• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PAKAN LENGKAP PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA: ANALISIS EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN PAKAN LENGKAP PADA USAHA PETERNAKAN DOMBA: ANALISIS EKONOMI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PAKAN LENGKAP PADA USAHA

PETERNAKAN DOMBA: ANALISIS EKONOMI

(The Use Of Complete Feed For Smallholder Sheep Farming:

Economic Analysis)

I-G.A.P.MAHENDRI,R.A.SAPTATI,A.PRIYANTI danE.HANDIWIRAWAN Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Jl. Raya Pajajaran Kav E No 59, Bogor 16151

ABSTRACT

Sheep farming system has strategic role in Indonesia’s farmers society. One of technology innovation for feed that can increase sheep production is the use of complete feed on sheep farming. The research were conducted during the period of October, 2004 to January, 2005 to identify economic respon of application on complete feed innovation at the sugar cane plantation area, PG Jatitujuh, in Majalengka and Indramayu districts. Two hundred and eight sheep were used to this research and devided into four livestock feeding management treatment i.e. (i) sheep given complete feed A (A) (71 head); (2) sheep given complete feed B (B) (30 head); (3) sheep given complete feed C (C) (31 head); and (4) sheep under existing management (D) (76 head). Gross margin estimation and cost benefit analyses were used to liable the economic gain or losses of the feed introduction. The results showed that sheep given by feed B had given the highest gross margin and B/C value among the others; it is Rp 35,969.40 and 1.108. The study has concluded that the use of complete feed which component consist of fermented rice straw, pollard, onggok, coconut meal, soybean meal, molasses dan mineral could improve additional revenue for sheep farmers. It could be stated that complete feed based on sugarcane by products has a good prospect to develop in the future.

Key Words: Complete Feed, Sheep, Economic Analysis ABSTRAK

Usaha peternakan domba mempunyai peran yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat pertanian. Salah satu inovasi teknologi pakan yang dapat meningkatkan produksi domba adalah dengan pemberian pakan lengkap pada usaha peternakan domba. Suatu penelitian untuk mengetahui respon ekonomi terhadap introduksi inovasi penggunaan pakan lengkap telah dilakukan pada peternakan rakyat usaha ternak domba di wilayah perkebunan tebu dan pabrik gula (PG) Jatitujuh yang berlokasi di Kabupaten Majalengka dan Indramayu dari bulan Oktober 2004-Januari 2005. Penelitian ini menggunakan 208 ekor domba milik peternak dengan empat perlakuan manajemen pakan yaitu: (1). Pola pemeliharaan domba dengan introduksi pakan lengkap A (PL A) sebanyak 71 ekor; (2). Pola pemeliharaan domba dengan introduksi pakan lengkap B (PL B) sebanyak 30 ekor; (3). Pola pemeliharaan domba dengan introduksi pakan lengkap ditambah mineral (PL C) sebanyak 31 ekor; dan (4). Pola pemeliharaan yang sedang berlangsung saat ini sebagai kontrol (D) sebanyak 76 ekor. Estimasi gross margin dan nisbah B/C digunakan dalam analisis ekonomi usaha tersebut untuk menentukan keuntungan dan kerugian ekonomi introduksi pakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ternak domba yang diberi pakan lengkap B memberikan nilai gross margin dan nilai B/C yang paling tinggi dibandingkan dengan tiga perlakuan lainnya yaitu sebesar Rp. 35.969,40 dan 1,108. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan pakan lengkap dengan komponen bahan pakan jerami padi fermentasi, pollard, onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, molasses dan mineral dapat meningkatkan pendapatan bagi peternak domba. Dapat dikatakan bahwa pakan lengkap berbasis limbah perkebunan memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

(2)

552

PENDAHULUAN

Peluang pengembangan usahaternak domba mempunyai prospek yang cukup baik di pasar domestik maupun ekspor. Populasi ternak domba di Indonesia saat ini mencapai 8 juta ekor yang sebagian besar tersebar di Pulau Jawa (91%). Sementara itu, produksi daging domba pada tahun 2003 mencapai 80,6 ribu ton atau sekitar 4,3% dari total suplai daging nasional (DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN, 2004). Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,49 persen per tahun, maka pangsa pasar untuk pengembangan usaha komoditas domba mempunyai peluang yang cukup bagus. Menjelang Hari Raya Idul Adha permintaan domba untuk hewan kurban meningkat cukup pesat dan peluang ekspor ke beberapa negara terutama Malaysia, Singapura, Brunei dan Negara Timur Tengah masih terbuka lebar.

Populasi domba di sekitar kawasan perkebunan tebu dan pabrik gula (PG) Jatitujuh, Jawa Barat cukup tinggi, yakni mencapai 100.000 ekor, yang tersebar di 20 desa dengan rata-rata kepemilikan 32 ekor per peternak. Daerah ini termasuk kawasan padat ternak domba yang melibatkan sejumlah besar keluarga petani. Usahaternak domba di daerah ini menempati peranan yang cukup penting sebagai sumber pendapatan keluarga petani. Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional dengan cara digembalakan pada kawasan perkebunan tebu berpotensi untuk ditingkatkan melalui pendekatan inovasi teknologi pakan.

Dalam menanggulangi masalah pakan, beberapa peternak sudah mencoba menggunakan produk pakan lengkap (complete feed) yang sudah banyak dikembangkan oleh perusahaan swasta. Pakan lengkap ini dibuat dari beberapa hasil limbah pertanian/ perkebunan maupun limbah industri dengan suplemen tertentu serta menggunakan beberapa teknologi sederhana untuk meningkatkan nilai gizi dan kecernaannya. Biaya produksi untuk pakan dapat ditekan mengingat penyusunan pakan lengkap tersebut memanfaatkan berbagai macam limbah pertanian/perkebunan sesuai ketersediaan sumberdaya setempat. MAHAPUTRA et al. (2003) menyatakan bahwa pemeliharaan domba dengan pakan lengkap memberikan keuntungan yang cukup besar.

Dalam masa pemeliharaan 4 bulan, bobot hidup domba dapat mencapai 35-40 kg. Di lain pihak, kenyataan menunjukkan bahwa tingkat sumbangan pendapatan usahaternak domba di pedesaan masih beragam. Tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sangat tergantung pada manajemen pemeliharaan (teknologi yang digunakan), tingkat ketersediaan tenaga kerja, skala pemeliharaan dan harga jual ternak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui estimasi kelayakan ekonomi dari introduksi inovasi pakan lengkap pada usahaternak domba peternakan rakyat di wilayah perkebunan tebu dan pabrik gula (PG) Jatitujuh.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di lokasi pengembangan ternak domba yang berada di kawasan perkebunan tebu Pabrik Gula Jatitujuh, di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu selama empat bulan. Jumlah domba yang diamati sebanyak 208 ekor dari 17 peternak. Ternak domba dibagi dalam empat macam perlakuan manajemen pakan sebagai berikut:

1. Pola A (PL A): introduksi pakan lengkap PF dengan komponen bahan pakan terdiri dari kulit kopi, tumpi jagung, onggok, bungkil kopra, bungkil biji kapuk klenteng dan mineral (molasses dan urea), sebanyak 71 ekor.

2. Pola B (PL B): introduksi pakan lengkap PC dengan komponen bahan pakan terdiri dari jerami padi fermentasi, pollard, onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, molasses, mineral, sebanyak 30 ekor. 3. Pola C (PL C): introduksi pakan lengkap

PC dan mineral blok (UMB) sebanyak 31 ekor.

4. Pola D (PL D): manajemen yang berlaku saat ini, sebanyak 76 ekor.

Domba dengan perlakuan introduksi pakan lengkap (PL A, B dan C) dipelihara dalam kandang individu, dengan pemberian pakan lengkap sebanyak 1,5 kg/ekor/hari selama empat bulan. Sementara itu, pada PL D ternak domba tetap digembalakan. Parameter teknis yang diamati dan diukur adalah pertambahan

(3)

bobot hidup harian (PBHH) per ekor domba pada masing-masing perlakuan.

Dari parameter teknis tersebut selanjutnya dilakukan estimasi ekonomi untuk mengetahui kelayakan dari introduksi teknologi pakan yang diberikan serta tambahan penghasilan yang diperoleh pada masing-masing pola pemeliharaan. Pendekatan ekonomi yang digunakan adalah analisis usahatani parsial yang meliputi analisis gross margin dan biaya produksi umum sesuai dengan petunjuk AMIR dan KNIPSCHEER (1989). Analisis margin kotor adalah perbedaaan antara pendapatan kotor dengan biaya tidak tetap dari usaha peternakan domba sehingga diperoleh pendapatan atas biaya tidak tetap. Perhitungan nisbah B/C juga digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar penambahan input dalam satuan unit terhadap pendapatan yang diperoleh. Data yang digunakan adalah data input-output (fisik, harga, nilai) usahaternak domba menurut pola manajemen pemberian pakan. Data input fisik yang meliputi upah tenaga kerja, harga pakan, peralatan dan obat-obatan diperoleh dari informasi pasar dan hasil wawancara dengan peternak. Sementara itu, data output (penjualan ternak) didasarkan pada harga bobot hidup yang berlaku di pasaran saat ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran usahaternak domba di kawasan perkebunan tebu PG Jatitujuh

Pabrik gula Jatitujuh merupakan anak perusahaan PT PG Rajawali II yang berlokasi di Kabupaten Majalengka dan Indramayu, Jawa Barat. Luas lahan keseluruhan 12.220,5 Ha, dimana lebih dari 80% dari luas lahan tersebut ditanami tebu. Pada saat ini produksi gula PG Jatitujuh mencapai 40 ribu ton/tahun.

Pengembangan ternak domba di kawasan perkebunan tebu PG Jatitujuh merupakan bentuk lain pola integrasi untuk membantu peningkatan populasi dan produksi ternak domba. Dengan pola usahaternak yang terintegrasi dapat mengefisienkan biaya produksi dari kedua usaha. Biaya pakan yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan ternak domba dapat ditekan dengan pemanfaatan limbah pertanian. Kotoran

ternak dan sisa pakan ternak domba yang dihasilkan dapat diolah menjadi pupuk organik yang dapat digunakan untuk perkebunan tebu atau dijual guna menambah penghasilan petani. Peternak/penggembala domba di sekitar perkebunan tebu mayoritas adalah peternak kecil dengan skala kepemilikan 2-3 ekor domba. Sebagian besar peternak di lokasi penelitian mempunyai ternak domba dengan status ternak gaduhan. Sistem bagi hasil yang dilakukan adalah (1) anak domba yang dihasilkan dibagi dua antara pemilik dan yang menggembalakan ternak atau (2) pemilik ternak memberikan upah angon berupa beberapa ekor domba (3-6 ekor) setiap tahun kepada peternak penggaduh. Pola pemeliharaan yang umum dilakukan oleh peternak di sekitar PG Jatitujuh adalah menggembalakan ternak domba mulai siang hari sampai dengan sore hari. Rata-rata lama penggembalaan adalah 6 jam per hari di sekitar perkebunan tebu atau di pinggir-pinggir jalan serta persawahan. Manajemen pemeliharaan dengan pola penggembalaan lebih disukai oleh peternak karena relatif sedikitnya biaya dan input produksi yang dikeluarkan secara tunai oleh peternak. Pola pemeliharaan ini tetap eksis karena ditunjang oleh ketersediaan pakan yang sangat melimpah terutama pada saat musim penghujan.

Keragaan produksi penggemukan domba Usaha penggemukan domba yang diintroduksikan adalah pola penggemukan domba dengan perkandangan dan pemberian pakan lengkap menggunakan PF (PL A), Pakan Lengkap PC (PL B) dan Pakan Lengkap PC yang mendapat suplementasi Mineral Blok (PL C). Pakan lengkap disusun dengan memasukkan beberapa bahan pakan dari limbah pertanian sebagai bahan penyusun pakan lengkap. Ujicoba dengan susunan ransum yang demikian dimaksudkan sebagai ujicoba pendahuluan sebelum formulasi bahan pakan dari limbah perkebunan tebu dimanfaatkan untuk penyusunan ransum pada ujicoba selanjutnya. Kandungan nilai gizi pada masing-masing pakan lengkap yang digunakan tertera pada Tabel 1.

Pengamatan selama empat bulan menunjukkan bahwa ternak domba yang diberi

(4)

554

inovasi pakan lengkap A, B, dan C memberikan hasil pertambahan bobot hidup (PBH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba yang digembalakan tertera pada Tabel 2. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) domba dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah pola pemeliharaan PL B, C, A dan D. PBHH yang lebih tinggi pada ternak dengan pola B ini diduga disebabkan oleh karena kandungan PK yang lebih tinggi daripada PL B yaitu sekitar 9,73%. MARTAWIDJAJA (2002) menyatakan bahwa peningkatan kandungan protein kasar akan mengakibatkan meningkatnya konsumsi PK, PBHH dan efisiensi penggunaan pakan. Tabel 1. Komposisi nutrien pakan perlakuan

Uraian PL A PL B Bahan kering (BK) (%) 88,43 89,70 Protein kasar (% BK) 8,87 9,73 Serat kasar (% BK) 16,30 19,36 Lemak (% BK) 1,62 4,46 Abu (% BK) 9,06 13,13 GE (kal/g) 3517 3578

Hasil analisa Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Balitnak

Tabel 1 menunjukkan bahwa pakan lengkap PL B mempunyai kandungan (komposisi) nutrien yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan lengkap PF (PL A). Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja PBHH yang dicapai oleh ternak domba pada masing-masing perlakuan. Pemanfaatan zat gizi oleh ternak ruminansia dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimiawi zat gizi yang terkandung dalam bahan pakan tersebut,

disamping oleh aktivitas enzimatis mikrobial rumen dan efisiensi metabolisme di dalam jaringan.

PBHH yang dicapai pada studi ini masih relatif lebih tinggi dari pengamatan pada peternakan domba Lesan Putra, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. HANDIWIRAWAN (2003) memberikan pakan rumput sekitar 4 kg/ekor/hari yang ditambah dengan ampas tahu 0,5 kg/ekor/hari, menghasilkan PBHH sebesar 77,8 g/ekor/hari. PBHH ini juga masih lebih tinggi dari pengamatan MUNIER et al. (2004) terhadap ternak domba ekor gemuk yang diberi pakan 1,5 kg rumput alam + 0,5 kg gamal dan 0,2 kg dedak padi dimana menghasilkan PBHH sebesar 28,2 g/ekor.

Pada pengamatan KUSWANDI (2001), PBHH ternak domba yang diberi pakan rumput raja dan konsentrat yang tersusun dari bahan dedak gandum, dedak padi, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa mencapai sebesar 73 g/ekor, sedangkan dengan tambahan Zn-organik + probion mencapai sebesar 83 g/ekor. PBHH ini masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil studi pada penelitian ini.

Estimasi gross margin

Analisis yang digunakan adalah model input-output, karena selain memberikan gambaran yang jelas terhadap suatu proses produksi juga memudahkan dilakukan evaluasi di masa-masa yang akan datang. Analisis ini dilakukan berdasarkan periode pembesaran ternak domba selama 4 bulan. Data performans ternak domba pada masing-masing kelompok perlakuan yang digunakan dalam analisis gross margin ini tertera pada Tabel 3.

Tabel 2. Pertambahan bobot hidup domba berdasarkan perlakuan pakan

Pola pemeliharaan Jumlah ternak (ekor) PBH (g/hari)

Pakan lengkap A 71 52,05 ± 42,51

Pakan lengkap B 30 86,48 ± 51,29

Pakan lengkap C 31 74,23 ± 49,19

(5)

Tabel 3. Performans parameter produksi ternak domba di PG Jatitujuh

Parameter PL A PL B PL C PL D

Jumlah ternak (ekor) 71 30 31 76

Rata-rata bobot hidup awal (kg/ekor) 19 16 18 22

Pertambahan bobot hidup (g/ekor/hari) 52,05 86,48 74,23 19,27 Rata-rata bobot hidup akhir (kg) 25,25 26,38 26,91 24,31

Estimasi gross margin merupakan salah satu metode/teknik dari model input-output yang diperoleh dari perbedaan atas total penerimaan dengan total biaya produksi (AMIR dan KNIPSCHEER, 1989). Total penerimaan merupakan komponen output secara langsung yakni penjualan ternak hidup, sedangkan total biaya produksi terdiri dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang, sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari biaya pembelian pakan (rumput, pakan lengkap), pembelian alat (habis pakai), pembelian obat-obatan dan tenaga kerja. Adapun beberapa ketentuan yang digunakan dalam analisis ini adalah:

Investasi

a. Harga ternak domba (bakalan) adalah Rp. 10.000/kg bobot hidup baik jantan maupun betina.

b. Luas kandang untuk satu ekor domba dewasa adalah 1 m2. Harga kandang ditetapkan sebesar Rp. 17.500/m2. Diasumsikan nilai ekonomis kandang tersebut adalah selama 5 tahun.

Biaya Produksi:

a. Komponen pakan terdiri dari pakan rumput untuk pola D dan PL untuk pola A, B dan C. Pakan lengkap diberikan sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dengan harga Rp. 800/kg untuk PF (PL A) dan Rp. 900/kg untuk PC (PL B dan C). Sementara itu, mineral blok (UMB) dihitung Rp. 85/kg dan rumput segar Rp. 900/ekor/hari.

b. Upah pokok tenaga kerja yang diperlukan untuk memelihara setiap ekor domba adalah sebesar Rp. 70/ekor/bulan.

c. Komponen obat-obatan diperkirakan Rp.750/ekor/periode. Alat tidak habis pakai yang diperlukan antara lain adalah ember

plastik untuk tempat minum, sapu lidi untuk pembersih kandang dan arit. Diasumsikan biaya untuk komponen ini adalah Rp. 1000/ekor/periode.

Penerimaan

Total penerimaan diperoleh dari nilai penjualan ternak. Nilai ternak adalah Rp. 14.000/kg bobot hidup.

Beberapa ketentuan untuk biaya dan penerimaan yang digunakan dalam perhitungan analisis ekonomi ini tertera pada Tabel. 4

Nilai investasi dan perhitungan gross margin atas biaya tidak tetap serta nisbah B/C dari usaha penggemukan domba selama 4 bulan tertera pada Tabel 5. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai investasi terendah dicapai oleh domba dengan pola B yaitu sebesar Rp. 177.500/ekor/periode sedangkan yang tertinggi adalah domba dengan pola pemeliharaan D sebesar Rp. 220.000/ekor/ periode. Hal ini disebabkan karena rata-rata bobot hidup awal domba pada pola B lebih rendah dibandingkan dengan pola lainnya.

Hasil perhitungan estimasi gross margin atas biaya tidak tetap paling tinggi diperoleh pada ternak domba yang mendapatkan perlakuan PL B, diikuti oleh perlakuan PL C, PL A dan PL D. Pada pola D biaya pakan yang dikeluarkan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya (74%), tetapi pertambahan bobot hidup harian yang dicapai paling rendah (22%). Hal ini mengakibatkan perolehan bobot hidup akhir ternak pada pola D paling rendah, yang diikuti dengan pendapatan yang diterima. Hasil estimasi gross margin pola B menunjukkan bahwa biaya pakan yang dikeluarkan lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan A dan D, tetapi diperoleh PBHH yang lebih tinggi pula tertera pada Tabel 6.

Estimasi gross margin atas biaya tidak tetap pada pola pemeliharaan C memberikan hasil

(6)

556

yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pola pemeliharaan B. Hal ini disebabkan karena penambahan satuan biaya input produksi tidak diimbangi dengan laju peningkatan PBHH, sehingga satuan output yang dihasilkan juga lebih rendah. INOUNU (1996) menyatakan bahwa pada tingkat manajemen yang baik dengan pakan tambahan yang diberikan perhitungan marjin kotor per induk memberikan hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hal tersebut pada kondisi manajemen yang berlaku saat ini.

Sementara itu hasil perhitungan nisbah B/C dari usaha peternakan domba ini bervariasi pula untuk setiap pola pemeliharaan. Ternak-ternak domba yang digembalakan tanpa pemberian pakan lengkap dan pakan tambahan lain memberikan hasil nisbah B/C yang paling rendah dibandingkan dengan domba yang diberi pakan lengkap. Nilai nisbah B/C

tertinggi dicapai oleh domba yang dipelihara pada pola PL B dengan nilai 1,108; yang menunjukkan bahwa penambahan 1 satuan input akan memperoleh tambahan output sebesar 10,8 satuan. Pada ternak domba yang diberikan pakan lengkap, setiap penambahan satu unit input akan diperoleh tambahan pendapatan yang bervariasi antara 2,4-10,8 unit output. Sementara itu, pada kelompok ternak PL D untuk setiap penambahan satu unit input hanya akan menghasilkan tambahan pendapatan sebesar 2,3 unit. Nisbah B/C ini akan sangat berkaitan dengan estimasi gross margin yang diperoleh, semakin tinggi gross margin yang didapat, akan semakin besar pula nisbah B/C. Semakin tinggi nisbah B/C menunjukkan bahwa usaha tersebut semakinmenguntungkan.

Tabel 4. Asumsi biaya dan penerimaan yang digunakan dalam perhitungan analisis ekonomi

Parameter Biaya (Rp.)

Investasi:

Ternak domba bakalan (Rp/kg bobot hidup) 10.000

Kandang (Rp/ekor/m2) 17.500

Biaya:

Rumput (Rp/ekor/hari) 900

Pakan PF (PL A) (Rp/ekor/hari) 1200

Pakan PC (PL B) (Rp/ekor/hari) 1350

Mineral Blok/UMB (Rp/ekor/hari) 85

Tenaga kerja (Rp/ekor /hari) 70

Obat-obatan (per ekor/periode) 750

Peralatan kandang (per ekor/periode) 1.000

Penerimaan:

Nilai penjualan ternak (per kg bobot hidup) 14.000

Tabel 5. Rataan total investasi, estimasi gross margin (Rp/ekor/periode) dan nisbah B/C ternak domba berdasarkan pola pemeliharaan

Uraian PL A PL B PL C PL D

Total investasi 207.500 177.500 197.500 220.000

Gross margin 8.127,00 35.969,40 13.189,4 7.673,60

(7)

Tabel 6. Analisis usahaternak domba di PG Jatitujuh (Rp/ekor/periode)

Uraian Pola pemeliharaan

PL A PL B PL C PL D Investasi Ternak 190,000.00 160,000.00 180,000.00 220,000.00 Kandang (ekor/m2) 17,500.00 17,500.00 17,500.00 - Total investasi 207,500.00 177,500.00 197,500.00 220,000.00 Biaya produksi Kandang (Rp/ekor/periode) 1167.00 1167.00 1167.00 -

Ternak bibit (Rp/ekor) 190,000.00 160,000.00 180,000.00 220,000.00

Rumput (Rp/ekor/hari) - - - 108,000.00

Pakan tambahan (kg/ekor) 144,000.00 162,000.00 162,000.00 -

UMB (Rp/ekor) - - 10,200.00 -

Peralatan (Rp/ekor) 1,000.00 1,000.00 1,000.00 500.00

Obat-obatan (Rp/ekor) 750.00 750.00 750.00 -

Tenaga kerja (Rp/orang/bulan) 8,400.00 8,400.00 8,400.00 4,200.00 Total biaya produksi 345,317.00 333,317.00 363,517.00 332,700.00 Penerimaan Penjualan ternak (Rp/kg) 353,444.00 369,286.40 376,706.40 340,373.60 Total penerimaan 353,444.00 369,286.40 376,706.40 340,373.60 Gross margin 8,127.00 35,969.40 13,189.40 7,673.60 B/C 1.024 1.108 1.036 1.023 KESIMPULAN

Hasil estimasi ekonomi menunjukkan bahwa manajemen pemeliharaan usahaternak domba dengan menggunakan pakan lengkap B memberikan nilai marjin kotor dan nilai B/C yang paling tinggi yaitu Rp. 35.969,40/ ekor/periode dan 1,108 dibandingkan dengan tiga perlakuan lainnya. Sedangkan pada pemeliharaan dengan pola penggembalaan (PL D) nilai marjin kotor dan nisbah B/C paling rendah, yaitu Rp 7.673,60 dan 1,023. Dari hasil yang diperoleh tersebut maka pola pemeliharaan domba dengan manajemen pakan lengkap dapat memberikan pendapatan yang lebih optimal bagi peternak dibandingkan pemeliharaan dengan menggunakan manajemen yang ekstensif.

Penggunaan pakan lengkap berbasis limbah pertanian/perkebunan untuk usaha penggemukan domba di kawasan perkebunan tebu dan Pabrik Gula Jatitujuh adalah salah satu alternatif pola pemeliharaan yang dapat meningkatkan produksi ternak domba yang dipelihara. Rekomendasi pakan lengkap berbasis limbah pertanian/perkebunan

mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di masa yang akan datang, mengingat sumberdaya limbah perkebunan yang sangat banyak di wilayah tersebut dan dapat mengurangi resiko kerugian yang diderita baik oleh pihak pabrik maupun peternak.

DAFTAR PUSTAKA

AMIR, P. and H.C. KNIPSCHEER. 1989. Conducting

On-Farm Animal Research: Procedures and Economic Analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development and International Development Research Center. Morrilton, Arkansas. USA.

DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI

PETERNAKAN. 2003. Buku Statistik Peternakan Tahun. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta. HANDIWIRAWAN, E.,K. DIWYANTO, I. INOUNU, A.

PRIYANTI, BERIAJAYA, N. HIDAYATI dan H. HASINAH. 2003. Pengembangan persilangan

domba komposit dengan domba Garut di lapang. Laporan Penelitian. Puslitbang Peternakan, Bogor.

(8)

558

INOUNU, I. 1996. Keragaan produksi ternak domba

prolific. Disertasi Program Pascasarjana IPB. Bogor.

KUSWANDI, SUPRIYATI, B. HARYANTO, M. MARTAWIDJAJA dan D. YULISTIANI. 2001.

Pertumbuhan domba muda yang diberi pakan aditif. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 17-18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 189–196.

MAHAPUTRA, S., P. KURNIADHI, ROKHMAN dan

KADIRAN. 2003. Analisis biaya pemeliharaan domba dengan complete feed. Bull. Teknik

Pertanian 8(2): 41–84.

MARTAWIDJAJA,M.,B.SETIADI,D.YULISTIANI,D.

PRIYANTO dan KUSWANDI. Pengaruh pemberian konsentrat protein tinggi dan rendah terhadap penampilan kambing jantan kacang dan persilangan boer. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Ciawi-Bogor, 30 September–1 Oktober 2002. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm 194-197. MUNIER, F.F., D. BULO, SAIDAH, SYAFRUDDIN,

RUSLAN BOY, FEMMI N.F. dan S. HUSAIN.

2004. Pertambahan bobot hidup domba ekor gemuk (DEG) yang dipelihara secara intensif. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4–5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm 341-347.

DISKUSI Pertanyaan:

Pertambahan bobot hidup dihitung dalam waktu berapa lama? Jawaban:

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa pakan  lengkap PL B mempunyai kandungan  (komposisi) nutrien yang lebih tinggi  dibandingkan dengan pakan lengkap PF (PL  A)
Tabel 3. Performans parameter produksi ternak domba di PG Jatitujuh
Tabel 4. Asumsi biaya dan penerimaan yang digunakan dalam perhitungan analisis ekonomi
Tabel 6. Analisis usahaternak domba di PG Jatitujuh (Rp/ekor/periode)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh waktu kontak dan kecepatan pengadukan terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif dengan aktivasi KOH dan NaOH berturut- turut dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar

godefroyii lebih tinggi dari pada teripang jenis lain, selain karena tingginya kemampuan kedua jenis teripang tersebut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

\DLWX • Sedang besarnya persentase peser- ta didik yang belajar tuntas hanya sebesar 36,36%, sedangkan 63,63% lainnya masih belum memenuhi KKM. Nilai terendah pada tes awal

Imamiyah yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat yang bermula pada Ja’far ash-shadiq yang melimpahkan imamah kepada putranya Ismail, yang lebih dikenal

Penelitian ini menemukan penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan leu- kokoria pada anak adalah retinoblastoma, disusul oleh katarak kongenital.. Kedua pe- nyebab leukokoria

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ternyata Penerapan pendekatan konstruktivisme dengan model Cooperative and Collaborative Learning baik tipe STAD, JIGSAW

Bahan yang digunakan adalah 65 ekor ikan Guppy (Poecilia reticulata), yang merupakan sebagai objek yang akan diamati, berukuran kecil dengan panjang ± 5 cm; air

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan kepala sekolah dan guru, belum satupun dewan guru yang mengajar di SDN 09 Curup Timur ini mengikuti