• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Membaca Al Qur'an Dengan Metode Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Membaca Al Qur'an Dengan Metode Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 20152016"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh

W A H Y U D I NPM : 1422010027

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KOSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

ii TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh

W A H Y U D I NPM : 1422010027

PEMBIMBING I :Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag. PEMBIMBING II :Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

(3)

iii Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : W A H Y U D I NPM :1422010027

Program Studi : Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi : PendidikanAgamaIslam

menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul: ”kemampuan

membaca Al-Qur’an dengan metode tathbiqi siswa kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan Tahun pelajaran 2015/2016” adalah benar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bandar Lampung, Februari 2016 Yang Menyatakan,

(4)

iv

Metode tatbiqi adalah metodologi pembelajaran bahasa Al-Qur’an yang menghantarkan siswa ke tingkat tadabur (kajian dan tafsir),metode ini menitik beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang menjadi nama dari metode itu sendiri. Metode Tatbiqi adalah metodologi belajar dan mengajarkan Al-Quran yang menitikberatkan pada praktik dan langsung pada sumbernya Al Quran, yang dibutuhkan umat Islam saat ini. Adapun kata Tatbiqi diambil dari kata bahasa arab yang artinya bersifat terapan. Begitu urgensinya metodologi ini sebagai sarana pengembangan SDM dan dakwah kita keseluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan data dilapanganGuru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an dalam kurikulum sekolah secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu namun masih terdapat siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun masih terdapat beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh atau bersendaugurau di dalam proses kegiatan belajar, siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran

Al-Qur’an yaitu kitab Al-Qur’an namun tidak semua Al-Qur’an memiliki standar

yang sama, proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan serentak sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri memiliki kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca dan target penyelesaian materipun berbeda.

Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolah -sekolah namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus dilakukan.

Oleh karenanya masalah dalam penelitian ini adalah :Bagaimanakahkemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tathbiqi pada siswa kelas VII SMP Annida Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif dimana hasil penelitian disajikan secara deskripsi. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi.

(5)

v 2015/2016.

Nama Mahasiswa :W A H Y U D I

NPM :1422010027

Program Studi :Ilmu Tarbiyah

Konsentrasi :Pedidikan Agama Islam

Telah disetujui dalam ujian terbuka, pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, 2 Maret 2016 Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd. NIP. 195904161987031002 NIP.196904052009011003 .

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah

(6)

vi

WAHYUDI, NPM 1422010027, telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. H. Sulthan Syahril, MA. ...

Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA. ...

Penguji I :Dr. H. Subandi, MM. ...

Penguji II :Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd. ...

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof.Dr. Idham Kholid, M.Ag. NIP.19601020 198803 1 005

(7)

vii

mengacu pada pedoman transliterasi yang ditetapkan dalam pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi

Huruf

Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

Tidak dilambangkan t.

B

z

.

T „

s

G

J F

.

h Q

Kh K

D L

.

z M

R N

Z W

S H

Sy `

.

s Y

(8)

viii

Harkat dan Huruf Huruf dan tanda

- -

a

-

i

-

u

(9)

ix

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan.”1

Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu

(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”2

Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang

yang mengajarkannya.” 3

1Qs. Al-„Alaq [96] : 1. 2Qs. Al-„Ankabut [29] : 45. 3

(10)

x

1. Kedua orangtuaku Ayahanda Sutrisnodan Ibunda Marsiyem yang selalu berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putra-putrinya.

2. Mertuaku dan guruku Ayahanda KH. Ahmad Zuhri dan Ibunda Siti Fatimahyang selalu berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putra-putrinya.

3. Istriku tercinta, Nurjayanti, S.Pd.dan anakku terkasih Aulia „Izzatunnisa yang memberikan semangat dan setia mendampingiku setiap saat.

(11)

xi

dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad, Saw., sebagai suri tauladan yang memiliki kepribadian sempurna dan pengajar Al-Qur’an terbaik.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqi siswa SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.

Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca dan semoga dapat menginspirasi dalam upaya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.

Atas dukungan dan bantuan semua pihak dalam penyelesaian tesis, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor IAIN Raden Intan Lampung sekaligus pembimbing satu.

2. BapakProf. Dr. Idham Kholid, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak Dr. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, M.A, selakuketua jurusan program studi ilmu tarbiyah .

4. Bapak Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd., selakusekretaris jurusan program studi ilmu tarbiyahsekaligus sebagai pembimbing dua.

(12)

xii

Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis,

(13)

xiii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... v

PENGESAHAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 15

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 15

E. Kerangka Pikir ... 16

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an ... 19

B. Metode Tatbiqi ... 22

1. Pengertian Metode Tatbiqi ... 22

2. Visi dan Misi ... 23

3. Arah dan Tujuan ... 23

(14)

xiv

9. Program Metode Tatbiqi ... 27

C. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Tajwid ... 28

a. Makharijul Huruf ... 30

b. Sifatul Huruf ... 30

c. Hukum-hukum Huruf ... 30

b. Mad dan Qashr ... 31

2. Tartil ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Sumber Data ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 43

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

2. Sejarah Berdirinya ... 46

3. Struktur Organisasi ... 47

4. Visi SMP Annida ... 49

5. Misi SMP Annida ... 49

6. Tujuan SMP Annida ... 49

B. Analisis Data ... 50

C. Bahasan Penelitian ... 73

(15)

xv

B. Rekomendasi ... 108

(16)

Al-Qur’an merupakan perkara besar yang Rasulullah SAW wariskan kepada kita jika kita berpegang pada Al-Qur’an dan sunnahnya maka kita tidak akan tersesat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku. (HR. Al-Hakim dan Malik).1

Hadis tersebut menjelaskan bahwa seseorang tidak akan tersesat apabila selama hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah. Nabi tidak pernah memerintahkan, kecuali apa yang diperintahkan Allah SWT karena apa yang disampaikan Rasul atas dasar wahyu bukan kehendak nafsu. SebagaimanaAllah SWT jelaskan dalam firman-Nya :

Artinya : (3) Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya (4) tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.2

Allah SWT menjelaskan bahwa nabi Muhammad SAW merupakan manusia biasa yang diberi wahyu. Allah SWT berfirman :

(17)

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada

Tuhannya.”3

Al-Qur’an menyatakan tentang pribadi Nabi SAW. Beliau adalah

manusia biasa, tapi tidak seperti manusia lainnya. Sebab beliau telah menerima wahyu dari Allah dan telah dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Dan barang siapa yang taat kepada nabi berarti ia taat kepada Dzat yang memerintahkan kepadanya yaitu Allah SWT. Jika kita mencintai Allah berarti kita harus mengikuti nabi karena mengikuti nabi merupakan bukti kita mencintai Allah. Hal ini Allah SWT jelaskan di dalam firmannya :

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah

Maha Pengampun, Maha Penyayang.”4

Al-Qur’an menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak

mempunyai ilmu sebelumnya, tidak dapat menulis, tidak pernah belajar dan

(18)

diajari, tapi beliau langsung diberi ilmu pengetahuan oleh Allah dan langsung diajari-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Dan kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya

kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikitpun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan

kepadamu itu sangat besar.”5

Dalam hal yang sama Allah berfirman :

Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)

roh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia)

kepada jalan yang lurus.”6

(19)

Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengatakan bahwa beliau telah mempelajari suatu ilmu, beliau menyampaikan dakwah hanya karena beliau sebagai Rasul (utusan). Dan orang-orang tidak meragukannya lagi, sebab mereka tahu bahwa tugas seorang utusan adalah menyampaikan apa-apa yang diperintahkan oleh yang mengutusnya. Menurut Muhammad Raffat Said dalam bukunya Rasulullah saw seorang profil pendidik, mengatakan bahwa ; “Suatu keharusan bagi manusia untuk mengakui bahwa sifat kebenaran adalah kepribadiannya, kemudian mengakui bahwa ilmunya bukan merupakan hasil dari ijtihadnya atau hasil belajarnya baik dengan membaca, mendengar atau lainnya dari seseorang.7

Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik. Akhlak mulia melekat pada diri beliau. Beliau adalah seorang pemimpin di segala bidang di antaranya beliau adalah sebagai pendidik dan pengajar Al-Qur’an. Berkenaan dengan hal ini Al-Hafizh As-Suyuti telah mengatakan sebagai berikut :

“Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal

pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diiisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah sebelum hawa nafsu menguasai dirinya yang akan menghitamkannya karena

pengaruh kekeruhan kedurhakaan dan kesesatan”.8

Pengajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada anak-anak telah dibuktikan dalam sejarah. Disebutkan dalam suatu hadis

dari Ibnu „Abbas bahwa Rasulullah SAW meletakkan tangannya pada punggung

Ibnu „Abbas atau pundaknya kemudian beliau berdo’a :

7Muhammad Ra’fat Said,

Rasulullah saw Profil Seora ng Pendidik (Metodologi Pendidikan dan Pengajarannya), Penerjemah : Amir Hamzah Fachruddin dan Zaenal Arif Fachruddin RM, (Jakarta : CV. Firdaus 1994) h. 23.

8 Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah Saw, penerjemah

(20)

Artinya : “Ya Allah, berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam tentang agama dan ajarilah ia takwil (Al-Qur’an).’9

Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW wafat, sedang usia

Ibnu „Abbas menginjak 10 tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat muhkam.

Ibnu „Abbas telah mengatakan pula kepada Sa’id bin Jubair (muridnya) : “Aku telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah SAW.” Sa’id bertanya kepadanya : “Apakah ayat-ayat muhkam itu?” Ibnu „Abbas menjawab :

“Surat-surat yang mefashshal (yang pendek-pendek).”10

Ibnu Katsir telah mengatakan bahwa dengan interpretasi apa pun makna hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari anak-anak untuk membaca

Al-Qur’an meskipun dalam usia dini, bahkan adakalanya disunnahkan atau

diwajibkan.11 Hal ini karena sesungguhnya seorang anak apabila telah belajar

Al-Qur’an sejak kecilnya, maka saat menginjak usia baligh dia mengetahui apa yang

harus dibaca dalam shalatnya. Menghafal Al-Qur’an sejak kecil lebih utama dari pada menghafalnya setelah besar.

Memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an secara lengkap, jelas merupakan harapan yang-paling tidak- pernah melintas di hati setiap muslim. Betapa tidak, selain memiliki kemuliaan sebagai „penjaga’ Kalamullah, ternyata para penghafal Al-Qur’an juga mendapatkan berbagai anugerah. Mulai dari jaminan syafa’at di akhirat kelak, hingga derajat sebagai Ahlullah, yakni mereka yang memiliki kedudukan sangat dekat di sisi Allah Swt. Oleh karena itu, Yahya Abdul Fattah Al-Zawawi, seorang syaikh sekaligus pembimbing para penghafal

Al-Qur’an di Mesir mengatakan dari anugerah yang Allah berikan kepada para

hafidz, ada dorongan untuk selalu memperbanyak membaca Al-Qur’an, menghafal, mempelajari, dan mengajarkannya sebagaimana Allah telah menjadikan para pembaca, penghafal al-Qur’an sebagai keluarga-Nya dan

9 Hadis riwayat Ahmad dan Thabarani. Menurut Jamal Abdur Rahman, dalam kitab shahih disebutkan selain “ajarilah takwil”, tetapi dalam riwayat Al-Bazzar dan Thabarani

disebutkan : “Ya Allah, ajarilah dia takwil Al-Qur’an.” Demikianlah menurut Al-Kaitsami dalam

Majma’uz Zawaidnya jilid 9/276.

(21)

memiliki kedudukan khusus di sisinya.12 Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya : Dari Anas RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda :13

Artinya : “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan

manusia,” Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah keluarga Allah dari kalangan

manusia itu?”Nabi Muhammad SAW menjawab “Ahli (pembaca dan pengamal)

Al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”14

Syaikh bin Baz Rahimahullah berkata “Salah satu pelajaran yang dapat diambil yaitu mempelajari Al-Qur’an. Disunnahkan bagi seorang Mukmin untuk membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang yang bisa memberikan pelajaran dan manfaat baginya. Sebab Nabi Muhammad SAW membacanya pada Jibril

„Alaihissalam untuk memperoleh manfaat.15

Sesungguhnya sebagian ulama salaf ada yang berpendapat bahwa hendaknya sang anak diberi kesempatan dalam usia dininya untuk sedikit bermain, kemudian baru diarahkan untuk belajar, agar sejak usia dini tidak ditekankan untuk langsung belajar tanpa diberi kesempatan buat bermain, karena pada akhirnya anak akan merasa bosan dan lebih menyukai bermain dari pada belajar karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang mau belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Dari Usman RA, Rasulullah SAW bersabda :

12

Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, penerjemah, Dinta (Surakarta : 2013), h.8.

13 Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 3/127; Ibnu Majah, no. 215; al-Hakim

dalam al-Mustadrak, 1/556; dan Shahih al-Jami’, no. 2161.

14

Hammud bin Abdulah al-Mathar, Keutamaan dan Pahala Besar Membaca

Al-Qur’an, penerjemah, Izzudin Karimi, (Jakarta : Darul haq 2015), h. 8.

15 Haifa Abdullah Ar-Rasyid, Agar Anda Dicintai Nabi, penerjemah, Fachruddin,

(22)

Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang

yang mengajarkannya.” (HR. Bukhari) 16

Dalam hadits di atas, terdapat amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.17

“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya,

kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum

lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).18

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti

buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).19

Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh

16 Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim, Konseop Hidup Ideal dalam Islam, penerjemah Musthofa „Aini, dkk, (Jakarta : Darul Haq 2008) h. 30-31.

17

Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya

18 Imam Nawawi, Riyadhusshalihin, penerjemah, Arif Rahman Hakim, (Solo : Insan

Kamil 2011) h. 489.

(23)

mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama.

Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama.

Sehubungan dengan uraian dan kenyataan di atas, “mengajar” dalam kegiatan mengajar harus diterjemahkan secara konseptual, disinkronisasikan dengan pengertian “mendidik”. Oleh karena itu, Raka Joni dalam Sardiman memberikan batasan mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk memeperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.20

Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat pembelajaran Al-Qur’an berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh tampil untuk membacakan Al-Qur’an apalagi menulis ayatnya. Mereka cenderung tidak percaya diri atau merasa malu untuk tampil membaca Al-Qur’an di hadapan jama’ah atau teman-temannya.

Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan manfaat pembelajaran

Al-Qur’an. Selain itu, pembelajaran Al-Qur’an seringkali dikemas tidak menarik

dan membosankan serta ditangani oleh guru-guru yang kurang ahli di bidang

Al-Qur’an sehingga siswa merasa kegiatan bimbingan baca Al-Qur’an tidak perlu

mereka lakukan. Masih banyak orang yang beranggapan mempelajari dan memahami Al-Qur’an di sekolah dapat dilakukan hanya dengan membaca dan mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku pelajaran pendidikan agama Islam tanpa adanya praktik penuh penghayatan. Akibatnya siswa cenderung pasif dan

20 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. RajaGrafindo

(24)

tidak produktif di bidang Al-Qur’an yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini berdampak pada psikologis siswa, siswa menjadi manusia yang tidak peka atau tidak sensitif dengan lingkungannya karena belajar

Al-Qur’an berarti mengajarkan rasa sensitivitas atau kepekaan seseorang terhadap

sesuatu.

Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah bertujuan untuk menghidupkan hati, pikiran dan melatih kreativitas siswa, seperti yang diungkapan Rasulullah SAW :

“Sungguh Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka kalian terimalah jamuan-Nya

itu semampu kalian. Sungguh, Al-Qur’an ini tali Allah, cahaya terang dan obat yang bermanfaat, merupakan penjaga bagi orang yang berpegang kepadanya, penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga tidak menyebabkan tercela, lurus sehingga menghendaki pembetulan, tak pernah habis keajaiban-keajaibannya, tidak akan lenyap keagungan dan keindahannya lantaran banyak diulang. Bacalah dia (Al-Qur’an) Sungguh, Allah akan membalas kalian atas pembacanya: setiap huruf dibalas dengan sepuluh kebaikan. Ingat! Aku tidak mengatakan kepada kalian alief laam miem sebgai satu huruf, melainkan alif satu

huruf, lam satu huruf dan miem satu huruf”.21

Al-Qur’an juga berfungsi menjadi petunjuk, pedoman hidup, pembeda

yang benar dan yang salah, menjadi obat hati, penenang hati di kala hati resah, menjadi isyarat dalam menggali ilmu pengetahuan.22 Pemahaman terhadap Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan membaca terjemah, tetapi harus diimbangi dengan membaca kitab-kitab tafsir para ulama atau ahli-ahli Al-Qur’an di manapun.

Al-Qur’an diyakini oleh ummat Islam sebagai kalamullah (firman Allah)

yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.23 Ajaran dan petunjuk Al-Qur’an tersebut berkaitan

21Ahmad Suenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, (Jakarta :Bintang Terang,

2005),h. 79.

22

Choeroni, dkk, Pendidikan Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta : Erlangga, 2013 ), h. 67.

23 Di dalam al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menunjukkan tentang peran dan

(25)

al-dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak.

Peran Al-Qur’an dalam kehidupan dan kesadaran muslim memancarkan dengan kecerahan khusus suatu aspek penting dari kitab suci yang telah menerima sedikit atau tidak sama sekali perhatian dalam keilmuan modern, yaitu karakter oral dan auralnya serta fungsinya sebagai kata yang diucapkan.24

Ditinjau dari bahasa, kata Al-Qur’andiambil dari kata kerja”qara’a” yang artinya ia telah membaca, maka perkataan Al-Qur’an itu berarti bacaan atau “yang dibaca”, Al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul

yaitu “maqro’u” artinya “yang dibaca”. Artinya dalam pengungkapan suatu

keindahan membaca Al-Qur’an memerlukan bahasa untuk mengungkapkannya.Pengungkapan berarti adanya tindakan yang dilakukan sehubungan dengan praktik membaca Al-Qur’an yaitu mengungkapkan apa yang dirasakan melalui gerakan dan tuturan. Kegiatan praktek menghubungkan langsung antara teori dengan praktik yang mampu menjadikan pemahaman siswa lebih mendalam sehingga pengalaman yang didapatkan juga semakin banyak. Kegiatan mempraktikkan membaca Al-Qur’anyang disampaikan guru dengan melibatkan siswa secara langsung dapat membuat pembelajaran Al-Qur’an menjadi menarik.

Guru dalam menggali kemampuan siswa memerlukan beragam pengetahuan, teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Zamroni“Proses globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkindihindari, dengan segala berkah dan madhorotnya, bangsa dannegaraakan dapat memasuki era

Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira

kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan anak shalih bahwa mereka ada pahala yang besar, (Q.S. Al-Isra’, 17:9); dan kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian. (Q.S. Al-Isra’, 17:82). Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi menusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. (Q.S. Al-Kahfi, 18-54).

24 Ricard C. Martin, Pendekatan terhadap Islam dalam Studi Agama , penerjemah

(26)

globalisasi dengan tegar apabila memilikipendidikan yang berkualitas, terutama ditentukan oleh proses belajarmengajar yang berlangsung” 25.

GuruAl-Qur’an harus menjadi teladan, pelopor, penggagas, memiliki jiwa kepemimpinan, melindungi, mengayomi, sebagai khalifah yang mampu menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT karena posisi guru agama yang sebagai pentarbiyah derajatnya sejajar dengan para Nabi Muhammad SAW.Dengan demikian pendidikan merupakan sarana untuk menanamkan kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Al-Qur’an mempunyai kedudukan dan peranan yang penting.

Filsafat Pendidikan Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam yaitu menginternalisasikan (menanamkan) nilai-nilai ajaran agama Islam, mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengalaman nilai-nilai secara dinamis dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didiknya agar memiliki kedewasaan dan kematangan dalam beriman dan bertakwa serta mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh sehingga menjadi pemikir yang sekaligus mengamalkan ajaran Islam yang dialogis terhadap perkembangan zaman.26

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.27Peran guru dalam proses pendidikan, diantaranya: guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan guru sebagai pelatih.28

25 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001),

h. 29.

26 HM. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bima Aksara, 1987), h. 122. 27

Slamet, Belajar & faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Renika Cipta, 2010), h. 97.

28E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

(27)

Peranan guru dalam pendidikan sebagai subjek dalam proses pembelajarandi sekolah, guru secara langsung ikut serta dalam proses pendidikan dan memegang peran penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar untukmencapai tujuan pendidikan, untuk itu guru harus ahli agar dapat melaksanakantugas dan tanggung jawabnya dengan baik termasuk dalam pendidikan agamaIslam khususnya Al-Qur’an. Dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an tidak lepas dari kontribusi suatu metode.

Salah satu metode membaca Al-Qur’an yang menarik serta dapat melatih kreativitas siswa adalah metode tatbiqi. Tatbiqi adalah metodologi pembelajaran bahasa Al-Qur’an yang menghantarkan siswa ketingkat tadabur (kajian dan tafsir),metode ini menitik beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang menjadi nama dari metode itu sendiri.29

Alasan penelitian inibertolak dari program unggulan di sekolah,siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan empat kemampuan yaitu tahsin, tilawah, tahfizh, dan tadabur dengan lima bagian yaitu tartil, kosakata, tata bahasa, alih bahasa, dan tafsir ikhtisar dengan target 1 tahun empat juz.30Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana siswa di sekolah SMP Annidamampumembaca Al-Qur’an sesuai dengan tujuan kurikulum atau program unggulan tersebut. Peneliti meneliti tentang kemampuan membaca Al-Qur’an karena penelitian ini mengacu pada objek yang bergerak.

Kemampuan membaca Al-Qur’an yang dimaksud adalah kemampuan membaca berdasarkan tajwid yang meliputi makhrajul huruf (tempat keluarnya huruf), sifat-sifatnya serta bacaan-bacaannya (hukum bacaan)karenamembaca berdasarkan ilmu tajwid merupakan unsur sentral yang menghidupkan bacaan

Al-Qur’an.31Mengamalkan ilmu tajwid bertujuan supaya siswa dapat membaca

(28)

ketika membaca Al-Qur’an. Tanpa tajwid dalam membaca Al-Qur’an tidak dapat dinikmati oleh pendengar umumnya dan pembaca itu sendiri, jika tidak dapat dinikmati maka bacaan yang dibaca tentu kurang berpengaruh.

Kemampuan membaca Al-Qur’an ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama kelas VIItahun pelajaran 2015/2016 pada standar kompetensi

Menerapkan Hukum bacaan ”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah. Selanjutnya,

dijelaskan juga bahwa pembelajaran Al-Qur’an dilakukan dengan program metode tatbiqi ini dibentuk dengan rancangan yang bisa memenuhi segala kebutuhan masyarakat dan generasi kita ke depan akan pemahaman Al-Qur’an oleh karena itu target kemampuan siswa dalam metode ini yaitu: kemampuan mendengar ( ), kemampuan mengucapkan ( ), kemampuan menulis ( ), dan kemampuan membaca ( ). Agar penelitian ini fokus pada satu masalah, maka penulis meneliti tentang kemampuan membaca.

Metode tatbiqi lahir dari sebuah ide penulis yang muncul melalui pengalaman, pengkajian dan penghayatannya selama sembilan tahun menjadi pengajar dan pembimbing Al-Qur’an di tingkat Anak-anak, remaja dan kalangan dewasa di masyarakat setelah penulis menyelesaikan studinya di LIPIA Jakarta tingkat Diploma jurusan metodologi pengajaran Bahasa Arab, dari hasil materi yang ia peroleh dan pengalaman yang ada maka penulis terdorong untuk membuat sebuah metodologi pengajaran Bahasa Arab bagi siswa dan masyarakat non Arab, mengingat prioritas dan kebutuhan yang mendesak bagi generasi dan masyarakat muslim saat ini adalah memahami bahasa Al-Qur’an, faktor inilah yang mendorong penulis mengarahkan metodologinya pada pemahaman bahasa

Al-Qur’an.Metode ini sesuai dengan yang diajarkan kepada siswa SMP Annida.32

SMP Annida terletak di Jl. Budaya No. 90 Dusun Tegal Lega Karang Anyar Jati Agung Lampung Selatan sebagai tempat penelitian didasari atas pertimbangan, yaitu (1) SMP AnnidaLampung Selatan mendapat pembelajaran

32Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15

(29)

Al-Qur’an sesuai kurikulum yang berlaku, (2) SMP AnnidaLampung Selatanmemiliki visi yaitu terciptanya insan yang memiliki KAS (knowledge, attitude, and skill)) agama dan skill iptek dengan bahasa Internasional serta jiwa kewirausahaan dalam rangka pembekalan menjadi generasi bangsa mandiri sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan membaca Al-Qur’an menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan dan melatihketerampilantersebut, (3) Peneliti ingin mengetahui potensi siswa kelas VIISMP AnnidaLampung Selatandalam membaca Al-Qur’an.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mengadakan penelitian tentang kemampuan membaca Al-Qur’andengan metode tatbiqi siswa kelas VIISMP AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Setiap pelaksanaan penelitian selalu berawal dari adanya masalah, pada hakikatnya masalah itu sendiri merupakan segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.

Dari latar belakang masalah diatas, dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqi siswa kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan adalah sebagai berikut :

a. Guru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an dalam kurikulum sekolah secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu namun masih terdapat siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.

b. Guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun masih terdapat beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh atau bersendaugurau di dalam proses kegiatan belajar.

c. Siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran Al-Qur’an yaitu kitab Al

(30)

d. Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan serentak sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri memiliki kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca dan target penyelesaian materipun berbeda.

e. Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolah namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus dilakukan.

2. Batasan Masalah

Untuk lebih spesifiknya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah dalam penelitain ini pada : Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Metode Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana kemampuan siswa membaca

Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VIISMP AnnidaLampung

Selatan tahun pelajaran 2015/2016.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VII SMP AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.

2. Kegunaan Penelitian

(31)

berekspresi siswaSMP AnnidaLampung Selatan tentang kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dan memberikan informasi kepada guru tentang tingkat kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi” pada siswa kelas VII SMP AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 serta motivasi bagi siswa untuk meningkatkan kesungguhan mempelajari Al-Qur’an.

E. Kerangka Pikir

Al-Qur’an dimaknakan sebagai Kalam Allah Swt yang merupakan

mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw., dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya dinilai ibadah.

Al-Qur’an sebagai kitab suci memang memiliki keistimewaan

tanpa banding. Kitab ini disebut kitabullah (kitab Allah) mengandung makna bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah atau kalam Allah (firman-Nya), dan bukan kumpulan dari perkataan manusia.

Kemampuan membaca Al-Qur’an terkait dalam perkataan dalam shalat, yaitu berupa bacaan surat dan ayat Al-Qur’an serta bacaan-bacaan lainnya dalam bahasa arab. Sungguh perkara yang tidak dikehendaki apabila seorang muslim sampai sama sekali tidak mampu mengenal dan membaca kitab suci agamanya. Apabila hal itu terjadi, maka muncul pertanyaan besar, yaitu : dapatkah ia menjadi seorang muslim yang baik? Padahal indikator kebaikan ditentukan oleh intensitas dari pengalaman nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri, sedangkan indikator utamanya adalah shalat.33 Shalat dan bacaan ayat suci Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana Allah Swt berfirman :

33

(32)

Artinya : “Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”34

Al-Qur’an sangatlah mudah untuk dipelajari kuncinya adalah

kesungguhan. Dengan bersungguh-sungguh maka setiap orang yang mau belajar maka akan mampu. Dalam hal Al-Qur’an tidak sulit untuk dipelajari maka Allah Swt memberikan jawabannya. Empat kali Allah Swt mengulang-ulang ayat ini. Allah Swt berfirman

Ayat tersebut memiliki arti yang sama yaitu : “Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau

mengambil pelajaran?.”35

Secara tekstual ayat tersebut meyakinkan diri kita bahwa Al-Qur’an itu mudah dipelajari bagi orang yang mau mengambil pelajaran.

Untuk belajar Al-Qur’an tidak bergantung oleh umur. Tidak ada istilah terlambat dalam belajar. Rentang waktu belajar adalah seumur hidup, selama 24 jam setiap hari. Oleh karena itu jika ada keinginan, sesibuk apapun

(33)

seorang pasti dapat membagi waktunya untuk belajar. Untuk membantu siswa khususnya dan siapa saja yang ingin memiliki kemampuan belajar Al-Qur’an pada umumnya maka metode tatbiqi ini membuka peluang kepada siswa atau siapa saja yang butuh untuk belajar membaca Al-Qur’an dari tingkat I’dad sampai tingkat tadabur untuk belajar membaca Al-Qur’an karena berawal dari membaca maka langkah-langkah berikutnya akan mudah diikuti.36

Berdasarkan teori di atas, dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut :

(34)
(35)

Al-BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang diamatinya.1.

Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan). keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang.2

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun faktor-faktor pendukung khususnya kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari pendidikan non formal maupun informal. Keterampilan membaca ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi dayapikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini penulis berpendapat sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.

Menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, membacaadalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan

1 Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 70.

2Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional,(Jogjakarta, PrismasophieCet. I,

(36)

tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.3

Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan. Wahyu yang pertama turun adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan.”4

Wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt. mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara maju berawal dari semangat membaca. Membaca di sini menurut penulis adalah membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an) dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).

Di ayat lain Allah Swt. berfirman :

Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu

(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”5

Berdasarkan ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban dan erat hubungannya dengan shalat karena apabila

3

Henry Guntur Tarigan,Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , (Bandung: Angkasa, 1984), h. 7.

(37)

dalam shalat tidak dibacakan ayat suci Al-Qur’an (surat Al-Fatihah) maka shalatnya tidak sah.

Dengan demikian maka kegiatan membacamerupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan potensi diri. Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting. Membaca sebagai suatu keterampilan, memandang hakikat membaca itu sebagai suatu proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna. Membaca merupakan proses merekonstruksi informasi yang terdapat dalam bacaan atau sebagai suatu upaya untuk mengolah informasidengan menggunakan pengalaman atau kemampuan pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya secara kritis.

Dapat disimpulan bahwa membaca adalah suatu aktivitas untuk menangkap intonasi bacaan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, kreatifdan apresiasi dengan memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Membaca merupakan suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, pemahaman kreatif.

Al-Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti bacaan. Pengertian ini diambil dari sebuah ayat Al-Qur’an sebagai berikut :

(38)

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah di antaranya adalah wahyu Allah Swt. yang dibukukan, yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw.sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadah dan sebagai sumber utama agama Islam.6Al-Qur’an adalah buku undang-undang yang memuat hukum-hukum Islam. Dia (Al-Qur’an) merupakan sumber yang melimpahkan kebaikan dan hikmah, pada hati yang beriman. Dia merupakan sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.dengan membacanya.7

Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang pendek, membacanya termasuk ibadah.8

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan yang dimiliki siswa dalam membaca dengan baik dan benar berdasarkan tajwid untuk memperoleh pesan dari Al-Qur’an.

B. Metode Tatbiqi

1. Pengertian metode tatbiqi

Metode tatbiqi adalah metodologi pembelajaran bahasa Al-Qur’an yang menghantarkan siswa ke tingkat tadabur (kajian dan tafsir),metode ini menitik beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang menjadi nama dari metode itu sendiri. Metode Tatbiqi adalah metodologi belajar dan mengajarkan Al-Quran yang menitikberatkan pada praktik dan langsung pada sumbernya Al Quran, yang dibutuhkan umat Islam saat ini. Adapun kata Tatbiqi diambil dari kata bahasa arab

6Tim Penulis, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Direktorat jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam), h. 69.

7Ahmad Soenarto, Op., Cit, h. 79.,

8M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an, (Surabaya : PT. Bina

(39)

yang artinya bersifat terapan. Begitu urgensinya metodologi ini sebagai sarana pengembangan SDM dan dakwah kita keseluruh lapisan masyarakat. 9

Penulis metode ini sadar bahwa metodologi pengajaran Al-Qur’an saat ini sudah banyak hadir di masyarakat baik yang sudah lama maupun yang baru muncul. Tetapi keberagaman ini akan menumbuhkan hal yang positif di masyarakat, di antaranyamasyarakat akan mendapatkan wawasan yang lebih luastentang bagaimana memahami Al-Qur’an dan masyarakat akan banyak mendapatkan alternatif metodologi pembelajaran Al-Qur’an yang sesuai dengan kondisi dirinya dan lembaga pendidikanya.

2. Visi dan misi

a. Mengembalikan Umat Islam kepada kitab sucinya Al-Quran sebagai sumber kebenaran dan kesatuan Muslimin.

b. Menyediakan sarana mudah dan praktis, dalam rangka belajar dan mengajarkan Al-Quran kepada selurah lapisan masyarakat.

c. Menumbuhkan persepsi bahwa memahami Al-Quran itu bisa diraih oleh siapa saja,dimana saja, dan kapan saja.

d. Mengkader guru professional di bidang Al-Quran

e. Menumbuhkan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah pondasi yang kuat untuk membangun intelektualitas dan moralitas generasi bangsa.

f. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti media masa,lembaga pendidikan,perusahaan-perusahaan,dan instansi lainnya demi berkembangnya syiar Al-Qu’ran.

g. Menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan belajar dan mengajarkan Al-Quran

3. Arah dan Tujuan

Metode Tatbiqi akan dapat memberikan alternatif dan warna baru dalam pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia ini, karena mayoritas metodologi yang ada

9Hidayaturrohman, Alternatif Baru Memahami Al-Qur’an, Metode Tatbiqi, (Bandar

(40)

hanya fokus pada satu maharot (skill) saja sedangkan metode tatbiqi akan memberikan maharot yang lengkap yang memenuhi standar pembelajaran bahasa arab yang baik dan tepat dan langsung diterapkan pada Al-Qur’an lebih dari itu sekaligus mentadaburinya dan tentu saja disajikan dengan cara yang mudah, cepat dimengerti.10

4. Tujuan pembelajaran metode Tatbiqi

Tujuan pembelajaran metode tatbiqi adalah memberikan solusi mudah dan praktis kepada generasi muslim dan seluruh lapisan masyarakat, untuk memahami bahasa Al-Qur’an (tadabur) dengan baik dan benar yang akan membentuk karakter setiap pribadi mereka.11

Fenomena siswamuslim Indonesia sangat memprihatinkan, secara kuantitas (jumlah) diatas kertas mungkin bisa dibanggakan, tapi secara kualitas sumberdaya manusia yang mampu memahami Islam dari sumber aslinya Al-Quran dan As-Sunnah sangatlah minim dan jauh jika dibandingkan dengan jumlah yang ada. Saat ini kita semua bisa merasakan, bangsa ini belum dapat menjadi tauladan bagi bangsa lain padahal kita adalah Umat Islam terbesar di Negeri ini, yang seharusnya membawa negeri ini kepada Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negeri yang indah, baik,bermartabat dan sarat dengan ampunan serta kasih sayang Allah di dalamnya) mari kita coba menilik sejarah, kapan Islam dan Muslimin hidup dalam keemasan seperti gambaran sebuah negeri diatas? Siapa pemimpin yang kata-katannya menjadi nasehat dan hujjah (dalil kebenaran) dan karakter hidupnya menjadi tauladan? Dalam sejarah tentu tidak ada pemimpin dan negeri seperti diatas, kecuali yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu Alihi wa Salam dan Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin. Masa kehidupan Rasulullah Saw. dan KhulafaurRasyidin adalah menjadi bukti miniatur sebuah negeri yang Baldatun toyyibatu wa Rabun Ghofur bersih dari hukum rimba di sana terdiri dari rangkaian individu yang berkualitas dan bermartabat dan inilah bukti kesuksesan manusia yang terbimbing oleh kalamullah Al-Qur’an.

(41)

Islam berkembang dengan pesat. Sepanjang sejarah di Indonesiahampir seratus persen penduduk Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 200 juta jiwa lebih ini beragama Islam,tetapi mayoritas mereka tidak memahami benar kitab sucinya sendiri.Maka dampaknyapun bisa kita rasakan hari ini.Karakter dan pola ibadah mereka jauh dari Manhaj Rasulullah Saw. Hal demikian ini bukan berarti tidak adanya para Ahli Al-Quran,pesantren, pembelajaran Al-Quran di tengah-tengah masyarakat,namun itu belum cukup memberikan dampak signifikan berkembangnya pemahaman Al-Quran yang merata di tengah-tengah mereka.

Metodologi pengajaran yang sangat variatif diharapkan dapat memudahkan setiap masyarakat untuk bisa membaca Al-Quran. Hal ini lebih dibutuhkan dibanding keahlian dan kemahiran yang hanya bisa dinikmati diri sendiri.

Mayoritas siswamuslim di negeri ini sudah cukup tua dari sisi usia, namun gambaran kehidupannya masih jauh dari Al-Qur’anul karim. Kini sudah saatnya kita kembalikan pembinaan dan pendidikan remaja kepada sumber Ilmu yang sesungguhnya yaitu Al-Qur’an. Ini akan menjadi powerlegalitas ilmu bahwa hukum-hukum kausalitas yang ditemukan oleh para ilmuan saat ini adalah Ayat-ayat kauniyah Allah SWT yang merupakan mata rantai dari Al-Qur’anul karim dan bukti kebenarannya.

5. Program pembelajaran

(42)

demikian kemampuan yang akan di terapkan dalam program I’dadi ini adalah empat skill (Maharot):12

a. Kemampuan mendengar ( )

Kemampuan mendengar dan mengenali serta membedakan huruf hijaiyyah sampai pada kalimat-kalimat Al-Quran dalam bentuk suara dengan nada atau lagu.

b. Kemampuan mengucapkan ( )

Kemampuan mengucap sebagai realisasi dari pendengaran tentang huruf hijaiyyah dan kalimat Al Quran dengan nadanya, sehingga diharapkan peserta mampu membaca dan mengucapkan huruf hijaiyyah dan teks-teks dalam Al-Quran sesuai dengan makhraj yang benar.

c. Kemampuan menulis ( )

Kemampuan menulis agar dapat merangkai huruf hijaiyyah menjadi kata-kata sesuai dengan bacaan atau suara yang diucapkan, sehingga dapat menghasilkan kemahiran dalam tartil, tadabur dan maharot yang diharapkan. d. Kemampuan membaca ( )

Mampu membaca dengan benar sesuai dengan makhroj, tartil dan tahsin.Target kemampuan membaca yang akan diraihadalah sangat maksimal karena empat maharot ini dikombinasikan dalam pembelajaran.

6. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang terdapat dalam program I’dadi sebagai modul peserta training berisi materi-materi sebagai berikut :

a. huruf hijaiyyah

b. bacaan pendek tanpa waqof

c. bacaan Mujawwad (mengandung hukum tajwid) I d. latihan mendengar.

e. latihan menulis f. bacaan Mujawwad II

(43)

g. contoh bacaan “Teks Al- Quran” h. teori Waqof dan terapan tex Al-Qur’an

7. Prosedur pelaksanaan ;

a. anggota kelompok belajar 8 s/d 10 orang. b. jadwal pertemuan seminggu 2(dua) kali c. setiap pertemuan max 90 menit

d. setiap peserta memiliki modul e. dipandu seorang ustadz

8. Tolok ukur keberhasilan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqi

Membaca Al-Qur’an dikatakan berhasil apabila telah sesuai dengan tolok ukur yang digunakan. Beberapa hal berikut menjadi tolok ukur keberhasilan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqiadalah penerapan ilmu tajwid meliputi : tajwid dan tartil.13

9. Program metode tatbiqi

Program metode tatbiqi ini dibentuk dengan rancangan yang bisa memenuhi segala kebutuhan masyarakat dan generasi kita kedepan akan pemahaman Al-Quran, oleh karena itu disediakan berbagai program sebagai berikut:

Tabel 2.1 Program metode Tatbiqi

Tingkatan metode Kajian Pertemuan Target skill

(44)

C. Indikator kemampuan membaca Al-Qur’an 1. Tajwid

Tajwid atau ilmu tajwid adalah ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui tempat keluarnya huruf (makhraj), dan sifat-sifatnya serta bacaan-bacaannya. Ilmu tajwid ini bertujuan supaya orang dapat membaca ayat-ayat

Al-Qur’an dengan fasih (terang dan jelas) dan cocok dengan ajaran-ajaran nabi

Muhammad saw serta dapat menjaga lisannya dari kesalahan-kesalahan ketika membaca Al-Qur’an.14Oleh karena itu maka :

a. Fardhu kifayah hukumnya belajar ilmu tajwid (mengetahui istilah-istilah dan hukum-hukumnya).

b. Fardhu „ain hukumnya membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (praktik,

sesuai dengan aturan-aturan ilmu tajwid).15

Bagi guru/calon guru Al-Qur’an, perlu mempelajari kesemuanya baik teori maupun praktik tajwidnya sedang bagi siswa-siswa yang hanya ingin bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, cukup apabila bisa menguasai praktik/ latihan -latihan tajwidnya namun menurut As’ad Humam “menguasai kedua-duanya jelas lebih baik.”16

Dalam penerapan ilmu tajwid, Rasulullah Saw. merupakan contoh guru yang dapat dijadikan tauladan. Sejarah mencatat Nabi Muhammad saw adalah seorang pendidik. Jabatan-jabatan positif melekat pada diri beliau. Beliau adalah seorang pemimpin di segala bidang di antaranya beliau adalah sebagai pendidik dan pengajar Al-Qur’an. Mengajari anak didik dalam bidang membaca Al-Qur’an, maka berkenaan dengan hal ini Al-Hafizh as-Suyuti telah mengatakan sebagai berikut :

“Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang

14Ahmad Suenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, (Jakarta : Bintang Terang) h.

6.

15 As’ad Humam, Cara Cepat Belajar tajwid Praktis, Balai Litbang LPTQ Nasional

(Yogyakarta : Team Tadarus “AMM” 2005), h. 4.

(45)

putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diiisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah sebelum hawa nafsu menguasai dirinya yang akan menghitamkannya karena

pengaruh kekeruhan kedurhakaan dan kesesatan”.17

Pengajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada anak-anak telah dibuktikan dalam sejarah. Disebutkan dalam suatu hadis

dari Ibnu „Abbas bahwa Rasulullah Saw meletakkan tangannya pada punggung

Ibnu „Abbas atau pundaknya kemudian beliau berdo’a :

Artinya : “Ya Allah, berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam tentang agama dan ajarilah ia takwil (Al-Qur’an).’18

Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah Saw wafat, sedang usia

Ibnu „Abbas menginjak 10 tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat muhkam.

Ibnu „Abbas telah mengatakan pula kepada Sa’id bin Jubair (muridnya) : “Aku telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah Saw.” Sa’id

bertanya kepadanya : “Apakah ayat-ayat muhkam itu?” Ibnu „Abbas menjawab :

“Surat-surat yang mefashshal (yang pendek-pendek).”19

Ibnu Katsir telah mengatakan bahwa dengan interpretasi apa pun makna hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari anak-anak untuk membaca Al-Qur’an meskipun dalam usia dini, bahkan adakalanya disunnahkan atau diwajibkan.20 Hal ini karena sesungguhnya seorang anak apabila telah belajar

Al-Qur’an sejak kecilnya , maka saat menginjak usia baligh dia mengetahui apa yang

harus dibaca dalam shalatnya. Menghafal Al-Qur’an sejak kecil lebih utama dari pada menghafalnya setelah besar.

17

Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah Saw, penerjemah : Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, (Bandung : Irsyad Baitussalam 2005) h. 410-411.

18 Hadis riwayat Ahmad dan Thabarani. Menurut Jamal Abdur Rahman, dalam kitab shahih disebutkan selain “ajarilah takwil”, tetapi dalam riwayat Al-Bazzar dan Thabarani

disebutkan : “Ya Allah, ajarilah dia takwil Al-Qur’an.” Demikianlah menurut Al-Kaitsami dalam

Majma’uz Zawaidnya jilid 9/276.

(46)

Menurut Sei H. Dt. Tombak Alam, dalam ilmu tajwid terdapat bagian-bagian yang harus diketahui oleh siswa, yaitu :21

a. Makharijul huruf

Siswa tidak dapat membedakan huruf tertentu tanpa dapat mengerti tempat keluarnya huruf (makharijul huruf). Tujuan mempelajari makharijul huruf supaya terhindar dari kekeliruan dalam membaca. Keliru melafadzkan huruf karena keliru melafadzkan huruf akan mempengaruhi makna ayat. Sebagai contoh pada lafadz :

Sifat adalah cara baru bagi keluar huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa jahr, rakhawah, hams, syiddah, dan sebagainya.

2) Hukum-hukum huruf

Menurut ulama ahli Qur’an, hukum bacaan dapat dibedakan sebagai berikut : a) Hukum nun mati/tanwin

21 Sei H. Dt. Tombak Alam, Ilmu Tajwid Populer 17 kali Pandai, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995),

h. 22-23.

(47)

k) Mad fatkhah yang dibaca pendek l) Wawu yang dianggap tidak ada

m)Nun „iwad

n) Bacaan mad o) Bacaan qalqalah p) Sujud tilawah q) Tanda-tanda waqaf

3) Mad dan qashr23

Mad berarti memanjangkan bacaan sedangkan qashr berarti tertahan atau membuang huruf mad dari suatu kata.

Bacaan mad secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu mad thabi’i dan mad far’i. Mad asli terbagi menjadi dua yaitu mad asli zhahiri yaitu mad asli yang huruf madnya jelas berikut bacaannya dan mad asli muqaddar yaitu mad asli yang hurufnya tidak jelas namun bacaannya dibaca panjang. Adapung mad far’i terbagi menjadi 13, yaitu mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil, mad „aridhlissukun,

mad badal, mad „iwadh, mad lazim musaqal kilomi, mad lazim mukhafaf kilmi,

mad lazim musaqal harfi, mad lazim mikhafaf harfi, mad lein, mad shilah (mad shilah qashirah dan mad shilah thawilah), mad farq, dan mad tamkin.24

2. Tartil

Allah SWT memberikan penjelasan bahwa dikatakan mampu membaca

Al-Qur’an apabila membacanya dengan tartil. Allah berfirman :

Artinya : “ atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”.25

23Ahmad Munir dan Sudarsono, Ibid,

(48)

Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib RA, yang dimaksud tartil adalah memperbaiki/memperindah bacaan huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan mengerti hukum-hukum ibtida’ dan waqaf.26

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

Artinya : “Dan orang-orang kafir berkata, “mengapa Al-Qur’an itu tidak

diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil

(berangsur-angsur, perlahan, dan benar).”27

Menurut As’ad Humam, tartil adalah membaguskan bacaan huruf-huruf

Al-Qur’an dengan terang, teratur, dan tidak terburu-buru serta mengenal

tempat-tempat waqaf sesuai aturan-aturan tajwid.28

Menurut penulis terang berarti jelas seperti mengucapkan dan membedakan huruf berikut :

29

Teratur berarti tertib. Tertib membaca ayat dibuktikan dengan berurutan. Siswa membaca surat Al-Fatihah maka ayat pertama yang dibaca adalah :

Tidak terburu-buru atau tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an berarti siswa harus membaca Al-Qur’an dengan tenang, merenungi pelajaran yang terdapat di dalam ayat yang dibaca. Diharapkan siswa memiliki nafas yang cukup dan kemampuan membaca yang baik agar tidak terengah-engah dan terbata-bata

26Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni baca Al-Qur’an, (Jakarta : PT.

Rineka Cipta, 1994), h. 9.

27

Qs. Al-Furqan [25] : 32.

28As’ad Humam, Cara Cepat Belajar tajwid Praktis, (Yogyakarta : Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus “AMM”, 2005), h. 4.

(49)

dalam membaca ayat. Akan tetapi guru dapat memberikan motivasi bagi siswa yang masih terbata-bata karena walaupun terbata-bata Allah tetap memberikan pahala. Berdasarkan hadis nabi :

Artinya : „Aisyah RA berkata,Rasulullah SAW bersabda, “orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan ketika membacanya, maka baginya dua pahala.”

(Muttafaqun’alaihi. HR. Al-Bukhari : 4937 dan Muslim : 798).30

Berdasarkan hadis tersebut maka tidak ada kerugian sedikitpun bagi orang yang terbata-bata ataupun kesulitan membaca Al-Qur’an karena Allah SWT akan memberikan pahala, memberikan kemuliaan dan memelihara orang-orang yang mencintai Al-Qur’an. Kesungguhan mempelajari Al-Qur’an, menurut penulis merupakan salah satu tanda bahwa ia mencintai Al-Qur’an. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”31

Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian

Al-Qur’an selama-lamanya. Pemahaman penulis, siapa saja yang memelihara

Al-Qur’an maka Allah pun akan memeliharanya.

Perkara besar inilah yang harus guru tanamkan kepada para siswa muslim untuk mencintai Al-Qur’an. Sangat merugi jika seorang guru mampu

30

Imam Nawawi, Riyadhusshalihin, penerjemah, Arif Rahman Hakim, (Solo : Insan Kamil 2011) h. 488.

(50)

membaca Al-Qur’an dengan baik namun siswa sebagai anak didik tidak mampu apalagi tidak mau mempelajari Al-Qur’an.

Mempelajari Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil32 dan benar seperti ketika Al-Qur`an diturunkan.

Ibnu Katsir berkata, “Bacalah dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan

membantu untuk memahami Al-Qur’an dan mentadabburinya. Dengan cara seperti itulah Rasulullah SAW membaca Al-Qur’an. Aisyah berkata, “Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil sehingga seolah-olah menjadi surat yang paling

panjang.” Beliau senantiasa memutus-mutus bacaannya ayat demi ayat.33

Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya orang yang membaca dengan tartil dan mencermatinya, ibarat orang yang bershadaqah dengan satu permata yang sangat berharga, sedangkan orang yang membaca dengan cepat ibarat bershadaqah beberapa permata, namun nilainya sama dengan satu permata. Boleh

jadi, satu nilai lebih banyak daripada beberapa nilai atau sebaliknya.”34

Pendapat yang benar adalah, sesungguhnya seseorang yang membaca dengan tergesa-gesa, maka ia hanya mendapatkan satu tujuan membaca Al-Qur’an saja, yaitu untuk mendapatkan pahala bacaan Al-Qur’an, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil disertai perenungan, maka ia telah mewujudkan semua tujuan membaca Al-Qur’an.

32

Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.

33 Tata cara membaca Al-Qur’an yang dinukil dari Nabi Muhammad shallallahu „alaihi

wasallam dan para sahabat menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara bacaan.

34 Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim, Kunci-Kunci Tadabbur Al-Qur’an, (Surakarta :

Gambar

Tabel 2.1 Program metode Tatbiqi
Tabel 4.1 Data Penyelenggara PembelajaranSMP Annida Lampung
Tabel 4.2 Keadaan SMP Annida Lampung SelatanBerdasarkan Jenjang PendidikanTahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 4.4 Keadaan Siswa SMP Annida Lampung SelatanTahun Pelajaran 2015/2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar klasifikasi m-Learning [Georgiev dkk, 2005], aplikasi ini dibatasi pada penggunaan perangkat berupa telepon genggam yang telah mendukung aplikasi Java

434 Mahmudah Guru Kelas MI MII Banyurip Ageng 02 Kota Pekalongan Ujian Tulis Ulang. 435 Nur Adilah Guru Kelas MI MSI 05 Sampangan Kota

Penggunaan nilai wajar dalam menilai aset perusahaan dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang tidak direalisasi keuntugan atau kerugian yang tidak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread, market value, dan variance return secara simultan

[r]

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data utama tes proyeksi (teknik Wartegg) serta metode pendukung wawancara dan

Meskipun keluarga sudah memberikan dukungan kepada pasien, memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang banyak dan bergizi, namun kanker dan efek kemoterapi dapat

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul