Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN
HIDUP (LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU
GUNUNGKIDUL” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 27 Desember 2012 Pembimbing I
Hiryanto, M. Si NIP. 196506171993031002
Pembimbing II
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 7 Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,
“
(LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA
JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU
GUNUNGKIDUL” yang disusun oleh Fironika Susilowati, NIM 08102244009 ini
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Januari 2013 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Lengkap Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Hiryanto, M.Si
Widyaningsih, M. Si
 Hidup ibarat kita belajar di bangku sekolah setiap saat kita harus terus belajar dan belajar untuk menjadi yang lebih baik. ( Bayu Kristiyanto)
 Hidup itu berusaha, berdoa, berbuat baik pada orang lain serta selalu
Atas Karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk:
1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar
2. Agama, Nusa, dan Bangsa
3. Ayah dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan
Oleh:
Fironika Susilowati NIM 08102244009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) implementasi
pendidikan kecakapan hidup (life skills), (2) faktor pendukung dan
penghambat pendidikan kecakapan hidup (life skills), (3) dampak dari
pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola, tutor atau pelatih
pendidikan kecakapan hidup (life skills), dan warga belajar. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi program life
skills terdiri dari (a) persiapan terdiri dari dua tahap yaitu analisis kebutuhan
dan program life skills, (b) pelaksanaan meliputi tempat pembelajaran
disalah satu rumah warga belajar, waktu pembelajaran 3 bulan, peserta didik 60 orang, pendidik diambil dari PKBM dan UNY untuk pendamping, fasilitas baik, biaya dari UNY, metode ceramah dan praktek, proses
pembelajaran sudah menerapkan aspek kecakapan life skills yaitu kecakapan
personal, kecakapan antar personal dan kecakapan vokasional, (c) evaluasi
program life skills tertulis dan praktek. (2) Faktor pendukung motivasi
peserta didik, keaktifan pengelola dan pengurus, nara sumber yang baik, dan dana. Faktor penghambat faktor alam kurang mendukung dan kerjasama
antara peserta didik masih kurang. (3) Dampak dari program life skills
adalah membuka peluang usaha pendidik dan peserta didik, menambah bekal keterampilan, meningkatan perekonomian dan mengenalkan jamur pada masyarakat mengenai jamur tiram adalah makanan bergizi.
Kata kunci: Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills), Pengembangan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana
sehingga studi saya berjalan dengan lancar
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran
dalam pembuatan skripsi ini
4. Bapak Hiryanto, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak RB. Suharta
M. Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
6. Seluruh Pengurus (Pengelola) PKBM Ngudi Kapinteran atas ijin dan bantuan
untuk penelitian
7. Bapak, Ibu, Kakak ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
dukungannya
8. Untuk Mas Bayu atas pengertian, dukungan, kesabaran, perhatian serta kasih
sayang yang telah diberikan.
9. Semua teman- teman PLS angkatan 2008 yang selalu memberikan bantuan
dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman kita akan menjadi kisah klasik untuk masa depan
10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian
Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta,7 Januari 2013
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN ABSTRAK ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11
1. Kajian tentang Implementasi ... 11
a. Pengertian Implementasi ... 11
2. Kajian tentng Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11
b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 14
c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 15
g. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) ... 20
3. Kajian tentang Pengembangan Usaha ... 20
a. Pengertian Pengembangan ... 20
b. Pengertian Pengembangan Usaha ... 21
c. Pengorganisasian Pengembangan Usaha ... 23
4. Kajian tentang Jamur Tiram ... 23
a. Pengertian Jamur Tiram ... 23
b. Nilai Gizi Jamur Tiram ... 26
c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram ... 27
5. Kajian tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 30
a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 30
b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 31
c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 34
d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 35
B. Penelitian yang Relevan ... 37
C. Kerangka Berpikir ... 38
D. Pertanyaan Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penellitian ... 43
b. Display Data atau Penyajian Data ... 50
c. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan ... 50
F. Keabsahan Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53
1. Deskripsi Wilayah ... 53
2. Deskripsi PKBM Ngudi Kapinteran ... 54
a. Sejarah Berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran... 54
b. Legalitas Lembaga ... 55
c. Lokasi dan keadaan PKBM Ngudi Kapinteran ... 55
d. Visi dan Misi PKBM Ngudi Kapinteran ... 55
e. Tujuan PKBM Ngudi Kapinteran ... 56
f. Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ... 56
g. Sarana dan rasarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 57
h. Sasaran di PKBM Ngudi Kapinteran ... 58
i. Peserta Didik di PKBM Ngudi Kapinteran ... 59
j. Pendidik atau Tutor PKBM Ngudi Kapinteran ... 59
k. Pendanaan ... 62
l. Program PKBM Ngudi Kapinteran ... 62
B. Hasil Penelitian ... 64
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 64
a. Persiapan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 64
b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 66
a. Faktor Pendukung Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 76
b. Faktor Penghambat Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 77
3. Dampak Positif dan Negatif Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 78
C. Pembahasan ... 79
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 79
a. Persiapan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 79
b. Pelaksanaan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 80
c. Evaluasi Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 83
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)di PKBM Ngudi Kapinteran ... 83
3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 84
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
Makanan Lain (dalam %) ... 27
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Semanu ... 54
Tabel 3. Daftar Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ... 56
Tabel 4. Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 57
Tabel 5. Sarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 58
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 93
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 94
Lampiran 4. Catatan Lapangan I ... 101
Lampiran 5. Catatan Lapangan II... 102
Lampiran 6. Catatan Lapangan III ... 103
Lampiran 7. Catatan Lapangan IV ... 104
Lampiran 8. Catatan Lapangan V ... 105
Lampiran 9. Cacatan lapangan VI ... 106
Lampiran 10. Catatan Lapangan VII ... 107
Lampiran 11. Reduksi dan Display Data ... 108
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan berat dari efek
globalisasi. Pengalaman globalisasi abad 19 mengidentifikasikan bahwa
integrasi ekonomi, ekspansi pasar memberikan sedikit peluang untuk
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran
saat ini merupakan masalah utama dan mendesak yang perlu untuk segera
diatasi dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Pengangguran
yang tidak segera mendapatkan penanganan akan memicu bertambahnya
angka kemiskinan. Permasalahan ini menjadi penting untuk segera diatasi
karena dapat membawa dampak yang lebih luas, mencakup aspek sosial,
ekonomi, psikologis dan bahkan politik.
Data pengangguran dan kemiskinan di Indonesia hingga saat ini masih
merupakan masalah besar yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS
bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta
(13,33 persen). Sedangkan data ketanagakerjaan Indonesia pada tahun 2010
jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 8,96 juta orang ( 7,87 persen)
dari total angkatan kerja 113, 83 juta orang. Dari jumlah 8,96 juta orang
pengangguran tersebut sebagian besar berada di pedesaan.( Badan Statistik
Indonesia (BPS). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2010.Diambil
dariError! Hyperlink reference not valid.kemiskinan.pdf) diakses tanggal 15 april
merupakan indikator bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan
belum sesuai dengan harapan dan cita-cita perjuangan bangsa.
Sejarah kegagalan pembangunan yang mencapai titik kulminasinya
pada tahun 1997 ditandai dengan munculnya krisis ekonomi dan politik telah
melahirkan kesadaran baru tentang paradigma pembangunan yang tidak lagi
berorientasi ekonomi semata, melainkan pembangunan manusia yang
berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia. Paradigma baru tersebut
mengisyaratkan akan arti pentingnya pendidikan, baik pendidikan formal
maupun pendidikan non formal (PNF) sebagai satu-satunya jalan untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur serta mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaiman tercantum dalam UUD 1945. Adapun salah satu wujud kongkrit
yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai
salah satu pionir untuk pencapaian tujuan pendidikan pembangunan bangsa
adalah diterbitkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UU Sisdiknas Nomor 2
Tahun 1989.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) telah mengamanatkan bahwa:
Selain itu dalam undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan nasional bagian kelima pendidikan non formal pasal 26 ayat 1
menerangkan bahwa:
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Selanjutnya terkait dengan masalah kemiskinan dan kebodohan,
peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal
(Depdikbud, 1992) secara tegas menyatakan bahwa tujuan PNF adalah:
“Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan formal (sekolah).”
Konsepsi dan kajian yuridis diatas, telah mengindikasikan bahwa PNF
merupakan wahana yang sangat strategis bagi penanganan kebodohan,
pengangguran, dan kemiskinan, khususnya untuk masyarakat miskin atau
tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah. Peran PNF semakin tampak
jelas, setelah belakangan ini melihat kenyataan bahwa efek globalisasi
berdampak tidak hanya saja pada terpuruknya perekonomian bangsa tetapi
berimbas pula pada sektor-sektor kehidupan lainnya seperti pendidikan,
manusia (SDM) kita masih sangat rendah dan memprihatinkan. Hal tersebut
setidaknya dapat kita ketahui dari survei beberapa lembaga internasional.
Hasil survei tentang indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human
Development Indeks (HDI) pada tahun 2009, menempatkan Indonesia pada
peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0,593. Pada tahun
2010, sebagaimana laporan indeks pembangunan manusia yang dikeluarkan
program perserikatan bangsa-bangsa atau United National Development
Program (UNDP), IPM atau HDI Indonesia berada pada peringkat ke 108 dari
169 negara dengan indeks 0,600. Data pada tahun 2009 dan 2010 ada
kecenderungan kenaikan peringkat HDI Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain, namun kita masih tertinggal jauh dibanding dengan negara
tetangga kita Malaysia pada peringkat 57. ( Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tahun 2009 diakses dari (http://id.wikipedia.org/wiki/
IndeksPembangunanManusia). Hasil survei lembaga internasional tersebut
dapat digunakan sebagai pelajaran berharga yaitu bahwa upaya peningkatan
mutu pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan
masalah dasar pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu
adanya langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses
pendidikan harus dilakukan secara utuh menyeluruh, tidak hanya memperkuat
basis akademik, tetapi juga ajaran agama dan pembinaan profesi atau keahlian
(skill). Berjalannya proses ini, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa
(keagamaan), sehingga dapat menjadi pemicu penerus bangsa yang mampu
menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan.
Langkah awal mewujudkan berbagai harapan di atas, Departemen
pendidikan nasional sebagai institusi pemerintah yang mempunyai
tanggungjawab utama terhadap pembangunan sumber daya manusia di
Indonesia, telah menyusun kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan
mendasar ( broad based education), berorientasi pada kecakapan hidup (life
skills), dan berbasis masyarakat (community based education). Untuk itulah,
maka sejak tahun 2002 Depdiknas telah merencanakan sebuah program
inovasi di bidang pendidikan yang disebut dengan program life skills atau
pendidikan kecakapan hidup.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, khusunya pada penjelasan pasal 26 ayat 3
menyatakan bahwa “pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah
pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social,
kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha
sendiri”. Mengingat bahwa pada tahun 2002 masih berlaku Undang - undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, maka sesuai jalur
pendidikan yang ada, program life skills atau pendidikan kecakapan hidup
diimplementasikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal (sekolah)
dan jalur pendidikan non formal (PNF). Sesuai konteksnya, penelitian ini
untuk selanjutnya akan memfokuskan bahasan pada eksistensi program life
Lembaga penyelenggara pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada
jalur pendidikan non formal adalah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), dan Lembaga Perkursusan (LPK). Sesuai dengan konteksnya
penelitian ini secara khusus akan mengkaji program life skills yang
diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul.
Kementrian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa program
pendidikan life skills PNF dimaksudkan untuk membekali warga belajar
dengan lima aspek, yaitu 1) kecakapan mengenal diri (self awareness) yang
juga sering disebut kecakapan personal (personal skills), 2) kecakapan
berpikir rasional (thingking skill), 3)kecakapan antar personal (interpersonal
skills), 4) kecakapan akademik (academic skill) yang sering disebut juga
kemapuan berpikir ilmiah (scientific skill), dan 5) kecakapan vokasional
(vocational skill).
Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peniliti ditemukan bahwa belum
Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) diterapkan dalam
proses pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup budi daya jamur tiram di
PKBM Ngudi Kapinteran yaitu kecakapan akademik (academic skills) atau
disebut juga kecakapan berfikir ilmiah. Hal ini semakin memperkuat atau
mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang Implementasi
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada Program Pengembangan
Gunungkidul. Alasan mengapa peniliti memilih Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) karena Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
adalah lembaga swasta yang memiliki tugas dan fungsi sama dengan Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) tetapi belum mempunyai banyak pengalaman untuk
melaksanakan program PNF oleh karena itu peniliti ingin mengetahui lebih
jauh pelaksanaan program life skills di PKBM.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang di uraikan di atas dapat
di identifikasi masalah sebagai beriku:
1. Masih banyaknya penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis
kemiskinan menurut data BPS bulan Maret tahun 2010 jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 31, 02 juta ( 13, 33 persen).
2. Rendahnya sumber daya manusia di Indonesia dilihat dari indeks
pembangunan manusia (IPM) tahun 2009, menempatkan Indonesia pada
peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0, 593 dan
pada tahun 2010 berada pada peringkat ke 108 dari 169 negara dengan
indeks 0, 600.
3. Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga tidak
mampu mengembangkan usaha.
4. Belum Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak
seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu,
kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini
dibatasi yaitu bagaimana Implementasi Program Kecakapan Hidup (Life
Skills) Melalui Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM
Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di
atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skiils) yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pada
Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul?
2. Apakah faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pelaksanaan
program pendidikan kecakapan hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram
di PKBM Ngudi Kapinteran?
3. Bagaimana dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat Program Pendidikan
Kecakapan Hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran.
3. Mengetahui DampakProgram Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
F.Manfaat Penelitian
Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Jurusan PLS
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar
Sekolah khususnya pada Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di daerah setempat.
3. Bagi Lembaga Terkait
Lembaga terkait adalah PKBM Ngudi Kapinteran yaitu diharapkan
Kecakapan Hidup ( life skills ) sehingga dapat dijadikan pedoman untuk
meningkatkan kualitas program sejenis di masa yang akan datang.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang
Program Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam Mengembangkan Usaha
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Menurut Mulyasa ( 2002: 93) implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa suatu perubahan, pengetahuan,
ketrampilan maupun nilai dan sikap. Sesuai dengan pengertian tersebut
implementasi adalah penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi sehingga
dalam penerapannya diharapkan memberikan dampak atau perubahan
kebentuk yang lebih baik dan berkembang.
2. Kajian tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Broling (1989) dalam Anwar (2004: 20) mendefinisikan life
skills sebagai suatu interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan yang
sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup
mandiri.
Menurut Satori (Anwar, 2004: 20) mengemukakan bahwa life skills
bukan hanya semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vokational
jobs), namun dapat membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan
memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus
dalam pendidikan non formal diharapkan dapat menolong warga belajar
atau masyarakat untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri mencari
nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.
Menurut Slamet (Anwar, 2004: 34 ) membagi life skills menjadi dua
bagian yaitu kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang
bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman,
tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan fondasi
bagi peserta didik baik di pendidikan persekolahan maupun pendidikan non
formal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat instrumental.
Life skills yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat
relative, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
waktu, situasi dan harus diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan
perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang
memberikan bekal keterampilan yang terpakai, terkait dengan kebutuhan
pasar kerja, peluang usaha dan ekonomi atau industry yang ada di
masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat.Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat dibagi menjadi
kecakapan hidup personal (personal skills), kecakapan social (social skills),
dan kecakapan untuk bekerja (occupational skill). Dengan memiliki bekal
dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi terutama masalah
perekonomian.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, telah menetapkan
bahwa program life skills atau pendidikan kecakapan hidup
diimplementasikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar
sekolah (PLS). Sesuai dengan konteksnya, penelitian ini akan mengupas
lebih banyak perihal pengembangan program life skills PLS. Diperkuat
pemaparan Ditjen Diklusepa bahwa:
“Dalam implementasinya, program life skills PLS berprinsip pada
empat pilar pendidikan sebagaimana paparan UNESCO (1993),
yaitu learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan),
learning to be (belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi
orang yang berguna), learning to do (belajar untuk dapat
melakukan pekerjaan), learning to live together (belajar untuk
dapat hidup bersama dengan orang lain).” (Ditjen Diklusepa, 2003: 6)
Ada tiga aspek yang tercakup dalam Ditjen Diklusepa (2003: 6)
(sekarang Ditjen PAUDNI) sebagai kecakapan umum (general life skills)
yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari proses pendidikannya baik
melalui jalur pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah,
yaitu:
1) Kecakapan mengenai diri (self awarness) atau kemampuan
personal (personal skill). Kemampuan personal ini meliputi: a)
2) Kemampuan berfikir rasional (thingking skill) mencakup: a)
kecakapan menggali dan menemukan informasi (information
searching), b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil
keputusan (information processing and decision making skill),
c) kecakapan memecahkan masalah serta kreatif (creative
problem solving skill).
3) Kecakapan sosial atau interpersonal (social skill) mencakup: a)
kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill), b)
kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Berkomunikasi
bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan penyampaian pesan disertai dengan kesan baik akan menimbulkan hubungan yang harmonis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, kecakapan
umum (general life skills) yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari
proses pendidikannya, yaitu: 1) kecakapan mengenai diri (self awarness)
atau kemampuan personal (personal skill), 2) kemampuan berfikir rasional
(thinking skill), c) kecakapan sosial atau interpersonal (social skill).
b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Dengan demikian dapat sebutkan tujuan pendidikan Life skills adalah
mengaktualisasikan potensi masyarakat atau peserta didik sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seperti:
1) Memberikan kesempatan kepada lembaga atau sekolah untuk
mengembangkan pembelajaran yang flexible.
2) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan dengan
c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Depdiknas (2003) dalam Anwar (2004: 21), ciri
pembelajaran life skills adalah:
1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,
2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,
3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar, usaha mandiri, usaha bersama,
4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,
vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan,
5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan
pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu,
6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli,
7) Terjadi proses penilaian kompetensi, dan
8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk
usaha bersama.
d. Pendekatan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Pendidikan life skills dengan cakupan belajar yang relatif luas, maka
pendekatan dalam pelaksanaannya di awali dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan teknis mencari informasi
peluang usaha/ kerja yang ada sesuai dengan jenis pembelajaran yang
akan dilatihkan.
2) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan cara mengembangkan
usaha baru dengan memberdayakan potensi sumber daya sekitar.
e. Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Adalah paket pembelajaran yang disajikan secara terbatas dan
terbuka sesuai dengan kebutuhan dan potensi sumber daya lokal, baik dalam
perikanan maupun hasil produksi pertanian, industri rumah tangga, atau
jenis kegiatan lain, dimana peserta belajar apabila kurikulum yang
disediakan tersebut kurang dapat memenuhi, dapat menambahkan,
mengurangi bahkan mengubah sendiri sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan.
f. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Tahap-tahappelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)
dibagi menjadi beberapa tahap dalam petunjuk teknis penyelenggaraan
program dan bantuan sosial pendidikan kecakapan hidup lembaga
pendidikan yaitu:
1) Persiapan
Persiapan adalah kegiatan yang dilakukan lembaga sebelum
melakukan kegiatan pendidikan kecakapan hidup ( life skills) yaitu:
a) Analisis peluang atau kebutuhan
Jenis keterampilan yang dilaksanakan harus berdasarkan atas
hasil penelitian kebutuhan pelatihan (sesuai job order atau usaha
mandiri), dengan beberap acara yaitu:
(1) Mencari informasi tentang peluang usaha yang ada sesuai dengan
jenis keterampilan yang akan dilatihkan.
(2) Mencari dan mengembangkan usaha baru dengan
Apabila hasil analisis dianggap berpeluang usaha besar jelas
ketrampilannya, dan jelas tindak lanjutnya (berusaha atau bekerja),
maka jenis keterampilan tersebut layak.
b) Program kursus / pelatihan
Program kursus/pelatihan dilaksanakan harus berbasisi
kompetensi serta menggunakan kurikulum dan bahan ajar berbasis
kompetensi yang mencakup kompetensi personal, kompetensi sosial,
kompetensi akademik dan kompetensi professional/ vocational.
2) Pelaksanaan
a) Peserta didik
Peserta didik pendidikan kecakapan hidup (life skill) memiliki
kriteria sebagai berikut:
(1) Penduduk usia produktif (usia 18-45 tahun)
(2) Menganggur
(3) Berasal dari keluarga tidak mampu
(4) Tidak sedang mengikuti pendidikan formal
(5) Prioritas berdomisili dari tempat penyelenggaraan pendidikan
kecakapan hidup (life skills).
Rekrutment peserta didik
(1) Rekrutment dan seleksi peserta didik oleh lembaga penyelenggara
program pendidikan kecakapan hidup (life skills).
(2) Rekrutment atau seleksi dapat dilakukan melalui kerjasama
b) Pendidik
Pendidik terdiri dari instruktur dan narasumber teknis, yang
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) Instruktur
Instruktur dapat berasal dari dalam atau luar lembaga
penyelenggara, dengan kriteria sebagai berikut:
(a) Minimal berpendidikan SMA
(b) Memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya
(c) Mampu mengembangkan komunikasi efektif
(d) Mampu merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran
(e) Mampu mengevaluasi hasil belajar
(f) Mampu memotivasi belajar
(2) Narasumber Teknis
Narasumber Teknis adalah akademis, pakar, praktisi,
pengrajin, pengusaha atau tokoh bidang wirausaha. Narasumber
teknis terdiri atas narasumber teknis bidang keterampilan atau
jasa bidang kewirausahaan dengan kriteria:
(a) Pendidikan minimal SMA
(b) Mampu melatih jenis keterampilan atau jasa tertentu sesuai
program yang dikembangkan
(c) Mampu menanamkan jiwa kewirausahaan
(e) Memiliki pengalaman dalam pelatihan
(f) Memiliki komitmen yang kuat dalam pemberdayaan
masyarakat.
c) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan minimal memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) Ruang belajar teori dengan kapasitas sesuai jumlah peserta didik
yang diusulkan
(2) Sarana belajar teori memadai
(3) Ruang belajar praktik dengan kapasitas sesuai jumlah peserta
didik
(4) Sumber-sumber belajar penunjang lainnya.
d) Biaya
Biaya pendidikan kecakapan hidup (life skills) bisa di dapat
dari:
(1) Peserta didik
(2) Bantuan tidak mengikat
(3) Bantuan stimulant dari pemerintah/ pemerintah daerah
e) Strategi Pembelajaran
Pembelajaran meliputi teori dan praktek. Metode
pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi dan
f) Evaluasi
Lembaga penyelenggara wajib melakukan evaluasi hasil belajar
peserta didik melalui:
(1) Ujian local, yaitu uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara bekerja sama dengan pihak lain yang kompeten.
(2) Uji kompetensi di tempat uji kompetensi ( TUK) untuk bidang
keterampilan yang sudah ada LSK.
g. Prinsip-prisip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Direktorat pendidikan menengah umum tahun 2002 (Anwar, 2004:
43) membagi beberapa prinsip pembelajarn life skills sebagai berikut:
1) Etika social religious bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat
diintegrasikan
2) Pembelajarn menggunakan prisnsip learning to know, learning to do,
learning to be, learning to live together and learning to cooperate
3) Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam
penyelenggaraan pendidikan
4) Penetapan managemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur
terkait yang ada dalam masyarakat.
3. Kajian tentang pengembangan usaha
a. Pengertian pengembangan
Pengembangan diambil dari istilah bahasa inggris yaitu development.
Menurut moris dalam The American Heritage Dictionary of The English
(perbuatan mengembangkan).Development itu sendiri diberi arti“to expand
or realize the potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better
state”…..”to progress from earlier to later or from simpler to more complex
stage of avolution” (morris, 1976: 360-361) dalam Sudjana (2000: 353-354).
Artinya, pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan
potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu
keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan
sesuatu dari dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang
sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks.
Jadi dapat disimpulkan pengembangan adalah upaya atau usaha yang
dilakukan untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik, dan
sempurna.
b. Pengertian Pengembangan Usaha
Dalam hal ini pengembangan usaha memiliki beberapa pengertian
yang beragam antara lain: pertama, pengembangan usaha dapat diartikan
pengembangan usaha sebagai usaha mengoptimalkan kapasitas produksi.
Pada tahap ini belum memerlukan penambahan investasi baru, dengan kata
lain pada tahap ini pengembangan lebih mementingkan penambahan unit
produksi baru yang memproduksi produk yang sama. Kedua, disamping
pengembangan usaha dengan penambahan unit produksi pengembangan
usaha juga dapat dilakukan dengan mendirikan unit produksi danmarketing
waralaba (franchising). Ketiga, pengembangan usaha dapat dilakukan
dengan ekspansi horizontal, yaitu pengembangan usaha dapat dilakukan
dengan pendirian pabrik (investasi baru). Dengan memproduksi barang yang
berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama atau kurang lebih sama
dengan yang sudah ada. Selain pengembangan usaha dengan ekspansi
horizontal pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan ekspansi
vertical yaitu pengembangan usaha dengan pendirian pabrik baru dengan
menproduksi barang yang berbeda sama sekali dengan produk yang ada tapi
masih mempunyai kaitan yang cukup kuat. Keempat, Pengembangan usaha
dapat dilakukan dengan pendirian usaha dimana bidang usaha, proses
produksi, teknologi, sifat dan bentuk produk berbeda dengan yang selama
ini sudah diproduksi.(Bambang, T. (2010). Modul Wirausaha. E- Learning.
Dari http/www.Pengembanganusaha.com(modul_pengemb_usaha_mandiri .
pdf.)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengembangan usaha
dapat dilakukan dengan berbagai macam dan cara antara lain :
1) Pengembangan usaha yang dilakukan untuk optimalisasi kapasitas
produksi
2) Pengembangan usaha dilakukan dengan pendirian pabrik (investasi baru)
namun memproduksi barang yang sudah ada.
3) Pengembangan usaha yang dilakukan dengan investasi baru dan produk
yang dibuat masih mempunyai karakter yang kurang lebih masih sama
4) Pengembangan usaha dengan investasi baru memproduksi barang yang
masih ada kaitannya dengan produk lama
5) Pengembangan usaha melalui kerjasama dengan mitra usaha
6) Pengembangan usaha dengan ekspansi horizontal
7) Pengembangan usaha dengan ekspansi vertical
8) Pengembangan usaha dengan ekspansi pada sector baru.
c. Pengorganisasian pengembangan usaha
Agar pengembangan usaha dapat dilakukan secara efektif dan efisien
maka pengembangan usaha memerlukan pengorganisasian sebagai berikut:
1) Pengorganisasian dana
2) Pengorganisasian sumber daya manusia (SDM)
4. Kajian tentang jamur tiram
a. Pengertian jamur tiram
Menurut Erie Maulana ( 2012: 9 ) Jamur merupakan tanaman yang
berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang
bercabang. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki hijau daun
(klorofil), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan karbonhidratnya
melalui proses fotosintesis. Namun jamur tidak memiliki klorofil sehingga
kebutuhan karbonhidratnya harus dipenuhi dari luar, oleh karena itu jamur
harus hidup secara saprofitik atau secara parasit.Di dunia ada ribuan spesies
jamur yang tersebar oleh wilayah subtropis yang sampai kawasan tropis
pula yang menguntungkan.Jamur yang merugikan adalah berbagai jenis
jamur (fungi) penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya
menyebabkan keracunan saat dikonsumsi, menjadi sumber penyakit kulit
seperti panu, kadas dan kurap. Sedangkan jamur yang menguntungkan
adalah berbagai jenis jamur yang yang bermanfaat bagi kehidupan dunia,
misalnya untuk menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotik
untuk obat, atau jamur yang bermanfaat dalam pembuatan tempe dan jamur
yang dapat konsumsi, yaitu jamur yang dapat dimakan tanpa menimbulkan
efek racun. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi antara lain jamur kuping,
tiram, merang, shiitake, champignon, dan jamur barat.
Namun dalam pembahasan nanti lebih pada penelitian
pembudidayaan jamur tiram. Disamping mudah perawatannya juga
memiliki nilai jual yang tinggi. Jamur tiram bila kita budidayakan akan
mendapat manfaat berganda. Selain rasanya yang enak mengandung gizi
yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram
dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-
hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di departemen
sains kementerian industri thailand bebarapa zat yang terkandung dalam
jamur tiram atau oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat
50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini,
dalam setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65
kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1;
hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan
bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati
berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan
kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio
dan influenza serta kekurangan gizi.
Secara sosial budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi,
berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkon obat modern.Secara
ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat
meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan
untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat.
Dengan adanya hal tersebut membuat pengelola PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul membudidayakan jamur tiram bagi warga
belajar Keaksaraan Fungsional. Disamping perawatan yang mudah, banyak
diminati masyarakat dan meningkatkan pendapatan/ taraf hidup bagi warga
belajar Keaksaraan Fungsional. Namun juga dapat mengembangkan usaha
warga belajar keaksaraan fungsional sehingga akan menghasilkan
keuntungan yang besar khususnya untuk peningkatan taraf hidup warga
belajar keaksaraan fungsional. Melalui program life skills ini warga belajar
di harapkan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam membudi
dayakan jamur tiram sehingga dapat menggurangi angka
pengangguran.Dengan masih jarangnya budi daya jamur di Kabupaten
terus berlanjut sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,
bangsa dan Negara.
b. Nilai Gizi Jamur Tiram
Jamur tiram memiliki tudung bulat dan berwarna seperti tiram laut,
bertekstur lembut, serta memiliki rasa yang lezat. Meskipun memiliki rasa
yang lezat seperti daging tetapi jamur memiliki kandungan lemak yang
rendah sehingga sehat untuk di konsumsi. Jamur mengubah selulosa
menjadi polisakrida yang bebas kolesterol sehingga orang yang
mengkonsumsinya terhindar dari resiko terkena stroke. Selain itu,
kandungan protein jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
makanan lain yang juga berasal dari tanaman.
Kandungan protein di dalam jamur berkisar antara 19%- 35%, lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada beras dan gandum.
Kandungan protein pada beras adalah 7,3%, dan gandum 13,2%. Dalam
protein jamur terdapat 9 asam amino esensial dari 20 macam amino yang
dikenal. Kandungan lemak di dalam jamur 72% lebih termasuk unsaturated
sehingga aman di konsumsi. Vitamin di dalam jamur terdiri dari ( vitamin
B-1 ), riboflavin ( vitamin B-2 ), niasin, biotin, vitamin C. Kandungan
Mineral di dalam jamur tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa
elemen mikro ( Erie Maulana 2012: 29-30). Berikut ini tabel yang
menunjukkan besarnya kandungan gizi beberapa jenis jamur konsumsi
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dan BahanMakanan Lain (dalam %)
Bahan Makanan Protein Lemak Karboidrat
Jamur Champignon*) 4,8 0,2 3,5
Sumber : Suraji, Meity, (1991) dalam Tahir Pasaribu dkk (2002:7) *) : Kelompok Jamur. **) : Berdasarkan Berat Kering
Nama jamur tiram (Pleurotus sp.) diberikan karena bentuk tudung
jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang
tiram.Permukaan tudung jamur tiram licin agak berminyak jika lembab, dan
tepiannya bergelombang.
c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram
Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang
dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada
didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan
kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik
untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras
sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan
yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak di samping itu kayu yang
Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar
komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun
sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah
pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan
misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu
sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan
kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak
ditumbuhi jarnur jenis lain.
Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran
bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan
tambahan berupa bekatul dan tepung jagung.Dalam hal ini harus dipilih
bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah
lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami
fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan
tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur
(Calsium carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter.Media
yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.
Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur
dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik
dengan mikroorganisme. Yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan
jamur antara lain:
1) Tingkat Keasaman ( pH)
Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi
maka pertumbuhan jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan
tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu
sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan
menggunakan kapur (Calsium carbonat).
2) Suhu Udara
Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang
penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.
Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram,
dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu
udara berkisar antara 22-28° C dengan kelembabon 60 - 70 % dan fase
pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22° C.
3) Cahaya
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam,
keadaan gelap atau tanpa sinar.Sebaiknya selama masa pertumbuhan
misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa
pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada
tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat
permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas
penyinaran 60 - 70 % (Erie Maulana, 2012: 45-48).
5. Kajian Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat(PKBM)
a. pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Menurut Sihombing (2006: 6 ) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) adalah suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan
belajar sepanjang hayat bagi setiap warga masyarakat agar mereka lebih
berdaya. PKBM masyarakat dapat menyelenggarakan berbagai macam
bidang kegiatan antara lain pembelajaran, peningkatan kualitas hidup,
pembangunan masyarakat, pembangunan ekonomi, social dan budaya.
Wadah ini adalah milik masyarakat dikelola dari, oleh dan untuk
masyarakat.Melalui program pembelajaran di PKBM pendidikan non formal
berusaha untuk memberdayakan masyarakat sebagai wujud keikut sertaan
dalam penyiapan sumber daya manusia yang berdaya saing.
PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat
yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan sesuai
dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai
kemajuan pendidikan, ekonomi, social dan budaya (Sudjana, 2003: 2).
Sebagai institusi pendidikan non formal atu pendidikan masyarakat dan
wadah pembelajaran masyarakat maka PKBM harus bersifat fleksibel
karena membebaskan masyarakat untuk belajar dan mempelajari apa saja
b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Secara umum tujuan PKBM adalah memberdayakan masyarakat
agar memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya memalui
penyediaan pranata kegiatan pembelajaran dengan cara menerangi
kebodohan, social budaya sejalan dengan potensi dan kualitas tuntutan
perubahan yang terjadi. Tujuan tersebutkan diatahkan dalam setiap
penjabaran program yang dikembangkan di PKBM yang diarahkan pada:
1) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menjadi warga
yang informatif, sehingga dengan belajar di PKBM dapat mengetahui
segala bentuk perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini
maupun yang akan datang, serta dapat membentuk kepribadian setiap
warga masyarakat memiliki sikap progresif terhadap masalah yang
dihadapi.
2) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menghadapi
perubahan kebudayaan baik karena inovasi maupun kontak, sehingga
dengan belajar di PKBM menjadikan seseorang tidak kaku terhadap
perubahan uang terjadi disekitarnya dan terjadi keselarasan hidup antara
masyarakat dengan masyarakat, dan masyarakat dengan lingkungannya.
3) Mempersiapakan warga masyarakat di sekitar PKBM hidup dalam
lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjadikan
rasionalitas sebagai cara pemecahan masalah dan menyadarkan diri dari
sikap mental ketergantungan pada nasib serta hal-hal yang bersifat
4) Mempersiapkan generasi yang akan datang untuk hidup diantara
berbagai populasi yang luas sehingga memiliki heterogenitas
pengalaman yang beragam dan mampu berkiprah memasuki kondisi
yang kompetitif di kancah pergaulan yang lebih luas. (Depdiknas, 2000:
2)
Menurut Sihombing Umberto (1999) Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain menentukan tujuan PKBM yaitu:
1) Mengurangi ketergantungkan masyarakat terhadap pemerintah
yang diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian keluarga dan masyarakat.
2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan
memanfaatkan potensi masyarakat
3) Potensi yang ada dimasyarakat yang selama ini tidak tergali
akan dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan persuasive
4) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan
pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga
5) Memotivasi masyarkat untuk berpartisipasi langsung dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Banyak tujuan suatu lembaga yang cukup baik dan memiliki
prospek yang cerah, tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitar dimana lembaga atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Ini sangat
penting karena jika tujuan PKBM dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya
dan warga belajar khususnya, maka hal ini menandakan bahwa
kegiatan-kegiatan PKBM berkaitan langsung atau bermakna bagi kehidupan
dalam PKBM dan akhirnya pada masyarakat akan timbul rasa memiliki dan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelanggengan PKBM.
Secara umum PKBM dibentuk dengan tujuan membelajarkan
masyarakat agar mereka memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap
mandiri dengan melakukan 3 (tiga) kegiatan yaitu melayani, membina dan
memenuhi kebutuhan warga masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan
PKBM ini terbagi menjadi tujuh jenis antara lain:
1) Pendidikan. Warga belajar atau masyarakat berbagai hal melaui sumber,
seperti: guru, pelatih nara sumber teknis, kursus-kursus pelatihan dan
lain sebagainya.
2) Keterampilan kerja. Warga dapat meningkatan kemampuan kerja
melaui pembelajaran dari tokoh masyarakat, nara sumber teknis,
berbagai media pendidikan dan lain sebagainya.
3) Layanan informasi. Warga masyarakat dapatmengikuti kegiatan belajar
sepanjang kapanpun mereka ingikan. Kegiatan ini dapat meliputi
membaca buku dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM), mengunjungi
pameran, membaca majalah dinding dan mencari informasi dari
internet.
4) Rekresai. Warga masyarakat dapat mengikuti beragam kegiatan
permainan untuk meningkatkan daya piker dan kesehatan badannya.
Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari
5) Kesehatan dan kebersihan. PKBM dapat menjadi tempat bagi warga
masyarakat untuk mempelajari cara-cara pencegahan penyakit,
kesehatan dasar dan gizi makanan yang baik.
6) Peningkatan kualitas Hidup. Sejumlah warga masyarakat dapat
membentuk kelompok kecil untuk memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan khusus mereka. Kelompok ini
meliputi : wanita, pemuda, orang tua dan penyandang cacat.
7) Agama dan budaya. Ulama setempat dapat menularkan keahliannya dan
sifat bijak yang mereka miliki kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini
memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara
berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di
masyarakat dan membuka kesempatan bagi setiap orang untuk
menggagas, membuat keputusan dan bertindak menuju tujuan akhir
yaitu pemberdayaan masyarakat.
c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM sebagai lembaga yang dibentuk dari, untuk dan oleh
masyarakat memiliki beberapa fungsi antara lain :
1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi belajar masyarakat
2) Sebagai tempat pusat berbagai potensi yang ada dan berkembang di
masyarakat
3) Sebagai sumber informasi yang handal bagi warga masyarakat, PKBM
4) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan keterampilan
fungsional diantara warga belajar.
5) Sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat yang ingin
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Depdiknas 2003:3)
PKBM bukan milik pemerintah, tetapi merupakan pusat kegiatan
belajar masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas
hidup masyarakat, melalui pemanfaatan potensi-potensi yang ada di
masyarakat. Para petugas pendidikan masyarakat dan instansi terkait
berperan sebagai inspirator dan pendorong bukan penentu, dan PKBM
dibina menuju kemandirian yang mampu membiayai sendiri program yang
dikelolanya, serta kegiatan pembelajaran di PKBM diorentasikan pada pasar
dengan tidak meninggalkan sapek akademik. Dengan demikian program
belajar yang dikembangkan dan dilaksanakan benar-benar berpangkal pada
masyarakat, khususnya dibidang pendidikan luar sekolah, lebih transparan,
efektif, terarah,teratur dan efisien.
d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Menurut Sihombing Umberto (1999: 108-109)Asas-asas yang dianut
PKBM dapat diidentifikasikan menjadi tujuh asas. Asas-asas tersebut
meliputi asas kebermanfaatan, kebermaknaan, kebersamaan, kemandirian,
keselarasan, kebutuhan dan tolong menolong. Asas –asas tersebut dapat
1) Asas kebermanfaatan artinya setiap kehadiran PKBM harus benar-benar
memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dalam upaya memperbaiki
dan mempertahankan kehidupannya.
2) Asas kebermaknaan artinya PKBM dengan segala potensinya harus
mampu memberikan dan menciptakan program yang bermakna dan
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.
3) Asas kebersamaan artinya PKBM merupakan lembaga yang dikelola
secara bersama-sama bukan milik perorangan, bukan milik suatu
kelompok atau satu golongan tertentu dan bukan milik pemerintah.
PKBM adalah milik bersama dan digunakan bersama untuk
kepentingan bersama.
4) Asas kemandirian artinya PKBM dalam pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan harus mengutamakan kekuatan sendiri.
Meminta dan menerima bantuan dari pihak lain merupakan alternative
terakhir bila kemandirian belum dapat dicapai.
5) Asas keselarasan artinya setiap kegiatan yang dilaksanakan PKBM
harus sesuai dan selaras dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar.
6) Asas kebutuhan artinya setiap kegiatan atau program pembelajaran
yang dilaksanakan di PKBM harus dengan kegiatan pembelajaran yang
benar-benar paling mendesak dibutuhkan masyarakat.
7) Asas tolong menolong artinya PKBM merupakan arena atau ajang
belajar dan pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling
B.Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yaitu penelitian dari Suharjiya dalam
tesisnya pada Program Studi Sosiologi Konsentrasi Kebijakan Dan
Kesejahteraan Sosial, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang berjudul
Program Life Skills Non Formal Antara Harapan Dan Kenyataan (Studi
Implementasi Program Life Skills Kerajinan Perak Di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Ngudi Ilmu Desa Kepek, Saptosari, Gunungkidul). Hasil penelitian
menyimpulkan: 1) bahwa terdapat kesenjangan yang jauh antara harapan dan
realitas program life skills pelatihan kerajinan perak yang di laksanakan oleh
PKBM Ngudi Ilmu, 2) faktor pertama yang berpengaruh terhadap kegagalan
program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu berkaitan dengan substansi
kebijakan program life skills PNF tersebut, 3) faktor kedua yang
mempengaruhi kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu
berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat, 4) faktor yang berpengaruh
terhadap kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu bersumber
dari implementasi program life skills tersebut dalam hal ini berkaitan dengan
kapasitas dan kemampuan pengelola program sebagai implementor kebijakan,
5) antara substansi kebijakan, kondisi social masyarakat dan kemampuan
imlementor merupakan satu sinergi yang saling berpengaruh terhadap
keberhasilan implementasi program, hasil penelitian di lapangan sinergi ketiga
C.Kerangka Berpikir
Program pendidikan life skills merupakan program pendidikan
nonformal yang bergerak pada bidang keterampilan yang diselenggarakan
untuk memberi kesempatan pada warga masyarakat untuk mendapat
keterampilan. Program ini pemerintah memberikan wadah sendiri dalam
menangani program pendidikan life skills terutama pada instansi atau lembaga
pendidikan nonformal
Penelitian program pendidikan life skills ini dilaksanakan di PKBM
Ngudi Kapinteran yang merupakan wadah kegiatan pembelajaran atau program
masyarakat pendidikan nonformal pada warga masyarakat dengan mengarah
pada potensi-potensi yang dimiliki warga masyarakat sekitar atau lingkungan.
Program pendidikan life skill yang dilaksanakan di PKBM Ngudi Kapinteran
bertujuan untuk mengembangkan usaha jamur tiram dan sebagai peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui program budidaya jamur tiram. Peneliti akan
menggambarkan implementasi program pendidikan life skill di PKBM Ngudi
Kapinteran yang dilatarbelakangi dengan masih banyaknya pengangguran dan
masih kurangnya pengetahuan dalam bidang usaha serta belum diterapkannya
semua aspek yang ada di dalam pendidikan life skills yaitu aspek kecakapan
akademik (academic skills) atau disebut juga kecakapan berfikir ilmiah
(scientific skills). Implementasi pendidikan life skills pada pengembangan
usaha budi daya jamur tiram ini mencakup persiapan, pelaksanaan dan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Masih banyak pengangguran dan
masih kurangnya pengetahuan dalam mengembangkan usaha
Persiapan dari
pendidikan life skill
input
Warga masyarakat proses
Pengembangan usaha budi
daya jamur tiram output
Pelaksanaan dari
program life skills
Evaluasi dari
program life skills
Implementasi Pendidikan Life
Skills Di PKBM Ngudi
D.Pertanyaan Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian yang dilaksanakan agar
memperolehhasil yang optimal, maka perlu ada pertanyaan penelitian antara
lain:
1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada
program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul?
a. Bagaimana persiapan dari program implementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur
tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
1) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
identifikasi kebutuhan belajar peserta didik (peserta budidaya
jamur tiram)?
2) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses
penyadaran untuk belajar bersama bagi peserta didik (pembudi
daya jamur tiram)?
b. Bagaimana pelaksanaan dari program imlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi
1) Apakah di dalam proses pelaksanaan implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar,
usaha mandiri dan usaha bersama bagi peserta didik (pembudi daya
jamur tiram)?
2) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penguasaan
kecakapan personal, social, vokasional, kademik, dan manajerial
kewirausahaan?
3) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses pemberian
pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar dan
menghasilkan produk yang bermutu?
4) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses interaksi
saling belajar dari ahli?
c. Bagaimana evaluasi dari program implementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur
1) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses
penilaian kompetensi pada peserta didik (pembudidaya jamur
tiram)?
2) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
mandiri?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM
Ngudi Kapinteran?
a. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran?
b. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran?
3. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills)
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
a. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data
yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya
dilapangan. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang
objek kajian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan
yang terdiri dari unsure-unsur yang saling berkaitan dan mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2009:4).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami, oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu komunitas khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
2009:6). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilatarbelakangi
peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan
bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada