BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan
karena itu, seluruh stakeholder organisasi di semua lini bertanggung jawabuntuk melakukan pelayanan.
Gereja mewujudkan tujuan organisasinya melalui program-program yang diimplementasi dalam jemaat-jemaat yang terhimpun dalam sinode GPM.Untuk menilai keberhasilan tujuan organisasi maka dilakukan evaluasi baik di tingkat sidang sinode, sidang BPL, sidang Klasis, maupun sidang jemaat. Dalam beberapa tahun terakhir ditemukan sejumlah masalah yang sama sebagai hasil analisis atas berbagai program yang dijalankan baik di tingkat Sinode, Klasis, maupun Jemaat. Beberapa pokok masalah yang terus timbul dalam analisis di setiap tingkat keputusan dikemukakan dalam tabel berikut ini.
Tabel. 1.1 Identifikasi masalah berdasarkan hasil analisis core activity di tiap tingkat keputusanGPM tahun 2007, 2010, 2011.
No. Identifikasi Masalah Tahun
2007 2010 2011
1. Optimalisasi dalam menterjemahkan
dan melakukan implementasi tugas pokok dan fungsi atas dasar aturan, belum terwujud dengan baik.
x x x
2. Persepsi antar suprastruktur dan
umat masih terjadi perbedaan dalam memahami keterpanggilannya.
x x
3. Belum berfungsinya tata gereja
sebagai pedoman organisasi, serta lemahnya fungsi kontrol terhadap aras struktur dibawahnya.
x x x
4. Belum optimalnya penguasaan
aturan gereja. x x
[image:2.516.86.438.171.657.2]kewilayahan pelayanan yang akurat.
6. Pelaksanaan tugas yang belum
maksimal dikarenakan berorientasi pada kegiatan administrasi rutin.
x x x
7. Tidak memiliki sarana dan prasarana
yang mendukung pengembangan
sistem informasi data baik di tingkat sinode, klasis, dan jemaat.
x x
8. Peralatan pendukung tidak dikelola
dengan baik. x x x
9. Tata pengelolaan keuangan belum
diatur dengan baik yang berdampak pada ketimpangan kemampuan antar jemaat.
x x x
10. Aturan yang tersedia tidak mengatur dengan jelas bidang tugas yang berorientasi pada pengembangan dan pencapaian tujuan.
x x
11. Lemahnya pemahaman dan
rendahnya kesadaran terhadap tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab bidang.
x x x
12. Belum tertatanya data dan sistem informasi data karena rendahnya kemampuan dan motivasi SDM serta lemahnya manajemen organisasi.
x x
13. Ketersediaan sarana dan prasarana
belum diarahkan dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pada
masing-masing bidang dan
kelembagaan.
x x x
14. Lemahnya manajemen pengelolaan aset, yang mengakibatkan beralihnya sejumlah besar aset gereja ke tangan pihak lain.
x x x
15. Keterbatasan SDM yang tidak merata
di semua daerah pelayanan. x x x
16. Minimnya pemahaman tentang job
description. x x x
17. Belum tersedianya tenaga profesional
dalam tugas-tugas struktural,
penelitian, maupun fasilitator.
x x x
18. Tidak ada sistem pengendalian pada
keuangan gereja. x x x
19. Sistem rekruitmen tim verifikasi lebih
pengalaman
[image:4.516.84.436.186.589.2]Sumber data: Pola induk pelayanan dan rencana induk pengembangan pelayanan GPM tahun 2005-2012, salinan hasil ketetapan-ketetapan sidang sinode 2010, himpunan keputusan sidang BPL tahun 2011.
Tabel tersebut memperlihatkan masalah-masalah yang muncul sebagai hasil analisis dari core activity
yang dilakukan GPM pada setiap tingkat keputusan dari tahun 2007, 2010, dan 2011. Masalah-masalah yangdiidentifikasi dalam tabel 1.1memperlihatkan adanya control problem yang antara lain berhubungan dengan lack of direction, motivational problems, dan
personel limitations.Ketiga control problems tersebut memperlihatkan adanya masalah dengan sistem pengendalian manajemen di GPM.
Persoalan sistem pengendalian manajemen pada gereja memiliki hubungan dengan sistem pengendalian manajemen pada organisasi non-profit. Ini dikarenakan gereja merupakan salah satu dari organisasi non-profit yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa untuk menyediakan pelayanan kerohanian.Merchant & Van der Stede (2007) mengemukakan bahwa kebanyakan organisasi non-profit tidak mempunyai kejelasan sasaran. Tanpa kejelasan mengenai apa yang harus dicapai dan bagaimana timbal balik di antara
stakeholder akan membuat organisasi mengalami kesulitan untuk menilai seberapa baik sistem kontrol organisasi.
GPM sebagai organisasi non-profit memiliki tujuan organisasi yang abstrak.Kondisi ini menempatkan organisasi menjadi sulit dalam menentukan tujuan maupun indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian visi dan misi gereja. Kesulitan menentukan tujuan organisasi akan berpengaruh pada pengukuran kinerja karyawan. Kedua kondisi ini mengakibatkan sistem pengendalian manajemen menjadi sulit untuk diterapkan dalam gereja.
pada kasus Departemen Air dan Daya Los Angeles (DPW) yang menunjukkan adanya missing perception
antara Laura Chicks sebagai pengontrol kota yang berulang kali menegur Bill Lockyer sebagai manajer utama DWP karena melakukan pemborosan seratus ribu dolar untuk membiayai kegiatan masyarakat, tunjangan staf dan partai. Bill mengemukakan bahwa pengeluaran kepada partai mungkin tampak sebagai pengeluaran yang tidak perlu tetapi hal ini sangat diperlukan untuk mendukung masyarakat dan meningkatkan moral karyawan DPW (Daunt, 2002). Kasus ini menunjukkan bahwa Bill sebagai pimpinan DPW tidak mengetahui dengan pasti apa tujuan yang harus mereka capai. Tanpa mengetahui dan memahami dengan baik tujuan organisasi maka organisasi tersebut akan kehilangan arah.
Di sisi yang lain, kebanyakan organisasi non-profit menyediakan produk yang sifatnya tangible
menggunakan results controls; menganalisis manfaat dari program aksi; serta membandingkan kinerja tiap sub unit kerja yang berbeda. Kepentingan untuk menggunakan pengukuran kinerja dan pelayanan publik telah diterapkan oleh kinerja organisasi pemerintah,yang menghasilkan pertanggungjawaban manajer publik (Taylor dkk, 1996).
dan advokasi bisnis regional dengan cepat memberikan tekanan yang tinggi kepada biro pengunjung yang adalah kelompok non-profit untuk menyewa convention
center yang dimiliki kota dan mempromosikan
pariwisata daerah. Berbagai unsur mengancam akan memantau aktifitas biro lebih dekat, mengatur standar kinerja atau memotong hubungan lainnya dengan biro pengunjung.Intervensi dari pihak donator secara tidak langsung membuat organisasi non-profit mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan-keputusan strategis yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Penjelasan-penjelasan tersebut menunjukkan bahwa sistem pengendalian pada organisasi non-profit masih sangat lemah.Oleh karena inilah maka, peneliti merasa penting untuk meneliti sistem pengendalian manajemen pada organisasi gereja sebagai bagian dari organisasi non-profit.
1.2. Fokus Penelitian
action controls, personel dan culture controls. Penelitian inijugamemperlihatkan bagaimana sistem pengendalian manajemen dan implementasinya di GPM.
1.3. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi panduan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana sistem pengendalian manajemen pada GPM?
2. Bagaimana implementasi sistem pengendalian manajemen pada GPM?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi sistem pengendalian manajemen pada Gereja Protestan Maluku, serta menemukan kekuatan dan kelemahan dari sistem pengendalian manajemen yang telah dijalankan.
1.5. Manfaat Penelitian