30
1.1 Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa BK-FKIP UKSW yang sedang menyusun skripsi yaitu sebanyak 40 orang. Dari 40 mahasiswa peneliti mengambil 7 subjek mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi.
1.2 Pelaksanaan Penelitian
a) Perizinan
Sebelum pengumpulan data, peneliti meminta surat ijin penelitian kepada Kaprogdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 11 November 2013. Setelah mendapat izin dari Kaprogdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga maka penulis segera melakukan penelitian.
b) Pengumpulan data
dilakukan penulis dengan para mahasiswa berdasarkan tahap – tahap pelaksanaan desentisasi, yaitu sebagai berikut :
1) Pre test (Test awal)
[image:2.595.96.512.197.608.2]Dalam penelitian ini, test awal atau pre test dilakukan pada tanggal 11 November 2013 dengan membagikan inventori kecemasan kepada 40 mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang menyusun skripsi. Dari 40 mahasiswa ada 7 mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi dalam menyusun skripsi. Untuk itu peneliti menunjuk 7 mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi sebagai subyek penelitian dan nantinya akan diberikan treatment / perlakuan berupa terapi musik.
Tabel 4.1. Hasil PretestKecemasan Mahasiswa Menyusun Skripsi
No Nama Skor Kategori
Kecemasan
Keterangan
1 EM 123 3 Tinggi
2 VA 115 3 Tinggi
3 IA 130 3 Tinggi
4 EM 117 3 Tinggi
5 RN 131 3 Tinggi
6 DP 108 3 Tinggi
7 EL 110 3 Tinggi
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa ada 7 mahasiswa yang berada di dalam kategori tinggi.
2) Treatment ( Perlakuan)
kecemasan. Adapun pelaksanaan eksperimen yang dilakukkan oleh penulis dengan tahap – tahap sebagai berikut,
a) Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2014. Pada pertemuan ini peserta diberi penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan yaitu terapi musik. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic.
Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction
Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti kegiatan terapi musik peserta diminta untuk mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi pertama terapi musik.
b) Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2014. Pada pertemuan ini penulis mengulang penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan. Penulis menanyakan kesiapan peserta dalam melaksanakan kegiatan terapi musik. Penulis menjelaskan prosedur terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Binaural Beat.
dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti kegiatan terapi musik peserta diminta untuk mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi kedua terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. c) Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2014. Pada
sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic.
Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction
dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti kegiatan terapi musik peserta diminta untuk mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi ketiga terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. d) Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2014.
gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Isochronic.
Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction
dan membiarkan tubuh serta pikiran rileks. Peserta tidak perlu berkonsentrasi pada suara musiknya. Peserta juga tidak perlu mengosongkan pikiran. Biarkan saja pikiran melayang kemana saja. Jika peserta mengantuk selama sesi terapi musik, peserta boleh tidur. Selama sesi terapi musik, peserta tidak disarankan untuk melakukan aktivitas fisik (gerakan fisik). Disarankan peserta duduk atau berbaring saja dan menikmati alunan musik. Setelah selesai mengikuti kegiatan terapi musik peserta diminta untuk mengungkapkan kesan dan perasaan setelah mengikuti sesi keempat terapi musik. Penulis dan peserta mengatur jadwal sesi berikutnya. e) Pertemuan kelima dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014. Pada
terapi musik. Peserta mengikuti kegiatan terapi musik. Pada sesi pertama adalah pemrograman pikiran dengan menggunakan musik Theta_State_Induction berdurasi 10 menit. Pada sesi ini, peserta mendengarkan audio induksi untuk memasuki kondisi gelombang otak theta, melakukan relaksasi pikiran, dan kemudian memprogramkan pikiran dengan mengucapkan afirmasi atau sugesti yang dirancang untuk menurunkan kecemasan. Setelah melakukan sesi pemrograman pikiran selama 10 menit, peserta melanjutkan ke sesi terapi musik. Sesi terapi musik selama 35 menit dengan menggunakan musik Anxiety Reduction - Binaural Beat.
Pada sesi terapi musik, peserta tidak perlu melakukan aktivitas apapun. Peserta hanya perlu duduk atau berbaring diam sambil menutup mata dan mendengarkan audio anxiety reduction
terapi musik. Dan peserta diminta untuk mengisi post test yang telah disediakan oleh penulis untuk menilai keberhasilan layanan.
3) Post test
[image:9.595.98.510.178.604.2]Pengumpulan data post test dilakukan setelah serangkaian kegiatan eksperimen selesai. Post test dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2014. Daftar pernyataan pada post test melalui instrumen inventori kecemasan menyusun skripsi juga sama dengan daftar pernyataan pada pre test yang berjumlah 36 item pernyataan. Adapun hasil post test adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Hasil Postest Kecemasan Mahasiswa Menyusun Skripsi
No Nama Skor Katagori
Kecemasan
Keterangan
1 EM 82 2 Sedang
2 VA 71 1 Rendah
3 IA 74 2 Sedang
4 EM 51 1 Rendah
5 RN 87 2 Sedang
6 DP 69 1 Rendah
7 EL 83 2 Sedang
Tabel 4.3. Analisis Data Post Test dengan Wilcoxon
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Percentiles
25th 50th (Median) 75th
pretest 7 1.1914E2 9.15475 108.00 131.00 1.1000E2 117.0000 1.3000E2
posttest 7 73.8571 12.08896 51.00 87.00 69.0000 74.0000 83.0000
Test Statisticsb
posttest –
pretest
Z -2.371a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018
a. Based on positive ranks.
[image:10.595.96.524.157.691.2]b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Tabel 4.4 Perbedaan Skor Pretest dan Post Test
No Nama Skor
Pre-test
Skor
Post-test
1 EM 123 82
2 VA 115 71
3 IA 130 74
4 EM 117 51
5 RN 131 87
6 DP 108 69
7 EL 110 83
Jumlah 834 517
Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,018 (p< 0,05) dan perbedaan skor rata – rata pre-test
dan post-test sebesar 117 dan 74, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test pada kecemasan menyusun skripsi pada kelompok eksperimen sesudah pelaksanaan layanan terapi musik pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.
1.3 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Penggunaan terapi musik dapat secara signifikan menurunkan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan ditunjukkan hasil penghitungan postest pada kelompok eksperimen yaitu dengan nilai
p=asymp sig 0,018<0,050, ini berarti ada perbedaan yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu penggunaan terapi musik dapat menurunkan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
1.4 Pembahasan
tinggi menjadi berkatagori rendah, dan 4 mahasiswa dari kecemasan menyusun skripsi bekatagori tinggi menjadi kecemasan berkatagori sedang. Dari analisis dengan SPSS 16.0 for Windows ditunjukkan dengan p=asymp sig 0,018<0,050 sehingga ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberi layanan terapi musik bagi mahasiswa yang mengalami kecemasan menyusun skripsi. Dengan kata lain layanan terapi musik dapat menurunkan secara signifikan kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa BK – FKIP UKSW. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Devi dan Faridah (2011) serta Lely Febriani (2011) bahwa musik dapat mengurangi kecemasan.
Hasil analisis yang menyatakan ada keberhasilan layanan terapi musik dalam menurunkan kecemasan menyusun skripsi dapat dilihat dari perbedaan hasil pre test dan post test. Adapun dari hasil rata – rata post test kecemasan menyusun skripsi pada mahasiswa yang diberikan terapi musik memperoleh hasil skor yang lebih rendah dibandingkan sebelum (pre test) diberikan layanan terapi musik. Hal ini berarti bahwa terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menyusun skripsi.
skripsi dan gejala psikologis yang peserta alami adalah khawatir, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap kelulusan yang tidak tepat waktu dan lain – lain (Jeffrey dkk, 2005). Setelah diberi terapi musik gejala – gejala tersebut mulai berkurang. Secara fisik peserta mengatakan lebih segar, tidur tenang, lebih santai, beban berkurang serta lebih optimis dalam menyusun skripsi.
Terapi musik mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu mengekpresikan perasaan (musik dapat mengoptimalkan atau memfasilitasi perasaan – perasaan yang sudah teragenda), membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati (Djohan, 2006). Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan suasana hati yang positif demikian pula musik sedih juga menghasilkan peningkatan suasana hati negatif. Maka disimpulkan bahwa sebuah musik cenderung menimbulkan suasana hati yang sama dalam diri pendengarnya (Djohan, 2006).