• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa. hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa. hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemerosotan moral yang menimpa bangsa ini sudah merambah ke generasi muda. Saat ini, bukan merupakan kabar baru bahwa siswa suatu sekolah menyerang sekolah lain dalam bentuk tawuran massal, menggunakan narkotika atau obat terlarang, melakukan seks bebas, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib di sekolah. Jika situasi ini terus menerus dibiarkan akan ada generasi yang hilang. Hilangnya generasi karena siswa atau generasi muda telah kehilangan tokoh panutan yang berakibat pada

hilangnya pegangan hidup bagi diri mereka.1

Lingkungan keluarga yang diharapkan dapat menjadi benteng utama bagi ketahanan hidup remaja ternyata rapuh oleh gerusan dan himpitan ekonomi dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Pada akhirnya remaja lebih memilih jalanan sebagai rumah hidupnya daripada rumah sendiri, yang tidak ramah bagi perkembangan hidupnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan keharmonisan dari dalam keluarga berdampak pada pelarian remaja pada kriminalitas atau bentuk tindakan asusila.

Peran sekolah yang diharapkan dapat membangun karakter remaja menjadi tidak berdaya dan fokus peningkatan mutu pendidikan hanya berputar pada nilai akademik. Tuntutan orang tua agar anaknya memiliki nilai

1 Hudiyono, Membangun Karakter Siswa Melalui Profesionalisme Guru dan Gerakan

(2)

ujian nasional yang tinggi atau berprestasi di bidang akademik seringkali mengalahkan pembentukan karakter. Akhirnya, kebanyakan sekolah dihadapkan pada dilema antara memenuhi tuntutan masyarakat dan tujuan pendidikan nasional. Orang tua lebih bangga anaknya memiliki nilai bagus walaupun terkadang bukan cerminan kompetensi sebenarnya dibandingkan anaknya jujur dan berkepribadian baik.

Sekolah mulai terjebak pada pengembangan kompetensi pelajar secara akademik-kognitif saja dan lalai akan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler kecakapan hidup, seperti kesenian, olah raga, dan kepramukaan.

Kegiatan pramuka dianggap sebagai kegiatan pelengkap dari proses kegiatan belajar di sekolah. Orang tua tidak terlalu menganggap penting kegiatan pramuka yang dijalani anaknya. Guru, orang tua bahkan siswa sendiri mengasosiasikan pramuka dengan kegiatan baris berbaris, tali temali, dan aktivitas fisik lainnya. Sementara manfaat yang terkandung dan nilai filosofis dalam kepramukaan belum dipahami secara mendalam oleh mereka.

Dalam menyikapi perubahan percepatan gaya hidup dan trend perilaku siswa pada usia remaja, dibutuhkan wadah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sekaligus menjadi sarana pengembangan bakat yang lengkap dengan penanaman nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Pramuka merupakan wadah yang tepat sebagai solusi kegiatan alternatif yang diminati siswa.

Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Inpres

(3)

Nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional menyatakan/menghendaki/memerintahkan pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di sekolah. Salah satu media pendidikan karakter di sekolah adalah kegiatan pramuka. Pramuka adalah sebuah kegiatan oraganisasi pembinaan remaja yang tidak hanya ada di Indonesia, melainkan juga di berbagai negara di dunia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang berarti rakyat muda yang suka berkarya. Tujuan Gerakan Pramuka adalah melatih fisik, emosi, sosial, dan spiritual para pesertanya serta mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat, membentuk kader bangsa, sekaligus membentuk kader pembangunan yang beriman, bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan

dan teknologi (iptek).2

Pramuka membangun akhlak anak bangsa yang baik, berbudi pekerti, berpikir positif, tangguh, percaya diri tetapi tidak takabur, disiplin, inovatif dan rukun serta memiliki kesetiakawanan. Betapa pentingnya Gerakan Pramuka, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini. Pramuka dapat dijadikan wadah dalam penanaman dan pembentukan karakter karena pramuka selalu memegang teguh nilai-nilai Tri Satya, yang berisikan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada negara, kepada sekitarnya dan kepada diri sendiri.

Jadi dapat dikatakan bahwa melalui kegiatan kepramukaan kita bisa memberikan pendidikan moral serta nilai-nilai hidup bagi generasi muda

2

(4)

dalam upaya penanaman pendidikan karakter, karena pada setiap kegiatan kepramukaan memang selalu menerapkan sikap-sikap positif kepada setiap anggotanya terutama sikap disiplin. Kedisiplinan merupakan suatu langkah awal bagi bangsa Indonesia dalam rangka menanggulangi kemerosotan moral bangsa yang dirasa semakin berkurang.

Disiplin merupakan suatu sikap yang taat kepada segala aturan yang berlaku. Sikap taat ini ditunjukkan dengan selalu menuruti dan melaksanakan aturan sesuai apa yang semestinya. Sikap disiplin akan membuat orang terbiasa melakukan perbuatan sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku. Disiplin merupakan bentuk kepatuhan seseorang terhadap aturan-aturan atau tata tertib yang berlaku atas dorongan dari dalam diri seseorang

sesuai dengan kata hatinya.3

Berbagai macam bentuk kedisiplinan dapat ditanamkan dan diimplementasikan oleh siswa ketika di sekolah. Di antaranya adalah selalu menaati peraturan yang telah dibuat, seperti datang ke sekolah tepat waktu, selalu berpakaian rapi, menjaga keamanan dan ketertiban sekolah, dan lain-lain. Hal demikian memang sangat diperlukan bagi siswa mengingat sebagai orang yang terpelajar siswa harus senantiasa memiliki sikap disiplin agar dapat berhasil dalam belajarnya.

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo merupakan kegiatan yang wajib diikuti dan sudah dilaksanakan setiap hari kamis mulai pukul 14.00 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan oleh siswa kelas X

3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 114.

(5)

dan XI dengan didampingi oleh pembina. Hasil observasi terhadap beberapa siswa yang mengikuti kegiatan kepramukaan ini dijumpai bahwa sikap, perilaku dan perbuatan siswa dalam pergaulannya lebih terbangun sikap saling menghargai, saling menghormati, serta kooperatif. Namun, dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab siswa masih kurang, seperti terlambat datang mengikuti apel, pemakaian atribut yang kurang lengkap serta kurang

mempunyai kesadaran dan minat untuk mengikuti latihan pramuka.4 Dari

informasi-informasi awal tersebut kiranya perlu dilakukan pengkajian yang mendalam dan lebih ilmiah serta perlu dilakukan penelitian yang lebih terarah dan sistematis.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengangkat tema ini sebagai objek penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Penanaman Kedisiplinan Siswa melalui Kegiatan Pramuka di MA YMI Wonopringgo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo? 2. Bagaimana penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di

MA YMI Wonopringgo?

4

(6)

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo?

C. Tujuan Penelitian

Melalui pengumpulan data yang relevan serta pengolahan data yang sesuai dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo

2. Mengetahui penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo

3. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wacana keilmuan dan khasanah intelektual khususnya tentang penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pelaksanaan kegiatan pramuka di sekolah sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai secara maksimal.

(7)

b. Penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada guru khususnya yang menjadi pembina pramuka agar memperhatikan proses pelaksanaan

kegiatan pramuka di Gugus Depannya sehingga dapat

memaksimalkan kegiatannya.

c. Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian. Hal ini sangat berguna bagi kelanjutan kedepannya jika suatu saat diberi kepercayaan untuk menjadi pembina pramuka di Gugus Depan.

E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis

Pramuka atau Praja Muda Karana adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur.

Gerakan Pramuka merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Kepramukaan mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi oleh kedua lingkungan pendidikan. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan, minat serta bakat yang dimiliki peserta didik. Kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat, menggunakan tata cara rekreatif dan edukatif dalam mencapai

(8)

sasaran dan tujuan. Kegiatan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai suatu yang menyenangkan, menarik, menantang dan tidak menjemukan, sehingga para peserta didik akan berkembang kemantapan mental, fisik, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, rasa sosial, spiritual dan

emosional.5

Menurut Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka: Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan

lingkungan hidup.6

Mengingat pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, maka kegiatan kepramukaan harus dihayati sebagai kegiatan prima untuk membangun

karakter siswa.7

Nilai-nilai pramuka dalam Dasa Dharma Pramuka telah mencakup seluruh karakter bangsa yang wajib ditanamkan kepada siswa, salah satunya adalah karakter disiplin. Peserta didik dapat menunjukkan

5 Ilyas dan Qoni, Buku Pintar Pramuka untuk Tingkat Siaga, Penggalang, Penegak,

Pandega, (Yogyakarta: Familia, 2012), hlm. 18-19.

6 Presiden RI, Undang-undang Nomor 12 pasal 4 tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta: Lembaran Negara, 2010), hlm. 4.

7

(9)

tindakan yang sesuai dengan tata tertib dan patuh terhadap aturan main, serta dapat mengikuti ketentuan yang berlaku.

Kedisiplinan tercermin dari perilaku membiasakan diri untuk menepati janji, mematuhi aturan dan ketentuan yang berlaku, kesediaan untuk bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan. Peserta didik menyadari bahwa kedisiplinan telah menyatu dalam dirinya bukan lagi sebagai beban namun sebagai kebiasaan yang menyenangkan.

Karakter disiplin yang paling baik adalah yang ditimbulkan dari diri sendiri (self imposed discipline), yang timbul atas dasar kerelaan, kesadaran, bukan atas dasar paksaan atau ambisi tertentu. Disiplin ini timbul karena siswa merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah menjadi bagian dari lingkungan sehingga tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi peraturan yang berlaku.

Kegiatan kepramukaan yang mengandung karakter kedisiplinan adalah ketepatan waktu saat upacara dan menaati perintah saat kegiatan

baris-berbaris, berkemah maupun kegiatan-kegiatan lainnya.8

Adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis lakukan sesuai dengan judul skripsi “Penanaman kedisiplinan melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo”, antara lain:

Menurut Nurul Hidayah dalam penelitiannya yang berjudul

Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Kegiatan Pendidikan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan, menunjukkan bahwa kegiatan

8

(10)

pendidikan kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan berjalan dengan lancar dan baik. Salah satu faktor pendukungnya adalah dari pihak sekolah selalu memberikan bantuan baik yang bersifat finansial maupun moril. Terdapat hubungan antara kegiatan kepramukaan terhadap moral siswa, yaitu adanya perubahan sikap yang lebih baik dari peserta didik yang aktif mengikuti kegiatan kepramukaan. Serta macam nilai-nilai pendidikan moral yang ada dalam kegiatan pendidikan kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan adalah kedisiplinan, keberanian,

tanggung jawab, kesahajaan, kerjasama, kepemimpinan, dan

kemandirian.9

Selanjutnya menurut Khusnul Khotimah dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Ekstrakurikuler

Kepramukaan Di MTs S Hifal Pekalongan, menunjukkan bahwa upaya

meningkatkan karakter siswa melalui ekstrakurikuler di MTs S HIFAL Pekalongan dilakukan dengan berbagai cara. Upaya yang dilakukan oleh pembina dan pembina pembantu pramuka adalah dengan memberikan materi-materi yang sesuai dengan karakter yang akan dibentuk baik secara teori maupun praktik lapangan. Tidak hanya itu pembina juga sering memberikan selingan nyanyian dan permainan agar kegiatan tidak menjenuhkan. Dalam pelaksanaannya pembina menggunakan metode sistem among. Dalam hal ini pembina menjadi teladan bagi para anggota pramuka. Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan oleh pembina

9 Nurul Hidayah, “Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Kegiatan Pendidikan Kepramukaan di SMP Negeri 1 Doro Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii.

(11)

pramuka, namun dari hasil penelitian menyatakan bahwa masih ada anak yang tidak disiplin dan masih kurang rasa tanggung jawabnya, seperti

melalaikan tugas yang diberikan kepadanya.10

Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya terletak pada objek penelitian yang memfokuskan pada pendidikan karakter dan kegiatan kepramukaan. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan penelitian yang penulis maksud lebih spesifik pada karakter kedisiplinan siswa dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Penanaman Kedisiplinan Siswa melalui Kegiatan Pramuka di MA YMI Wonopringgo”.

2. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yaitu berisi pola hubungan antar variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah

dilakukan.11

Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan melalui Gugus depan gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah dan di luar jam sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini diharapkan mampu sebagai sarana untuk menanamkan berbagai nilai-nilai moral

10 Khusnul Khotimah, “Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Ekstrakurikuler Kepramukaan Di MTs S Hifal Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii.

11 Abdul Khobir, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi

(12)

terutama kedisiplinan kepada peserta didik agar mempunyai kepribadian yang berkarakter.

Berdasarkan analisis teori di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sesuai dengan latar belakang penelitian dengan judul “Penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo” bahwa di MA YMI Wonopringgo terdapat kegiatan pramuka yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler di luar jam sekolah. Dalam hal ini kegiatan pramuka dapat dijadikan wadah dan sarana untuk menanamkan kedisiplinan siswa, sehingga dapat mempengaruhi kepribadian siswa menjadi lebih baik dan mandiri.

Pelaksanaan kegiatan pramuka di MA

YMI Wonopringgo

Kedisiplinan

Siswa menjadi pribadi yang

baik dan mandiri

(13)

F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

diamati.12

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan, artinya tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau

keadaan.13

c. Wujud Data

Wujud data dalam penelitian ini adalah penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo, meliputi pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan

siswa melalui kegiatan pramuka serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. XXII, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 11.

13

(14)

2. Sumber Data

Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pembina pramuka dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ektrakurikuler pramuka.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan buku-buku serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo.

3. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan judul ini, maka untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.14 Dalam

metode ini diadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek penelitian melalui pemusatan perhatian.

14 Salafudin, Statistika Terapan untuk Penelitian Sosial, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2008), hlm. 12.

(15)

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang proses pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo.

b. Wawancara atau interview

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.15 Dalam

hal ini peneliti menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu pewawancara membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan, tetapi bagaimana pertanyaan diajukan dan irama interview diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara. Pihak yang terwawancara dapat bebas memberi jawaban dan ini akan diperoleh data secara mendalam.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang proses pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo.

Tahap-tahap pelaksanaan teknik wawancara ini meliputi: (1) menentukan siapa yang diwawancarai, (2) mempersiapkan materi wawancara, (3) melakukan wawancara, dan (4) menghentikan wawancara.

15

(16)

Pada tahap pertama, peneliti menentukan para informan yang akan diwawancarai. Dalam hal ini terdiri atas informan kunci dan informan terpilih. Informan kunci adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, di antaranya siswa dan pembina pramuka. Sedangkan informan terpilih adalah orang yang tidak terlibat langsung, tetapi mempunyai pengetahuan yang luas dan sebagai pemangku kebijakan mengenai kegiatan yang diteliti, yaitu kepala sekolah.

Tahap kedua, mempersiapkan materi wawancara berupa daftar pertanyaan sementara yang memuat hal-hal pokok terkait pelaksanaan dan penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tahap ketiga, melakukan wawancara dengan para informan sebagaimana di atas. Agar wawancara lebih terarah, peneliti menjaga agar percakapan diorientasikan pada penggalian informasi terkait fokus penelitian.

Tahap keempat, pada akhir percakapan peneliti segera merangkum dan mengecek kembali kepada informan apakah informan ingin memantapkan atau menambah informasi yang diberikan sebelumnya atau tidak. Jika tidak, maka wawancara dihentikan setelah diperoleh informasi secara mendalam.

(17)

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data penunjang yang mendukung penelitian ini seperti arsip daftar guru, karyawan, siswa, dan data-data lain yang diperlukan.

4. Sampel Uji

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tersebut atas dasar sumber data yang terdiri dari orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, selain itu juga orang yang berkuasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah obyek atau situasi sosial yang diteliti. Besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Penentuan unit sampel (informan) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya bisa

dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.16

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan jawaban terhadap permasalahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada hakikatnya berwujud kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi. Oleh karena itu,

16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

(18)

teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilaksanakan melalui tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari ketiga alur tersebut diharapkan dapat membuat data menjadi bermakna.

G. Sistematika Penulisan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, untuk memperoleh pembahasan yang sistematik dan konsisten, maka perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan totalitas yang utuh. Maka sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Penanaman kedisiplinan dan kegiatan pramuka. Sebagai uraian akan penulis bahas dua sub bab utama, yaitu : kegiatan pramuka,

pembahasannya meliputi: pengertian pramuka, sejarah kegiatan

kepramukaan, dasar kegiatan kepramukaan, tujuan dan fungsi kegiatan kepramukaan. Dilanjutkan dengan penanaman kedisiplinan siswa, yang meliputi pengertian kedisiplinan, disiplin dalam perspektif Islam dan upaya penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di sekolah. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di sekolah.

(19)

Bab III : Penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. Bagian pertama terdiri dari gambaran umum MA YMI Wonopringgo, meliputi: tinjauan historis, letak geografis sekolah, visi dan misi, kegiatan ekstrakurikuler sekolah, prestasi sekolah, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana. Bagian kedua terdiri dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, yang berisi tentang pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka, sifat dan tujuan kegiatan kepramukaan, prestasi dalam bidang kepramukaan, serta struktur organisasi dewan ambalan pramuka. Bagian ketiga berisi tentang penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo, kemudian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo.

Bab IV : Analisis penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka di MA YMI Wonopringgo. Berisi tentang: analisis pelaksanaan kegiatan pramuka, analisis penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman kedisiplinan siswa melalui kegiatan pramuka.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel presentase kesalahan siswa diperoleh bahwa soal nomor 1 aspek menganalisis, jenis kesalahan yang dilakukan siswa yaitu siswa tidak memahami informasi apa yang

Tampaknya realitas kehidupan Callie di dunia modern yang memiliki orangtua bercerai membuatnya mudah bersimpati dengan nasib Amelia si gadis kecil yang ternyata adalah anak hasil

Ajaran akhlak Islami yang terkandung dalam teks Dawā’u `l-Qulūb, yaitu akhlak guru, akhlak murid, dan akhlak baik dan buruk. Akhlak guru dalam teks Dawā’u `l-

Dari pengujian terhadap benda uji genteng beton dengan umur 28 hari didapat kuat lentur rata-rata seperti pada tabel 4.4 untuk data hasil perhitungannya terdapat pada lampiran..

Terdapat beberapa aktor yang terlibat dalam pembuatan aplikasi pembelajaran ini, yaitu (a) Skenario kebutuhan admin, memiliki wewenang untuk mengelola data siswa, mengelola d ata

• Konsumen adalah setiap orangatau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik... • Pemerintah Daerah berwenang menetapkan izin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Samalantan, peneliti ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1)

1) Peran lembaga penyuluhan pertanian perkebunan di kabupaten belum berjalan maksimal, baik itu peran sebagai pelayanan, sentral komunikasi, sentral pengembangan kelembagaan