
9.
Perubahan estimasi dan konsekwensinya
PENYUSUTAN PERTAMA KALI
Pencatatan penyusutan pertama kali besar kemungkinan akan menghadapi permasalahan penetapan sisa masa manfaat dan masa manfaat yang sudah disusutkan, karena aset-aset tetap sejenis yang akan disusutkan kemungkinan diperoleh pada tahun-tahun yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, jika penyusutan pertama kali akan dilakukan pada akhir tahun 2015, besar kemungkinan akan dijumpai adanya jenis aset berupa peralatan dan mesin, misalnya mobil, yang diperoleh pada tahun-tahun sebelum tahun anggaran 2015.
PERHITUNGAN PENYUSUTAN ASET UNTUK
PERTAMAKALINYA
Perhitungan penyusutan aset tersebut untuk pertamakali kalinya
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), sebagaimana paragraf berikut :
1.Aset yang diperoleh pada tahun dimulainya penerapan penyusutan;
Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Perhitungan penyusutannya pada untuk tahun dilaksanakannya penyusutan (1 thn )
2. Aset yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal hingga satu
tahun sebelum dimulainya penerapan penyusutan
Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan.
Penyusutannya terdiri dari penyusutan tahun berjalan dan koreksi penyusutan tahun-tahun sebelumnya
3. Aset yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal