• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi 3.4 Kebijakan Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi 3.4 Kebijakan Akuntansi"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN UMUM

AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

OLEH : BPK. CHALID, SE, MM

DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN

KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

(2)

BASIS AKRUAL

Basis akuntansi yang mengakui

pengaruh transaksi dan peristiwa

lainnya pada saat transaksi dan

peristiwa itu terjadi, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara

kas diterima atau dibayar

Basis akrual diterapkan untuk

pengakuan Pendapatan-LO, Beban,

Aset, Kewajiban, dan Ekuitas

(3)

BASIS KAS

Basis akuntansi yang mengakui

pengaruh transaksi dan peristiwa

lainnya pada saat kas atau

setara kas diterima atau dibayar

Basis Kas diterapkan untuk

pengakuan Pendapatan-LRA,

Belanja, dan Pembiayaan

(4)

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Kebijakan Akuntansi adalah

prinsip-prinsip atau dasar-dasar, yang dipilih

oleh

suatu

entitas

berdasarkan

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

yang berlaku untuk diterapkan dalam

penyusunan dan penyajian Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

(5)

TUJUAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Sebagai acuan penyusun laporan keuangan

dalam menanggulangi masalah akuntansi yang

terjadi

terkait

dengan

transaksi-transaksi

keuangan yang ada;

(digunakan PPK-SKPD dan Fungsi Akuntansi utk

menyusun LKPD)

Sebagai acuan pemeriksa dalam memberikan

pendapat mengenai laporan keuangan yang

disusun oleh pemerintah daerah; dan

Sebagai

acuan

para

pengguna

laporan

keuangan dalam menafsirkan informasi yang

(6)

LAPORAN KEUANGAN POKOK

Berdasarkan PP No. 71 Tahun

2010

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)

Laporan

Finansial Laporan Operasional (LO)Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Neraca

Laporan Arus Kas (LAK)

Catatan atas Laporan

Keuangan

(7)

BEBAN

Tidak selalu berdasarkan

penge-luaran kas tetapi juga diakui

pada saat timbulnya kewajiban,

terjadi-nya konsumsi aset, dan

terjadinya penurunan manfaat

ekonomi dan potensi jasa

(8)

BASIS AKUNTANSI

PADA LAPORAN KEUANGAN

8

Basis Akuntansi

Laporan Keuangan

Akrual - Laporan Operasional (LO)

- Neraca

- Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Kas - Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

- Laporan Perubahan SAL (LPSAL)

(9)

9

NO Akun Anggaran Realisasi

I. Pendapatan-LRA 140 160 II. Belanja (100) (90) III. Transfer (15) (15) IV. Surplus/Defisit (I - II - III) 25 55

V. Penerimaan Pembiayaan 15 15 VI. Pengeluaran Pembiayaan (40) (35) VII. Pembiayaan Netto (V - VI) (25) (20)

VIII. SAL/SiLPA (Tahun Berjalan)) (IV + VII) 0 35

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

I. SAL/SiLPA (Awal) 10 II. Penggunaan SAL/SiLPA (Tahun Sebelumnya)

(sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan)

(10)

III. SAL/SiLPA (Tahun Berjalan) 35

IV Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya

1

V Lain-lain 0

IV. SAL/SiLPA (Akhir) (I - II + III +IV+V) 36

(10)

HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN

LAPORAN KEUANGAN

Laporan Finansial :

Saldo Surplus/Defisit pada LO

akan menambah/mengurangi

saldo Ekuitas pada LPE

Saldo akhir Ekuitas pada LPE

akan terbawa ke Neraca

(11)

11

I. Pendapatan - LO 145

II. Beban 75

III. Surplus/Defisit Operasional (I - II) 70

IV. Kegiatan Non Operasional 20 V. Pos Luar Biasa (5) VI. Surplus/Defisit - LO (III + IV + V) 85

I. Ekuitas Awal 350 II. Surplus/Defisit - LO 85 III. Ekuitas Akhir (I - II) 435

I. Aset 515

II. Kewajiban dan Ekuitas 515 1. Kewajiban 80 2. Ekuitas 435

Laporan Operasional

Neraca

(12)

BAGAN AKUN STANDAR (BAS)

Bagan akun ini mengacu pada :

-

Pedoman Umum Sistem Akuntansi

Pemerintahan (PUSAP), sesuai Peraturan

Menteri Keuangan Nomor:

238/PMK.05/2011, tanggal 23 Desember

2011.

-

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

(13)

Pengelompokan akun dalam BAS ini disesuaikan

dengan jenis laporan yang akan dihasilkan dalam

Akuntansi Berbasis Akrual.

Contoh:

Untuk penyusunan Laporan Operasional (LO), yang

belum ada pada Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual, maka pada basis akrual dibuat pengelompokan tersendiri atas akun-akun Pendapatan-LO dan Beban.

(14)

Sistem Akuntansi Berbasis Akrual akan

mengakomodasi baik basis akrual maupun

basis kas dalam satu sistem.

Oleh sebab itu, metode pencatatan yang

digunakan dalam Sistem Akuntansi

Berbasis Akrual untuk mencatat transaksi

penerimaan dan pengeluaran kas akan

langsung berpengaruh terhadap Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan

Operasional (LO).

(15)

Dilakukannya dua jenis penjurnalan

sekaligus baik untuk LRA maupun LO

saat penerimaan kas maupun

pengeluaran kas.

Untuk mencegah duplikasi pencatatan

akun Kas dalam Sistem Akuntansi

Berbasis Akrual ini, akan dikenal akun

baru yang dinamakan Perubahan SAL

.

(16)

PROSES AKUNTANSI &

PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN PADA

ENTITAS AKUNTANSI

1. Identifikasi transaksi keuangan

2. Membuat jurnal atas transaksi

keuangan

3. Posting ke buku besar

4. Menyusun Neraca Lajur:

Menyusun neraca saldo

Membuat jurnal penyesuaian

Membuat jurnal penutup

(17)

PROSES PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN PADA ENTITAS

PELAPORAN

1. Penggabungan Laporan Keuangan Entitas

Akuntansi (SKPD) : LRA, Neraca, LO, LPE,

CaLK menjadi Laporan Keuangan Pemda

2. Penyusunan LPSAL dan LAK Pemda

Proses penggabungan LK SKPD dan

penyusunan LPSAL & LAK pemda dilakukan

oleh SKPKD

(18)

PROSES KEUANGAN POKOK

Bukti Penerimaan Kas

Bukti Pengeluaran Kas

Bukti Memorial / Pengakuan Akrual

Jurnal Penerimaan Kas (LRA&Akrual)

Jurnal Pengeluaran Kas (LRA&Akrual)

Jurnal Memorial (Akrual)

Buku Pembantu

Buku Jurnal Buku Besar KeuanganLaporan

(19)

AKUNTANSI SKPD

Akuntansi yang diselenggarakan oleh

SKPD sebagai entitas Akuntansi.

Sistem akuntansi pada SKPD

dilaksanakan oleh Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK)

SKPD berdasarkan

dokumen-dokumen sumber yang diserahkan

oleh bendahara penerimaan ataupun

bendahara pengeluaran

(20)

LAPORAN KEUANGAN SKPD

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2. Neraca;

3. Laporan Operasional (LO);

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

dan

5. Catatan atas Laporan Keuangan

(CaLK).

(21)

www.bpkp.go,id

KEBIJAKAN AKUTANSI DAN

SISTEM AKUTANSI

PEMERINTAH DAERAH

BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 64 TAHUN

2013

(22)

KEBIJAKAN

AKUTANSI BEBAN

(23)

DEFINISI

Beban adalah Penurunan Manfaat

ekonomi atayu potensi jasa dalam

periode pelaporan yang menurunkan

ekuitas,

yang

dapat

berupa

pengeluaran atau konsumsi aset atau

timbulnya kewajiban.

(24)

PENGAKUAN BEBAN

Pengakuan Beban (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal 206) dapat diakui sebagai berikut :

o Saat Timbulnya Kewajiban, artinya beban diakui pada saat

terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke Pemerintah Kota Surabaya tanpa diikuti keluarnya Kas dari Kas Umum Daerah. Contohnya : Tagihan Rekening Telepon dan Rekening Listrik yang sudah ada tagihannya belum dibayar pemerintah dapat diakui sebagai Beban.

o Saat Terjadinya Konsumsi Aset, artinya beban diakui pada saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional pemerintah daerah.

(25)

PENYESUAIAN PENGAKUAN

BEBAN (1)

Penyesuaian Pengakuan Beban pada saat Penyusunan Laporan Keuangan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal 207-208) adalah sebagai berikut :

o Beban Pegawai, diakui timbulnya kewajiban beban pegawai berdasarkan dokumen yang sah. Contoh : Daftar Gaji, tetapi pada 31 Desember belum dibayar.

o Beban Barang dan Jasa, diakui pada saat timbulnya kewajiban atau peralihan hak dari pihak ketiga yaitu bukti penerimaan barang/jasa atau Berita Acara Serah Terima ditandatangani tetapi pada 31 Desember belum dibayar. Dalam hal ini pada akhir tahun masih terdapat barang persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

o Beban Penyusutan dan Amortisasi diakui pada saat akhir tahun/periode akuntansi berdasarkan metode penyusutan dan amortisasi yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.

o Beban Penyisihan Piutang diakui pada saat akhir tahun/periode akuntansi berdasarkan persentase cadangan piutang yang sudah ditetapkan dengan mengacu pada bukti memorial yang diterbitkan.

(26)

PENYESUAIAN PENGAKUAN

BEBAN (2)

o Beban Bunga diakui pada saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.

o Beban Transfer diakui pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah. Dalam hal pada akhir periode akuntansi terdapat alokasi dana yang harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui daerah mana yang berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban atau yang berarti beban diakui dengan kondisi sebelum pengeluaran kas.

(27)

SISTEM

DAN

(28)

Pihak Terkait

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

(PPK-SKPD)

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Bendahara Pengeluaran SKPD

Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran

Pengurus Barang

(29)

Dokumen yang

Digunakan :

Berita Acara Serah Terima Barang (BAST);Faktur dan Kwitansi Pembayaran;

Daftar Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) UP/GU/TU/LS;Bukti Pengeluaran Barang;

Berita Acara Perhitungan Fisik Persediaan (BAPF);

Surat Perjanjian Kerjasama (SPK)/Kontrak Kerjasama;

Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)/Surat Perjanjian

Bantuan Sosial/Dokumen lain yang dipersamakan; dan

Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan

(30)

KEBIJAKAN

AKUNTANSI

PERSEDIAAN

(31)

DEFINISI

Persediaan adalah aset lancar dalam

bentuk barang atau perlengkapan yang

dimaksudkan

untuk

mendukung

kegiatan operasional pemerintah dan

barang-barang

yang

dimaksudkan

untuk dijual dan/atau diserahkan dalam

rangka pelayanan kepada masyarakat.

(32)

KLASIFIKASI

Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal. 122) bila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

oBarang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

oBahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain.

oBarang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat pertanian setengah jadi.

oBarang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.

(33)

KLASIFIKASI DALAM

BAS

Persediaan Bahan Pakai

Habis

• Persediaan Alat Tulis Kantor • Persediaan

Dokumen/Administrasi Tender • Persediaan Alat Listrik dan

elektronik ( lampu pijar, battery kering)

• Persediaan Perangko, materai dan benda pos lainnya

• Persediaan Peralatan kebersihan dan bahan pembersih

• Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas

• Persediaan Isi tabung pemadam kebakaran

• Persediaan Isi tabung gas

Persediaan

Bahan/Material

• Persediaan Bahan baku bangunan

• Persediaan Bahan/bibit tanaman

• Persediaan Bibit ternak • Persediaan Bahan obat-obatan

• Persediaan Bahan kimia • Persediaan Bahan

Makanan Pokok

Persediaan Barang

Lainnya

• Persediaan Barang yang akan Diberikan Kepada Pihak Ketiga

(34)

PENGAKUAN

 Biaya perolehan persediaan meliputi harga

pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan garga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan

 Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:

a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang

b. Harga pembelian terakhir (FIFO) apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenisnya

(35)

PENGUKURAN PERSEDIAAN

Metode pencatatan persediaan (Perwali Nomor 32 Tahun 2014 hal. 123) dilakukan dengan:

1. Metode Perpetual

Metode perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada

persediaan yang masuk dan keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan selalu ter-update.

Digunakan untuk mencatat jenis persediaan yang sifatnya

continues dan membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan.

2. Metode Periodik

Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik, maka pengukuran persediaan pada saat periode

penyusunan laporan keuangan dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi dengan menggunakan harga perolehan

terakhir /harga pokok produksi terakhir/nilai wajar. Digunakan untuk mencatat persediaan yang

penggunaannya sulit diidentifikasi, seperti Alat Tulis Kantor

(36)

ISU-ISU DALAM PERSEDIAAN

 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat dalam rangka kegiatan Pemerintah Daerah.

 Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan

kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan bibit tanaman diakui sebagai persediaan.

 Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak

dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

(37)

SISTEM DAN

PROSEDUR

(38)

PIHAK TERKAIT

Pejabat Penatausahaan Keuangan

SKPD (PPK-SKPD)

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Bendahara Pengeluaran SKPD

Pengguna/Kuasa Pengguna Anggaran

(39)

DOKUMEN YANG

DIGUNAKAN :

 Berita Acara Serah Terima Barang (BAST);  Faktur dan Kwitansi Pembayaran;

 Daftar Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);  Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

UP/GU/TU/LS/NIHIL;

 Bukti Pengeluaran Barang;

 Berita Acara Perhitungan Fisik Persediaan (BAPF);  Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan

(40)

SELISIH PERSEDIAAN

o Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan

menurut bendahara barang/pengurus barang dengan hasil stock opname.

o Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang,

usang, kadaluarsa, atau rusak.

o Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah

yang normal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban. ( rek. 9.1.2.x.x)

o Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah

yang abnormal, maka selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah. (rek.9.4.1.x.x)

o Penetapan besaran selisih persediaan sebagai normal atau

abnormal ditentukan oleh Pemda dalam kebijakan akuntansinya.

o Selisih pengakuan atas selisih persediaan hanya terdapat dalam

metode perpetual.

(41)

KEBIJAKAN

AKUTANSI ASET

TETAP

(42)

DEFINISI

Aset tetap

adalah

aset berwujud

yang mempunyai

masa manfaat

l

ebih dari dua belas bulan

untuk

digunakan, atau dimaksudkan untuk

digunakan

dalam

kegiatan

pemerintah atau dimanfaatkan

oleh masyarakat umum.

(43)

DEFINISI

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu

aset berwujud dapat diakui sebagai aset

tetap, yaitu:

 berwujud,

 mempunyai masa manfaat lebih dari 12

bulan,

 biaya perolehan dapat diukur secara

andal,

 tidak dimaksudkan untuk dijual dalam

operasi normal entitas, dan

 diperoleh atau dibangun dengan

maksud untuk digunakan

(44)

KLASIFIKASI

Klasifikasi aset tetap menurut PSAP No. 7 adalah sebagai berikut:

1. Tanah

2. Peralatan dan Mesin 3. Gedung dan Bangunan

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5. Aset Tetap Lainnya

6. Konstruksi dalam Pengerjaan

(45)

PENGAKUAN TANAH

Tanah diakui sebagai aset tetap (Perwali Nomor 32 Tahun

2014 hal. 163) harus memenuhi 4 kriteria:

1. Masa manfaat lebih dari 12 bulan

2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal 3. Tidak dimaksud untuk dijual

4. Diperoleh dengan maksud untuk digunakanPengadaan tanah pemerintah yang sejak semula

dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain disajikan sebagai persediaan

Pengakuan akan sangat andal bila telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya dan/atau saat

penguasaannya berpindah. Hak kepemilikan tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM) Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat

(46)

PENGAKUAN TANAH

Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan keuangan, Bultek no. 9 memberikan pedoman:

1. Tanah belum ada bukti kepemilikan yg sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tsb tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah dalam neraca dan diungkapkan secara memadai dalam CaLK;

2. Tanah milik Pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tsb tetap harus dicatatan dan disajikan sbg aset tetap pada neraca dan diungkapkan secara memadai dalam Calk;

3. Tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah lain, maka tanah tsb dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan dalam CaLK. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan secara memadai dalam CaLk;

(47)

PENGAKUAN TANAH

4.Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan:

1) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tsb

dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca serta diungkapkan dlm CaLK

2) Dlam hal belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah

tsb dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak laiin, tanah tsb dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca serta diungkapkan dalam Calk

3) Dalam hal bukti kepemilikan ganda, namun tanah tsb dikuasai dan/atau

digunakan oleh pemerintah, maka tanah tsb tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca dan diungkapkan dalam CaLk

4) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tsb diuasai

dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tasb tetap dicatat dan disajikan sebagai aset tetap pada neraca, namun adanya sertifikat ganda harus diungakapkan secara memadai dalam CaLK

5. Tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporakan sebagai aset tetap tanah pada

neraca pemerintah, malainkan cukup diungkapkan secara memadai pada CaLK

(48)

PENGUKURAN/PENILAIAN TANAH

1. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan

2. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya

pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya pengurusan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.

Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang akan dimusnakan yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut. Apabila perolehan tanah pemerintah dilakukan oleh panitia pengadaan, maka termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor panitia pengadaan/pembebasan tanah, belanja barang dan belanja perjalanan dinas dalam rangka perolehan tanah tersebut.

(49)

PENGUKURAN/PENILAIAN TANAH

3. Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti

kepemilikan tanah, misalnya dari status tanah girik menjadi SHM, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.

4. Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa

tanah, seperti biaya pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah

5. Perolehan tanah melalui hibah/donasi tidak

(50)

PENGAKUAN PERALATAN DAN MESIN (PERWALI

NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 166-167)

Suatu barang berwujud dapat diakui sebagai

aset tetap apabila mempunyai masa manfaat

lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya

perolehan aset dapat diukur secara andal,

tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

normal entitas, dan diperoleh atau dibangun

dengan maksud untuk digunakan.

Peralatan dan mesin yang diperoleh dan yang

dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak

lain, tidak dapat dikelompokkan dalam aset

tetap Peralatan dan Mesin, tapi dikelompokkan

(51)

PENGUKURAN PERALATAN DAN MESIN

( PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014

HAL. 167-168)

 Peralatan dan mesin dinilai dengan biaya perolehan atau

nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

 Pengukuran Peralatan dan Mesin harus memperhatikan

kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap.

 Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap

tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

(52)

PENGAKUAN GEDUNG DAN BANGUNAN

(PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 170)

Untuk dapat diakui sebagai Gedung dan Bangunan,

maka gedung dan bangunan harus berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehannya dapat diukur secara handal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kondisi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;

Gedung dan bangunan yang dibangun oleh pemerintah,

namun dengan maksud akan diserahkan kepada masyarakat, tidak dapat dikelompokkan sebagai “Gedung dan Bangunan”, melainkan disajikan sebagai “Persediaan.”

Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih

dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima.

(53)

PENGUKURAN GEDUNG DAN BANGUNAN (PERWALI NOMOR 32 TAHUN 2014 HAL. 170-171)

Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.

Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun

dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

(54)

PENGUKURAN GEDUNG DAN BANGUNAN (2)

Gedung

dan

Bangunan

yang

dibangun

melalui

kontrak

konstruksi,

biaya

perolehan

meliputi

nilai

kontrak,

biaya

perencanaan

dan

pengawasan,

biaya perizinan, jasa konsultan, dan

pajak.

Gedung

dan

Bangunan

yang

diperoleh dari sumbangan (donasi)

dicatat sebesar nilai wajar pada

saat perolehan.

(55)

PENGAKUAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN

Jalan, irigasi, dan jaringan diakui

pada saat jalan, irigasi, dan

jaringan telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya

dan/atau

pada

saat

penguasaannya berpindah serta

telah siap dipakai.

(56)

PENGUKURAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN

Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan

meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai

siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan

atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang

dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan

tersebut siap pakai.

Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan

jaringan yang diperoleh melalui kontrak

meliputi biaya perencanaan dan pengawasan,

biaya

perizinan,

jasa

konsultan,

biaya

pengosongan, pajak, kontrak konstruksi, dan

pembongkaran.

(57)

PENGUKURAN JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN

 Biaya perolehan untuk jalan, Irigasi dan Jaringan yang

dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan, pajak dan pembongkaran.

 Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari

sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.

 Untuk Jalan, Irigasi, dan Jaringan, tidak ada

(58)

ASET TETAP LAINNYA

Aset yang termasuk dalam kategori Aset

Tetap Lainnya adalah koleksi

perpustakaan/buku dan non buku, barang

bercorak kesenian/ kebudayaan/olah raga,

hewan, ikan, dan tanaman.

Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya

adalah Aset Tetap- Renovasi, yaitu biaya

renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya,

dan biaya partisi suatu ruangan kantor yang

bukan miliknya.

(59)

PENGAKUAN ASET TETAP LAINNYA

Aset Tetap Lainnya diakui pada saat

Aset Tetap Lainnya telah diterima

atau diserahkan hak kepemilikannya

dan/atau pada saat penguasaannya

berpindah serta telah siap dipakai.

(60)

PENGAKUAN ASET TETAP LAINNYA

Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas aset tetap yang bukan milik:

1. Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomik

aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap- Renovasi. Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa tidak menambah manfaat ekonomik, maka dianggap sebagai Belanja Operasional. Aset Tetap-Renovasi diklasifikasikan ke dalam Aset Tetap Lainnya

2. Apabila manfaat ekonomik renovasi tersebut lebih dari satu tahun buku,

dan memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi, sedangkan apabila manfaat ekonomik renovasi kurang dari 1 tahun buku, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai Belanja Operasional tahun berjalan.

3. Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi tersebut cukup material,

(61)

PENGUKURAN ASET TETAP LAINNYA

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang

diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran

nilai

kontrak,

biaya

perencanaan

dan

pengawasan, pajak, serta biaya perizinan.

Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang

diadakan melalui swakelola, misalnya untuk

Aset Tetap Renovasi, meliputi biaya langsung

dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya

bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,

biaya perencanaan dan pengawasan, biaya

perizinan, pajak, dan jasa konsultan.

(62)

PENGUKURAN ASET TETAP LAINNYA

 Pengukuran Aset Tetap Lainnya harus

memperhatikan kebijakan pemerintah tentang ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap.

 Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan

aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

 Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, buku

perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.

(63)

KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (KDP)

 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah

aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.

 Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya,

yang proses perolehannya dan/atau

pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.

(64)

PENGAKUAN KDP

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai KDP

jika:

a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi

masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;

b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur

dengan handal;

c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan

fisik proyek belum dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut harus diakui sebagai KDP aset yang bersangkutan.

(65)

PENGAKUAN KDP

KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan. Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Dengan demikian, apabila atas suatu KDP telah diterbitkan BAPP, berarti pembangunan tersebut telah selesai. Selanjutnya, aset tetap definitif sudah dapat diakui dengan cara memindahkan KDP tersebut ke akun aset tetap yang bersangkutan.

(66)

PENGAKUAN KDP

Dalam kasus-kasus spesifik dapat terjadi variasi dalam pencatatan:

1. Apabila aset telah selesai dibangun, Berita Acara Penyelesaian

Pekerjaan sudah diperoleh, dan aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap Definitifnya.

2. Apabila aset tetap telah selesai dibangun, Berita Acara

Penyelesaian Pekerjaan sudah diperoleh, namun aset tetap tersebut belum dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap definitifnya.

3. Apabila aset telah selesai dibangun, yang didukung dengan

bukti yang sah, mis, BA Pemeriksaan Fisik 100% (walaupun BAPP belum diperoleh) namun aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut masih dicatat sebagai KDP dan diungkapkan di dalam CaLK.

(67)

PENGAKUAN KDP

Dalam kasus-kasus spesifik dapat terjadi variasi dalam pencatatan:

4.Apabila sebagian dari asset tetap yang dibangun telah

selesai, dan telah digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih diakui sebagai KDP.

5.Apabila suatu asset tetap telah selesai dibangun

sebagian (konstruksi dalam pengerjaan), karena sebab tertentu (misalnya terkena bencana alam/force majeur) asset tersebut hilang, maka penanggung jawab asset tersebut membuat pernyataan hilang karena bencana alam/force majeur dan atas dasar pernyataan tersebut KDPdapat dihapusbukukan.

6.Apabila BAST sudah ada, namun fisik pekerjaan belum

(68)

PENGAKUAN KDP

Penghentian Konstruksi Dalam Pengerjaan:

1.Apabila suatu KDP dihentikan pembangunannya

untuk sementara waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai di dalam CaLK

2.Apabila pembangunan KDP diniatkan untuk

dihentikan pembangunannya secara permanen karena diperkirakan tidak akan memberikan manfaat ekonomik di masa depan, ataupun oleh sebab lain yang dapat dipertaggungjawabkan, maka KDP tersebut harus dieliminasi dari neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai

(69)

PENGUKURAN KDP

Apabila konstruksi asset tetap tersebut dilakukan

dengan swakelola, maka biaya-biaya yang dapat

diperhitungkan sebagai biaya perolehan adalah

seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang

dikeluarkan sampai KDP tersebut siap untuk

digunakan, meliputi biaya bahan baku, upah

tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan

dan

pengawasan,

biaya

perizinan,

biaya

pengosongan dan pembongkaran bangunan

yang ada di atas tanah yang diperuntukkan

(70)

PENGUKURAN KDP

Apabila kontruksi dikerjakan oleh kontraktor melalui suatu kontrak konstruksi, maka komponen nilai perolehan KDP tersebut berdasarkan PSAP 08 Paragraf 21 meliputi:

1. termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor

sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

2. kewajiban yang masih harus dibayar kepada

kontraktor sehubungan dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan;

3. pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak

ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

(71)

PENGUKURAN KDP

Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka

biaya pinjaman yang timbul selama masa

konstruksi dikapitalisasi dan menambah

biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut

dapat diidentifikasikan dan ditetapkan

secara andal. Biaya pinjaman mencakup

biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul

sehubungan

dengan

pinjaman

yang

digunakan untuk membiayai konstruksi.

(72)

PENGUKURAN KDP

Untuk uang Retensi Jaminan Pemeliharaan, secara adminsitratif dapat ditangani dengan 2 cara berikut:

1. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima

persen) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan.

2. Pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai

kontrak dan penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan

Sebagaimana dinyatakan dalam Bultek No.04 nilai retensi dengan cara pertama diakui sebagai utang retensi. Apabila pada akhir tahun anggaran masih dalam masa retensi maka pengeluaran 5% harus disediakan dananya pada tahun anggaran berikutnya. Sedangkan cara kedua, adanya jaminan bank harus 1 diungkapkan dalam CaLK

(73)

PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AWAL ASET TETAP

Setelah aset diperoleh, Pemerintah masih

melakukan

pengeluaran-pengeluaran

yang

berhubungan

dengan

aset

tersebut.

Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat berupa

biaya pemeliharaan ataupun biaya rehabilitasi

atau renovasi.

Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat

(74)

PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN

AWAL ASET TETAP

P

engeluaran yang memberikan manfaat kurang

dari satu tahun (termasuk pengeluaran untuk

mempertahankan kondisi aset tetap) disebut

dengan pengeluaran pendapatan (

revenue

expenditure

).

Dalam proses kapitalisasi biaya pada aset tetap

diterapkan kebijakan mengenai

Nilai Satuan

Minimum Kapitalisasi Aset Tetap (

capitalization

threshold

)

yang mengatur batas minimum

pengeluaran yang dapat ditambahkan ke dalam

nilai tercatat aset tetap.

(75)

PERTUKARAN ASET TETAP

 Pertukaran aset tetap dapat dilakukan antara Pemerintah

Pusat dengan pemerintah daerah, atau antar pemerintah daerah, atau antara pemerintah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai yang seimbang.

 Suatu aset tetap hasil pertukaran dapat diakui apabila

kepenguasaan atas aset telah berpindah dan nilai perolehan aset hasil pertukaran tersebut dapat diukur dengan andal.

 Pertukaran aset tetap dituangkan dalam BAST. Berdasarkan

(76)

PENGUKURAN PERTUKARAN ASET TETAP

 Terhadap aset tetap yang diperoleh melalui

pertukaran dengan aset tetap yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, maka aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) aset yang dilepas.

 Apabila nilai wajar aset tetap yang diperoleh lebih

(77)

PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET

TETAP

Beberapa keadaan dan alasan penghentian aset

tetap antara lain adalah penjualan aset tetap,

pertukaran dengan aset tetap lainnya, atau

berakhirnya masa manfaat aset tetap sehingga

perlu diganti dengan aset tetap yang baru.

Apabila suatu aset tetap dihentikan dari

penggunaannya, baik karena dipindahtangankan

maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak

lagi memiliki manfaat ekonomi, maka

pencatatan akun aset tetap yang bersangkutan

harus ditutup.

(78)

PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP

 Dalam hal penghentian aset tetap merupakan akibat dari

pemindah-tanganan dengan cara dijual atau dipertukarkan sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku aset tetap yang bersangkutan habis disusutkan, maka selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai penambah atau pengurang ekuitas . Penerimaan kas akibat penjualan dibukukan sebagai pendapatan dan dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran.

 Apabila penghentian suatu aset tetap akibat dari proses

pemindahtanganan berupa hibah atau penyertaan modal negara/daerah, maka akun aset tetap dan ekuitas akan dikurangkan dari pembukuan sebesar nilai buku dan tidak menimbulkan pendapatan

(79)

PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET

TETAP

Aset tetap yang dipindahtangankan melalui

mekanisme Penyertaan Modal Negara (PMN),

dikeluarkan dari pembukuan pada saat

Peraturan Pemerintah (PP) PMN diterbitkan.

Sedangkan aset tetap yang dilepaskan melalui

penjualan dikeluarkan dari pembukuan pada

saat diterbitkan risalah lelang.

Apabila suatu aset tetap dimaksudkan untuk

dihentikan dari penggunaan aktif, maka aset

tetap tersebut direklasifikasi dalam kelompok

aset lainnya.

(80)

PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP

 Apabila suatu aset tetap dilepaskan atau dihentikan secara

permanen setelah mendapatkan persetujuan penghapusan, maka aset tetap tersebut dieliminasi dari neraca.

 Aset tetap yang dihentikan secara permanen oleh pimpinan

entitas sebelum mendapat persetujuan penghapusan direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.

 Pada saat dokumen sumber untuk mengeliminasi aset

tetap tersebut dari neraca telah diperoleh, maka aset tetap yang telah direklasifikasi menjadi aset lainnya tersebut dikeluarkan dari neraca.

(81)

RENOVASI ASET TETAP

Renovasi dapat dilakukan terhadap semua barang

milik dalam kelompok aset tetap, namun demikian renovasi terhadap akun tanah dan akun aset tetap lainnya jarang ditemukan. Apabila aset tetap yang dimiliki dan/atau dikuasai suatu SKPD direnovasi dan

memenuhi kriteria kapitalisasi aset tetap, maka renovasi tersebut umumnya dicatat dengan menambah nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan.

dalam hal aset tetap yang direnovasi tersebut

(82)

www.bpkp.go,id

Kapitalisasi Belanja

Menjadi Aset Tetap

(83)

DEFINISI

Pada dasarnya pengeluaran untuk aset tetap

dapat dikategorikan menjadi belanja modal (capital expenditures) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures).

Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap

adalah pengeluaran pengadaan baru atau penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, perbaikan atau restorasi. Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap menentukan apakah perolehan suatu aset harus dikapitalisasi atau tidak.

(84)

DEFINISI

Untuk jenis aset tetap yang biaya-biaya

pemeliharaanya tidak dikapitalisasi maka pada saat penganggaran dianggarkan dalam belanja barang dan jasa.

Pengeluaran belanja pengadaan baru untuk aset yang

memenuhi kriteria berwujud, mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan, tetapi nilainya dibawah batasan nilai satuan minimum kapitalisasi sebagaimana diatas

dicatat secara terpisah dari daftar aset tetap (extra

comptable), tetapi dicatat pada Laporan Barang Milik Daerah.

(85)

PENYUSUTAN ASET

TETAP

(86)

DEFINISI PENYUSUTAN ASET TETAP

Penyusutan didefinisikan sebagai penyesuaian

nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset

Pencatatan penyusutan merupakan salah satu

penanda pemberlakuan basis akrual dalam SAP

Penyusutan aset tetap bukan merupakan metode

alokasi biaya untuk periode yang menerima manfat aset tetap sebagaimana di sektor komersial. Penyesuaian ini lebih merupakan upaya untuk menunjukan pengurangan nilai karena pengkonsumsian potensi manfaat aset

(87)

ARTI PENTING PENYUSUTAN

 Aset tetap merupakan komponen aset operasi

pemerintah yang penting dalam menjalankan operasional pemerintah

 Salah satu infomasi yang sangan dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dalam

pengelolaan aset tetap adalah infomasi mengenai nilai

wajar aset.

Dalam rangka penyajian nilai wajar aset tetap tersebut, pemerintah dapat melakukannya melalui penetapan kebijakan penyusutan

(88)

ARTI PENTING PENYUSUTAN

Pengelolaan

aset

tersebut

meliputi

perencanaan,

penggaaran,

pengadaan,

penggunaan,

peman-faatan,

pertukaran,

pelepasan, dan penghapusan.

Penyusutan

memungkinkan

pemerintah

(89)

PRASYARAT PENYUSUTAN

1.

Harus

dapat diidentifikasikan

aset

yang

kapasitas

dan

manfaatnya

menurun

2.

Harus

ditetapkan nilai

yang dapat

disusutkan

3.

Harus

ditetapkan masa manfaat dan

kapasitas

aset tetap

(90)

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUTAN

1. Identifikasi aset tetap yang dapat disusutkan 2. Pengelompokan aset tetap

3. Penetapan nilai aset tetap yang wajar 4. Penetapan nilai yang dapat disusutkan

Aset tetap milik pemerintah diperoleh bukan untuk dijual, melainkan untuk sepenuhnya digunakan

sesuai tugas dan fungsi, maka nilai sisa/residu tidak diakui

5. Penetapan metode penyusutan

6. Penghitungan dan pencatatan penyusutan

(91)

PENETAPAN METODE

PENYUSUTAN

Tiga metode penyusutan:

Metode garis lurus

Metode saldo menurun berganda

Metode unit produksi

Metode penyusutan bebas dipilih, dan harus

ditetapkan dalam kebijakan akutansi pemda

(92)

HAL-HAL TERKAIT

DENGAN

PENYUSUTAN

1. Penyusutan pertama kali

2. Pemanfaatan aset tetap yang sudah seluruh nilainya disusutkan

Walaupun aset sudah disusutkan seluruh nilainya hingga nilai bukunya Rp0, mungkin secara teknis aset tsb masih dapat dimanfaatkan. Jika hal seperti itu terjadi, aset tetap tsb tetap disajikan dalam kelompok aset tetap bersangkutan di Neraca dengan menunjukan baik nilai perolehannya maupun akumulasai penyusutannya dan dijelaskan di CaLK. Aset tetap yang telah habis masa penyusutannya dapat dihapuskan jika telah mendapat ijin dari pejabat berwenang

3. Penghapusan aset tetap

Sesuai Permendagri No. 17 tahun 2007, aset pemda hanya dapat dihapuskan oleh Kepala Daerah

4. Penjualan aset tetap yang telah seluruhnya disusutkan

5. Tukar menukar aset tetap.

(93)

HAL-HAL TERKAIT DENGAN PENYUSUTAN

6.

Perbaikan aset tetap yang menambah

masa manfaat atau kapasitas mantaat

7.

Penyusutan atas aset secara berkelompok

8.

Perhitungan penyusutan aset tetap yang

diperoleh tengah tahun

9.

Perubahan estimasi dan konsekwensinya

(94)

PENYUSUTAN PERTAMA KALI

Pencatatan penyusutan pertama kali besar kemungkinan akan menghadapi permasalahan penetapan sisa masa manfaat dan masa manfaat yang sudah disusutkan, karena aset-aset tetap sejenis yang akan disusutkan kemungkinan diperoleh pada tahun-tahun yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, jika penyusutan pertama kali akan dilakukan pada akhir tahun 2015, besar kemungkinan akan dijumpai adanya jenis aset berupa peralatan dan mesin, misalnya mobil, yang diperoleh pada tahun-tahun sebelum tahun anggaran 2015.

(95)

PERHITUNGAN PENYUSUTAN ASET UNTUK

PERTAMAKALINYA

Perhitungan penyusutan aset tersebut untuk pertamakali kalinya

dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), sebagaimana paragraf berikut :

1.Aset yang diperoleh pada tahun dimulainya penerapan penyusutan;

Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Perhitungan penyusutannya pada untuk tahun dilaksanakannya penyusutan (1 thn )

2. Aset yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal hingga satu

tahun sebelum dimulainya penerapan penyusutan

Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan.

Penyusutannya terdiri dari penyusutan tahun berjalan dan koreksi penyusutan tahun-tahun sebelumnya

3. Aset yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal

(96)

Referensi

Dokumen terkait

Dari sekian banyak kegiatan dalam kultur jaringan anggrek tersebut dapat dilakukan efisien dan penggabungan ruang yang di perlukan seperti : ruang dapur berupa

Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam

Sebaiknya terdapat laporan internal yang dibuat oleh ketua tim proyek mengenai aktivitas apa saja yang dilakukan selama pengerjaan proyek sehingga kepala teknis

Artinya, setiap orang Kristen harus memilih antara percaya bahwa tiap-tiap gereja lokal, seperti Graphe di Sunter, atau Immanuel di Semarang itu tubuh Tuhan Yesus

Mengembalikan Posisi Aplikasi | 15 Anda dapat menggunakan monitor dengan model atau resolusi berbeda secara rutin, dan dapat menerapkan tata letak jendela yang

Hasil penelitian adanya penurunan lebih tinggi kondisi depresi lansia dengan harga diri rendah yang mendapatkan terapi kognitif dan senam latih otak (kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terapi Psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta, Ada perbedaan

Social Media Marketing Activities (SMMA) berpengaruh positif langsung, dan signifikan terhadap Brand Image (BIM), dalam artian pengguna e-wallet dapat berpresepsi bahwa