• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR AN SDN 12 PASILIHAN KABUPATEN SOLOK SKRIPSI OLEH PUTRI LITANIA NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR AN SDN 12 PASILIHAN KABUPATEN SOLOK SKRIPSI OLEH PUTRI LITANIA NIM:"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR‟AN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AL-QUR‟AN SDN 12 PASILIHAN

KABUPATEN SOLOK

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

OLEH PUTRI LITANIA

NIM: 14 101 097

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

SDN 12 Pasilihan Kabupaten Solok”. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar 2018.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini dilatar belakangi dengan masih ada siswa yang belum mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan makharijul huruf, hukum bacaan nun mati dan mim mati hukum bacaan Mad, hukum bacaan alif lam dan hukum bacaan ro dan lam tarqiq tafkhim.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV,V,VI sebanyak 28 orang, pengambilan sampelnya dilakukan dengan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui tes langsung (membaca Al-Qur‟an)

Hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan makharijul huruf diperoleh hasil 42,86 % dengan kategori tinggi, kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum nun mati dan mim mati diperoleh hasil 35,71 % dengan kategori sangat tinggi, kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan Mad diperoleh hasil 35,71% dengan kategori sangat tinggi, kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan Qalqalah dan hukum bacaan Alif Lam diperoleh hasil 71,42 % dengan kategori sangat tinggi, kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan tarqiq dan tafkhim diperoleh hasil 85,71 % dengan kategori sangat tinggi dan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan tanda wakaf dan „ibtida‟ diperoleh hasil 60,71 % dengan kategori sangat tinggi.

(6)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI BIODATA PENULIS

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GRAFIK ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an 1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ...8

2. Al-Qur‟an ...9

3. Nama-Nama Al-Qur‟an ... 11

4. Dasar-Dasar Membaca Al-Qur‟an ... 13

5. Kandungan Al-Qur‟an ... 15

(7)

v

6. Adab-Adab Membaca Al-Qur‟an ... 18

7. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an ... 20

8. Ketentuan Membaca Al-Qur‟an ... 24

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ... 37

B. Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an 1. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an ... 38

2. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an ... 39

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an ... 39

4. SK dan KD Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an ... 39

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 44

B. Metode Penelitian... 44

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 44

D. Populasi dan Sampel... 44

E. Definisi Operasional ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Validitas Instrumen ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum ... 51

B. Temuan Khusus ... 52

C. Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(8)

Tabel 2.1. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Pendidikan Al-Qur‟an Kelas IV ... 39

Tabel 2.2. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an Kelas V ... 40

Tabel 2.3. Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an Kelas VI ... 40

Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas IV,V,VI SDN 12 Pasilihan Tahun Ajaran 2018/2019 ... 44

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ... 47

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Validasi Instrumen ... 48

Tabel 3.4. Rentang Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an ... 50

Tabel 4.1. Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai Makharijul Huruf ... 52

Tabel 4.2. Persentase Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai Makharijul Huruf ... 53

Tabel 4.3. Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai hukum Nun Mati dan Mim Mati ... 56

Tabel 4.4. Persentase Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai hokum Nun Mati dan Mim Mati ... 57

Tabel 4.5. Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai Hukum Bacaan Mad... 60

Tabel 4.6. Persentase Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai Hukum Bacaan Mad ... 60

(9)

Qalqalah dan Hukum Bacaan Alif Lam ... 64 Tabel 4.9. Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa sesuai dengan

Tarqiq dan Tafkhim, ... 66 Tabel 4.10. Persentase Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa sesuai dengan

Tarqiq dan Tafkhim... 67 Tabel 4.11. Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa sesuai dengan Tanda

Wakaf dan „Ibtida‟ ... 68 Tabel 4.12.Persentase Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa sesuai dengan

Tanda Wakaf dan „Ibtida‟ ... 69

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai dengan Makharijul Huruf ... 55 Grafik 4.2. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai hukum Nun Mati

dan Mim Mati ... 59 Grafik 4.3. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai Hukum Bacaan

Mad ... 43 Grafik 4.4. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai dengan Qalqalah

dan Hukum Bacaan Alif Lam ... 65 Grafik 4.5. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai dengan dengan

Tarqiq dan Tafkhim ... 68 Grafik 4.6. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai dengan dengan

Wakaf dan „Ibtida‟ ... 70

(11)

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen ... 80 Lampiran 2: Instrumen Penelitian ... 81 Lampiran 3: Validitas Instrumen ... 83 Lampiran 4: Skor Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sesuai

Ilmu Tajwid ... 91 Dokumentasi Penelitian

Surat Penelitian

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantara Malaikat Jibril, Al-Qur‟an berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Bernilai ibadah tidak hanya saja bagi pembacanya, tetapi juga pendengarnya. Artinya, membaca Al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk ibadah meskipun yang mendengar ataupun yang membacanya belum mengetahui maknanya. (Mukni‟ah, 2011:199)

Al-Qur‟an mengandung nilai-nilai yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang menjadi pedoman bagi manusia umumnya, siapa yang aktif dan kreatif akan mendapatkan petunjuk Al-Qur‟an melalui pengajian dan pemahaman secara mendalam terhadap kitab Allah tersebut.

Mengingat pentingnya membaca Al-Qur‟an, Allah memerintahkan manusia untuk membacanya sebagaimana dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.

Yang memuat tentang perintah belajar membaca dan menulis sebagai kunci ilmu pengetahuan. Ayat tersebut adalah :



















































1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat diatas menjelaskan tentang perintah membaca dan menulis Al-Qur‟an, walaupun pada awalnya belum bisa membaca Al-Qur‟an maka

1

(13)

kewajiban umat muslim untuk mempelajari ilmu tajwid, karena tidak akan sempurna seseorang yang membaca Al-Qur‟an tanpa dilandasi dengan tajwid.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. Muzammil: 4















“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan- lahan”.

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa makna tartil membaca dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang serta memberikan kepada setiap huruf akan haknya (tajwid) seperti membaca dengan panjang dan idgham.

(Manna,1973: 270)

Berdasarkan wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah Saw. dalam Qs. Al-„Alaq secara tersirat dalam perintah membaca tersebut, mengandung arti bahwa dengan membaca, manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan dan mendorong manusia agar mencari ilmu pengetahuan. Dalam menggali ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Al- Qur‟an, terlebih dulu harus didalami adalah persoalan bacaan dan penulisan Al-Qur‟an itu sendiri.

Langkah pertama yang dapat ditempuh dalam mempelajari Al- Qur‟an dengan mula-mula diperkenalkan dengan huruf hijaiyah, membaca dan menulis Al-Qur‟an serta ilmu yang membahas tentang cara membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Salah satu jenjang pendidikan yang dapat memfasilitasi seseorang dalam mempelajari Al-Qur‟an adalah dengan mengikuti lembaga pendidikan formal yakni salah satunya yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Al-Qur‟an. SDN 12 Pasilihan

(14)

merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang ada di kecamatan X koto diatas kab. Solok.

Pembelajaran pendidikan Al-Qur‟an di Sumatera Barat terdapat dalam peraturan daerah provinsi Sumatra Barat nomor 3 tahun 2007 tentang pendidikan Al-Qur‟an tingkat SD, SMP, SMA DAN SMK dituntut untuk bisa membaca Al-Qur‟an hal ini terdapat pada pasal 2 dan 3 bab II yang isinya yaitu:

a. Pasal 2 yaitu: pendidikan Al-Qur‟an dimaksudkan sebagai upaya strategis dan sistematis dalam membangun dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencerminkan ciri-ciri kualitas manusia seutuhnya sebagai wujud pencapain cita-cita pendidikan nasional.

b. Pasal 3 yaitu: pendidikan Al-Qur‟an adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, pandai baca tulis Al- Qur‟an, berakhlak mulia mengerti dan memahami serta mengamalkan kandungan Al-Qur‟an.( Perda Provinsi Sumbar no. 3 tahun 2007, pasal 2 dan 3)

Dalam kurikulum pendidikan dasar mata pelajaran pendidikan Al- Quran yang memberikan pendidikan untuk pemahami dan mengamalkan Al-Quran sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan dan menyimpulkan dan mengamalkan isi kandungannya, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih sebagai pendalam dan perluasan bahan kajian dari pelajaran pendidikan Al- Quran.

Pembelajaran Pendidikan Al-Qur‟an merupakan sebuah kunci utama untuk bisa membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, sehingga dengan kebekalan ilmu tajwid ini dapat menghindari lidah dari kejanggalan dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an. Adapun tujuan mata pelajaran pendidikan Al-Qur‟an tingkat SD adalah:

(15)

a. Peserta didik mampu membaca dan menulis Al-Qur‟an sesuai dengan kaedah ilmu tajwid dan kaedah penulisan Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

b. Peserta didik gemar membaca dan menulis Al-Qur‟an

c. Peserta didik mampu menghafal minimal sepuluh surat pendek yang telah ditetapkan.

d. Peserta didik terbiasa membaca dan menulis Al-Qur‟an dengan baik dan benar. (Peraturan Daerah Sumbar nomor 3, pasal 13, 2007: 6)

Berdasarkan tujuan pendidikan Al-Qur‟an diatas dapat dipahami bahwa siswa dituntut untuk bisa membaca ayat-ayat Al- Qur‟an sesuai dengan kaedah ilmu tajwid, karena kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa lulusan sekolah dasar adalah siswa harus mampu membaca Al-Qur‟an dengan fasih serta mengunakan tajwid dengan benar.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru Pendidikan Al-Qur‟an Ibuk Ardiati, S.Pd.I di SDN 12 Pasilihan Kab. Solok dan tes langsung membaca Al-Qur‟an siswa pada tanggal 24 Januari 2018 pada saat disuruh untuk membaca Al- Qur‟an masih ada diantara siswa yang masih kurang dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid.

Seperti dari segi ketepatan dalam membaca ayat-ayat Al- Qur‟an seperti membaca Al-Qur‟an sesuai dengan hukum bacaan nun mati salah satunya dalam membunyi hukum bacaan ihkfa, iqlab, idgham bigunnah, kemudian masih ada di antara siswa yang kurang tepat dalam mengucapkan hukum bacaan mad, yang seharusnya hukum bacaan mad wajib muttasil dan mad wajib munfasil dibaca panjang 3 alif dibaca 1 alif begitu juga sebaliknya huruf yang seharusnya dibaca pendek dibaca panjang.

(16)

Kemudian dari segi ketepatan dalam melafazkan bunyi huruf atau makharijul hurufnya masih ada siswa yang masih kurang tepat dalam mengucapakannya seperti pengucapan huruf ط dibaca sama dengan huruf ؿ , kemudian pengucapan huruf ق dibaca sama dengan huruf ن., dimana seharusnya tempat keluar huruf ق pada pangkal lidah dan huruf ن keluar sedikit dari pangkal lidah, pengucapan huruf ص yang seharusnya tempat keluar hurufnya anatara ujung lidah dengan papan gigi dan ر tempat keluar hurufnya antara ujung lidah dengan ujung gigi.

Disisi lain hal ini juga di pengaruhi perkembangan zaman dan teknologi telah banyak mempengaruhi kemampuan siswa, termasuk dalam membaca Al-Qur'an. Hal itu disebabkan karena kurang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari terutama di rumah, banyak siswa yang lebih suka menonton televisi daripada membaca Al-Qur‟an.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis meneliti masalah tersebut dengan judul: “Kemampuan Membaca Al- Qur‟an Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur‟an SDN 12 Pasilihan Kab. Solok.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam pembahasan ini, yaitu:

1. Kemampuan membaca AL-Qur‟an siswa sesuai dengan makharijul huruf

2. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan nun mati dan mim mati

3. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan Mad

4. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan Alif Lam dan Hukum Bacaan Ro dan Lam tarqiq tafkhim

5. Kemampuan siswa mengenal sifat-sifat huruf Al-Qur‟an

(17)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti ingin membatasi masalahnya yakni pada aspek:

1. Kemampuan membaca AL-Qur‟an siswa sesuai dengan makharijul huruf

2. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan nun mati dan mim mati

3. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan Mad

4. Kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan alif lam dan hukum bacaan Ro dan Lam tarqiq tafkhim

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang ada dalam penelitan ini adalah: bagaimana kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa pada mata pelajaran pendidikan Al-Qur‟an SDN 12 Pasilihan Kab. Solok

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan membaca AL-Qur‟an siswa sesuai dengan makharijul huruf ?

2. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan nun mati dan mim mati ?

3. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan Mad ?

4. Untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sesuai dengan hukum bacaan alif lam dan hukum bacaan Ro dan Lam tarqiq tafkhim ?

(18)

F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat ilmiahPenelitian ini dapat memberikan pengetahuan, pemahaman dan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan yang terkait dengan kemampuan membaca Al- Qur‟an siswa pada mata pelajaran pendidikan Al-Qur‟an siswa SDN 12 Pasilihan kab. Solok.

b. Manfaat praktis

1) Bagi sekolah agar dapat mencetak generasi unggul dan berakhak mulia dan dapat mengembangkan pembiasaa- pembiasaan positif dengan anak gemar membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

2) Menjadi bahan pertimbangan bagi guru pendidikan Al-Qur‟an dan pihak terkait untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an.

3) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang penelitian dan teori-teori yang berkaian dengan pembahasan ini.

2. Luaran Penelitian

a. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SI di IAIN Batusangkar.

b. Hasil penelitian hendaknya bisa diterbitkan pada jurnal ilmiah, diseminarkan pada forum seminar nasional atau internasional dan sebagainya.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Membaca Al-Qur‟an

1. Pengertian kemampuan Membaca Al-Qur‟an

Kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan sesuatu. (Depertemen pendidikan dan Kebudayaan, 1990:

553). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan yang telah dilakukan individu dalam situasi tertentu.

Adapun pengertian membaca Al-Qur‟an menurut Ramayulis dalam bukunya metodologi pendidikan agama Islam ialah membaca Al- Qur‟an terdiri dari dua kata yaitu membaca dan Al-Qur‟an, membaca kata dasar nyata adalah baca artinya memahami sebuah karangan dengan menggunakan suara dan tidak menggunakan suara atau membaca dalam hati.(Ramayulis, 1998: 2)

Sedangkan kemampuan membaca Al-Quran adalah kemampuan membaca Al-Quran dapat diketahui dari pengetahuan seseorang membaca huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur‟an dengan lancar, sesuai dengan ketentuan ilmu membaca Al-Qur‟an seperti makhraj dan tajwid. (Hendri Guntor Tarigan, 2005: 10)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur‟an adalah kecakapan masing-masing individu dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

Dengan membaca manusia akan mendapatkan berbagi ilmu pengetahuan, untuk bisa membaca dengan baik suatu bacaan, seseorang terlebih dahulu dituntut harus mengenal huruf-huruf tersebut. Seperti bacaan bahasa Arab atau bacaan huruf-huruf hijaiyah dengan makhraj huruf yang sesuai dengan kaedah-kaedahnya, hal itu

8

(20)

sebagai dasar untuk bisa melafalkan dengan benar dan tepat ayat-ayat Al-Qur‟an.

Adapun fungsi membaca Al-Qur‟an sebagai berikut:

a. Sebagai nilai pahala, kegiatan membaca Al-Qur‟an satu persatu hurufnya di nilai satu kebaikan ini dapat di lipatgandakan hingga sepuluh kebaikan.

b. Sebagai obat yaitu obat terapi jiwa yang gundah, membaca Al- Qur‟an bukan saja amal ibadah, namun juga biasa menjadi obat penawar jiwa gelisah.

c. Memberi syafaat disaat umat Islam diliputi kegelisahan pada hari kiamat

d. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan diakhirat

e. Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan bagi yang salalu membaca Al-Qur‟an. (Syarifuddin, 2004:46-48)

2. Al-Qur‟an

Secara etimologi lafadz Al-Qur‟an sama kedudukannya dengan lafazh Qira‟at. Kedua lafazh ini merupakan masdar dari Qara‟a- yaqra‟u, yang berarti “membaca”. Jadi secara etimologi Al-Qur‟an berarti bacaan. (Hasan Zaini dan Radhiatul, 2010: 21). Didalam Al- Qur‟an sendiri ada pemakaian kata “Quran” dalam arti demikian sebagai tersebut dalam surat Al Qiyamah ayat 17,18 :





















17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

Sedangkan secara terminologi Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mu‟jizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. penutup para Nabi dan Rasul dengan perantara Malaikat Jibril yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An- Nas, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada umat

(21)

manusia secara mutawatir serta mempelajarinya adalah ibadah. (Hasan Zaini dan Radhiatul, 2010: 21-22).

Muhammad Salim Muhsin dalam Addul Mujib Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukli/diriwayatkan kepada umat manusia dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surat terpendek. (Abdul Mujib, 2006: 32)

Al-Qur‟an juga merupakan anugerah yang diberikan kepada umat Islam sebagai anugerah. Allah memberikan banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya baik dari segi membaca, menghafal, tafsir dan berbagai bidang keilmuan lainnya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt. dalam Qs. Al- Qamar: 17

















“dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”

Hal tersebut dapat dipahami bahwa untuk membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar bukanlah satu hal yang menakutkan, sehingga enggan untuk belajar. Sebab, Allah sendiri yang langsung memberikan jaminan kemudahan bagi hambanya yang mau belajar, memahami dan menelaah Al-Qur‟an. (Hidayat, 2011: 3-4)

Didalam ajaran Islam, bukan membaca Al-Qur‟an saja yang menjadi ibadah dan amal yang mendapat pahala dan rahmat, tetapi mendengar bacaan Al-Qur‟an pahalanya sama dengan orang yang membaca Al-Qur‟an.

Tentang pahala orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur‟an sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-„Araf: 204



















(22)

“dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Maksudnya jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al-Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.

Mendengar bacaan Al-Qur‟an dengan baik, dapat menghibur perasaan sedih, menenagkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendapat petunjuk. Itulah yang dimaksudkan dengan rahmat Allah, yang diberikan kepada orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur‟an dengan baik. (Abidin, 1992:155-156)

Keadaan orang mukmin tatkala mendengarkan bacaan Al-Qur‟an dijelaskan dalam Qs. Al-Anfal :2





































“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”

3. Nama-Nama Al-Qur‟an

Allah memberikan nama kitabnya dengan Al-Qur‟an yang berarti bacaan hal ini terdapat dalam Qs. Al-Qiyamah ayat 17-18





















17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

(23)

Selain Al-Qur‟an, Allah juga memberi beberapa nama bagi kitabnya, yaitu:

a. Al-Kitab: merupakan sinonim dari perkataan Al-Qur‟an, diberi nama Al-Kitab karena ayat-ayat Al-Qur‟an tertulis dalam bentuk kitab, sebagaimana tersebut dalam Qs. Al-Baqarah:2

















Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

b. Al-Furqan yang berarti pembeda, artinya Al-Qur‟an menjelaskan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk, adapun dasar bagi penamaan ini sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Furqan ayat 1





















“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.

c. Al-Dzikir yang berarti peringatan karena menurut Al-Zarkasyi Al- Qur‟an mengandung peringatan-peringatan, nasehat-nasehat, serta informasi mengenai umat terdahulu yang tentu saja sebagai peringatan dan nasehat bagi orang yang bertakwa. Ayat Al-Qur‟an yang menunjukkan hal ini adalah dalam Qs. Al-Anbiya‟: 24















































“Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan selain-Nya? Katakanlah:

"Unjukkanlah hujjahmu! (Al Quran) ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku. sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.”

(24)

d. Al-Mushaf, Allah menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa. Dalam surah Al- A‟la:18-19





















18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu,

19. (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa

Pada zaman Rasulullah Saw. para sahabat menulis Al- Qur‟an pada kayu, batu, kulit, dan pelapah kurma. Benda-benda yang telah ditulisi dengan ayat-ayat Al-Qur‟an itu disebut suhuf.

Setelah suhuf-suhuf itu dikumpulkan dan digabung menjadi satu, para sahabat menyebutnya Mushaf. Di antaranya bisa disebutkan Mushaf Ali dan Mushaf Abdullah bin Mas‟ud.

4. Dasar-Dasar Membaca Al-Qur‟an

Umat Islam dalam membaca Al-Qur‟an tentunya memiliki dasar yang kuat, bahkan merupakan perintah dari Allah saw dan Rasulullah saw. Adapun dasar membaca Al-Qur‟an tersebut ialah sebagai berikut:

a. Dasar Al-Qur‟an

Firman Allah yang berhubungan dengan dasar membaca Al-Qur‟an ialah surat Al-„Alaq ayat 1-5



















































1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(25)

Dengan demikian, ayat yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat yang mulia ini. Ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Dalam ayat-ayat tersebut terdapat peringatan tentang asal-usul penciptaan manusia yaitu dari segumpal darah.

Di antara kemuliaan Allah adalah mengajari manusia tentang hal-hal yang mereka belum ketahui, lalu manusia dimuliakan dan dihormati dengan adanya ilmu pengetahuan tersebut, yang merupakan keistimewaan Adam bapak manusia terhadap para malaikat. Ilmu pengetahuan kedua ada dalam otak, terkadang ada pada lidah, dan terkadang berupa tulisan-tulisan dengan jari-jari manusia untuk mengungkapkan sesuatu yang ada dalam otak serta ungkapan kalimat sebagai pengganti lidah.

b. Dasar Hadist

Hadits yang memerintahkan untuk membaca Al-Qur‟an, sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw yang artinya:

“Dari Uqbah bin Amir ra, dia berkata: “Pada suatu ketika Rasulullah saw keluar dari rumahnya, sementara kami sedang berada di ruang samping masjid. Tak lama kemudian beliau bersabda: „Siapakah di antara kalian yang ingin pergi setiap hari ke Buthan atau ke Aqiq, setelah itu datang dengan membawa dua ekor unta yang gemuk tanpa dosa dan tanpa memutuskan tali silaturahim?‟ kami menjawab, “tentu kami semua sangat menginginkannya ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, Pergilah ke masjid dan setelah itu pelajarilah dua ayat Al-Qur‟an, maka hal itu lebih bernilai daripada dua ekor unta; tiga ayat Al- Qur‟an lebih bernilai daripada tiga ekor unta dan begitu seterusnya.”(HR. Muslim)

Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa keutamaan untuk membaca Al-Qur‟an, karena dengan membaca Al-Qur‟an kita akan mendapatkan kemuliaan dan mendapat pahala yang lebih baik daripada dunia.

(26)

اُثّذح عفاَ ٍت عٍتّشنا ْٕٔ ّتٕث ٕتا اُثّذح ّىَا ٕهحنا ىهع ٍت ٍغحنا اُثّذح يايأ ٕتا وّلاع اتا عًع َّّا ٍع ولاع ٍتا ىُعٌ حتٔاعي دعًع لال مْاثناح

ّتاحص لا اعٍفؽ حياٍمنا وٌٕ ىذؤٌ َّّاف ٌاشمنا ٔأشلا لٕمٌ الله لٕعس

“ Telah di ceritakan kepada Hasan bin al-Hulwan, telah di ceritakan kepada kami Abu staubah dan dia adalah Rabi‟ bin nafi‟, telah diceritakan kami mu‟awiyah yakni ibnu salam dari zaid bahwa sesungguhnya ia telah mendengar Aba Umamah Al-Bahily dia berkata saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda : “Bacalah Al-Qur‟an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa‟at bagi orang yang membacanya”. (HR. Muslim).

5. Kandungan dan fungsi Al-Qur‟an a. Kandungan Al-Qur‟an

Adapun Isi kandungan Al-Qur‟an pada garis besarnya mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an merupakan pondasi utama bagi berlangsungnya pendidikan islam karena ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur‟an yang bersifat hakiki,

2) Prinsip-prinsip keimanan, yakni dokrin kepercayaan untuk meluruskan dan menyempurnakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah Swt., malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan takdir.

3) Prinsip-prinsip syari‟ah, yakni hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia dan dngan makhluk lainnya.

4) Janji dan ancaman yakni janji Allah kepada orang yang berbuat kebaikan dan ancaman bagi orang yang berbuat kejahatan.

5) Sejarah dan kisah-kisah masa lalu seperti kisah nabi dan rasul, orang-orang shaleh dan salah, masyarakat dan bangsa-bangsa terdahulu.

6) Ilmu pengetahuan yakni informasi tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi, bulan, bintang dan lainnya.

(Ali Anwar Yusuf, 2003:73-74)

(27)

b. Fungsi Al-Qur‟an

Al-Qur‟an menyebutkan beberapa fungsinya hadir ditengah-tenga manusia, yaitu menjadi Maw‟izhah, Syifa Al-Qalb, Hudan, Rahmah dan Al-Furqan

1) Maw‟izhah

Al-Qur‟an menyebut dirinya sebagai Al-Maw‟izhah dalam Qs. Yunus:57































“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Hal ini berarti bahwa ia sebagai pemberi nasehat dan peringatan kepada manusia. Nasehat Al-Qur‟an itu disertai dengan janji-janji, baik ancaman berua neraka bagi yang melanggar nasehat tersebut maupun ganjaran berupa surga bagi yang menurutinya. Nasehat dan dan peringatan itu dapat meluluhkan hati, sehingga jiwa diharapkan tertarik pada kebenaran yang disampaikannya.

Orang yang menangkap maw‟izhahnya itu hanyalah oarang-orang yang benar-benar hatinya mencari dan merindukan kebenaran, sebaliknya mempelajari Al-Qur‟an yang didasarkan pada keraguan tidak akan dapat melunakkan hati.

2) Syifa‟

Al-Qur‟an menyebutkan dirinya dengan syifa‟ dalam Qs.

Yunus: 57

(28)































Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang- orang yang beriman.”

Secara harfiah syifa adalah obat artinya Al-Qur‟an dapat mengobati penyakit yang timbul ditengah-tengah komunitas baik penyakit individu maupun masyarakat adapun penyakit individu seperti sters, kegundahan dan pikiran kacau dapat diobati dengan membaca Al-Qur‟an. Demikian pula penyakit- penyakit masyarakat, seperti skipa hedonisme, fitnah, kecanduan narkoba dan lainnya.

3) Hudan (petunjuk)

Kata hudan berasal dari kata hada. Dari kata ini juga terbentuk kata hidayah dan Al-Hadi berarti yang memperlihatkan dan memperkenalkan kepada hambanya jalan mengetahuinya, sehingga para hamba mengakui rububiyahnya.

Secara istilah berarti tanda yang menunjukkan hal-hal yang dapat menyampaikan seseorang kepada yang dituju. Maka Al- Qur‟an sebagai hudan berarti bahwa fungsi Al-Qur‟an adalah menjelaskan dan memberitahu manusia tentang jalan yang dapat menyampaikannya kepada tujuan hidup, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.

4) Rahmat

Al-Qur‟an sebagai rahmat mempeunyai tiga arti yaitu sebagai berikut:

a) Pertama ajaran yang terkandung didalamnya mengandung unsur kasih sayang. Ia berfungsi menyebarkan kasih sayang kepada seluruh makhluk.

(29)

b) Ajaran-ajaran tersebut bermaksud menanamkan perasaan lemah lembut dan kasih terhadap orang lain, bahkan alam sekitar. Perintah dan larangan serta ketentuan lainnya yang terdapat dalam Al-Qur‟an bermaksud membimbing manusia agar berada dalam kehidupan harmonis, saling mencintai dan saling menghargai.

c) Al-Qur‟an sebagai rahmat adalah bahwa kitab suci ini merupakan perwujudan rahmat Allah bagi manusia. Maka Allah menurunkan Al-Qur‟an untuk dijadikan pedoman agar dapat hidup layak dan harmonis.

5) Furqan (pembeda)

Secara harfiah kata furqan berasal dari kata faraqa, yang berarti pembeda. Al-Qur‟an menyebut dirinya sebagai pembeda antara yang benar dengan yang salah, antara yang hak dengan yang bathil, antar kesesatan dengan petunjuk dan antara jalan yang menuju keselamatan dengan jalan yang menuju kesengsaraan. (Yusuf, 2009:177-182)

6. Adab-Adab Membaca Al-Qur‟an

Dalam membaca kalam Allah atau Al-Qur‟an ada adab-adab yang harus dilakukan sebelum membaca Al-Qur‟an. Adapun adab-adab membaca Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

a. Waktu membaca Al-Qur‟an hendaklah suci dari hadast besar dan hadast kecil, bersih dan suci pakaian, tempat, menutup aurat dan sebaiknya menghadap kiblat.

Salah satu bentuk cara pemuliaan terhadap Al-Qur‟an adalah berada dalam keadaan suci. Hal ini dijelasakan dalam dijelaskan Allah dalam Qs. Al-Waqi‟ah ayat 77-79



























(30)

77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, 78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

b. Bacalah Al-Qur‟an dengan tartil, tenang, tawadhuk dan perhatian cara membacanya atau membacanya dengan indak dan tidak tegesa-gesa.

c. Membaca Al-Qur‟an dengan khusyuk

Allah menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang shahih dalam Qs. Al-Isra‟:109













“dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk”

d. Awali bacaan Al-Qur‟an dengan ta‟awuz (isti‟azah), Basmallah kemudian baru dibaca ayatnya.

Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 98:



















“Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”

Membaca Al-Qur‟an dengan tidak mengganggu orang yang sedang salat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang, bacalah dengan suara yang lirih secara khusyuk.( Hidayat,2011:14-17)

e. Dan tutuplah dengan membaca Shadaqalah

f. Berdo‟alah setelah selesai membaca Al-Qur‟an kepada Allah Swt.(Firdaus Mansur, 2005: 9)

(31)

7. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an

Membaca Al-Qur‟an mendatangkan syafaat, Al-Qur‟an bukan sekedar bacaan yang bernilai ibadah, ia pun bisa menjadi syafaat bagi siapa pun yang membacanya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

،ِهِباَحْصَِلِ اًعيِفَش ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي يِتْأَي ُهَّنِإَف َنآْرُقْلا اوُءَرْ قا

“ Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat kepada orang-orang yang mengikutinya (menjadi ahlinya).”. (HR.Muslim)

Hadist tersebut demikian jelas bahwa bagi siapa pun yang membacanya, akan mendapatkan syafaat atau pertolongan di hari kiamat kelak, inilah pahala luar biasa dari segala keutamaan membaca Al-Qur‟an. Selain mendapatkan syafaat, banyak keutamaan dan kedahsyatan sebagai efek dari membaca Al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

a. Melahirkan Ketenangan

Al-Qur‟an merupakan obat mujarab bagi seseorang yang sedang mengalami kegundahan hati, kegalauan, kekecewaan, kecemasan dalam hidupnya. Al-Qur‟an hadir dalam kehidupan manusia dengan harapan-harapan kebahagiaan dan memberikan kekuatan kepada manusia dengan pesan-pesan spritual yang akan menguatkan hati bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, bahwa Allah tidak pernah tidur dan merasa bosan untuk mendengar keluhan hambanya. Allah berfirman dalam Qs. Yunus:57































“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(32)

Firman Allah tersebut menegaskan bahwa Al-Qur‟an hadir dalam kehidupan manusia sebagai obat segala penyakit yang ada dalam dada manusia. Membaca Al-Qur‟an sama dengan menggunakan obat mujarab bagi penyakit hati.

b. Menyehatkan Fisik

Al-Qur‟an merupakan untaian firman-firman Allah yang maha baik, Al-Qur‟an selalu memberikan respons baik dari stimulus yang diberikan kepadanya. Allah mengisyaratkan bahwa Al-Qur‟an akam menyehatkan fisik pembacanya. Allah Swt.

berfirman dalam Qs. Al-Isra‟:82





























“dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”

c. Mencerdaskan Otak

Membaca Al-Qur‟an juga dapat mencerdaskan otak bagi pembacanya, secara lahiriah, otak berpa cairan sebanyak 70% dari tubuh. Berdasarkan teori tentang keajaiban air, maka air akan dipengaruhi dan merespons terhadap stimulus yang diberikan baik internal maupun eksternal, sedangkan Al-Qur‟an adalah stimulus terbaik. Selain itu membaca Al-Qur‟an juga dapat memacu aktivitas berfikir otak karena banyak sekali ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengajak manusia untuk berfikir dan menggali hikmahnya serta melakukan pembuktian ilmiah.

Diantara ayat-ayat Al-Qur‟an yang memacu aktivitas berfikir otak antara lain adalah Qs. Al-Ghasiyah: 17-20

(33)













































17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,

18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Ayat diatas memacu akal untuk senantiasa membuka mata hati serta pikiran untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah yang tersebar di alam semesta.(Ismarleni, 2016:14)

Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al- Qur‟an. Salah satunya adalah Al-Qur‟an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Bacaan Al-Qur‟an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Al-Qur‟an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti: memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa dan sebagainya. Hal ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur`an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya. (kusrinah,2013: 287)

(34)

Hal ini karena setiap ayat dalam Al-Qur‟an mengandung penyembuhan (syifa‟), bersifat kuratif, dan menekankan munculnya emosi positif. Selain itu susunan ayat dan gelombang suara Al-Qur‟an sesuai dengan gelombang getaran sel dan otak manusia. Sehingga diyakini Al-Qur‟an sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi daya gugah dan gubah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat melemahkan dan menguatkan jiwa dan fisik seseorang. (Rela Mar'ati, 2016: 36)

Menurut hasil penelitian, juga didapatkan ternyata membaca Al-Qur‟an sehabis magrib dan sesudah shubuh dapat meningkatkan kecerdasan otak 80% karena pergantian dari siang ke malam dan dari malam ke siang merupakan siklus yang tepat terhadap otak. Tiga aktivitas seperti membaca, melihat dan mendengar ayat-ayat Al-Qur‟an sangat bermanfaat bagi stimulasi sel-sel otak manusia.(Amana, 2015:44-45)

d. Mencegah Musibah

Membaca Al-Qur‟an juga akan menjauhkan seseorang dari musibah, perlindungan yang diberikan Allah akan mencegah dari marabahaya. Rasulullah dalam hadistnya mengatakan bahwa perhatian dan perlindungan Allah kepada orang-orang yang membaca Al-Qur‟an lebih baik dibandingkan dengan orang yang meminta perlindungan dari keutamaan orang yang memintanya.

e. Melipatgandakan Pahala

Membaca Al-Qur‟an merupakan momen dalam mengumpulkan pahala di sisi Allah, karena dengan membaca Al- Qur‟an Allah akan melipatgandakan pahalanya. Rasulullah Saw bersabda:

، ٌفْرَح ملا ُلوُقَأ َلَ ،اَهِلاَثْمَأ ِرْشَعِب ُةَنَسَحلاَو ،ٌةَنَسَح ِهِب ُهَلَ ف ِهَّللا ِباَتِك ْنِم اًفْرَح َأَرَ ق ْنَم ٌفْرَح ٌميِمَو ٌفْرَح ٌم َلََو ٌفْرَح ٌفِلَأ ْنِكَلَو

(35)

“Barangsiapa yang membaca satu haruf dari Kitabullah, maka ia akan mendapatkan kebaikan (pahala), dan pahalannya akan dilipatgandakan sebanyak 10 kali lipat. aku (Nabi sholallahu alaihi wa salam) tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim, itu satu huruf, tapi Alif satu huruf, Laam satu huruf, dan Miim satu huruf.”

(Hr. Muslim)

Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika membaca satu huruf dari Al-Qur‟an maka mendapatkan pahala 10 kebaikan. Maka, ketika membaca alif lam mim berarti mendapatkan 30 kebaikan. (Ismarleni,2016: 17-18)

8. Ketentuan dalam Membaca Al-Qur‟an

Ketentuan dalam Membaca Al-Qur‟an disesuaikan dengan ilmu tajwid. Tajwid secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan. Sedangkan pengetian ilmu tajwid dikemukan oleh Mahfan, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membaguskan bacaan huruf-huruf atau kalimat Al-Qur‟an dengan baik dan benar, sehingga bacaannya sempurna.( Mahfan, 2005: 5)

Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun bukan.

Hukum mempelajari ilmu tajwid menurut para ulama adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca Al-Qur‟an adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa. Ibnu Al-Jazri berkata: mempelajari ilmu tajwid adalah suatu keharusan dan bagi siapa yang membaca Al-Qur‟an tanpa menggunakan ilmu tajwid, maka ia berdosa. Karena itulah Allah menurunkan Al-Qur‟an dan begitu juga Al-Qur‟an sampai kepada generasi sekarang.(Mahfan, 2005: 5)

Disamping itu tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah agar lidah terhindar dari kesalahan dan perubahan dalam membaca Al-Qur‟an serta untuk memelihara bacaan Al-Qur‟an. (Hidayat, 2011: 43) Jadi

(36)

mempelajari ilmu tajwid sangat bermanfaat bagi seseorang yang membaca Al-Qur‟an agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur‟an, maka diharuskan untuk belajar tajwid. adapun ruang lingkup ilmu tajwid adalah sebagai berikut:

a. Makharijul Huruf

1) Pengertian Makharijul huruf

Pengertian makhraj ditinjau dari segi etomologi, berasal dari fi‟il madi جشخ yang artinya keluar. Bentuk jamaknya adalah جساخي karena itu, makharij al-huruf dalam bahasa Indonesia menjadi makhraj huruf, artinya tempat-tempat keluarnya huruf. Secara sederhana dapat dipahami bahwa makharij al-huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf-huruf itu dibunyikan.

Makharijul huruf menurut bahasa adalah membunyikan huruf, sedangkan menurut istilah makharijul huruf adalah tempat atau letak dari mana huruf-huruf itu dikeluarkan atau membunyikan huruf-huruf yang ada dalam Al-Qur‟an (Asy‟ari, 1987: 46)

Makharijul huruf sendiri merupakan cara seseorang banyak melakukan kesalahan ketika melafalkan suatu huruf. Hal ini disebabkan bunyi hurufnya sama. (Hidayat, 2011: 37)

Jadi memelihara bacaan pada hakikatnya memelihara makna dan sekaligus memelihara Al-Qur‟an secara keseluruhan. Dengan demikian membaca Al-Qur‟an dengan menerapkan teori makhraj secara tepat guna wajib hukumnya.

Ini termasuk memelihara dan mempertahankan Al-Qur‟an dari penyimpangan atau perubahan.

2) Macam-Macam Makharijul Huruf

Menurut para ahli, tempat keluarnya huruf yang pokok ada lima, yaitu:

(37)

a) Maudhi‟ Jauf

Artinya tempat keluarnya huruf pada rongga mulut.

(jauf artinya rongga mulut) hurufnya ada 3 yaitu: ي ٔ ا (1) Alif mati, yang sebelumnya berbaris fathah) Misalnya:

َناٌَِّا َلاَي–

(2) Waw mati, yang sebelumnya berbaris dhammah Misalnya: إُْي ُْٕل-- إ ُناَل

(3) Yaa mati, yang sebelumnya berbaris kasrah Misalnya:

مٍِْل َظٍِْع–

b) Maudhi‟ Halaq

Artinya tempat keluarnya huruf-huruf hijiaiyah pada tenggorokan hurufnya ada 6 yaitu: ج غ ح ع ِ ء

Maudhi‟ halaq mengandung 3 tempat keluarnya huruf yaitu:

(1) Ujung tenggorokan (Adnal-Halq) adalah tempat keluarnya 2 macam huruf yaitu خdan غ Misalnya: ىُْ ٌشٍَْغ

– ىُْ ُشٍَْخ

(2) Tengah tenggorokan (Wasathal Halq) adalah tempat keluarnya 2 macam huruf yaitu: ع dan ح Misalnya: ْىَُُْٓع – ٌجَشْغَح

(3) Pangkal tenggorokan (Aqshal Halq) adalah tempat keluarnya 2 macam huruf yaitu: ء dan ْا Misalnya: ْىََُْٓا- ىَُٓذَزََْأَأ

c) Maudhi‟ Lisan

Artinya tempat keluarnya huruf dari lidah, maudhi‟

lisan mengandung 10 tempat keluarnya huruf yaitu:

(1) Pangkal lidah yaitu tempat keluarnya huruf ق contohny:

ٍٍِِْمَّرُي

(2) Keluar sedikit dari pangkal lidah yaitu tempat keluarnya huruf ن Misalnya: ِناٌَِّا

(38)

(3) Tengah lidah dengan langit-langit yaitu keluarnya huruf

ج – ػ – ي Misalnya: آٌَََّااٌَ– ٌاَطٍَّْؾنا ٍَِي– ذَْ اَج ٍِْي

(4) Ujung lidah dengan papan gigi sebelah atas yait tempat keluarnya huruf ط– ص– ؿ Misalnya:اس ُْٕثَص– ٌءإََع– َشَيَص (5) Ujung lidah dengan pangkal gigi sebelah atas yaitu

tempat keluarnya huruf ط– د– خ Misalnya:– اَجَسَد– ٌُْٕكَذ خٕناَط

(6) Ujung lidah dengan ujung gigi yaitu tempat keluarnya huruf ظ– ر– ز Misalnya:ٌٕناَظ– َةََْر– ٌحَث َلاَث

(7) Pinggir lidah dengan geraham yaitu tempat keluarnya huruf ض Misalnya: َبَش َض

(8) Ujung lidah dengan langit-langit yaitu tempat keluarnya huruf ٌ Misalnya: َشَفََ

(9) Kepala lidah dengan langit-langit yaitu tempat keluarnya huruf ل Misalnya: ٌُْٕن ِمَل

(10) Maudhi‟ Asy Syafatain Artinya tempat keluarnya huruf yang terletak di dua bibir. Maudhi‟ syafatain mengandung 4 tempat keluarnya huruf yaitu:

(a) Gigi atas dengan perut bibir sebelah bawah yaitu tempat keluarnya huruf ف Misalnya: دَحُفَٔ

(b) Antara dua bibir yaitu tempat keluarnya huruf ٔ Misalnya: اََْذِعأََٔ

(c) Pada kedua perut bibir yaitu tempat keluarnya huruf ب Misalnya: ٌباَت

(d) Pada kedua perut bibir yaitu tempat keluarnya huruf و Misalnya: ٍٍَِْمْرُي

d) Maudhi‟ Al-Khaisyum

Artinya tempat keluarnya huruf yang terletak di pangkal hidung atau disebut juga huruf yang: keluar dari padanya adalah semua ghunnah (dengung) miaslya pada

(39)

waktu huruf nun dan mim ketika bertasydid atau Ketika iffa. Misalnya: اََّا- اَّيا (Fanhayus, 2015: 2)

Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur‟an memiliki tempat keluarnya masing-masing ketika membacanya.

b. Hukum Nun Mati Atau Tanwin

Hukum nun mati atau tanwin dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu:

1) Idzhar

Apabila ada nun sukun (mati) atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi ( ا ح خ ع غ ِ ) maka hukum bacaannya adalah idzhar halqi. Contohnya: َدًَْعََْأ– ْىُُِْٓي

2) Idgham

Idgam artinya memasukkan, sedangkan menurut istilah, idgam adalah bertemunya huruf yang bersukun dengan huruf yang berharakat dalam hal ini huruf idgam sehingga kedua huruf tersebut menjadi satu huruf dan huruf yang kedua menjadi bertasydid. Kemudian lisan mengucapkan huruf tersebut dengan sekali ucapan. Idgam dalam kaitan hukum nun mati atau tanwin dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Idghom Bighunnah

Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ( ي ٌ و ٔ ) maka harus dibaca Idghom Bighunnah (lebur dan berdengung). Contohnya: َمًَْعٌَ ًٍََْف b) Idghom Bilaghunnah

Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ( ل س ) maka harus dibaca Idghom Bilaghunnah artinya lebur tidak berdengung. Contohnya:

ِقْصِس ٍِْي - َُِشٌَ ْىَن ٌَْا

(40)

3) Ikhfa‟

Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu salah satu huruf خ ز ج د ر ص ط ػ ؿ ض ط ظ ف ق maka harus dibaca ikhfa.

Cara membacanya adalah suara nun maupun tanwin masih tetap terdengar tetapi samar- samar. Contohnya: ِِّهٍِْثَع ٍَْع 4) Iqlab

Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba ( ب) maka wajib dibaca Iqlab, artinya mengganti bunyi nun sukun atau tanwin dengan suara mim ( و), dengan merapatkan dua bibir serta mendengung. Contohnya: ٍٍَِْت ٍِْي (Mahfan, 2005:

13-17)

c. Hukum Mim Sukun atau Tanwin

Apabila mim sukun bertemu huruf hijaiyah hukum bacaannya ada tiga macam:

1) Izhar Syafawi

Apabila ada mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah selain mim ( و) dan ba ( ب), Contohnya: ٌٍاََُت َّمُك ْىُُِْٓي

2) Ikhfa Syafawi

Apabila mim sukun bertemu dengan huruf ba (ب) maka harus dibaca ikhfa syafawi. Cara membacanya harus disuarakan samar-samar di bibir dan didengungkan.

Contohnya: ْىُكٍََُْت ْىُكنإَْيَا 3) Idghom Mutamatsilain

Apabila mim sukun bertemu dengan mim ( و) maka harus dibaca Idghom Mimi. Contohnya: ُلُْٕمٌَ ٍَْي َّىُُِْٓئَ. (Fanhayus, 2015: 8)

d. Mad dan Macam-macamnya

Mad adalah memanjangkan bacaan suara huruf dengan panjang satu alif atau dua harokah, dua alif atau empat harakoh dan tiga alif atau enam harokah. Huruf mad ada tiga, yaitu alif, wau

(41)

dan ya ( ئا ). Mad terbagi menjadi dua macam, yaitu mad asli (tabi‟i) dan mad far‟i.

1) Mad Tabi‟i

Mad artinya panjang sedangkan thobi‟i artinya biasa, hukum bacaan disebut mad thobi‟i yaitu bila huruf yang dipanjangkan bunyi suaranya berupa:

a) Alif mati ا, yang sebelumnya berbaris fathah b) Waw mati ْٔ, yang sebelumnya berbaris dhammah

c) Yaa mati ْي, yang sebelumnya berbaris kasrah Sebagai contoh: Cara membacanya harus dipanjangkan satu alif atau dua harokah. Yang dimaksud harakat adalah gerakan atau ketukan yang sederhana cepatnya. Huruf-huruf yang bertanda panjang wajib dibaca panjang.

2) Mad Far‟i

Disebut mad far‟i (cabang), karena mad ini bercabang- cabang dan ada 13, yaitu:

a) Mad Wajib Muttasil

Mad yang bertemu dengan hamzah dalam satu kata.

Mad ini dibaca panjang sampai dua setengah alif atau lima harakah ketika washal dan dibaca 4,5 atau 6 harakat ketika waqaf. Contohnya: َءآَج- ٌءإََٓع

b) Mad Jaiz Munfashil

Jaiz artinya boleh sedang munfashil artinya terpisah, hukum bacaan disebut mad jaiz munfashil adalah apabila mad thobi‟i bertemu dengan hamzah dalam dua kata atau terpisah. Mad ini dibaca empat, lima harakat ketika washal, dan dibaca dua harakat ketika waqaf.

Contohnya: ِضَُْأ اًَِت ْىُرَْأ (Rauf, Al-Hafizh, 2014: 107-108) َلا َٔ

c) Mad Lazim Mutsaqqol Kilm

Lazim artinya pasti sedangkan mutsaqqol artinya diberatkan dan kilmi dari kata kalimah artinya kata. Hukum

(42)

bacaan disebut Mad lazim mutsaqqol kilm adalah apabila mad thobi‟i bertemu dengan huruf yang bertasydid di dalam satu perkataan. Membacaya harus dipanjangkan lebih dahulu baru ditasydidkan dan panjangnya sampai enam harokah atau tiga alif dengan tetap memperhatikan huruf rangkap yang ditandai dengan tasydid sesudah mad.

Contohnya:ًناضنالأ

d) Mad „Aridl Lisukun

„Aridl artinya tiba-tiba ada sedangkan sukun artinya mati, hukum bacaanya disebut Mad „aridl lisukun adalah berlakunya ketika wakaf (memberhentikan bacaan) pada huruf diakhir kalimat, yang mana huruf sebelumnya huruf tersebut ada salah satu dari pada huruf mad asli ( alif atau waw mati sebelumnya baris depan).Membacanya ada tiga cara: dipanjangkan sampai tiga alif ini lebih utama, dibaca panjang sampai dua alif ini bacaan sedang dan dibaca panjang satu alif ini bacaan yang pendek. Contohnya: ًٌََُْٕهْعَذ e) Mad Lazim Mukhoffaf Kilmi

Mukhoffaf artinya diringankan hukum bacaannya disebut Mad lazim mukhoffaf kilmi adalah apabila mad thobi‟i bertemu dengan huruf yang berharokah sukun tidak diakhir perkataan. Membacanya dipanjangkan tiga alif atau enam harokah. Contohnya:ٌلاآ (Tekan, 2006: 103-107) f) Mad Lain

Lain artinya lunak hukum bacaan disebut mad lain adalah apabila huruf mad, baik yang berupa wau sukun atau ya sukun, huruf yang sebelumnya berharokah fathah.

Membacanya dengan lunak dan lemas serta tidak dipangjangkan.Contohnya: ٌِّْ َذٌَ ٍٍََْت

(43)

g) Mad Sillah Qoshiroh

Shillah artinya hubungan sedangkan qoshiroh artinya pendek, hukum bacaannya disebut Mad sillah Qoshiroh adalah mad yang terdapat pada huruf ha dhamir muzakar, panjangnya satu alif ketika washal.

Contohnya : اَت إََّذ ٌَاَك ََِّّا h) Mad Shilah Thilawah

Yaitu mada yang terdapat pada huruf ha dhamir muzakar yang ssudahnya ada hamzah panjangnya dua alif ketika washal. Contohnya: َّلاِا ًِّْهَع ٍِْي

i) Mad „Iwad

Mad „Iwad yaitu mad yang terjadi di ujung kalimat yang mempunyai tanda baris fathah tanwin yang diwaqafkan. Panjang bacaan mad ini dua harakat (satu alif).

Contohnya : اًشٍِْثَخ– اًًٍِْكَح j) Mad Badal

Mad Badal yaitu mad yang terjadi pada huruf hmzah, yang biasanya ditandai dengan tanda garis tegak.

Disebut dengan mad badal, karena tanda garis tegak itu sebagai pengganti dari huruf hamzah. Mad ini dibaca panjang dua harakat. Contohnya : ُْٕذ ُْٔا - اًَاًٌَِْا

k) Mad Farqy

Mad farqy yaitu mad badal yang didepannya bertemu dengan huruf yang bertasydid. Mad ini disebut mad farqi karena dengan mad ini dapat dibedakan antara kalimat tanya (istifham) dengan kalimat berita (khabar).

Panjangnya 6 harakat. Contohnya: ا ٰء ْمُلُالله l) Mad Lazim Mutsaqal harfi

Yaitu mad yang ada pada huruf-huruf hijaiyyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur‟an ada

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kajian al-Qur‟an adalah mentelaah atau meneliti mengenai ayat-ayat al-Qur‟an dan yang berkaitan dengannya seperti ilmu-ilmu

Metode maudhu‟i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur‟an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-

Latar belakang masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa kelas X dan Bagaimana peran guru mata pelajaran al-Islam

Kemampuan membaca Al- Qur‟an merupakan keterampilan yang wajib dikuasai siswa sebagai harapan untuk menjadi anak saleh yang di antaranya pandai membaca Al- Qur‟an

Sesungguhnya dalam membaca al-Qur‟ān, seseorang itu perlulah mengetahui ilmu yang berkaitan tentang al-Qur‟ān seperti ilmu bahasa Arab, tajwid dan qirā‟at. Ilmu-ilmu yang

Jawaban Responden: meskipun baru sampai di Qira'atî 6 namun sudah bisa membaca al-Qur'an dengan baik sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, bahkan sampai mewakili sekolah yang

Berdasarkan Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di MTs Negeri di Kota Mataram menunjukkan bahwa peneliti melihat proses pembelajaran Al-qur‟an Hadis yang dilakukan oleh guru

Metode Qiroati merupakan metode membaca al-Qur‟an yang lansung mempraktekkan bacaan al-Qur‟an secara tartil sesuai dengan kaedah ilmu tajwid.6 Oleh karena itu, dengan adanya metode