• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Waspada Terhadap Ketamakan Akan Kekayaan (Lukas 12:13-21)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sikap Waspada Terhadap Ketamakan Akan Kekayaan (Lukas 12:13-21)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 Tiur Imeldawati, STT Injili Indonesia Medan, Prodi Pendidikan Agama Kristen. Email: imeltamsar@gmail.com

121 |

Sikap Waspada Terhadap Ketamakan Akan Kekayaan

(Lukas 12:13-21)

Tiur Imeldawati,1* Iwan Setiawan Tarigan,2 Warseto Freddy Sihombing3

1STT Injili Indonesia Medan, 2Institut Agama Kristen Negeri Tarutung, 3Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Email*: imeltamsar@gmail.com Abstrak

Ketamakan akan kekayaan dapat dimiliki oleh siapa saja, termasuk oleh orang percaya. Ketamakan dapat mengalihkan fokus orang percaya kepada hal-hal yang bersifat duniawi seperti mencari banyak harta dan menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya. Dalam Injil Lukas, Yesus dengan jelas memberikan peringatan akan bahaya ketamakan yang dapat menjerumuskan orang ke dalam kebinasaan. Alkitab tidak melarang orang percaya menjadi kaya—kaya di hadapan Allah, itulah yang dikehendaki-Nya. Kekayaan adalah titipan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya. Perumpamaan yang Yesus mengajarkan bagaimana mengelola kekayaan untuk kemuliaan Allah, yang jauh lebih berkenan dari pada sekedar mengumpulkan kekayaan dan menikmatinya sendirian.

Kata kunci : Ketamakan, mengumpulkan harta, kaya di hadapan Allah

Abstract

Greed for wealth can be owned by anyone, including Christians. But, greed can shift Christians’ focus to worldly things, like finding a lot of wealth and justifying any means to be rich. In Luke's Gospel, Jesus asserts against the dangers of greed can lead people to God’s destruction. The Bible does not forbid believers to be rich — rich before God, what He wills. Wealth is a gift God has given to His people. Jesus’ parable taught how to manage wealth for glory of God, is more pleasurable than accumulating wealth and enjoying it alone.

Keywords: greedy, collect treasure, rich before God

PENDAHULUAN

Bagaimana seharusnya orang Kristen menyikapi rasa atau keinginan untuk menjadi kaya? Pada dasarnya, kekayaan dapat berdampak positif sekaligus negatif bagi manusia, tidak terkecuali juga bagi orang percaya. Dampak positifnya adalah: mereka yang dipercayakan Tuhan memiliki banyak kekayaan atau harta, akan mempergunakan harta tersebut untuk kemuliaan Tuhan. Mereka sadar bahwa semua kekayaan dan harta yang diperoleh semata-mata adalah berkat dan kepercayaan dari Tuhan. Karena itu mereka akan mengatur bagaimana kekayaan dan harta mereka dapat bermanfaat dan memberkati banyak orang.

(2)

Sedangkan dampak negatif dari kekayaan dapat menjadikan seseorang lupa diri, adanya perasaan yang tidak pernah puas dengan kekayaan dan harta yang dimiliki. Ada banyak contoh kasus di Indonesia dimana orang tidak pernah merasa puas dengan kekayaan dan harta meskipun yang ada padanya sudah sangat banyak bahkan berlimpah. Paulus mengingatkan kita melalui suratnya kepada Timotius bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang (1 Timotius 6:10). Hal terburuk adalah bahwa kecintaan buta terhadap uang tersebut akan menjadikan sesoerang bernai berbuat jahat. Uang pada dasarnya tidaklah jahat, melainkan rasa/cinta seseorang kepada uang lah yang pada akhirnya menimbulkan kejahatan-kejahatan baru. Karena dengan memburu uang lah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif/kepustakaan (library research) yang bersifat analisis dan argumentatif. Peneliti menggali pengajaran Yesus melalui perumpamaan berkenaan dengan kekayaan dan bagaimana orang percaya/ Kristen seharusnya menilai dan menyikapi kekayaan. Permohonan seseorang kepada Yesus agar turut mengurusi warisan yang diperolehnya bersama dengan saudaranya menjadi penyebab Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Yesus menegaskan bahwa kekayaan yang diperoleh seseorang (orang percaya) adalah pemberian dari Allah yang akan/harus dipertanggungjawabkan pada waktunya di hadapan Allah. Dibutuhkan sebuah pengelolaan yang benar atas kekayaan yang dimiliki oleh orang percaya. Mengelola kekayaan bagi kemuliaan Allah adalah lebih penting dari pada sekadar menikmati seluruh kekayaan yang dimiliki.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ajaran Yesus Tentang Ketamakan

Membicarakan atau mengajarkan berkenaan dengan ketamakan—sangat identik dengan uang, kekayaan atau harta di gereja tidaklah mudah. Topik ini akan mengundang berbagai reaksi, pemikiran dan penafsiran dari pendengar yaitu jemaat. Jika seorang Pendeta selaku gembala sidang mengkhotbahkan atau mengajarkan mengenai ketamakan atau kekayaan, pikiran jemaat pada umumnya adalah bahwa si pendeta tersebut sedang kekurangan uang, sehingga ia memilih topik tersebut dalam

(3)

khotbahnya. Kalau pun ada jemaat yang berpikiran positif, persentasenya tentu sangat sedikit dibandingkan dengan mereka yang menaruh curiga. Padahal tujuan khotbah dari hamba Tuhan tersebut adalah agar jemaat memiliki pemahaman yang benar secara alkitabiah mengenai kekayaan dan keinginan untuk menjadi kaya.

Dalam artikel ini, adapun yang menjadi teks acuan adalah Lukas 12:13-21. Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun

untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,

minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Bagian ini penting dikarenakan Lukas memberikan perhatian kepada topik mengenai ketamakan akan kekayaan dalam Injilnya. Di bagian lain, Lukas berbicara megenai si Lazarus dan Orang kaya (Lukas 15). Dia memberikan perhatian bagaimana pengkut Yesus harus memberikan penilaian mengenai kekayaan dan keinginan untuk menjadi kaya. Dalam teks ini, ketamakan yang dimaksud berkaitan dengan kekayaan. Dapat kita mengerti betapa Yesus juga memberikan perhatian mengenai ketamakan. Kepada para pendengar dan murid-murid-Nya Yesus dengan tegas berkata bahwa mencari Kerajaan Allah harus didahulukan dari pada mencari kekayaan. Kerajaan Allah bersifat kekal sementara kekayaan bersifat fana dan semu. Yesus tidak mengutuk kekayaan, karena ada banyak orang kaya juga yang mendukung pelayanan Yesus selama tiga

(4)

setengah tahun. Paulus memberitakan bahwa kemiskinan-Nya adalah bertujuan memperkaya orang percaya (2 Korintus 8:9).

Dalam perikop ini, Yesus mengajar orang banyak perihal bahaya ketamakan akan kekayaan melalui sebuah perumpamaan dikarenakan pertanyaan sekaligus permohonan seseorang kepada Yesus untu menyelesaikan perkara warisan dengan saudaranya. Karena si pria yang mendapat warisan tersebut langsung menginterupsi Yesus, maka kemungkinan bagian ini tidak direncanakan oleh Yesus sebelumnya untuk disampaikan. Mengapa? Perumpamaan adalah kisah yang membumi dengan makna ilahi. Perumpamaan juga mudah diingat, sederhana dan mengandung kebenaran yang mendalam serta ilahi. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi Yesus dalam memberikan pengajaran terkait dengan pengelolaan terhdap kekayaan. Pernahkah Anda membeli barang baru untuk ditata dan disimpan bersama dengan barang-barang lama di gudang penyimpanan barang-barang agar ada lebih banyak barang-barang? Pernahkah anda merencanakan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya uang atau kekayaan untuk dinikmati selama bertahun-tahun? Inti dari perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak ini adalah “Hati hati Terhadap ketamakan! Atau Waspada terhadap semua bentuk ketamakan atau keserakahan.” Perikop ini berkaitan dengan ajaran etika Yesus tentang sikap yang benar atas kekayaan.

Perumpamaan Tentang Orang Kaya Yang Bodoh (Ay. 13 – 21)

1. Si Penanya dan Yesus (ayat 13 – 14)

Kalau kita perhatikan secara keseluruhan, dalam Lukas pasal 12 ini ada dua kelompok pendengar, pertama-tama para murid dan kedua orang banyak yang selalu datang untuk mendengarkan pengajaran yang disampakan oleh Yesus. Dalam 12:1 “beribu-ribu orang banyak . . . “ mendengarkan Yesus; demikian juga dalam 12:16, 54. Namun penekanan khusus dalam pasal 12 ini ada pada murid-murid; merekalah pendengar utama yang harus lebih dahulu mengerti apa yang Yesus ajarkan. Ketika Yesus dalam 12 ayat pertama dalam pasal ini sedang memberikan pengajaran khusus kepada murid-murid, seorang dari antara orang banyak menginterupsi Yesus yang berbicara. Orang yang bertanya ini adalah bagian dari mereka yang sedang mendengarkan pengajaran Yesus memiliki

(5)

perasaan yang tidak tenang. Kita dapat berasumsi bahwa kemungkinan ia sedang berselisih dengan saudara lelakinya, seandainya saudara lelakinya itu menolak untuk melakukan keadilan baginya.1 Ia beranggapan bahwa Yesus memiliki kuasa atas orang-orang - bahwa apa yang Ia katakan pasti akan dilakukan, karena itu si pemuda ini berusaha untuk mengamankan dirinya dari perselisihan dan mendapatkan keuntungan. Dari perumpamaan yang disampaikan Yesus, kelihatannya si penanya ini tidak hanya memiliki klaim tentang warisan, tetapi juga sedang dipengaruhi oleh ketamakan.2 Sebenarnya, jika dia memiliki klaim yang adil, pasti hukum yang berlaku akan memihak kepadanya.

Apa yang sedang dia bicarakan adalah mengenai warisan (kekayaan atau harta). Warisan adalah properti yang ditinggalkan oleh seorang ayah untuk anak-anaknya. Di antara orang-orang Yahudi, kakak lelaki itu memiliki dua bagian, atau dua kali lebih banyak dari anak lainnya, Ulangan 21:17. Sisanya kemudian dibagi rata di antara semua anak. Hukum Musa sebenarnya sudah menjelaskan mengenai pembagian harta warisan. Apa yang dapat kita pikirkan mengapa ia memohon demikian kepada Yesus? Ada dua pendapat mengenai alasan orang ini bertanya kepada Yesus, pertama: kemungkinan saudara orang ini berbuat salah kepadanya dalam hal warisan sehingga ia memohon keadilan kepada Yesus.3 Kedua: ia ingin berbuat jahat kepada saudaranya dan ingin agar Yesus membantunya.4 Apapun motivasinya dalam bertanya dan memohon kepada Yesus, yang pasti adalah bahwa Yesus tidak berpihak kepada dia ataupun saudaranya. Yesus malah memberikan pengajaran yang penting terkait keinginan hati seseorang akan kekayaan.

Sebenarnya, jika diperhatikan dengan apa yang baru saja Yesus sampaikan, sepertinya tidak ada hubungan antara apa yang Yesus ajarkan dengan permintaan orang ini. Namun respon Yesus sangat positif dalam situasi ini; Ia mendengarkan unek-unek dari orang ini. Entah apa yang sedang dipikirkan orang ini sehingga ia ingin sekali Yesus ikut campur dalam urusan/perselisihan pribadinya dengan

1Albert Barnes, Barnes’ Notes on the New Testament (Cedar Rapids, Iowa: Parsons Technology, Inc.)

2Ibid.

3Matthew Henry, Tafsiran Matius (Surabaya: Momentum, 2011). 4Ibid.

(6)

saudaranya. Yesus menjawab orang tersebut dan secara tidak langsung memberikan pengajaran kepada orang banyak mengenai “bahaya ketamakan”.5

Baik murid-murid maupun orang banyak yang sedang datang mendengarkan Yesus perlu memahami bahaya ketamakan ini. Lebih dalam lagi, bagian ini menegaskan bahwa hidup ini tidak terdiri dari banyaknya barang yang dimiliki oleh seseorang.6 Kekayaan yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat memperpanjag umur dan tidak dapat dijadikan harapan untuk hari esok. Yesus dengan tegas menolak untuk menjadi hakim antara orang tersebut dengan saudaranya, sebab masih ada hukum Musa yang sudah mengatur berkenaan dengan warisan dan ada juga lembaga pengadilan yang dapat membantunya sekiranya dia butuh. Karena itulah, pada akhirnya Yesus memberikan sebuah perumpamaan kepada dia dan semua mereka yang sedang mendengarkan Yesus.

2. Si Orang Kaya Yang Bodoh (ayat 15 – 19)

Untuk menjawab permintaan si penanya tersebut Yesus membentangkan sebuah perumpamaan mengenai seorang petani yang kaya, tetapi bodoh. Hal ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi orang banyak yang saat itu sedang mendengar pengajaran-Nya. Yesus memberikan pernyataan yang tegas terkait bahaya dari ketamakan sebelum menceritakan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Untuk dapat mengerti arti perumpaan yang disampaikan Yesus, maka pernyataan Yesus dalam ayat 15 sebagai kata kunci harus diperhatian dan dimengerti terlebih dulu. Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kalimat terakhir harus menjadi fokus utama kita dalam bagian ini. Hidup ini tidak tergantung dari seberapa banyak kekayaan yang kita miliki. Kekayaan, meskipun berlimpah tidak dapat menambah sehasta dalam kehidupan kita. Hidup adalah karunia yang kita peroleh dari Allah bukan dari kita sendiri. Allah adalah Pribadi yang menjadi alasan keberandaan setiap manusia di dunia. Apakah Yesus dalam pengajaran-Nya membenci

5John A. Martin, Luke, The Bible Knowledge Commentary: New Testament (Hiawatha, Iowa: Parsons Technology, Inc., 1997).

(7)

kekayaan? Pada prinsipnya tidak. Yesus tidak melarang atau menolak orang yang kaya. Tetapi dalam pernyataan-Nya, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa hidup atau masa depan manusia tidak ditentukan dengan banyaknya kekayaan yang dimiliki. Inilah yang harus dipahami oleh semua orang yang mendegar-Nya waktu itu. Mengapa Yesus menyebut orang kaya ini sebagai orang bodoh?

Beberapa alasan utama dapat kita perhatikan mengapa Yesus menyebut dia (petani dalam perumpamaan) sebagai orang kaya yang bodoh.

a. Hasil Panen

Kekayaan seseorang yang tinggal di Timur Dekat Kuno atau Palestina pada waktu itu masih dihitung dari banyaknya hasil panennya. Dalam teks ini diceritakan bahwa ia sedang mengumpulkan hasil panennya. Apa yang telah ditanam sebelumya ternyata mendatangkan hasil yang berlimpah melebihi dari yang lainnya. Namun ketika kita membaca secara keseluruhan, tidak ada satu kata atau satu kalimat pun yang menjelasan bahwa ia bersyukur atas kelimpahan hasil panen yang telah diberikan Tuhan kepadanya.

b. Rencana Masa Depan

Apakah ada yang salah ketika seorang petani hendak memperbesar lumbung-lumbungnya? Apakah ada yang melarang jika seseorang merencanakan sesuatu yang baik untuk tempat menyimpan hartanya yang banyak? Sudah pasti jawabannya adalah tidak. Orang kaya yang diceritakan oleh Yesus bukan lah orang kaya biasa. Hasil panen yang melimpah akhirnya membawa dia kepada suatu perenungan merencanakan masa depan. Namun ternyata, apa yang dia rencanakan semuanya adalah untuk dirinya sendiri dan kesenangan semata. Di sinilah letak kebodohannya. Tidak ada sedikit pun keinginannya untuk memberkati orang lain dari hasil panen yang dia peroleh. Ini lah yang menjadi alasan mengapa dia disebut sebagai orang kaya yang bodoh. Dia mengira bahwa hidupnya dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh kekayaannya yang banyak. Dia telah memiliki segalanya dan berpikir bahwa dengan semua yang dimilikinya akan dapat menikmati hidup. Orang yang berpikir bahwa dia

(8)

dapat dipuaskan oleh segala sesuatu yang dapat dibeli dengan uang ada dalam bahaya besar, karena dia akan hal-hal yang tidak dapat dieli dengan uang.7 Ketika membaca perumpamaan ini, orang bisa dengan mudah berpendapat bahwa orang kaya dalam perumpamaan ini adalah orang yang bijaksana dan bertanggung jawab. Dia memiliki bisnis pertanian yang berkembang. Tanahnya telah menghasilkan begitu banyak sehingga dia tidak memiliki ruang penyimpanan yang cukup di lumbungnya. Jadi dia berencana untuk merombak lumbungnya dan membangun yang lebih besar untuk menyimpan semua hail panennya dan barang-barangnya. Kemudian dia akan memiliki banyak tabungan yang dapat disisihkan untuk masa depan dan akan siap untuk menikmati tahun-tahun berikutnya.

Bukankah ini yang diperjuangkan oleh kebanyakan orang pada masa kini? Bukankah bijaksana dan bertanggung jawab jika ada orang yang rela menabung (investasi) untuk masa depan? Petani muda yang kaya ini mungkin dapat menjadi penasihat keuangan yang baik. Dia tampaknya sudah menemukan beberapa ide cemerlang terkait dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya. Dia telah bekerja keras dan menyelamatkan hidupnya di masa depan dengan bijak. Sekarang dia bisa duduk, santai, dan menikmati hasil kerja kerasnya, kan? Dia memandang dan menilai kekayaannya sebagai kesempatan untuk menikmati hidup sendiri tanpa memikirkan orang lain dan Allah.8 Perlu dicermati bahwa dalam perumpamaan ini, rencana si orang kaya masih ada di dalam hati. Ia bertanya dalam hatinya dan memberikan jawabannya sekaligus.

c. Kesombongan/ Keegoisan

Cara seseorang mengelola kekayaan ditentukan juga dari tujuan atau motivasi nya. Jika diperhatikan lebih lanjut perumpamaan ini maka kita dapat menemukan sebuah percakapan egosentrik dalam hati si orang kaya. Yesus

7Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary New Testament (Colorado, Springs: Chariot Victor Publishing A Division of Cook Communications).

(9)

dengan jelas dan tegas menentang seseorang memiliki sifat ketamakan. Kata yang dipakai untuk ketamakan dalam teks ini adalah pleonexi,aj (pleonexias) yang dapat berarti “keinginan untuk memiliki lebih dari yang seharusnya.”9

Albert Barnes menyebutnya sebagai keinginan yang tanpa hukum.10 Jika hal ini terjadi maka manusia tidak akan pernah puas karena kekayaan. Ketamakan akan menjadi cobaan baik bagi murid-murid maupun bagi siapa saja yang dapat mengalihkan kesetiaan kepada Allah. Lebih lanjut, mereka yang memiliki ketamakan tidak akan pernah dapat menilai hal-hal yang rohani. Ketamakan berarti “keinginan yang berlebihan atau tak terpuaskan untuk mendapatkan kekayaan atau keuntungan.”

Ketamakan akan menjadikan seseorang sombong atau egois. Kata ganti “aku” dipakai berulang kali untuk menunjuk kepada keegoisan yang diakibatkan oleh ketamakan. Frasa “....beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” merujuk kepada teguran Yesaya11 dalam Yesaya22:13-14 “Tetapi lihat, di tengah-tengah mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: ‘Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!’ Tetapi TUHAN semesta alam menyatakan diri dan berfirman kepadaku: ‘Sungguh, kesalahanmu ini tidak akan diampuni, sampai kamu mati’, firman Tuhan, TUHAN semesta alam.” Ini merupakan kalimat dimana manusia tidak menghormati TUHAN lagi, kesombongan dan keegoisan telah menguasai hati dan pikiran manusia, seperti yang terjadi pada masa Yesaya.

Dapat dipahami dalam bagian ini, Yesus menegaskan bahwa kebahagiaan dalam hidup tidak ditentukan oleh kekayaan yang dimiliki seseorang, meskipun kualitas hidup dapat ditingkatkan dengan memiliki barang mewah

9Kata pleonexi,ajdalam A Greek-English Lexicon Of The New Testament And Other Early Christian Literature Third Edition (Chicago: The University of Chicago Press, 2000).

10Luke 12:15 dalam Barnes’ Notes on the New Testament.

11Craig S. Keener, IVP Bible Background Commentary: New Testament (Hiawatha, Iowa: Parsons Technology, Inc., 1997).

(10)

dan nyaman.12 Itulah mengapa kekayaan tidak dapat menjamin umur panjang karena kehidupan ini tidak hanya sekedar berkenaan dengan fisik.

3. Allah Sebagai Hakim (ayat 20 – 21)

Jika ada orang yang paling bodoh, maka orang kaya yang diceritakan di sini adalah orang yang paling bodoh. Andaikan orang kaya tersebut sadar sebelumnya bahwa ada Allah yang memperhatikan kehidupan setiap manusia, tentu dia tidak berbuat demikian. Percapakan egosentrik dalam hati orang kaya tersebut dihentikan oleh Allah sendiri. Dalam ayat 20 tertulis: Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Bukankah sia-sia semua yang telah dia kerjakan selama ini? Untuk apakah menimbun hasil panen sampai berlimpah-limpah tanpa pernah ada waktu untuk menikmatinya?

Kita dapat melihat intervensi Allah dalam bagian ini. Kekayaan tidak dapat memperpanjang sehasta dalam hidup kita. Hidup manusia tidak tergantung pada banyaknya kekayaan yang dia miliki. Ada beberapa kesalahan yang relah dilakukan oleh orang kaya yang bodoh ini sehingga Allah sebagai Hakim mengintervensi hidupnya, antara lain: (1) Dia memiliki harta melimpah dan memiliki rencana masa depan untuk hidupnya; (2) Namun fokus dari semua rencananya adalah “dirinya.” Dapat diperhatikan dari penggunaan kata “aku” dan kata ganti yang menunjuk kepada dirinya; (3) Percakapan ini bersifat egosentrik, meskipun hanya di dalam hati/pikirannya; (4) Allah menilai setiap pikiran dan pertimbangan hati setiap manusia. Ini merupakan ciri-ciri dari orang yang tamak dan iri hati. Karena hal ini lahmakanya Allah mengambil tindakan untuk menegaskan bahwa kehidupan manusia tidak tergantung kepada kekayaan.

12Sampson M. Nwaomah, A Contextual Study of the Attitude of Jesus towards Wealth Acquisition and Management in Luke 12:13-21 dalam Asia-Africa Journal of Mission & Ministry Vol. 1, (Sahmyook University: Published by Mission and Society Research Institute, 2009), 157.

(11)

III. Bagaimana Mengelola Kekayaan

Bagaimana seharusnya orang percaya mengelola kekayaan yang dimiliki? Apakah setiap orang yang memiliki kekayaan dibenarkan menggunakan kekayaannya untuk memenuhi semua keinginan dan kepentingan diri sendiri—bukan dipergunakan juga untuk menolong orang lain yang sedang membutuhkan? Dalam perumpamaan yang disampaikan Yesus ini, Allah tampil sebagai Hakim yang adil. Allah telah memberikan penilaian terhadap pengelolaan kekayaan yang dimiliki oleh si orang kaya tersebut.

Alkitab tidak melarang bahwa orang percaya bisa menjadi kaya. Dalam Alkitab ada banyak orang percaya yang memiliki kekayaan berlimpah, diantaranya adalah leluhur Israel sendiri seperti Abraham, Ishak dan Yakub—mereka adalah orang yang sangat kaya. Pengajaran Yesus dalam bagian ini menjelaskan kepada kita beberapa hal penting yang dapat dijadikan sebagai peringatan terhadap pengelolaan kekayaan yang ada:

1. Waspada lah terhadap segala bentuk ketamakan. Ketamakan adalah keinginan untuk memiliki melebihi dari yang seharusnya, dan sikap seperti ini tidak berkenan di hadapan Allah. Sikap untuk selalu waspada terhadap ketamakan adalah penting bagi orang percaya karena kekayaan memiliki daya tarik yang sangat kuat. Pelanggaran terhadap hukum dan kebenaran Allah dapat terjadi yang disebabkan oleh ketamakan.

2. Hidup manusia tidak tergantung maupun dipengaruhi oleh kekayaan yang dimiliki. Hidup kekal bersama Yesus adalah tujuan akhir dari perjalanan kekristenan. Orang percaya harus dapat menjauhkan diri dari sikap egois karena keegoisan dapat merupakan dorongan untuk memiliki lebih banyak kekayaan dengan mengorbankan apa saja yang secara sah menjadi milik orang lain dan apa yang akan menghasilkan ketidakpuasan dengan apa yang telah dimiliki.13 Jadi masalahnya tidakterletakpada kekayaan, tetapi pada keinginan untuk menimbun banyak kekayaan.

13Ibid., 158.

(12)

3. Pentingnya kaya di hadapan Allah. Menjadi kaya di hadapan Allah adalah hal yang dikehendaki Allah. Apakah artinya menjadi kaya di hadapan Allah? Ini berarti menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah berasal dari Allah dan memiliki rencana untuk menggunakan kekayaan menolong orang lain dan

memuliakan Allah dengan kekayaan.14 Pertama-tama adalah dengan

mempercayakan seluruh hidup kita kepada Allah. Setiap perbuatan baik yang dilaukan oleh orang percaya tidak akan melunasi hutang dosa manusia di hadapan Allah. Karena persoalan tentang dosa sudah diselesaikan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Setiap perbuatan baik kita harus dilakukan sejalan dengan tujuan Allah—kerajaan-Nya. Inilah yang dikatakan kaya di hadapan Allah. 4. Menilai kekayaan seperti Allah menilainya. Penilaian yang kita berikan terhadap

kekayaan akan mempengaruhi cara kita dalam menggunakan kekayaan yang dimiliki. Jika kita dipercayakan kekayaan yang berlebih, maka berbuatlah baik kepada orang lain yang membutuhkan. Mencari kekayaan yang bersifat kekal adalah lebih baik dari pada kekayaan yang bersifat sementara di dunia ini. Orang yang hanya memperkaya dirinya sendiri dan tidak menabung harta di sorga adalah orang bodoh.15 Intinya ada pada perbedaan antara kaya di bumi dan kaya di surga16 seperti dalam Matius 6:19-21.

KESIMPULAN

Bagaimana seharusnya orang Kristen mengelola kekayaan? Rencana apa yang seharusnya dibuat untuk dapat menggunakan kekayaan seperti yang Allah mau? Berdasarkan pembahasan di atas, hal yang dapat kita lakukan dan sikapi berkenaan dengan kekayaan:

Pertama, sadar bahwa kekayaan yang kita miliki semua berasal dari Allah. Tidak ada sesuatu yang kita bawa ketika lahir di dunia ini dan tidak ada sesuatu yang dapat kita bawa ketika kita mati. Untuk apakah kekayaan yang banyak yang dimiliki si orang kaya tersebut? Apakah dia dapat menikmati semuanya?

14Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary New Testament. 15Thomas L. Constable, Notes on Luke (www.soniclight.com), 2021 Edition, 297. 16Ibid.

(13)

Kedua, kekayaan yang kita miliki adalah “dipercayakan” oleh Allah. Tidak ada hak kita untuk menggunakan dan menghabiskan kekayaan kita dengan sesuka hati. Allah menuntut pertanggungjawaban dari setiap kita.

Ketiga, Allah adalah Hakim yang adil dan memperhatikan cara kita menggunakan kekayaan. Apa yang direncanakan oleh si orang kaya dalam perumpamaan yang Yesus sampaikan menjadi pembelajaran yang berharga bagi kita. Ia telah merencanakan untuk memperbesar lumbung tempat hasil panennya disimpan. Tidak ada sedikitpun rencananya untuk memberkati orang yang berkekurangan. Semua rencananya hanya fokus kepada dirinya sendiri. Dan Allah telah menjadi Hakim baginya dan atas semua rencananya.

Keempat, kita dapat menjadi berkat dengan membagikan kekayaan kita bagi mereka yang membutuhkan. Contoh baik untuk ini adalah Zakheus dalam Lukas 19:1-10. Setelah Yesus berkunjung ke rumahnya, keselamatan telah hadir. Sang Anak Manusia telah menemukan yang terhilang. Dampak dari keselamatan yang telah dialami oleh Zakheus adalah ketika ia berkomitmen untuk membagikan kekayaannya setengah kepada orang miskin dan berjanji akan mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya (19:8). Allah adalah Allah yang berdaulat atas seluruh kehidupan kita. Ia mengawasi kita dalam mengelola kekayaan yang telah dipercayakan-Nya kepada kita. Setiap rencana yang kita buat jika tidak sesuai dengan kehendak-dipercayakan-Nya akan digagalkan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.

Barnes, Albert. Barnes’ Notes on The New Testament. Cedar Rapids, Iowa: Parsons Technology, Inc., 1997.

Bauer, Walter; W. F. Arndt, F.W. Gingrich, and F.W. Danker A Greek-English Lexicon of The New Testament And Other Early Christian Literature Third Edition. Chicago: The University of Chicago Press, 2000.

Constable, Thomas L. Notes on Luke. www.soniclight.com. 2021 Edition. Henry, Matthew. Tafsiran Matius. Surabaya: Momentum, 2011.

(14)

Keener, Craig S. IVP Bible Background Commentary: New Testament. Hiawatha, Iowa: Parsons Technology, Inc., 1997.

Martin, John A. Luke, The Bible Knowledge Commentary: New Testament. Hiawatha, Iowa: Parsons Technology, Inc., 1997.

Sampson M. Nwaomah. Asia-Africa Journal of Mission & Ministry Vol. 1. Published by Mission and Society Research Institute Sahmyook University, 2009.

Wiersbe, Warren W. The Bible Exposition Commentary New Testament. Colorado, Springs: Chariot Victor Publishing A Division of Cook Communications.

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tri Tunggal Maha Kudus, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus karena atas berkat, hikmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat

Penentuan urutan supplier bahan baku plate steel pada makalah ini mengunakan metode Promethee dilakuan menggunakan Software Visual Promethee dengan input kaidah maksimasi/

Adapun dalam hal tangkisannya itu beralasan, misalnya gugatan atau permohonan yang ditangkisnya itu adalah perceraian, dimana alasan tangkisannya itu adalah pada

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk guru-guru di lingkungan Departemen Agama (Depag), Panitia Sertifikasi Guru Rayon 15 telah melaksanakan Pendidikan dan

1) Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran 2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah projek. 3) Membuat peserta didik lebih aktif

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/2007 tentang pedoman umum Penetapan Indikator Kerja Utama di Lingkungan Instansi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II, maka penelitian tentang peran orang tua dalam perkembangan bahasa

Hal tersebut terbukti bahwa banyak dari orang tua belum punya banyak pengalaman dalam melakukan praktik pencegahan cedera pada anak karena merupakan pengalaman pertama