• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

A. Sejarah Singkat

Erich Fromm lahir di Frankfrut, Jerman, pada tanggal 23 Maret 1900 dan belajar psikologi dan sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfrut dan Munich. Setelah meraih gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan Institut Psikoanalisis di Munich dan Institut Psikoanalisis Berlin yang terkenal. Ia pergi ke Amerika Serikat tahun1933 sebagai lector di Institut Psikoanalisis di Chicago kemudian ia melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan institut di negara ini dan meksiko. Buku-bukunya mendapat perhatian yang luar biasa, tidak hanya oleh ahli-ahli dalam bidang psikologi, sosiologi, filsafat, dan agama tetapi juga oleh masyarakat umum.

Fromm sangat di pengaruhi oleh tulisan karya Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The economic and philoshophical manuscripts yang di tulis pada tahun 1844. Karya Karl Marx ini di terjemahkan dalam bahasa Inggris oleh T.B. Bottomore termuat dalam Marx’s concept of man karangan Fromm (1961). Dalam Beyond the chains of illusion (1962), Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan mencoba melakukan sintesis. Kontradiksi yang di maksud adalah bahwa seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang dan sekaligus manusia.Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan

fisiologis tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran, dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian tanggung jawab, identitas, integritas, bisa norma (1968). Kedua aspek individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia, merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia. “Pemahaman tentang psikhe manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensinya” (1955, hlm. 25).

Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih unggul daripada Freud dan menggunakan psikoanalisis terutama untuk mengisi celah-celah dalam pemikiran Marx. Fromm (1959) menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikannya bagi Marx (1961). Meskipun Fromm dapat disebut dengan tepat sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, namun ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik.

Tema dasar dari semua tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditentukan dalam semua spesies binatang; itu adalah situasi khas manusia. Anak misalnya, bebas dari ikatan-ikatan primer dengan orangtuanya, tetapi dengan akibat bahwa ia merasa terisolasi dan tak berdaya. Seorang anak akhirnya terkatung-katung dalam suatu dunia yang sama sekali asing. Anak kecil ia adalah milik seseorang dan memiliki perasaan berhubungan dengan dunia dan orang-orang lain, meskipun ia tidak bebas. Dengan latar belakang pendidikan ajaran psikoanalisis Freud dan

(2)

dipengaruhi oleh Karl Marx, Karen Horney, dan teoritikus berorientasi sosial lainnya, Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menekankan pengaruh factor sosiobiologis, sejarah, ekonomi, dan struktur kelas. Dalam bukunya, Escape from freedom (1941), Fromm mengembangkan tesis bahwa karena manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian. Jadi kebebasan menjadi keadaan negative dari mana manusia melarikan diri.

B. Asumsi-Asumsi Dasar Fromm

Asumsi paling dasar Fromm adalah kepribadian individu dapat dipahami hanya dalam tentang sejarah manusia. Fromm meyakini bahwa manusia tidak memiliki insting-insting yang kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang sedang berubah, tetapi mereka sanggup mengembangkan kemampuan rasionya-sebuah kondisi yang disebut Fromm dilema manusia. Manusia mengalami dilema dasar ini karena sudah menjadi terpisah dari alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai makhluk-makhluk yang terisolasi. Kemampuan manusia untuk menalar merupakan berkah sekaligus kutukan. Disatu sisi mengizinkan manusia untuk bertahan namun, disisi lain memaksa mereka untuk memecahkan dikotomi dasar yang tak terpecahkan yang disebut “dikotomi-dikotomi eksistensial”, karena mereka berakar dalam eksistensial terdalam manusia. Manusia tidak dapat menghilangkan dikotomi-dikotomi eksistensial ini selain hanya bereaksi kepada dikotomi-dikotomi ini yang sifatnya relative karena berkaitan dengan budaya dan kepribadian individu masing-masing.

Dikotomi pertama dan yang paling fundamental berkenaan dengan hidup dan mati. kesadaran diri dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati. namun kita berusaha mati-matian menegasikan dikotomi ini dengan mempostulasikan hidup sesudah mati.

Dikotomi eksistensial kedua adalah manusia sanggup mengonsepsikan tujuan realisasi diri yang seutuhnya namun kita juga sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut. “Hanya jika masa hidup individu sama panjangnya dengan usia kemanusiaan, barulah dia dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam perkembangan manusia yang berlangsung dalam proses historis”.

Dikotomi eksistensial ketiga adalah manusia pada akhirnya sendirian saja meskipun kita tidak bisa menoleransikan pengisolasian. Manusia menyadari diri mereka sebagai individu yang berbeda, dan diwaktu yang sama percaya bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada perasaan bersatu dengan sesama manusia lainnya.

C. Kebutuhan-Kebutuhan Manusia

Umumnya kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua, kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan

(3)

memanfaatkan sifat unik manusia, yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, frame of devotion, Excitation-stimulation, dan Effectiveness. Adapun kebutuhan kebebasan dan keterikatan manusia yaitu:

1) Keterhubungan (Relatedness)

Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian. Kebutuhan untuk bergabung dg makhluk lain yang dicintai dan menjadi bagian dari sesuatu. Dan hubungan itu akan bernilai positif bila hubungan tersebut didasarkan pada cinta, perhatian, tanggungjawab, dan juga bernilai negatif bila hubungan tersebut didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.

2) Keberakaran (rootedness)

Kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman didunia (layaknya dirumah). Setiap saat orang dihadapkan pada dunia baru yang mengharuskan dia tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia.

3) Menjadi pencipta (transcendency)

Karena individu menyadari diri sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali begitu kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya merasa tak berdaya. Transendensi bisa positif (kreatifitas) atau negatif (identity) .

4) Rasa identitas (identity)

Kebutuhan untuk sadar kepada dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah manusia harus bisa membuat keputusan, dan

merasa bahwa disisinya nyata miliknya sendiri. Kita perlu membentuk konsep tentang diri kita agar sanggup berkata “aku adalah aku”

5) Kerangka orientasi (frame of orientation)

Seperangkat keyakinan mengenai eksitensi hidup, perjalanan hidup tingkahlaku bagaimana yang harus dikerjakannya yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa. Komponen negatif adalah tujuan-tujuan irasional, dan komponen-komponen positifnya adalah tujuan-tujuan rasional

D. Beban Kebebasan

Menurut sejarah, seiring manusia semakin memperoleh kebebasan ekonomi dan poltik, mereka semakin terasing. Contohnya, selama abad pertengahan manusia memiliki kebebasan pribadi yang terbatas. Mereka terkurung peran yang diberikan oleh masyarakat, peran yang menyediakan rasa aman, tempat bergantung, dan kepastian. Kemudian, setelah mereka mendapatkan kebebasan untuk bergerak secara sosial dan geografis, mereka paham bahwa mereka bebas dari rasa aman pada tempat tertentu di dunia. Mereka tidak lagi terikat pada wilayah geografis, suatu urutan sosial, atau suatu pekerjaan. Mereka menjadi terpisah dari asal (akar) mereka dan terasingkan dari satu sama lain.

Sejalan dengan anak menjadi lebih mandiri dan tidak membutuhkan ibunya, mereka menjadi lebih mandiri dan tidak membutuhkan ibunya, mereka mendapat kebebasan lebih untuk mengungkapkan individualitas mereka, bergearak tanpa diawasi, memilih

(4)

teman, pakaian, dan seterunya.di saat berasamaan, mereka merasakan beban dari kebebasan, yaitu mereka bebas dari rasa aman saat berada dekat ibunya. Di tingkat sosial dan individu, beban ini menciptakan kecemasan dasar (basic anxiety), yaitu perasaan kita sendiran di dunia.

E. Mekanisme Pelarian

Kabur dari kebebasan (escape from freedom), Fromm (1941) menyebutkan tiga mekanisme dasar dari pelarian– authoritarianism, merusak, dan komformitas. Berbeda dengan kecenderungan neurotic Horney, mekanisme pelarian Fromm adalah kekuatan yang mendorong manusia, baik secara individu maupun kolektif.

1. Authoritarianism

Fromm (1941) mendefinisikan authoritarianism sebagai “kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya”. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa dua hal yaitu masokisme atau sadisme. Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah, serta rendah diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Sedangkan sadisme bertujuan mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan dengan satu orang atau lebih. Fromm (1941) memperkenalkan tiga jenis kecenderungan sadisme yang semuanya lebih kurang tergolong sama, antara lain:

a. Kebutuhan untuk membuat orang lain bergantungan pada dirinya dan berkuasa akan mereka yang lemah.

b. Keinginan untuk mengeksploitasi orang lain, memanfaatkan mereka, dan menggunakan mereka untuk keuntungan dan kesenangan dirinya sendiri.

c. Keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik secara fisik maupun psikologis.

2. Sifat merusak

Sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadisme dan masokisme, sifat merusak tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain; melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain. Baik individu maupun bangsa dapat merusak sebagai sebagai mekanisme pelarian. Dengan menghancurkan objek atau orang, seseorang atau sebuah bangsa berusaha untuk mendapatkan kembali rasa kekuasaan yang hilang.

3. Konformitas

Orang yang melakukan konformitas berusaha melarikan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi seperti robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakan secara otomatis sesuai dengan olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka sendiri,

(5)

berpegangan erat pada patokan perilaku, dan sering tampak kaku dan terpogram.

4. Kebebasan Positif

Munculnya kebebasan politik dan ekonomi mau tidak mau mendorong kita kearah perbudakan akan keterasingan dan ketidakberdayaan. Seseorang “dapat bebas dan tidak sendiri, kritis namun tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian dari kesatuan umat manusia” (Fromm, 1941, hlm127). Manusia bisa mendapatkan kebebasan positif dengan pengungkapan spontan dari potensi rasional maupun emosionalnya.

F. Orientasi-Orientasi Karakter

Menurut Fromm, orientasi karakter dapat mencerminkan kepribadian manusia. Orientasi yang dimaksud yakni cara yang yang relatif tetap dari seseorang dalam berhubungan dengan orang atau hal-hal lain. Fromm juga berpendapat bahwa karakter adalah pengganti dari minimnya insting manusia. Manusia bertindak berdasarkan karakter bukan insting.

Secara umum, manusia dapat berhubungan dengan orang atau hal-hal lain dengan cara-cara produktif atau non-produktif.

G. Orientasi-orientasi Non-produktif

Dalam mencapai suatu hal, manusia dapat melalui salah satu dari empat orientasi nonproduktif, yaitu :

1) Menerima hal-hal secara pasif,

2) Mengeksploitasi atau merampas hal-hal dengan paksa, 3) Menimbun objek-objek,

4) Memasarkan atau menukarkan hal-hal.

Istilah non-produktif ini digunakan untuk menunjukkan bahwa strategi-strategi tersebut akan gagal ketika digunakan untuk mencapai kebebasan positif atau realisasi diri. Orientasi nonproduktif tidak selalu negatif, karena masing-masing memiliki sisi positif dan negatif. Kepribadian merupakan percampuran dari berbagai orientasi, meskipun salah satu orientasi lebih dominan.

 Reseptif (Receptive)

Pada karakter ini, menganggap sumber semua kebaikan berada diluar diri mereka, juga bahwa satu-satunya cara berhubungan dengan dunia adalah dengan menerima semua hal termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan material. Karakter ini lebih berfokus pada menerima daripada memberi.

Kualitas negatif dari karakter ini diantaranya kepasifan, ketundukan dan kurang percaya diri. Adapun sifat positif mereka adalah kebalikan dari sifat negatif, yaitu kesetiaan, penerimaan, dan kepercayaan terhadap orang lain.

 Eksploitatif (Eksploitative)

Meskipun karakter eksploitatif sama dengan karakter reseptif dalam hal mempercayai bahwa sumber kebaikan terletak pada luar diri mereka, namun pribadi eksploitatif bersifat agresif dalam mengambil apa yang diinginkan daripada menunggu dan menerima dengan pasif.

(6)

Sisi negatif dari karakter eksploitatif, yaitu mereka lebih cenderung egosentris, penuh tipu daya, arogan, dan penuh bujuk rayu. Sedangkan sisi positifnya, mereka bersifat impulsif, bangga, memikat dan penuh percaya diri.

 Penimbun (Hoarding)

Karakter penimbun berusaha menyelamatkan apa yang diperolehnya. Mereka mempertahankan apa yang ada dalam dirinya dan tidak membiarkan satupun yang lepas.

Sisi negatif dari karakter penimbun diantaranya mencakup regiditas, sterilitas, keraskepalaan, kompulsif, dan tidak kreatif. Sebaliknya, sisi positifnya mencakup suka kerapihan, suka kebersihan, dan hemat.

 Marketing (Marketing)

Karakter marketing melihat diri mereka sebagai komoditas, dimana nilai pribadi mereka bergantung kepada nilai tukar mereka, yaitu kemampuan untuk menjual diri mereka sendiri dalam hal kompetensi. Mereka harus membuat orang lain percaya bahwa mereka memiliki kecakapan khusus dan pandai menjual. Mereka memainkan banyak peran dan berpegang pada motto “Aku adalah apa yang kamu inginkan”.

Ciri negatif dari karakter marketing adalah tidak memiliki tujuan, oportunis, tidak konsisten dan menyia-nyiakan diri sendiri. Sedangkan cirri positifnya diantaranya kesediaan untuk berubah berpikir terbuka, adaptif dan murah hati.

H. Orientasi Produktif

Tiga dimensi dalam orientasi produktif yaitu kerja, cinta dan penalaran. Dengan melalui orientasi klasik, manusia dapat menjawab dilema dasar manusia yakni menyatu dengan dunia dan orang lain dengan tetap mempertahankan keunikan dan individualitasnya.

Manusia dianggap sehat ketika mereka dapat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai bentuk pengekspresian diri secara kreatif. Mereka bekerja bukan untuk mengeksploitasi orang lain, memasarkan diri sendiri, menarik diri dari orang lain, atau mengakumulasi kepemilikan material yang tidak dibutuhkan. Meraka tidak malas atau aktif namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan hidup.

Empat kualitas cinta yang mencirikan cinta yang produktif yaitu perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pengenalan. Manusia yang sehat memiliki Biofilia sebagai tambahan empat karakter. Biofilia yaitu cinta yang menggebu terhadap kehidupan dan semua yang hidup. Individu biofilia ingin mempengaruhi manusia melalui cinta, rasio, dan keteladanan, bukan dengan kekuatan pemaksaan.

Menurut Fromm, cinta pada orang lain dan pada diri sendiri tidak dapat dipisahkan, namun cinta pada diri harus datang lebih dulu. Semua orang berkemampuan melakukan cinta yang produktif namun sebagian besar tidak mampu mencapainya karena ketidak mampuan mereka dalam mencintai diri sendiri apa adanya.

Pemikiran yang produktif tidak dapat dipisahkan dari kerja dan cinta yang produktif, didorong oleh minat besar kepada orang atau objek lain.

(7)

Manusia yang sehat melihat orang lain sebagaimana adanya dan bukan bukan seperti yang mereka inginkan terhadap orang-orang itu. Dengan cara yang sama, mereka mengenal diri mereka apa adanya, tidak perlu menipu diri sendiri.

Fromm percaya bahwa manusia yang sehat berpegang pada sejumlah kombinasi dari kelima kombinasi karakter tersebut. Perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang sehat bergantung pada kemampuan mereka dalam menerima hal-hal dari orang lain secara terbuka, mengambil

hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai, dan berpikir secara produktif.

Manusia dapat berhubungan dengan orang atau hal-hal lain melalui cara produktif dan non-produktif. Masing-masing diuraikan menjadi lima pasangan yang berkombinasi. Tidak ada orang yang murni produktif ata non-produktif, semua orang berada di tengah-tengahnya.

(8)

PRODUCTIVE NON-PRODUCTIVE A cc ep ti n

g Yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, independen, aktif, berpikir

positif, menerima keberadaan diri & orang lain apa adanya. Contoh : Psikoterapis ketika menerima dan merespon klien

Keyakinan bahwa semua yang baik itu datang dari ‘atas’. Orang yang dependen, pasif, tidak mampu melihat antara hubungan perbuatannya dengan hasinya, senang merengek.

Contoh : Pegawai negeri yang kurang inisiatif, terus menerus minta bantuan dan saran. R ec ep tiv e P re se rv in g

Kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukkan, memanfaatkan segala sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain.

Contoh : pengusaha yang terus menerus mendirikan perusahaan baru di ranah ynag berbeda.

Menarik diri dari dunia eksternal, menyimpan hasil kerja untuk diri sendiri, mementingkan diri sendiri, curiga, kikir, semaunya sendiri.

Contoh : mengumpulkan harta dan tidak menginvestasikan dalam ekonomi umum. Hoa

rd in g T ak in g

Bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional.

Contoh : Wiraswasta yang mengembangkan waralaba, memberi keuntungan pada orang lain.

Mengambil kekuatan dari orang lain dengan kekuatan atau tipu muslihat. Mereka tidak menghasilkan sesuatu dengan keringatnya sendiri tetapi memanfaatkan orang lain. Orang yang suka memaksa orang lain.

Contoh : Petambang yang mengambil mineral tanpa bisa memperbarui sumber alam itu. E k sp lo ita tiv e E xc h an gi n

g Kepribadian pedagang yang memperoleh keuntungan tanpa merugikan

orang lain. Memberi kepuasan dari layanan dari produk yang dijual. Contoh : Marketing yang mampu menyesuaikan diri sehingga mampu menjual kepada konsumen yang berbeda sifat dan kebuthannya.

Kepribadian jual beli, menjaga pemimpin tetap menarik agar layak jual. Tidak benar-benar peduli dengan orang lain yang hanya dipandang sebagai sumber potensial yang memberi keuntungan.

Contoh : Aktor yang menjual penampilannya kepada penontonnya.

M ar k eti n g B io ph il ou s

Mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain. Tidak mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain.

Contoh : Pekerja sosial pengasuh anak jalanan.

Orang yang tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan, dan kehancuran. Menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Contoh : Perampok yang minum sampai mabuk sebelum melakukan kejahatan.

N ec ro p h ilo u s

(9)

I. Gangguan-Gangguan Kepribadian

J. Berikut ini jenis-jenis gangguan kepribadian yang lebih khusus

menurut Fromm, yaitu necrophilia (nekrofilia), malignant narcissism, incestuous symbiosis (IS). Kita perlu menyadari bentuk gangguan kepribadian ini, terutama yang berpengaruh besar di masyarakat. Kita juga perlu menyadari kemungkinan kita memiliki andil membentuk kepribadian tidak sehat ini dalam lingkungan kita.

1. Nekrofilia (necrophilia).

K. Istilah ini artinya mencintai yang mati dan biasanya

merujuk pada penyimpangan seksual dengan mayat. Individu dengan gangguan ini benci kemanusiaan, suka berselisih, dan memperoleh kepuasan dari barang-barang yang jorok. Mereka tidak memilih untuk bersikap destruktif, karena perilaku destruktif itu merupakan cerminan karakter dasar mereka.

2. Narsisisme sadistik (Malignant Narcissism).

L. Narsisme dalam bentuk sadis dapat menghalangi

persepsi mengenai realitas sehingga menganggap segala sesuatu pada dirinya memiliki nilai sangat tinggi dan yang dimiliki orang lain nilainya sangat rendah. Mereka yakin akan kualitas personal mereka yang luar biasa sehingga berpikir tidak perlu membuktikannya.

3. Simbiosis Insestik (Incestuous Symbiosis).

M. Gangguan ini ditandai dengan adanya ketergantungan

ekstrem pada ibu atau bayangan ibu. Simbiosis insestik ini adalah bentuk

berlebihan dari fiksasi ibu (orang yang tetap bergantung pada ibu). Erich Fromm setuju pada pendapat Harry Stack Sullivan yang mengatakan bahwa kemelekatan pada ibu lebih diakibatkan oleh kebutuhan akan rasa aman, bukannya seks. Mereka cemas dan takut apabila hubungan dengan ibu terancam. Mereka bahkan yakin tidak dapat hidup tanpa pengganti ibu.

N. Erich Fromm menyebutkan adanya sindrom kemerosotan

(syndrome of decay) dan sindrom pertumbuhan (syndrome of growth). Sindrom kemerosotan ditandai dengan munculnya tiga gangguan kepribadian di atas, yaitu nekrofilia, narsisme sadistik, sekaligus simbiosis insestik. Sebaliknya sindrom pertumbuhan ditandai oleh adanya biofilia, cinta, serta kebebasan positif.

O. Kesimpulan

1. Orientasi-orientasi karakter akan menjadi ciri khas dari seorang individu. 2. Orientasi karakter terbagi atas dua yaitu orientasi nonprodukif dan

orientasi produktif.

3. Orientasi nonproduktif terdiri atas Reseptif (receptive), Eksploitatif (explotative), Penimbun (Hoarding), dan Marketing (marketing).

4. Terdapat beberapa gangguan kepribadian yang sangat kritis, yaitu Nekrofilia (Necrophilia), Narsisme Berat, dan Simbiosis Insestik (Incentuous Symbiosis).

5. Psikoterapi merupakan jenis terapi yang memfokuskan pada keterikatan atu hubungan yang sangat dekat antara terapis dan pasien terapi.

(10)

P. Q.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu pengetahuan dan filsafat tentang hakikat manusia, dijadikan dasar untuk pembinaan kepribadian manusia dengan mengerti struktur jiwa dan hakikat manusia, pembinaan aspek

Ini dapat dipahami, karena tingkat stres yang tinggi akan memiliki kemungkinan untuk menjadi lebih tinggi bila menimpa pada individu dengan pola kepribadian tipe A,

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini memperkenalkan profil manusia dilihat dari sifat dasar manusia, struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan1.

Ditegaskan pula bahwa proses hidup manusia berawal dari keadaan lemah, menjadi kuat, kemudian lemah kembali dan beruban (QS. Dengan dasar ini, dapat diyakini bahwa kepribadian

Hasil penelitian menunjukkan (1) Dilema eksistensi manusia pada tokoh utama dalam novel LS: menikah, memiliki anak, bahagia, sedih, bertanggungjawab, kesepian dan

Jung Kepribadian adalah produk sejarah atau produk yang diwariskan dari generasi ke generasi atau pengalaman manusia yang berasal dari masa lalu.. Teori kepribadian Carl Gustav Jung

 Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian.. Jung melihat kepribadian individu

Konsep Utama Psikoanalisis tingkah laku yang dilakukan seringkali didasari oleh faktor- faktor tak sadar kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami perkembangan yang terjadi