commit to user 52 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai pengelolah minyak dan gas bumi mempunyai risiko kebakaran yang sangat tinggi, hal ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik terhadap peralatan maupun manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut sebagaimana yang telah diatur didalam Standard NFPA maupun UU No.1 tahun 1970 dan PP No.11 tahun 1979, perusahaan wajib menyelenggarakan perusahaan dengan aman, sehingga dapat menekan risiko yang mungkin terjadi dilingkungan kerja. 1. Metode Manajemen Risiko
Dalam tahap pengendalian risiko di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Menghilangkan risiko
b. Mengurangi atau meminimalkan risiko
Pada tahap mengurangi risiko terdapat dua tindakan yang dijalankan di PT Pertamin (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, yaitu : 1) Pencegahan pada Risiko
Pengendalian terhadap pencegahan pada risiko dilakukan pada sarana pemadam kebakaran aktif, yaitu :
commit to user a) Fire Alarm System
Untuk saat ini fire alarm system di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap sudah menggunakan sistem otomatis dalam pengoperasiannya.
Bunyi isyarat tanda bahaya tersebut berada di kantor yang dibunyikan apabila terjadi bahaya seperti kebakaran dan gempa bumi. Untuk di sekitar lokasi penampungan minyak mentah (crude
oil) isyarat tanda bahaya dengan membunyikan lonceng yang
terbuat dari besi yang digantung di setiap pos jaga (security).
Gambar 13. Fire Alarm Sytem b) Tanda Peringatan
Tanda peringatan dibuat dan dipasang sebagai pemberitahuan, pengarahan, perhatian dan larangan bagi setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja guna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
commit to user
Di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap telah memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja yang diletakkan di seluruh area tempat kerja terutama di tempat-tempat yang mudah terlihat oleh tenaga kerja.
2) Penanggulangan pada Risiko
a) Sarana Pemadam Kebakaran Aktif (1) Fire Box
Di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap juga telah menyediakan sarana pemadam api yaitu fire box. Fire
box merupakan alat pemadam api yang di tempatkan di setiap
area. Dalam penyediaan fire box ini sudah dilakukan pemeriksaan peralatan yang ada didalamnya agar selalu siap pakai dalam kondisi bagus.
(2) Foam Chamber
Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang berada di area penampungan minyak mentah (crude oil), PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berupaya untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan pemasangan foam chamber di setiap tangki penampungan minyak mentah (crude oil).
(3) Water Grencing
Dalam upaya penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang berada di area penampungan minyak mentah
commit to user
(crude oil), PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap berupaya untuk penanggulangan terhadap bahaya kebakaran dengan melakukan pemasangan Water Grencing disetiap tangki penampungan minyak mentah (crude oil).
b) Sarana Pemadam Kebakaran Pasif (1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR yang tersedia di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap jenisnya adalah foam, dry chemical, CO2 dan
halotron. Jumlah APAR yang tersedia berdasarkan data
pemeriksaan yang ada adalah sebagai berikut :
- BCF sebanyak 4 unit
- Dry Powder sebanyak 783 unit
- CO2 sebanyak 219 unit
- AF sebanyak 37 unit
Gambar 14. APAR
Sumber : Dokumentasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Jadi jumlah APAR yang tersedia di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap sebanyak 1043 unit.
commit to user (2) Hydrant
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran, yang
dipasang permanen berupa jaringan perpipaan berisi air yang bertekanan yang siap untuk memadamkan kebakaran. Di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap terdapat beberapa titik pilar hydrant.
Gambar 15. Hydrant
Sumber : Dokumentasi PT. Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap
(3) Sprinkler
Sprinkler di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV
Cilacap adalah salah satu alat pendeteksi kebakaran yang mempunyai beberapa jenis. Jenis sprinkler antara lain :
(a) Dry Pipe System. (b) Wet Pipe System. (c) Deluge System. (d) Preaction System.
commit to user c) Tim Pemadam Kebakaran.
Tim pemadam kebakaran di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah tim Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD) yang terdiri dari 3 kelompok yang selalu siap siaga 24 jam dan setiap kelompok beranggotakan 3 orang. Dengan jam kerja secara shift siang dan malam. Untuk setiap shift baik siang maupun malam tim pemadam kebakaran yang berjaga 1 kelompok dengan jumlah anggota 3 orang.
3) Mengalihkan Risiko
Pengalihan risiko yang dilakukan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah dengan bekerja sama pada asuransi. Perusahaan asuransi yang bekerjasama dengan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap adalah dari pihak ketiga yang dipilih oleh menteri.
2. Penerapan Pre Fire Planning pada Metode Manajemen Risiko Kebakaran a. Ruang Lingkup Pre Fire Planning
1) Pre Fire Planning
Untuk menghadapi keadaan darurat PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menyiapkan beberapa program penerapan yang matang baik dalam menjaga kehandalan peralatan (sarana penanggulangan kebakaran) maupun kesiapan sumber daya manusia pada emergency respon plan yang dilakukan yaitu pembentukan personil yang bertanggungjawab melaksanakan tugas,
commit to user
fasilitas dan sarana penunjang pelatihan, kerjasama tim, respon awal serta simulasi yaitu dengan menerapkan Pre Fire Planning.
2) Skala Prioritas Risiko Terhadap Equipment Pre Fire Planning
Dari hasil observasi lapangan, didapat hasil perbandingan risiko terhadap bahaya yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan equipment yang ada di perusahaan.
Gambar 16. Skala Prioritas Resiko Terhadap Equipment PFP
Yang mana :
Low (L) : Bernilai 1
Medium (M) : Bernilai antara 2 sampai 4
High (H) : bernilai antara 5 sampai 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pompa Kompressor Vessel Tanki
Ax is Ti tle
Chart Title
Frekuensi Impact Skor Kategoricommit to user b. Pendataan Pre Fire Planning
Dari hasil perbandingan risiko terhadap bahaya dengan equipment yang ada di perusahaan didapat kesimpulan bahwa tanki sebagai
equipment yang mempunyai potensi risiko pada bahaya kebakaran di PT
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang sangat tinggi. 1) Daftar Tanki di Perusahaan
a) Data Tanki 38T-101
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-101 Diameter Luar (D0) : 83.99 m Diameter Dalam (DI) : 82.59 m Lebar Foam Dam : 0.7 m
Tinggi : 22.695 m
Service : M/E Crude (ALC)
b) Data Tanki 38T-102
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-102 Diameter Luar (D0) : 83.98 m Diameter Dalam (DI) : 82.58 m Lebar Foam Dam : 0.7 m
Tinggi : 22.705 m
commit to user c) Data Tanki 38T-103
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-103 Diameter Luar (D0) : 84.016 m Diameter Dalam (DI) : 82.616 m Lebar Foam : 0.7 m
Tinggi : 22.69 m
Service : M/E Crude (ALC)
d) Data Tanki 38T-104
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-104 Diameter Luar (D0) : 84.01 m Diameter Dalam (DI) : 82.61 m Lebar Foam : 0.7 m
Tinggi : 23.169 m
Service : M/E Crude (ALC)
e) Data Tanki 38T-105
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-105 Diameter Luar (D0) : 88.621 m Diameter Dalam (DI) : 82.616 m Lebar Foam : 0.7 m
commit to user
Service : M/E Crude (ALC) f) Data Tanki 38T-106
Jenis Tanki : Floating Roof No. Tanki : 38T-106 Diameter Luar (D0) : 84.016 m Diameter Dalam (DI) : 82.616 m Lebar Foam : 0.7 m
Tinggi : 22.69 m
Service : M/E Crude (ALC)
2) Pre Fire Planning pada Tanki 38T-105
Dari hasil beberapa data pada tanki yang terdapat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, maka dipilihlah tanki dengan nomor tanki 38T-105.
Tabel 9. Data Tanki 38T-105
Drop Down Tag Tanki
Type tanki Service liquid
Tinggi Tanki (m) Diameter Tanki (m) 38T105 F.R Medium Crude 19.628 88.621
commit to user
c. Skenario Pre Fire Planning pada Tanki 38T-105 1) Uraian Singkat kejadian
Pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2013 kondisi cuaca dalam keadaan hujan deras disertai petir, Sekitar pukul 19.30 WIB operator Oil Movement yang sedang bertugas di area New Plant melihat kepulan asap hitam di atas tanki 38T-105 yang sedang ada kegiatan menerima transfer crude oil dari 71T-18. Kejadian kebakaran tersebut langsung dilaporkan melalui radio HT kepada
Shift Supervisor dan Fire Station. Kemudian menghubungi unit
75 untuk menyetop pompa transfer yang ke 38T105 dan selanjutnya menutup semua kerangan yang berhubungan langsung dengan 38T105.
2) Bahaya pada Lingkungan
a) Asap tebal yang menyebabkan kekurangan oksigen. b) Radiasi panas.
c) Bahaya ledakan. d) Bahaya keracunan.
3) Utilities atau Proses Kontrol Data
Tahapan-tahapan yang dilaksanakan operator Oil Movement dalam menghadapi kejadian tersebut :
a. Operator Oil Movement yang sedang bertugas di area New Plant langsung melaporkan kebakaran tersebut melalui radio HT kepada Shift supervisor, Panel OM-60 dan Fire Station.
commit to user
b. Kemudian menghubungi unit 75 untuk menyetop pompa transfer yang ke 38T-105 dan selanjutnya menutup semua kerangan yang berhubungan langsung dengan 38T-105.
c. Heavy Product Supervisor segera datang ke lokasi kebakaran dan memerintahkan kepada semua operator untuk standby di
unit masing-masing serta memantau dan memimpin kelancaran
dan keamanan operasi sampai dengan bantuan dari Fire Station datang.
d. Pekerja OM bersama petugas Fire dengan membawa APAR naik ke tanki 38T-105 untuk melihat kondisi kebakarannya. Bila kebakarannya kecil dan langsung bisa dipadamkan dengan APAR.
e. Bila terjadi kebakaran besar, maka Heavy Product Supervisor menghubungi RPO, unit-75 dan FOC-II untuk persiapan stop pompa feed.
f. Panel Man OM-60 menghubungi Senior Supervisor, Facility
and Quality, OM Section Head untuk memberitahukan
terjadinya kebakaran di 38T-105.
g. Panel Man OM-60 menghubungi seluruh Shift Supervisor dan pekerja yang sedang tidak berdinas untuk melapor ke control
room OM-60 atau langsung membantu pemadaman kebakaran
commit to user 4) Fasilitas Fire Protection atau Resources
Pump Running : 063P-102A dan 38P-111A @Press 12
Kg/Cm²
Fire Hydrant : 2 unit @ 4 outlet discharge
Fire Extinguisher : 5 unit @ 1 DP 350 lbs & 4 DP 20 lbs
Foam Chamber : 2 line @ 4 inlet & 13 outlet
Cooling Water : 2 Jalur
Fire Brigade : 6 Orang.
Hose Cabinet : 2 Unit @ slang Ø 2 ½ “ 3 roll, 1 nozzle
jet spray, 1 nozzle jet, dan 1 “Y” piece
Fire Alarm : 2 Unit (Zone 96 dan Zone 99 ) Fire
Truck FT-27 (Foam Tender)
Kapasitas tanki foam : 6000 liter
Kapasitas Foam : @ 1500 gpm at 10 bar / @ 106 gpm at 16 bar
Fire Hose : Ø 2 ½ “ 30 roll dan Ø 1 ½ “ 20 roll
Nozzle Foam : 14 unit
Nozzle Jet-Spray :5 unit @ 2 Phantom, 1 jet dan 2 jet atau
spray
commit to user 5) Prioritas Taktik Pemadaman
a) Membuka fasilitas cooling water pada tanki 38T-105. b) Menyuplai Foam ke tanki melalui fasilitas foam chamber. c) Menyemprot titik api dengan foam melalui nozzle dengan inline
inductor.
d) Evakuasi pekerja yang ada di sekitar lokasi kejadian. 6) Langkah-langkah Penanggulangan
Response Time 3 menit (Waktu bereaksi sejak menerima berita
sampai regu pemadam sampai di lokasi kebakaran) melalui JL. N -> Pintu 3 --> Jl MT Haryono --> area new plant dan parkir dekat
Hydrant sebelah selatan tanki 38T-105 (CPS 184-185).
a) Fire Station menerima laporan kebakaran dari operator Oil Movement melalui radio HT bahwa terjadi kebakaran di Tanki
38T-105.
b) Bunyikan Public Addreses (PA) untuk informasikan bahwa ada kebakaran di tanki 38T-105.
c) Operator Fire Shift Supervisor bersama 1 orang crew dengan mobil Pick-Up 01, diikuti Mobil Pemadam FT-27 dan
ambulance menuju ke lokasi.
d) Operator Fire Shift Supervisor perintahkan crew Fire Station agar menutup drain valve N/1 untuk naikkan pressure hydrant dan start secara remote dari fire station fire water pump 38P-111A.
commit to user
e) Operator Fire Shift Supervisor menginformasikan kepada Lead
of Fire Operations melalui radio HT bahwa terjadi kebakaran di
Tanki 38T-105. Informasi di teruskan kepada Fire & Insurance
Section Head.
f) Mobil patroli, mobil pemadam kebakaran serta mobil
ambulance tiba di lokasi.
g) Operator Fire Shift Supervisor menginformasikan agar mobil pemadam FT-27 diposisikan di sebelah selatan tanki untuk pengoperasian Foam Chamber dan membuka fasilitas cooling
water tanki untuk pendinginan pada sekeliling dinding tanki.
h) Operator Fire Shift Supervisor instruksikan untuk Lay out 2
roll slang Ø2½” dari hydrant ke inlet pompa FT-27 dan 4 roll slang Ø2½” dari discharge Pompa mobil ke Inlet Foam Chamber untuk suplai Foam ke Tanki
i) Fasilitas cooling water dapat berfungsi dengan baik sedangkan
Foam solution berhasil keluar dari foam chamber namun
tiba-tiba ada kebocoran pada pipeline sehingga aliran foam terhenti sedangkan api belum padam.
j) Crew fire menuju ke tangga tangki di sebelah utara dengan PU-01 dan langsung lay out slang 1 jalur sebanyak 9 roll slang Ø2½” dengan nozzle foam dan connect ke inline inductor dengan foam dari jerigen PU-01.
commit to user
k) Lead of Fire operator dan Fire and Insurance Section Head tiba di lokasi kebakaran. Fire & Insurance Section Head langsung mengambil alih jalannya proses pemadaman. Informasi dari
Shift Supervisor Oil Movement bahwa level tanki 38T-105 =
95%.
l) Fire & Insurance Section Head instruksikan untuk langsung semprotkan nozzle foam ke titik api.
m)Fire & Insurance section Head instuksikan station officer untuk mengirim tambahan 5 drum foam dari gudang fire maintenance. n) Proses pemadaman masih berlangsung, tambahan foam liquid
tiba di lokasi.
o) Fire man informasikan kepada Opr. Fire Shift Supervisor bahwa api sudah berhasil di padamkan.
p) Operator Fire Shift Supervisor menuju top tanki melalui tangga untuk memastikan kondisi api sudah padam dan langsung diinformasikan ke Fire & Insurance Section Head.
q) Fire and Insurance Section Head instruksikan untuk menghentikan penyemprotan busa ke dalam tanki dan terus melakukan pendinginan tanki dengan fasilitas cooling water tanki.
r) Fire & Insurance Section Head instruksikan agar menghentikan pendinginan dan menyatakan penanggulangan kebakaran selesai, kondisi aman.
commit to user
s) Operator Fire Shift Supervisor memerintahkan kepada station
officer untuk turunkan press dengan membuka drain valve N/1.
t) Operator Fire Shift Supervisor memerintahkan untuk make up peralatan yang stand by.
u) Operator Fire Shift Supervisor menginformasikan bahwa make
up peralatan selesai, crew kembali ke fire station. Kondisi aman.
d. Data-data Teknik dan Perhitungan PFP pada Tanki 38T-105 1) Data-data Teknik Perhitungan PFP
Scenario yang penulis buat dari kemungkinan terjadinya
bahaya kebakaran yang muncul pada tanki 38T-105 adalah Pool
Surface Fire.
Pengertian dari Pool Surface Fire adalah api yang terbakar secara difusi dari pengiapan cairan dengan momentum yang sangat rendah (Donny Tigor, 2008).
commit to user
Tanki 38T-105 bertype floating roof (sebagaimana tergambar diatas) dan hal yang paling critical terhadap tanki floating roof adalah terjadinya kebakaran dimana seluruh roof berpotensi tenggelam. Hal inilah yang disebut dengan kondisi full surface fire.
Gambar 18. Floating roof Tank Fire Scenarios
Menurut hasil perhitungan rumus dasar yang penulis lakukan, maka didapat :
a) Heat Release Rate
Q = m”∆Hc.eff (1 – e–kbD) Adike
= 1.122.298,249 kW 1.063.736,72 Btu/sec Keterangan :
Q = pool fire heat release rate (kW)
m” = mass burning rate of per unit surface area (kg/m2-sec) ∆Hc.eff = effective hear of combustion of fuel (kj/kg)
commit to user
Adike = surface are of pool fire (area involved in
vaporization) (m2)
Kb = empirical constant (m-1)
D = diameter of pool fire (diameter involved in
vaporization, circular pool is assumed) (m)
Sumber dari SFPE Handbook of Fire Protection Engineering,
3rdEdition, 2002, Page 3-2.
b) Flame Height
Hf = 0,25Q2/5– 1,02 D (Heskestad) =36,95 m 121,22 ft
Keterangan :
Hf = pool fire flame height (m) Q = pool fire heat release rate (kW) D = pool fire diameter (m)
Hf = 420 (m”/paVgD))0,61
Keterangan :
Hf = pool fire flame height (m)
m” = mass burning rate of per unit surface area (kg/m2-sec) pa = ambient air density (kg/m3)
D = pool fire diameter (m)
G = gravitational acceleration (m/sec2)
Sumber dari SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rdEdition, 1995, Page 2 - 10.
commit to user c) Zona Radiasi
Jarak dan luas dari zona radiasi yang muncul adalah sebesar : Distance radiation R = Q/A Jika A = Q/R A = pl x r2 Q/R = p; x r2 Jadi : r = sqt (Q/(pi x R)) Keterangan : R = Radiation Intensity
Q = Heat Release for Pool Fire A = Surface Area
commit to user
Tabel 10. Zona Radiasi Panas (dampak)
Radiation Intensity (kW/m2) R (m) A (m2) Level of Damage 37,5 9760 29.927,95 Sufficient to caise damage to process equipment. 25 119,54 44.891,93 Minimum energy required to ignite wood at indefinitely long exposure. 12,5 169,05 89.783,86 Minimum energy required for piloted ignition of wood and melting of plastic tubing. This valve is typically used as a fatality number.
9,5 193,92 118.136,66 Sufficient to cause pain in 8 seconds and 2and degree burns in 20 seconds.
5 267,30 224.459,65 Sufficient to cause pain in 20 seconds.
2nddegree burns are
possible. 0 percent fatality. This valve of often used as an injury threshold.
1,6 472,52 701.436,41 Discomfort for long exposures.
d) Burning Duration Tb = 4V/ D2u
commit to user Dimana :
tb = burning duration of pool fire (sec) V = voulume of liquid (m3)
D = pool diameter (m) u = regression rate (m/sec)
Sumber : diadopsi dari SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 2ndEdition, 1995, Page 3-197
2) Menghitung Sumber Daya Pemadam Kebakaran a) Kebutuhan Larutan Busa (Foam Chamber)
Foam Chamber merupakan salah satu jenis peralatan
pemadam media foam yang digunakan untuk mentransfer ke dalam tanki yang terbakar, dimana apabila terjadi kebakaran maka rupture disc atau break glass akan pecah ketika mendapat tekanan, namun sebelumnya air akan bercampur dengan busa di tanki pembentukan busa. Setelah itu, air yang telah bercampur dengan busa atau biasa disebut foam solution akan dialirkan melalui pipa-pipa doam chamber dan masuk kedalam tanki-yanki melalui line foam chamber.
Menurut data sumber pada tabel dari strandart NFPA 11. Pada tanki dengan diameter antara 24 sampai 36 meter, maka minimum discharge outlets yang diperlukan adalah sebanyak 2. Tabel 11. Kebutuhan Foam Chamber
commit to user Tank Diameter (or equivalent area) (Ft) (m) Minimum number of Discharge Outlets Up to 80 Up to 24 1 Over 80 to 120 Over 24 to 36 2 Over 120 to 140 Over 36 to 42 3 Over 140 to 160 Over 42 to 48 4 Over 160 to 180 Over 48 to 54 5 Over 180 to 200 Over 54 to 60 6
Sumber: Di Adopsi dari NFPA 11. Standart for Low Expension
Foam
Namun dua foam chamber yang telah terpasang pada tanki 38T-105 Cilacap belum memiliki saluran lubang udara atau
orifice yang berfungsi sebagai mixer antara foam solution
dengan udara, sehingga pada saat terjadi kebakaran, proses pemadaman dengan menggunakan media foam tidak dapat dilakukan dengan menggunakan foam chamber. Karena hasil dari proses pemadaman dengan menggunakan media foam tersebut tidak akan efektif. Hal ini dikarenakan oleh :
(1) Pemasangan inductor sebagai foam maker di awal line menyebabkan aliran foam dari foam maker sampai dengan
foam chamber tersebut membutuhkan jalur yang lebih
panjang dan proses transfer foam yang lebih lama. Hal tersebut menimbulkan foam yang terbentuk menjadi tidak sempurna (sebagian menjadi foam solution lagi).
commit to user
(2) Penyebaran foam akan sulit menutupi seluruh permukaan tanki yang terbakar, karena loss pressure yang tinggi dalam pipa aliran tersebut. sehingga proses pemadaman full
surface tank fire menggunakan foam cannon .
Foam cannon adalah alat pemadam dengan menggunakan
media busa yang ditembakkan kea rah area yang ingin dipadamkan.
Tabel 12. Discharge Duration
commit to user
Tabel 13. Foam Handline and Monitor Protection
forFixed-Roof Storage Tanks Containing
Hydrocarbons Type Minimum Aplication
Rate (gpm/ft2)
(L/mnt.m2)
Minimum Discharge Time (min) Flash point betweet
100oF and 140oF (37.8oC
and 93.3oC)
0,61 6,5
50
Flash point below 100oF
(37.8oC) or liquids
heated above their flash points 0,61 6,5 65 Crude petroleum 0,61 6,5 65
Sumber : Hydrocarbons (NFPA 11)
Menurut tabel type hydrocarbon pada 38T-105 dengan flash
point diantara 100oF dan 140oF (37.8oC and 93.3oC), memiliki
applicational rate sebesar 10,4 L/mnt.m2) dengan minimum
discharge time selama 65 menit. Maka dari itu dapat dihitung :
Media Pemadam Foam
Fasilitas Fire Protection yang tersedia di lokasi tanki 38T-105 yaitu Foam chamber. Dengan adanya fasilitas tersebut, kita dapat menghitung kebutuhan foam dan air yang akan digunakan pada saat pemadaman
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan : Keterangan :
commit to user Lebar foam dam (l) = 0,6 m
Waktu operasi = 65 menit (NFPA 11 Tabel
Hydrocarbons)
Application rate = 12,2 Liter / menit / m2
Proportion rate = 1%
Kebutuhan Foam pada Tanki yang terbakar (38T-105) Metode : Single largest full surface fire
Tanki Terbesar : 38T-105 Tahun Pembuatan : 2008
Service Liquid : Medium Crude
Tipe Tanki : F.R (Floating roof)
Diameter Luar Tanki : 88.621 meter = 89 meter
Kebutuhan foam solution I = FAR x Luas Tanki x Waktu
= 10.4 l/minm2 x (3,14/4 (89)2)m2 x 65 menit
= 4203358 l Kebutuhan foam solution II :
Jumlah min. Hose = 3pcs (tabel Engineering Guide Standart)
Min.Flow pada Hose = 189 l/menit Min. Operator time = 65 menit
Kebutuhan foam solution II = Jumlah Min. Hose x Min.Flow pada Hose x Min. Operator
commit to user
= 3 x 189 x 65 = 36855 liter Total Foam Solution = F.S I + F.S II
= 4203358 liter + 36855 liter = 4240213 liter
Foam yang digunakan menggunakan AFF (Asumsi
Concentrare 1 %). Penggunaan concentrate 1 % mengingat
hampir seluruh High Capacity Foam Monitor (HCFM) 2000 gpm keatas menggunakan setting concentrate 1%.
Foam solution ini merupakan mixture antara foam dan air.
Foam Concentration yang digunakan adalah AFFF
Cconcentrate yang diblend dengan air dengan perbandingan 1% foam + 99% air, sehingga foam concentrate yang dibutuhkan
(FC) :
FC = total foam solution x concentrate FC = 4240213 liter x 1%
FC = 42403
Jadi foam concentrate yang dibutuhkan untuk 65 menit penanggulangan dengan foam concentrate 1% pada kasus single
largest fire pada 38T105 adalah 42403 liter.
Apabila dicadangkan menjadi 150% kebutuhan, maka jumlah foam minimum 63604 Liter.
commit to user (1) Fire Water
Aliran air pendingin pada tanki 38T-105 untuk keperluan ini masing-masing sebesar 250 gpm setiap saluran atau selang yang jumlahnya tergantung dari diameter tanki yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 14. Kebutuhan Air Pendingin pada Tanki yang Terbakar
Diameter tanki (m) (ft) Jumlah Saluran Air Pendingin < 20 < 65 2 20 s.d 36 65 s.d 118 3 36 s.d 47 118 s.d 155 4 47 s.d 61 155 s.d 200 5 > 61 > 200 6
Diadopsi dari Engineering Guide Standart, PT Pertamina
Proteksi hanya untuk tanki 38T-105, total kebutuhan air untuk penanggulangan selama 1 jam :
Foam solution sebanyak : 4240213 Liter
Kebutuhan Foam Concentrate 1 % : 1% x 4240213 L = 42403 liter = 42,403 m³ Air yang dibutuhkan membuat busa:
94 % x 4240213 L = 3985800,2 liter = 3985,8 m³
Perhitungan Kebutuhan Air Pendingin di 38T-105 (NFPA-16 A)
Luas area tanki (A) = . D.T
commit to user = 3.14 x 88,59 m x 60 m = 16690,4 m²
Kebutuhan Air pendinginan : = 16690,4 x 4,1 lpm/m2 (NFPA-15 )
= 68430,64 lpm x 60 min/jam x 1000-1m3/l = 4105,8
m3/jam.
Total kebutuhan Air
Untuk Membuat Busa = 3985,8 m3/jam Untuk Pendingin Tanki 38T-105 = 4105,8 m3/jam
Total air = 8091,6 m3/jam
Catatan :
Kebutuhan air penanggulangan kebakaraan 38T-105 untuk 1 jam sebanyak : 8091,6 m³, cukup disuplai 2 unit pompa pemadam (063P-102A dan 38P-111A) dan pompa air FT-27. Foam Concentrate 1% yang dibutuhkan ± 3000 liter sudah tersedia di Fire truck FT-27.
b) Sarana dan Prasarana yang Digunakan
Slang pemadam Ø 2½” sebanyak : 15 Roll
Nozzle Foam : 1 Pce
In Line Inductor : 1 Pce
Mobil Pemadam : 1 Unit
Mobil ambulance : 1 Unit
commit to user
1(satu ) orang sebagai komando penanggulangan. 1 (Satu ) orang sebagai nozzle man.
1 ( Satu ) orang operator mobil pemadam. 3 ( Tiga ) orang helper.
1 (Satu) orang Station Officer.
d) Gambar Strategi Penanggulangan Kebakaran pada Tanki 38T-105
Gambar 20. Strategi Penanggulangan Kebakaran pada Tanki 38T-105 Pintu
commit to user B. Pembahasan
Dari hasil yang telah diuraikan sebelumnya mengenai tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan sebagai usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya-bahaya yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, maka penulis akan membahas hasil penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Metode Manajemen Risiko
Menajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko dan memonitor serta mengendalikan penanganan risiko (Djohanputro, 2008).
Klasifikasi Aktivitas Kerja
2. 3. 4. 5. 6.
Gambar 21. Klasifikasi Aktivitas Kerja Identifikasi Bahaya Menyusun Prioritas Memilih Sasaran Penting Menentukan Resiko Memberikan Penilaian Sasaran Membuat Program Menerapkan Program Melaksanakan Tinjauan Klasifikasi Aktivitas Kerja
commit to user
Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian resiko.
a. Menghilangkan Risiko
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Untuk menghilangkan risiko dengan benar diperlukan ketelitian pada tempat kerja serta perhitungan sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja dan kerugian di perusahaan.
b. Meminimalkan Risiko
Meminimasi resiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian, misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control). Didalam risiko diminalisir terdapat tindakan pada potensi bahaya yang dapat menyebabkan kebakaran serta kecelakaan kerja lainnya di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
1) Pencegahan pada Risiko
Yaitu pengendalian sebelum terjadinya bencana kebakaran yang meliputi sarana pemadam kebakaran aktif.
commit to user a) Fire Alarm System
Sistem otomatis pada fire alarm system adalah apabila terjadi kebakaran ada alat pendeteksinya yang bekerja secara otomatis melainkan dengan isyarat.
Di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melakukam sistem otomatis pada fire alarm system, sehingga apabila isyarat tanda bahaya baik dari bel maupun lonceng berbunyi maka untuk semua pekerja diwajibkan melakukan tindakan yang aman dan selamat dengan berkumpul di muster point untuk menunggu tim evakuasi melakukan evakuasi di sekitar tempat kejadian. Semua pekerja diharuskan untuk berkumpul di
muster point guna untuk mempermudah tim evakuasi melakukan
evakuasi.
b) Tanda Peringatan
Di PT Pertamina (Persero) Refinery IV Cilacap telah memasang tanda peringatan mengenai keselamatan kerja diseluruh area tempat kerja dan mudah terlihat oleh tenaga kerja.
2) Penanggulangan pada Risiko
Yaitu pengendalian sesudah terjadinya bencana kebakaran yang meliputi :
commit to user
Penanggulangan pada sarana pemadam kebakaran aktif, antara lain :
(1) Fire Box
Di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah menyediakan sarana pemadam api yaitu fire box. Dalam penyediaan fire box ini sudah dilakukan pemeriksaan peralatan yang ada didalamnya agar selalu siap pakai dalam kondisi bagus.
(2) Foam Chamber
Foam chamber yang ada di PT Pertamina 9Persero)
Refinery Unit IV Cilacap merupakan suatu alat pemadam api yang telah terpasang pada tangki-tangki penampung minyak mentah (crude oil), yang apabila terjadi kebakaran maka kaca
foam chamber akan pecah ketika mendapat tekanan dari
saluran air yang dibuka.
Sebelum air akan bercampur dengan busa di tangki pembentukan busa akan dialirkan melalui pipa-pipa foam
chamber dan masuk kedalam tangki-tangki lewat pipa besi.
(3) Water Grencing
Di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, pemasangan water grancing telah dipasang pada tangki-tangki yang apabila terjadi kebakaran maka saluran hydrant dibuka
commit to user
dan water grencing akan terbuka dan memancarkan air ke bagian atas tangki penampung minyak mentah (crude oil).
Water grencing bekerja secara penyelimutan.
Penyelimutan yang dimaksud adalah menyelimuti seluruh lapisan tangki dengan air.
b) Sarana Pemadam Kebakaran Pasif (1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Penempatan APAR yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dipasang dengan baik. Dalam penempatannya pun ada yang digantung dan ada yang ditempatkan dalam rak yang terbuat dari besi.
Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 1 bulan sekali. Dari hasil tersebut maka pemasangan APAR sudah cukup dan sesuai untuk pemadaman saat terjadi kebakaran yang mudah dilihat dan mudah untuk dijangkau. Pemeriksaan APAR terakhir terhitung pada bulan Januari sampai bulan Desember 2012.
Alat pemadam api ringan (APAR) yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER-04/MEN/1980 tentang Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang mudah dibawa atau dipindah dan dipakai oleh satu orang.
commit to user (2) Hydrant
Hydrant yang ada pada PT Pertamina (Persero) Refinery
Unit IV Cilacap sudah cukup sesuai untuk pemadaman saat terjadi kebakaran dan mudah dilihat serta mudah untuk dijangkau.
Pemeriksaan hydrant terakhir terhitung pada bulang September 2009 sampai Januari 2010. Check sheet hydrant meliputi : (a) Nozzle (b) Valve (c) Hose (d) Pintu (e) Body (3) Sprinkler
Sprinkler yang terdapat di PT Pertamina (Prersero)
Refinery Unit IV Cilacap sudah cukup sesuai untuk pemadaman saat terjadi kebakaran.
c) Pelatihan dan Tim Pemadam Kebakaran
Pelatihan dan tim pemadam kebakaran yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sudah cukup sesuai untuk melakukan tindakan saat terjadinya kebakaran.
commit to user
Pengalihan pada risiko yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu asuransi.
Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa “asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu”.
Asuransi di PT Pertamina (Persero) Redinery Unit IV Cilacap merupakan suatu pelimpahan risiko dari pihak pertama kepada pihak lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan hukum dan berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara universal yang dianut oleh pihak pertama maupun pihak lain.
Dari segi ekonomi, asuransi berarti suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai untuk menutup atau memberi ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian.
2. Penerapan Pre Fire Planning pada Metode Manajemen Risiko Kebakaran a. Ruang Lingkup
1) Pre Fire Planning
Pre Fire Planning (PFP) adalah upaya yang telah dilakukan PT
Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap risiko terjadinya bahaya kebakaran yang
commit to user
telah diterapkan dengan upaya asuransi untuk melindungi dan menjaga aset perusahaan. Sebagaimana yang telah diatur didalam Standard NFPA maupun UU No.1 tahun 1970 dan PP No.11 tahun 1979, perusahaan wajib menyelenggarakan perusahaan dengan aman, sehingga dapat menekan risiko yang mungkin terjadi dilingkungan kerja.
2) Skala Prioritas Risiko Terhadap Equipment Pre Fire Planning
Dari hasil skala prioritas risiko terhadap equipment PFP didapat kesimpulan bahwa :
a) Equipment yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu pompa, compressor, vessel dan tangki memiliki potensi risiko pada bahaya kebakaran.
b) Penilaian pada skala prioritas risiko terhadap equipment PFP dilihat dari segi frekuensi, impact yang ada di perusahaan, skor pada penilaian risiko serta kategori risiko pada bahaya kebakaran yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
c) Tanki merupakan salah satu equipment di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang memiliki potensi risiko pada bahaya kebakaran yang sangat tinggi.
d) Bahaya yang dapat ditimbulkan dari tangki sangat tinggi untuk memungkinkan terjadinya kebakaran serta kebocoran yang dapat menimbulkan kerusakan serta kerugian yang sangat besar.
commit to user
Pada data tanki yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap didapat kesimpulan bahwa tanki yang mempunyai potensi risiko pada bahaya kebakaran adalah tanki 38T-105.
Pemilihan tanki 38T105 digunakan khusus sebagai dasar pemenuhan kebutuhan foam dan monitor yang dibutuhkan. Hal ini mengingat tanki 38T105 merupakan tanki terbesar dengan diameter 89 meter. Dengan demikian, maka sangat penting untuk melakukan kajian potensi terjadinya emergency pada tanki, sehingga diperoleh gambaran dan dapat dirumuskan strategy lanjut penanggulangan kejadian emergency tersebut.
Dilihat dari data kapasitas tanki 38T-105, jika ditinjau dari data
table hazard identifikasi risiko operational tanki, maka penyebab
accident terbesar yang mungkin muncul pada tanki 38T-105 adalah lightung, equpment failure, sabotage, leak and line serta rub away reaction.
Gambaran umum tanki 38T-105 di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang terletak di melalui JL. N, Pintu 3 MT Haryono Tanki 38T-105 tersebut berada di sebelah tanki 38T-106.
Tanki 38T-105 bila diklasifikasikan berdasarkan tekanannya dan jenis tanki penyimpanannya, maka tanki tersebut termasuk kedalam tanki atmosferik dengan jenis tanki tertutup cembung tetap (fixed dome roof). c. Skenario Pre Fire Planning pada Tanki 38T-105
commit to user
Uraian singkat kejadian menjelaskan cara-cara untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada tanki 38T-105 dan menjelaskan tahap penyelesaian kejadian dengan benar.
2) Bahaya pada Lingkungan
Bahaya lingkungan yang ditimbulkan dari risiko pada bahaya kebakaran di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar. Sehingga untuk menghindari bahaya lingkungan yang ditimbulkan oleh kebakaran tanki, pihak perusahaan melakukan tindakan preventif dengan membuat batasan area lokasi yang bisa dilalui pekerja dan yang tidak bisa dilalui pekerja.
3) Utilities atau Proses Kontrol Data
Tahapan-tahapan yang dilaksanakan operator Oil Movement dalam menghadapi kejadian kebakaran pada tanki 38T-105 adalah salah satu upaya PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam menyelesaikan masalah kebakaran.
4) Fasilitas Fire Protection atau Resources
Fasilitas Fire Protection atau Resources adalah fasilitas yang membantu penanggulangan kebakaran di tanki 38T0105. Fasilitas tersebut antara lain :
a) Pump Running. b) Fire Hydrant.
commit to user c) Fire Extinguisher. d) Foam Chamber. e) Cooling Water. f) Fire Brigade. g) Hose Cabinet. h) Fire Alarm.
i) Kapasitas tanki foam.
j) Kapasitas Foam. k) Fire Hose.
l) Nozzle Foam. m)Nozzle Jet-Spray. n) Mobil Ambulance.
5) Prioritas Taktik Pemadaman
Prioritas taktik pemadaman adalah upaya PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam menyelesaikan masalah pada penanggulangan kebakaran di tanki 38T-105.
6) Langkah-langkah Penanggulangan
Langkah-langkah penanggulangan yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam menyelesaikan masalah pada penanggulangan kebakaran di tanki 38T-105 belum sepenuhnya
commit to user
baik. Dalam Pre Fire Planning pada tanki 38T-105 tidak dituliskan hasil evaluasi Pre Fire Planning.
7) Data-data Teknik dan Perhitungan PFP pada Tanki 38T-105
Perhitungan PFP pada tanki 38T-105 adalah salah satu upaya pencegahan serta penanggulangan pada kebakran yang dilakukan pleh PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
8) Evaluasi
1) Foam Chamber
Data untuk kapasitas foam chamber pada tanki 38T-105 masih belum dapat penulis temukan, sehingga cukup sulit untuk diketahui berapa besar kapasitas foam chamber yang terpasang dan jika pada proses pemadaman yang menggunakan foam maker di ujung line selain tidak efektif. Dari hal tersebut tidak cukup untuk mengedepankan pemadaman pada tanki 38T-105. Oleh karena itu, proses pemadaman menggunakan foam cannon, namun hal tersebut juga belum pernah dilakukan uji coba.
2) Water Cooling
Proses pendinginan pada tanki 38T-105 membutuhkan air sebanyak 750 gpm, sedangkan pada tanki sekitar masing-masing membutuhkan sebesar 500 gpm. Namun saat ini record hasil test dan
commit to user
uji coba belum dapat diperoleh, sehingga sulit untuk menemukan risiko-risiko lain bila terjadi bahaya.
3) Waiter Ground Monitor
Waiter Ground yang terdapat pada Refinery Unit IV Cilacap
sebanyak dengan kapasitas masing-masing 500gpm, sehingga bila terjadi kebakaran pada tanki 38T-105, stok alat pemadam yang dimiliki masih dapat dan cukup mampu untuk menanggulangi kebakaran tersebut.
4) Kebutuhan Selang
Selang yang tedapat di Refinery Unit IV Cilacap Setelah mengetahui kebutuhan monitor, selanjutnya adalah dilakukan perhitungan kebutuhan pompa dan hose (apabila diperlukan). Untuk itu, akan digunakan referensi 38T102 pada area kilang dan 38T105 pada area 38 New Plant.
commit to user
Gambar 22. Selang
Sumber : PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 5) Fire Truck
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki beberapa mobil pemadam kebakaran yang masing-masing mempunyai kapasitas air yang berbeda.
Fire truck yang dibutuhkan untuk kebutuhan foam minimal
sebanyak 1 fire truck. Karena doam yang disalurkan oleh fire truck memiliki kapasitas sebesar 1000 GPM. Sedangkan foam yang dibutuhkan untuk memadamkan tanki 38T-105 Cilacap sebesar 3000 l/menit. Sesuai dengan standart, tekanan yang dihasilkan dari fire