• Tidak ada hasil yang ditemukan

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 2, Februari 2017"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA BERDASARKAN

KURIKULUM KTSP SISWA KELAS IX

DI MTS NEGERI TUREN MALANG

Trisadono Sunyotowati

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Penelitian ini termasuk penelitian kelas (PK) dan bertujuan mendiskripsikan tentang (1) perencanaan pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan, (2) pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan, (3) penilaian pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantilatif yaitu mendiskripsikan hasil temuan dalam penelitian dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan di MTs Negeri Turen Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil analisis data intrumen penelitian dan data tanggapan siswa dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan, nilai rata-rata sebelum penerapan pembelajaran yang menyenangkan adalah 46,94 % ( 75 % dari 36 siswa), nilai rata-rata setelah penerapan pembelajaran yang menyenangkan adalah 79, 58 (100 % dari 36 siswa), dan tanggapan siswa setelah pementasan bercerita/ mendongeng menyatakan sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran yang menyenangkan mempunyai kontribusi positif dan signifikan dalam pembelajaran berbicara siswa kelas IX MTs Negeri Turen Malang, artinya adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran yang menyenangkan sebelum dan sesudah pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang menyenangkan mempunyai kontribusi positif dan signifikan dalam pembelajaran berbicara siswa kelas IX yang tercermin skor/ nilai pementasan bercerita/ mendongeng siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.

Kata Kunci:penerapan pembelajaran yang menyenangkan, berbicara

PENDAHULUAN

Belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran berbahasa dimaksudkan agar pembelajar terampil berbahasa. Seseorang dikatakan terampil berbahasa apabila terampil

mendengar, berbicara, membaca,dan menulis.

Agar siswa mampu

(2)

pengetahuan tentang bahasa. Pembelajaran tentang bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar serta kemampuan memperoleh wawasan, terutama yang berkaitan dengan dunia kehidupan siswa secara nyata. Dengan demikian, siswa mampu menghubungkan dan menerapkan hasil belajar bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran berbahasa kemampuan, berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa, disamping mendengarkan, menulis, dan membaca, yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran berbicara harus diarahkan untuk membekali siswa terampil mengungkapkan ide, gagasan, pengalaman, pesan, pendapat, dan pernyataan secara sistematis, logis, dan kreatif dalam bentuk ucapan (berbicara). Siswa harus dilatih menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan, tidak dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa (Depdiknas, 2005). Oleh karena itu, pembelajaran berbicara seharusnya memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih berbicara sebanyak-banyaknya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebut salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP/MTs adalah siswa mampu mengungkapkan pengalaman, gagasan, pendapat, dan pernyataan secara sistematis, logis, dan kresatif yang sesuai dengan konteks dan situasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang harus dikuasai siswa tertuang dalam satu butir pembelajaran berbicara. Pembelajaran berbicara meliputi pengungkapan ide, pengalaman, gagasan, pesan, pendapat,

dan pernyataan secara dalam berbagai situasi dan kondisi (BSNP, 2005: )

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran berbicara menduduki posisi yang tidak kalah penting jika dibandingkan dengan aspek pembelajaran yang lain, yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran berbicara justru seakan-akan dianaktirikan. Sebagian guru lebih sering memberi tugas kepada siswa untuk membaca, menyimak, dan menulis. Hal ini juga dipengaruhi dengan mengemukakan gagasan atau pendapatnya, termasuk memancing mereka untuk memberikan pertanyaan. Ini berarti pembelajaran berbicara mendapat perhatian yang kurang seimbang. Pada sisi yang lain, tidak sedikit siswa yang malu, minder, gugup, bahkan tidak percaya diri ketika ditunjuk untuk maju di depan kelas. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus akan mempengaruhi kualitas siswa dalam mengembangkan potensi dan kemampuan bernalarnya.

Dalam pelaksanaan berbicara, ada komponen-komponen yang ikut menentukan keberhasilan, seperti: tujuan, metode, sumber materi, media,dan evaluasi beserta hambatan dan solusi. Kesemua komponen ini harus mendapat perhatian demi terlaksananya kegiatan pembelajaran berbicara dari awal sampai akhir. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka amat diperlukan pendekatan pembelajaran yang menyenangkanyang menyenangkan dan membahagiakan siswa.

(3)

kendala yang hampir serupa meskipun guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran membaca,menyimak, menulis, dan berbicara selakigus, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada kendala yang harus segera dicari solusinya. Misalnya, kegiatan belajar mengajar yang kurang menarik, adanya siswa yang masih belum percaya diri dan minder disuruh maju, malu-malu, gugup, dan lain sebagainya.

Di samping itu, berkaitan dengan kurikulum sekolah (KTSP) yang telah dilaksanakan di beberapa sekolah, dengan adanya penetapan kurikulum ini dapat meningkatkan kualitas kompetensi siswa termasuk berbicara. Untuk merealisasikannya, dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa standar kompetensi pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadapa bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar semua dapat mengacu pada pedoman standar kompetensi dasar yang hendak dicapai.

Standar kompetensi berbicara kelas IX MTs Negeri Turen Malang adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita. Sedangkan kompetensi dasarnya sebagai berikut, (1) memperkenalkan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan intonasiyang tepat, (2) mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel, atau buku), dan (3) menceritakan berbagai pengalaman dengan pemilihan kata dan ekspresi yang tepat.

Indikator yang diharapkan sebagai berikut, (1) siswa dapat

memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi dalam intonasi yang tepat, (2) siswa dapat menemukan masalah dari berbagai sumber, berita, buku, artikel dan mendiskusikan dengan temannnya, (3) siswa dapat menceritakan pengalaman pribadinya dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa sebenarnya pembelajaran berbicara diarahkan agar siswa mampu secara efektif dan efisien mengungkapkan, gagasan, pendapat, kritikan, perasaannya dalam berbagai bentuk kepada lawan berbicara sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan. Di samping itu, untuk mewujudkannya dituntut untuk mampu mengemas pembelajaran berbicara menjadi kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga muncul dorongan kuat untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuannya.

Pembelajaran bahasa Indonesia yang diterapkan oleh guru sebagian besar dititikberatkan pada menulis, membaca, dan mendengar. Hal ini didukung fakta bahwa ujian nasional hanya mencakup aspek menulis dan membaca, sedangkan pembelajaran berbicara tidak terlibat pada proses penilaian yang menentukan keberhasilan siswa selama belajar pada setiap jenjang pendidikan. Untuk meraih hasil maksimal pada ujian sekolah, guru-guru memusatkan pada latihan-latihan mengerjakan soal yang titik beratnya pada aspek menulis dan membaca, serta tidak jarang yang mengabaikan pembelajaran berbicara.

(4)

komunikasi, maka pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya mendapat perhatian yang tidak kalah penting dibandingkan dari ketiga aspek berbahasa yang lain. Pembelajaran berbicara memerlukan metode, pendekatan, dan strategiyang tepat sehingga para siswa dapat menguasai pembelajaran berbicara seperti yang diharapkan.

Bagi sebagian besar siswa,pembelajaran berbicara dianggap paling sulit dan menjemukan. Siswa seringkali malas, malu, dan tidak percaya diri ketika mendapat kesempatan maju ke depan kelas untuk berbicara atau mengemukakan pendapat secara lisan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diciptakan formula pembelajaran yang tepat,sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran berbicara. Salah satunya dengan penerapan variasi metode pembelajaran berbasis pembelajaran yang menyenangkan.Variasi metode pembelajaran berbasis pembelajaran yang menyenangkan merupakan suatu penggabungan dari berbagai metode yang membentuk pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan pembelajaran yang menyenangkan merupakan metode pembelajaran yang cepat dan tepat serta menyenangkan untuk mengimbangi kerja otak kiri dan otak kanan agar dapat berkembang secara maksimal, dalam Buletin Pelangi Pendidikan Volume 6 (2003:No. 1).

Dikatakan metode cepat karena dengan pembelajaran yang menyenangkan berkembang secara maksimal, dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar

lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit dibuat mudah, sederhana sehingga tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Keberhasilan belajar tidak ditentukan atau diukur lamanya duduk di belakang meja belajar, tetapi ditentukan oleh kualitas cara belajar. Dikatakan metode tepat karena metode yang ada di pembelajaran yang menyenangkan bervariasi, yaitu password atau kata kunci, angka kreatif, visualisasi,

mindmapping, dan lain-lain. Bebas memilih dan menentukan metode yang tepat atau cocok untuk diterapkan di sekolah tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa yang bersangkutan. Hal ini dapat membuat siswa mempunyai minat dan motivasi belajar yang tinggi dalam proses belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar berbicara.

(5)

memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran berbicara di MTs Negeri Turen Malang.

METODE PENERAPAN

Mendasar pada fokus penelitian, tujuan penelitian, karakteristik data, serta analisis data yang telah ditulis di depan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih mendasar pada pertimbangan bahwa (1) penilaian dilakukan pada latar alamiah, (2) penelitian ini menggunakan manusia, dalam hal ini peneliti sebagai instrumen utama, (3) data yang dikumpulkan berupa ujaran-ujaran dan tindakan, (4) penelitian ini lebih memperhatikan proses daripada hasil, dan (5) analaisis dan data yang dilakukan bersifat induktif. Pertimbangan tersebut sejalan dengan karakteristik penilaian kualitatif yang dikemukakan oleh Bodgan dan Biklen (1982: 27-38).

Menurut Bodgan dan Biklen (1992), penilaian kualitatif terdiri dari tiga jenis yakni (1) evaluasi, (2) pedagogi, dan (3) tindakan, maka penelitian ini tergolong jenis penelitian kelas. Tipe penelitian evaluasi kualitatif berusaha mendiskripsikan dan menilai suatu perubahan program tertentu dengan tujuan memperbaiki dan atau meniadakan program itu. Tipe penilaian pedagogi bertujuan agar guru lebih efektif dalam mengajarkan suatu materi atau dalam tugas klinisnya untuk memperoleh gambaran tentang efektifitas pekerjaan yang diembannya, dan bagaimana dapat menjadi lebih baik.

Studi pendahuluan dilakukan penilaian sebelum membuat dan menetapkan rancangan penelitian.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti meliputi tanya jawab dengan guru yang mengajarkan Bahasa Indonesia di kelas IX MTs Negeri Turen Malang tentang penyusunan program perencanaan, pelaksanaan program, dan penilaian terhadap pembelajaran berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1988:31), bahwa sebelum peneliti menyusun rancangan penelitian, dianjurkan untuk mengadakan studi pendahuluan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang akan diteliti. Dengan demikian, penelitian ini adalah penelitian kualitatif jenis penelitian kelas khususnya pembelajaran berbicara kelas IX MTs Negeri Turen Malang.

Kegiatan penelitian yang dirancang dengan prosedur deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan mengikuti prosedur (1) kegiatan pralapangan, (2) pekerjaan di lapangan, dan (3) analisis data, Bodgan dalam Moleong (1988:72-94). Kegiatan pralapangan dalam rancangan kualitatif bertujuan untuk mengenal lingkungan sosial, lingkungan fisik, konteks kebudayaan dan sebaliknya. Kegiatan pokok yang dapat dilakukan dalam penelitian ini, adalah (1) menyusun rancangan penelitian, (2) memilih lapangan penelitian, (3) mengurus surat izin penelitian, (4) menilai keadaan lapangan, (5) memilih subyek penelitian, dan (6) mempersiapkan kelengkapan penelitian, seperti handycam, kamera dan catatan harian peneliti.

(6)

kegiatan pengumpulan informasi sebanyak mungkin mengenai persoalan-persoalan yang menjadi fokus penelitian secara alamiah. Yang dimaksud alamiah dalam hal ini adalah kegiatan mengumpulkan informasi dengan tidak mempengaruhi subyek penelitian, apa adanya.

Penelitian dilakukan di kelas IX G MTs Negeri Turen Malang. Beberapa alasan dipilihnya kelas dan madrasah tersebut, yakni (1) kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia menggunakan metode yang menyenangkan (joyful learning) yang berbeda dengan pendekatan tahun sebelumnya, (2) secara personal peneliti adalah salah satu pengajar bahasa Indonesia di madrasah tersebut, sehingga hasil penelitian dapat digunakan secara langsung untuk mengambil kebijakan tentang penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning)dalam pembelajaran berbicara siswa kelas IX MTs Negeri Turen Malang, dan (3) secara institusional merupakan SSN sehingga memerlukaan upaya-upaya strategis dalam mengembangkan proses belajar, khususnya pelajaran bahasa Indonesia.

Data penelitian ini berupa hasil pendokumentasian perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning)dalam pembelajaran berbicara kelas IX MTs Negeri Turen Malang. Untuk mendukung kelengkapan data yang dimiliki, peneliti juga mengumpulkan berbagai informasi, tanggapan dan respon guru dan siswa berkenaan dengan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan

(joyful learning) dalam pembelajaran berbicara kelas IX MTs Negeri Turen

Malang. Dengan demikian data ini lebih berwujud data verbal dari guru dan siswa.

Sumber data penelitian ini adalah persiapan mengajar guru dan interaksi belajar mengajar di dalam kelas sasaran penelitian. Guru selaku subyek penelitian digali tiga hal, yaitu (1) perencanaan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara, (2) pelaksanaan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara, dan (3) penilaian metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara. Siswa sebagai subyek penelitian digali informasi berupa nilai dan angket siswa tentang penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara. Kedua jenis data di atas diperoleh melalui observasi, studi dokumentasi, wawancara, dan catatan lapangan tentang penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara yang dilakukan dengan pendekatan kontektual Moleong, (1991:112).

(7)

menyajikan data yang telah terkumpul dengan kegiatan yang dilakukan adalah menyususn atau mengorganisasikan informasi sehingga memungkinkan dapat dilaksanakannya tahapan analisis berikutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap ini merupakan penyikapan tindak lanjut dari hasil olahan data pada tahap sebelumnya.

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak dimulai kegiatan pengumpulan data, sejak saat observasi tindakan pada tahap perencanaan sampai dengan tahap penilaian. Pengumpulan dan analisis data mengacu pada teknik analisis data mengalir yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart (1991), Miles dan Huberman (1992), Elliot (1991) dalam Depdibud (1993:33-34). Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data, yakni segera dianalisis setelah data terkumpul sampai semua data selesai disimpulkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan data. Dengan demikian, peneliti dapat segera membuat refleksi terhadap data dan kesimpulan yang diambil bisa lebih tepat.

Langkah-langkah analisi data menurut Rofi’udin (1998:36) meliputi

(1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan pengklasifikasian, dan (3) menyimpulkan data ferivikasi, kegiatan penelaahaan ini dimulai dengan transkripsi hasil pengamatan kemudian menganalisis, mensentensis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Penelaahan ini dilakukan secara keseluruhan, mulai awal terkumpulnya data sampai data semua terkumpul.

Setelah data terkumpul, dilakukan reduksi data yang melibatkan kegiatan pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Untuk memudahkan membuat kesimpulan data, maka data perlu disederhanakan. Kegiatan reduksi ini dilakukan dengan membuat ringkasan, membuat kode, membuat data, membuang data yang tidak perlu, dan pengaturan data sesuai dengan masalah penelitian. Dari data yang sudah terkumpul, dipisah-pisahkan sesuai dengan jenis, masalah penelitian, focus guru dan siswa, serta berdasarkan pendekatan kontekstual. Data yang sudah diklasifikasikan, kemudian dipaparkan menurut jenisnya, sesuai dengan masalah penelitian. Hal ini dilakukan agar penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, tidak dapat digeneralisasikan, tetapi dapat ditransfer. Transfebilitas hasil penelitian ini dapat diberlakukan pada SMP/MTs lainnya jika sekolah-sekolah tersebut memiliki persamaan karakteristik, konteks, dan kondisi sama dengan MTs Negeri Turen Malang.

(8)

yang telah melaksanakan metode belajar yang menyenangkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara siswa kelas IX MTs Negeri Turen. Pada bagian pertama dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara pada tahap perencanaan. Pada bagian kedua

dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara pada tahap pelaksanaan. Pada bagian ketiga dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara pada tahap penilaian.

Tahap Perencanaan

Data penerapan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara kepada siswa yang berhasil dikumpulkan melalui perekaman, pengamatan langsung dan catatan lapangan dapat dipaparkan sebagai berikut ini. Penerapan pendekatan pembelajaran menyenangkan dalam pembelajaran berbicara oleh guru Bahasa Indonesia kelas IX MTs Negeri Turen. Penerapan pembelajaran berbicara berdasarkan hasil rekaman dokumentasi yang telah dipersiapkan guru sudah sesuai dengan format atau silabus. Data yang berhasil dikumpulkan dari perencanaan pembelajaran berbicara, perumusannya meliputi pemetaan perencanaan pembelajaran berbicara, perumusannya meliputi (1) pemetaan kurikulum, (2) silabus, (3) rencana pelaksaan

pembelajaran. Ketiga langkah tersebut menjadi acuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan.

Pemetaan Kurikulum

Pada pemetaan kurikulum guru menentukan tema-tema yang dijadikan bahan ajar. Setelah tema-tema ditentukan guru mendistribusikan tema-tema yang akan diajarkan ke dalam pengelompokan keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Selanjutnya masing-masing keterampilan dibagi lagi menjadi empat aspek, yaitu aspek menulis, aspek membaca, aspek mendengar atau menyinak, dan aspek berbicara. Tema yang dipilih oleh guru ada tujuh, meliputi (1) tuntunan moral, (2) kekayaan laut, (3) pesona wisata nusantara, (4) kegiatan di sekolah, (5) masalah kependudukan, (6) remaja dan masalahnya, dan (7) tokoh dan sekitar kita. Untuk memberikan gambaran yang jelas, guru membuat tabel pemetaan kurikulum.

Penyusunan Silabus

(9)

penilaian, bentuk penilaian, contoh penilaian, alokasi waktu, dan alat/sumber.

Penyusunan RPP

Dari silabus yang telah ada guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Tema yang diambil guru untuk mejadi subjek penelitan adalah tuntunan moral.Standar kompetensi mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam bentuk lain. Kompetensi dasar menceritakan kembali secara lisan isi cerpen sesuai dengan naskah yang ditulis siswa. Pada penyusunan RPP ini guru menentukan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menceritakan kembali secara lisan isi cerpen sesuai dengan alur cerita aslinya, mampu menceritakan kembali secara lisan isi cerpen dengan ekspresi dan intonasi yang tepat, dan mampu menyebutkan hal yang menarik atau tidak menarik dari cerpen secara objektif dan logis.

Materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasarnya yaitu menceritakan kembali secara lisan isi cerpen. Guru tidak menguraikan secara detail materi yang dimaksud. Metode yang akan digunakan dalam pembelajaran berbicara ini adalah pemodelan, demontrasi, penugasan, diskusi, dan simulasi. Sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan yaitu 6 x 40 menit (3 kali pertemuan), guru merencanakan kegiatan pembelajaran berbicara ini menjadi tiga kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal pada pertemuan I terdiri 3 hal, yaitu: a) siswa mencermati kerangka teks cerpen, b)

siswa bersama guru berdiskusi tentang kerangka teks cerpen, c) siswa mengungkapkan kebermaknaan karakteristik naskah cerpen. Kegiatan inti pada pertemuan pertama terdiri dari 5 kegiatan yaitu: a) siswa membaca kerangka teks cerpen yang telah ditulis, b) siswa berdiskusi tentang kerangka teks cerpen yang telah dibaca, c) dengan sharing siswa menganalisis tema dan alurnya ( urutan peristiwa secara umum), d) siswa mempresentasikan hasil diskusi tentang kerangka teks cerpen, e) secara berkelompok siswa menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain.

Kegiatan akhir pada pertemuan I terdiri dari 2 hal yaitu: a) siswa dan guru melakukan refleksi, b) siswa ditugasi untuk memahami setiap alur dalam kerangka teks cerpen.

Pertemuan II terdiri dari tiga kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang watak para tokoh beserta latar cerpen.

b. Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan pada pertemuan

sebelumnya., 2) Kegiatan inti

a. Siswa mengamati watak para tokoh beserta latar cerpen.

b. Siswa mendiskusikan sikap watak tokoh dari dialog teks cerpen, c. Siswa berimprovisasi berdasarkan

teks cerpen,

d. Siswa mengekspresikan cerita sesuai dengan tokoh yang ada di teks cerpen,

e. Siswa lain menanggapi improvisasi dan ekspresi tokoh yang

diperankan. 3) Kegiatan akhir

(10)

sesuai dengan alau cerita dan karakter tokoh,

b. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya berdasarkan pengalaman pembelajaran saat ini.

Pertemuan III atau pertemuan terakhir dari RPP yang disusun guru meliputi: 1) Kegiatan awal

a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang teks cerpen yang akan ditampilkan dalam penceritaan kembali secara lisan.

b. Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya untuk menentukan cerpen yang akan diceritakan kembalai secara lisan.

c. Siswa secara berkelompok

mendiskusikan tahapan alur dalam cerpen.

d. Siswa secara berkelompok mendiskusikan isi cerpen yang merupakan bagian-bagian dari alur. 2) Kegiatan inti

a. Siswa menyiapkan perangkat pendukung cerpen yang akan diceritakan kembali secara lisan. b. Siswa menceritakan kembali secara

lisan isi cerpen secara berkelompok dalam bentuk cerita berantai sesuai dengan alur aslinya hingga menjadi sebuah cerita utuh dengan

menggunakan ekspresi dan improvisasi yang tepat sesuai dengan teks cerpen.

c. Siswa lain memberikan komentar penampilan kelompok lain dengan menggunakan rubrik yang telah disepakati.

3) Kegiatan akhir

a. Siswa dan guru menyimpulkan pemeranan penceritaan kembali cerpen dari masing-masing kelompok.

b. Siswa dan guru mengadakan refleksi.

c. Siswa mendapat informasi tentang hasil penampilan.

d. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya.

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara siswa kelas IX MTs Negeri Turen diawali dengan aktivitas guru dan murid bertanya jawab tentang cerpen, bertanya jawab tentang manfaat membaca yang pada pertemuan sebelumnya sudah dibuat secara berkelompok. Pada kegiatan ini siswa duduk melingkar sesuai dengan kelompok masing-masing. Dalam diskusi ini siswa menganalisis hal-hal yang menarik dari cerpen yang dibuat siswa secara berkelompok.

Pada tahap berikutnya, tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang kerangka teks cerpen atau tahapan alur cerpennya. Kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. Ada kelompok yang bertanya, ada pula kelompok yang memberikan kritikan karena hal-hal yang dianggap kurang pas. Kegiatan ini berjalan familiar, kadang-kadang diselingi senda gurau, terkadang ada pula yang memberikan aplaus, suasana memang ramai dan agak gaduh tapi siswa terlihat sangat interes dan menikmati kegiatan diskusi ini. Pada akhir diskusi, guru bersama-sama siswa menerangkan serta merevisi kerangka dan alur teks cerpen yang telah dibuat.

(11)

sebagaimana tertera dalam teks cerpen. Setiap siswa yang mendapat peran (bercerita) diberi kesempatan untuk memahami watak para tokoh beserta latar cerpen, memahami maksud pengarang di balik cerpennya. Siswa yang merasa tidak memahami bisa bertanya pada teman lain dan juga bisa bertanya pada guru. Karena pertemuan berakhir dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk lebih memahami karakter tokoh dengan bertanya pada orang tua, saudara atau teman di rumah.

Pada pertemuan kedua, guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menanyakan usaha yang dilakukan siswa di rumah setelah pertemuan yang lalu. Pada sesi ada beberapa siswa yang menyampaikan bahwa telah berusaha bertanya pada kakaknya yang guru TK dan mendapat tambahan pemahaman atas karakter atau watak tokoh dalam cerpen, dan ada yang menirukan ibunya ketika mendongeng di sekolah TK. Sebagian siswa lain secara jujur mengatakan kalau tidak bertanya pada orang lain dengan berbagai alasan. Guru tidak kecewa karena pada dasarnya siswa telah berani menyampaikan secara lisan tentang aktivitas yang dilakukannya. Selanjutnya guru memberi kesempatan siswa untuk kembali membentuk kelompok sebagaimana pertemuan yang lalu. Pada diskusi kelompok ini siswa memantapkan tentang tema, alur, watak para tokoh, latar cerpen, dan maksud pengarang di balik cerpen yang dibuat. Guru memberikan penguatan tentang hal-hal yang menunjang dalam menceritakan kembali cerpen di depan orang lain, seperti penggunaan alat visualisasi,

cara yang variatif, dan gaya yang penuh improvisasi agar cerita yang disampaikan tidak monoton, sehingga pendengar senantiasa ingin tahu kelanjutan ceritanya. Pendengar dapat terbebas dari rasa bosan, karena bagaimana pun juga improvisasi akan menambah daya tarik cerita yang akan disampaikan.

Setelah dirasa cukup, guru memberi tugas siswa untuk berimprovisasi dengan menceritakan kembali cerpen yang dibuat berdasarkan tahapan alaur teks cerpen, dengan cara cerita berantai dengan teman sekelompoknya. Guru memberi kebebasan cara bercerita kepada masing-masing kelompok. Pada kesempatan ini hampir semua siswa tidak berani tampil, semua saling menunggu teman yang lain. Guru berusaha memotivasi siswa dan akhirnya dari masing-masing kelompok ada yang berani bercerita tanpa ditunjuk. Suasana kembali gaduh tapi dalam suasana gembira karena setiap ada siswa yang bercerita dengan improvisasi dan ekspresi selalu mendapat aplaus dari seluruh siswa satu kelas.

Pada akhir pertemuan guru menggunakan beberapa siswa untuk bercerita dengan ekspresif dan berimprovisasi sesuai dengan tokoh yang ada dalam teks cerpen. Beberapa siswa ada yang berani walau tidak terlalu konsentrasi. Selanjutnyya guru menugaskan siswa untuk berlatih bercerita dengan ekspresif dan berimprovisasi di rumah masing-masing.

(12)

masing-masing kelompok. Kegiatan ini tidak berlangsung lama, karena siswa sudah sibuk dengan pemeranan dalam bercerita yang akan dilaksanakan. Guru segera memberi kesempatan kepada siswa untuk menyiapkan perangkat pendukung yang dibutuhkan oleh masing-masing kelompok. Untuk menentukan kelompok mana yang harus tampil terlebih dahulu, maka guru mengundi dengan seperti arisan. Masing-masing ketua kelompok amat antusias mengambil undianuntuk menentukan urutan penampilan.

Kegiatan puncak pada pembelajaran berbicara ini terjadi pada sesi ini. Tiap-tiap siswa mendapat kesempatan bercerita dengan ekspresi dan berimprovisasi yang tepat sesuai dengan teks cerpen yang dibuatnya. Untuk mengetahui kekurangan masing-masing kelompok, guru memberi kesempatan siswa kelompok lain menyampaikan komentarnya. Akhir dari pertemuan diisi dengan komentar dan evaluasi guru terhadap kegiatan pembelajaran berbicara siswa melalui kegiatan bercerita atau menceritakan kembali cerpen yang telah dibuat ini.

Tahap Penilaian

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara ini diperlukan sistem penilaian yang tepat, yaitu penilaian otentik atau disebut penilaian yang sebenarnya. Sistem penilaian penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara ini dilakukan selama dan sesudah kegiatan pembelajaran. Ketepatan penilaian berhubungan dengan aspek pelafalan, intonasi, ekspresi, dan improvisasi. Penilaian penerapan metode

pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara digunakan oleh guru untuk dua keperluan. Keperluan pertama untuk mengukur kompetensi siswa dalam pembelajaran berbicara. Keperluan kedua untuk mengetahui keefektifan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan (joyfullearning) dalam pembelajaran berbicara. Data tentang pelaksanaan penilaian dan bentuk-bentuk alat penilaian yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari pelaksanaan penilaian pembelajaran berbicara dengan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan dilengkapi dari studi dokumentasi terhadap rencana pembelajaran (RP) dan seluruh aktivitas siswa.

Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini menggunakan teknik tes unjuk kerja. Guru membuat format penilaian yang meliputi empat aspek yaitu: pelafalan, intonasi, ekspresi, dan improvisasi. Masing-masing aspek diberi rentangan skor 1 sampai dengan 5. Format yang disediakan guru sebagaimana tersebut pada tabel 2.

Selain guru melakukan penilaian terhadap unjuk kerja siswa, guru juga memberikan kesempatan siswa untuk saling mengamati terhadap penampilan teman atau kelompok lain. Siswa memberikan komentar secara tertulis dengan menggunakan format yang telah dipersiapkan guru. Tanggapan dari siswa terhadap temannya ini tidak dipertimbangkan dalam penilaian guru tetapi hanya sebagai masukan bagi siswa yang sedang melakukan unjuk kerja dalam bercerita.

(13)

skor/nilai postes pada siswa kelas IX MTs Negeri Turen.

Tabel 1. Skor/Nilai Pretes Pembelajaran Berbicara dengan Penerapan Pembelajaranyang Menyenangkan

Kode Sampel Skor Nilai Jumlah

Pelafalan Intonasi Ekspresi Improvisasi

Jumlah 85 81 88 85 338

Rata-rata 47,22 45,00 48,88 47,22 46,94

Dalam penilaian pretes diperoleh nilai rata-rata pembelajaran berbicara adalah 46,94 % artinya bahwa pada pementasan sebelum pembelajaran berbicara belum tampak hasil yang diperoleh siswa. Kriteria ketuntasan belajar siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai skor/nilai rata-rata dalam pembelajaran adalah 75 % atau dengan nilai sama dengan 70. Jika dalam pembelajaran, penilaian belum mencapai 75%, maka perlu adanya pengulangan materi ajar dan atau melakukan remidi bagi siswa yang belum tuntas belajar, bagi yang sudah tuntas perlu adanya pengayaan dengan

memberikan beberapa teks cerpen untuk dipelajari dan berusaha bercerita dengan lebih baik dari sebelumnya.

Rincian masing-masing penilaian sebagai berikut, (1) artikulasi 47,22 %, (2) intonasi 45,00 %, (3) ekspresi 48,88 %, (4) improvisasi 47,22 %. Dari hasil yang diperoleh sebelum pembelajaran menceritakan kembali cerpen, ternyata belum ada yang mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan di awal pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran berbicara dengan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan dalam bercerita.

Tabel 2. Nilai Postes Pembelajaran Berbicara dengan Penerapan Pembelajaran yang Menyenangkan

Kode Sampel

Skor /Nilai

Jumlah Pelafalan Intonasi Ekspresi Improvisasi

Jumlah 151 146 137 139 573

Rata-rata 83,88 81,11 76,11 77,22 79,58

Dalam penilaian postes diperoleh nilai rata-rata pembelajaran berbicara adalah 79,58 %. Dengan melihat hasil skor/nilai rata-rata postes setelah pembelajaran bercerita berlangsung ternyata skor/nilai rata-ratanya sudah lebih dari 75%, dengan demikian

sudah dapat dikatakan tuntas dalam pembelajaran, tinggal bagaimana upaya tindak lanjut setelah pembelajaran berbicara.

(14)

(3) ekspresi 76,11%, dan (4) improvisasi 77,22%.Dari hasil penilaian setelah hasil pembelajaran semua aspek telah mencapai 75%. Ini artinya ketuntasan belajar telah tercapai, sudah tidak perlu

pengulangan dalam pembelajaran.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan pembahasan penerapan pembelajaran yang menyenangkan berdasarkan KTSP siswa kelas IX MTs Negeri Turen, dapat diambil simpulan sebagai berikut.

Dalam perencanaan pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran berbicara yang meyenangkan berdasarkan KTSP siswa kelas IX MTs Negeri Turen, guru sudah membuat administrasi KBM berupa pemetaan kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tetapi RPP yang dibuat guru belum menunjukkan pembelajaran yang menyenangkan secara detail.

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan penerapan pembelajaran berbicara yang meyenangkan berdasarkan KTSP siswa kelas IX MTs Negeri Turen menimbulkan gairah belajar siswa. Siswa merasa enjoy, senang dan bahagia dalam belajar berbicara. Dari kegiatan awal guru sudah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Demikian juga pada kegiatan inti guru berhasil mengemas kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa terbebani, sehingga merasa kekurangan waktu dan ingin segera bertemu dengan pelajaran bahasa Indonesia.

Penilaian penerapan model pembelajaran yang menyenangkan

dalam pembelajaran berbicara digunakan oleh guru untuk dua keperluan. Keperluan pertama untuk mengukur kompetensi siswa dalam pembelajaran berbicara. Keperluan kedua untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran yang menyenangkan dalam pembelajaran berbicara.

Penilaian yang dilakukan guru menggunakan penilaian unjuk kerja serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai temannya dengan memberikan tanggapan secara bebas. Siswa merasa senang dilibatkan dalam penilaian sehingga secara tak langsung siswa bisa introspeksi terhadap pembelajaran yang dilakukannya.

SARAN

Untuk guru,hendaknyaguru terus mengembangkan model pembelajaran dengan model pembelajaran yang menyenangkan untuk membangkitkan motivasi bagi siswa, dengan demikian tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Komponen-komponen penbelajaran yang meliputi metode, poendekatan, strategi, evaluasi, sarana dan media pembelajaran hendaknya dioptimalkan peranannya untuk meraih hasil maksimal.

Guru perlu memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga bisa memberikan gambaran yang jelas tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukannya.

Kepada peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan teknik pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran berbicara.

(15)

yang berbeda dengan menggunakan model pembelajaran yang sama.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi,M.1990. Strategi Belajar

Mengajar Keterampilan

Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang:YA3

Aklan, Husain.1997. Penerapan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud

Ambari, Abdulloh. 1998. Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia.

Bandung: Trigenda Karya

Bell, T.R.1990. Sosiolinguistik. Sajian

Tujuan pendekatan dan

Problema-Problemanya.

Terjemahan Abd. Syukur.1995. Surabaya: Usaha Nasional

BSNP.2005. Kurikulum Satuan Pendidikan.Jakarta: BSNP

BSNP.2005.Panduan Penyusunan

Kurikulum TingkatSatuan

Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

---.2004. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahan Pelatih-an TOT BTBK. Jakarta: Depdiknas

---.2004.Pedoman Penilaian Kelas.

Jakarta: Puskur Balitbang

---.2004. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PPM

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pe-lajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia untuk SMP/MTs.

Jakarta: Draf

Depdiknas.2006. Strategi Pembelajar-an Bahasa Indonesia. Bahan Perkuliahan Bahasa Indonesia Lanjut Unisma Malang. Tidak dipublikasikan

Gambar

Tabel 1. Skor/Nilai Pretes Pembelajaran Berbicara dengan PenerapanPembelajaranyang Menyenangkan

Referensi

Dokumen terkait

- Hal-hal yang menggugurkan Penawaran : Peserta tidak memenuhi syarat-syarat substansial yang diminta dalam Lembar Data Pemilihan (LDP) dan Lembar Data Kualifikasi (LDK)

Laporan mengenai kepemilikan dan setiap perubahan kepemilikan saham Emiten atau Perusahaan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i wajib disampaikan

[r]

Pasar Mod al, d ip and ang p erlu untuk menetap kan Kep utusan Ketua Bap ep am tentang Pemeliharaan Dokumen Oleh Lemb ag a Kliring d an Penjaminan;.. Meng ing at

Universitas Negeri

keg iatan, lap oran mutasi kep emilikan Efek d an lap oran-lap oran lain yang d iwajib kan oleh Bursa Efek untuk d ip enuhi oleh Emiten; d an4. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam

[r]

Manajemen Sumber Daya Manusia