• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia secara astronomis terletak antara 6˚08’LU - 11˚15’LS dan 94˚45’BT - 141˚5’BT. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.997 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Bentuk muka bumi atau kondisi fisiografis Indonesia termasuk kasar yang ditandai oleh banyaknya palung laut dan volkan/ pegunungan tinggi. Kondisi fisiografis tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana dan prasarana wilayah, kegiatan sosial ekonomi penduduk, dan kemajuan pembangunan antar wilayah yang berbeda. Salah satu upaya pembangunan wilayah yang dilakukan di Indonesia adalah pembangunan wilayah dalam sektor pariwisata.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan dan memberi peluang yang besar bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Pembangunan itu bukan hanya dalam bidang ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat tetapi juga aspek spiritual seperti pembangunan budaya, moral dan lain-lain yang tidak bersifat materil.

Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sebagai sektor ekonomi penting, pariwisata mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Tahun 2009 No. 10 Pasal 4 tentang kepariwisataan sebagai dasar pijakan penyelenggaraan kepariwisataan. Dalam Undang-Undang tersebut disampaikan beberapa tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan yaitu antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta

(2)

tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Pariwisata di Indonesia banyak memiliki potensi, baik potensi yang berupa alam, buatan ataupun budaya yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Potensi pariwisata tersebut ada yang menjadi andalan/ unggulan dan ada pula yang masih dalam proses pengembangan. Potensi pariwisata yang menjadi andalan tersebut tidak dapat diandalkan hanya dengan adanya obyek wisata yang berpotensi, melainkan haruslah terdapat faktor pendorong dan faktor penarik sehingga obyek wisata dapat berkembang secara maksimal. Faktor pendorong dan faktor penarik tersebut misalnya, adanya tenaga profesional, adanya modal yang cukup, adanya sarana prasarana dan fasilitas yang memadai. Salah satu kawasan yang menjadi andalan Indonesia adalah kawasan wisata di Provinsi Jawa Tengah.

Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi 4 Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana untuk setiap DTW mempunyai daerah pengelolaan masing-masing. Menurut batas-batas kawasan pariwisata, Jawa Tengah mempunyai pembagian sebagai berikut:

1. Kawasan A (DTW Merapi - Merbabu)

Meliputi 16 Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten

Magelang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Purworejo, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Salatiga.

2. Kawasan B (DTW Demak - Kudus - Jepara)

Meliputi 7 Kabupaten, yaitu Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora.

(3)

3. Kawasan C (DTW Tegal)

Meliputi 7 Kabupaten dan Kota, yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes.

4. Kawasan D (DTW Cilacap - Banyumas)

Meliputi 5 Kabupaten, yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen.

Kecamatan Selogiri merupakan salah satu dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kecamatan Selogiri terletak antara garis lintang 7˚45’10’’ - 7˚50’00’’LS dan garis bujur 110˚51’00’’ - 110˚55’10’’BT. Secara administratif Kecamatan Selogiri terletak di bagian paling utara Kabupaten Wonogiri, yaitu di sebelah selatan Kecamatan Nguter berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan Kedudukan dalam Wilayah Pembangunan Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Selogiri masuk dalam Wilayah Pembangunan I dan pengembangannya diarahkan pada kegiatan perdagangan, pertanian, industri, pendidikan, pariwisata, kesehatan, pemerintahan. Sektor lain yang dapat dikembangkan adalah kegiatan jasa dan perumahan rakyat.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( Kementerian ESDM, 2012), kondisi morfologi Kecamatan Selogiri merupakan Jalur Pegunungan Selatan Jawa yang secara kompleks dibentuk oleh bentang alam gunung api, pematang pegunungan, perbukitan bergelombang dan dataran aluvium. Dengan adanya bentang alam tentunya akan membawa pengaruh terhadap terciptanya suatu bentang budaya. Bentang budaya di Kecamatan Selogiri adalah berupa jalan, permukiman, kebun, lahan kosong, tegalan dan sawah. Kondisi fisiografis yang berupa bentang alam dan bentang budaya tersebut akan berdampak pada terciptanya suatu pembangunan pariwisata. Diketahui bahwa setiap wilayah memiliki potensi wisata baik yang belum dikelola, sudah dikelola ataupun yang dalam proses pengembangan.

Tahun 2011 Kecamatan Selogiri dikembangkan menjadi desa wisata melalui Program Neighbourhood Development (ND) yang merupakan lanjutan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Desa

(4)

Wisata tersebut meliputi Desa Kaliancar, Desa Sendangijo, Desa Nambangan, dan Desa Singodutan. Selain empat desa tersebut, Kecamatan Selogiri juga masih memiliki obyek wisata lain yang tersebar di berbagai desa. Obyek wisata yang ada di Kecamatan Selogiri meliputi obyek wisata alam, obyek wisata buatan dan obyek wisata budaya. Obyek wisata alam tersebut adalah Telaga Ngawen dan Curug Sembilan. Obyek wisata buatan adalah Taman Air Selogiri Indah dan Waduk Krisak. Obyek wisata budaya adalah Makam BRAY Koesoemonarso, Makam KRMT Kudonowarso, Makam Kasan Nur Iman, Astana Giri Gunung Wijil, Prasasti Nglaroh, Taman Tugu Pusaka, Sendang Siwani, Sendang Sinangka dan Sendang Tretes.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, Kecamatan Selogiri memiliki potensi wisata yang cukup menarik. Dengan keanekaragaman kondisi fisiografisnya yang berupa bentang alam dan bentang budaya tersebut, obyek wisata di Kecamatan Selogiri layak untuk mendapat perhatian lebih dari pemerintah ataupun masyarakat. Obyek wisata di Kecamatan Selogiri memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata yang memiliki daya tarik akan keindahan alam dan kegiatan wisata yang bermacam-macam. Namun, pada kenyataannya obyek wisata di Kecamatan Selogiri belum mendapat perhatian dari masyarakat luas, serta belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari distribusi kunjungan wisatawan yang belum terdistribusi secara baik dan merata. Ketidakmerataan distribusi kunjungan wisatawan tersebut dipengaruhi oleh kekurangtahuan wisatawan tentang potensi yang ada dan pemerintah serta masyarakat belum memanfaatkan potensi yang ada secara optimal. Dengan demikian perlu adanya arahan pengembangan yang tepat dan bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan, serta memberi manfaat secara ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang permasalahan ini dan disini peneliti mengambil judul yaitu “Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 (Untuk Mendukung Substansi Pembelajaran Geografi SMA

(5)

Kelas XI Semester II Pada Materi Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata dan Ekonomi Kreatif)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang berkaitan dangan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana persebaran obyek wisata di Kecamatan Selogiri? 2. Bagaimana potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri?

3. Bagaimana arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persebaran obyek wisata di Kecamatan Selogiri. 2. Mengetahui potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri.

3. Memberikan arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmu geografi khususnya geografi pariwisata/ ekowisata.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang akan datang dalam konteks permasalahan yang berkaitan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan sumber pembelajaran pada materi pokok budaya tradisional sebagai potensi wisata dan ekonomi kreatif.

(6)

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri dalam mengambil kebijakan pengembangan wisata sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan

kepariwisataan khususnya obyek wisata di Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang anda harus tahu dulu, nah kemudian proses mahargya atau memperingati Tahun Baru Jawa 1 Sura tadi di Keraton Surakarta mengadakan prosesi Kirab Pusaka tapi juga ada

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

[r]

Pelaksanaan program ini dilakukan pada tanggal 25 Januari 2017 di beberapa Pos Kamling. Bentuk dari program ini adalah sosialisasi program keseluruhan Revolusi Mental

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa ukuran organisasi adalah indikator yang menentukan keterlibatan peran akuntan manajemen pada tingkat strategi. Seperti

Keseriusan pemerintah dalam pengembangan Kawasan Industri bukanlah suatu hal yang mengherankan melihat dampak positif / keuntungan yang dapat diperoleh dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi sari wortel yang digunakan, maka semakin tinggi pula kadar betakaroten yang terkandung dalam

Penentuan klasifikasi kemampuan lahan menggunakan metode Arsyad (1989) yaitu dengan memperhitungkan nilai faktor pembatas lahan berupa faktor pembatas kemiringan