• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indah Wahyuni, M.Pd 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indah Wahyuni, M.Pd 1"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Indah Wahyuni, M.Pd1

Abstract: Leadership of an institution or organization always wants to work to motivate any staff or subordinates, with high expectations of work motivation will foster good performance and will produce superior achievement and quality. In the motivation to staff or subordinates, leaders of institutions or organizations have different ways. Among a Principal should be a role model, both for teachers and staff and students. With the example will result in strong leadership so that in turn the national education goals can be achieved so that the next generation will be the generation of smart, skilled and self-sufficient.

Based on the background described above, the problem under study is formulated as follows: a) How much influence philosophy of Ki Hajar Dewantara “ ing ngarsa sung tuladha” for principals to the improvement of teacher performance?, B) How much influence philosophy Ki Hajar Dewantara “tut wuri handayani” for principals to the improvement of teacher performance? C) How much influence simultaneously philosophy Ki Hajar Dewantara Ing ngarsa sung tuladha and tut wuri handayani for principals to the improvement of teacher performance?.

Kind of research is a quantitative study with a survey method. As for the population and at the same sample in this study were all teachers SMPN 01 Wuluhan Jember totaling 50 people. Techniques of data collection by questionnaire division/questionnaire with Likert scale. Analysis of the data using the formula simple correlation and double correlation techniques computer-assisted with SPSS 13.

The results also show; (1) a significant difference between the philosophy of Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” to the Head of School with teacher performance. Correlation coefficient of 0.863 indicates the level of closeness between the two variables is very strong, (2) effect Philosophy Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” Principal for the performance of teachers, the result is a correlation coefficient of 0.893. Correlation coefficient of 0.893 indicates the level of closeness between the two variables is very strong (3) effect between philosophy Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” for Principal, Philosophy Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” Principal for the performance of teachers simultaneously has a correlation coefficient (R) 0.934, addressing the level of closeness between these three variables is very strong, while the magnitude of the effects of both the philosophy of the teacher's performance is equal to 87.23%.

Keywords: Philosophy Ki Hajar Dewantara, Teacher Performance

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuh-kan pendidimembutuh-kan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidimembutuh-kan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. “Selain itu pendidikan sangat penting sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik untuk membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positip sambil mengembangkan potensi kepribadiannya”2. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas luasnya kepada sekolah untuk mengembangkan berbagai potensi memerlukan peningkatan kemampuan (Kompetensi) kepala sekolah dalam berbagai aspek manjerial. Peranan kompetensi Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru sangat penting, karena dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu pendidikan itu sendiri. Kepala Sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai manajer. Kepala sekolah adalah seorang manajer dengan tugas memimpin dan mengelola, hal itu sangatlah mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan karena perlu kete-rampilan khusus dan pengorbanan terutama adalah keteladanan.

Pimpinan suatu lembaga atau organisasi selalu ingin menumbuhkan motivasi kerja kepada setiap staf atau bawahannya, dengan harapan motivasi kerja yang tinggi akan menumbuhkan kinerja yang baik dan akan menghasilkan prestasi yang unggul dan bermutu. Dalam menumbuhkan motivasi kepada staf atau bawahan, pimpinan lembaga atau organisasi mempunyai cara yang berbeda. Diantaranya seorang Kepala Sekolah harus menjadi suri teladan, baik bagi guru dan stafnya maupun siswa. Dengan keteladanan akan menghasilkan kepemimpinan yang kuat sehingga pada gilirannya tujuan pendidikan nasional dapat tercapai sehingga generasi penerus bangsa akan menjadi generasi yang cerdas, terampil dan mandiri3.

2Sanusi, A. (1998). Pendidikan Alternatif. Bandung: Grafindo Media Pratama. Hal: 267.

(3)

Keteladanan dilakukan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolah sehingga tercapai apa yang diamanatkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Menurut Suparto4, keberhasilan kepemimpinan di sekolah yaitu keberhasilan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh hal-hal pokok meliputi: kepribadian, keteladanan, pemahaman konsep, kompetensi manajerial, dan profesio-nalisme kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang dapat memanfaatkan kritik, saran dan masukan dari siapapun sebagai bahan pijakan untuk maju dan memperbaiki kekurangannya. Hal ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantoro yang sering kita dengar di sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya serta sering kita baca di dalam buku-buku sejarah adalah ungkapan: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Ungkapan tersebut sangat universal untuk diterapkan di dunia pendidikan sebagai referensi kepemimpinan yang digali dari falsafah bangsa Indonesia5.

Menurut Mathis dan Jackson6 banyak kajian telah dilakukan untuk meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya kinerja guru tidak hanya tergantung pada faktor internal guru, melainkan juga tergantung pada faktor external guru. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi diantaranya kepemimpinan, lingkungan kerja, pendidikan, organisasi dan masih banyak lagi.

Perilaku kerja guru yang timbul akibat persepsi terhadap kepala sekolah telah dipengaruhi oleh filosofi Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu

4Suparto. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2012. Hal: 68.

5 http://gurupinilih. blogspot.com/2008/05/model-kepemimpinan-pendidikan.html

6 Mathis, Robert. L & Jackson John. H, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal: 82.

(4)

menanamkan filosofi Ki Hajar Dewantara secara terus menerus terhadap kepemimpinan yang telah dijalankan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan dan tipe kepemimpinan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh bawahan, (terutama guru) sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif terhadap kepemimpinan kepala sekolah7.

Peneliti menfokuskan fiosofi ini pada dua ungkapan ing ngarsa sung tuladha dan tut wuri handayani dari tiga ungkapan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro yang menyebutkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki 3 sifat agar dapat menjadi panutan bagi bawahan, yaitu: “(1) Ing Ngarsa Sung Tuladha, (2) Ing Madya Mbangun Karsa, dan (3) Tut wuri Handayani”.8

Filosofi Ki Hajar Dewantoro bagi kepala Sekolah berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Hal ini sependapat dengan Suparto menyimpulkan bahwa “Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya”9. Dalam kaitannya dengan kinerja kepala sekolah yang perlu diperhatikan

dan dipahami adalah setiap kepala sekolah yang profesional bertanggung jawab mengarahkan dan meningkatkan produktifitas kerja tenaga kependidikan dengan memiliki indikator kompetensi kepala madrasah yang meliputi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Profesiolisme guru ditunjang oleh 10 kompetensi dasar yang harus dikuasai, meliputi (1) menguasai bahan ajar, (2) mengelola proses belajar mengajar, (3) Mengelola kelas, (4) menggunakan media/sumber belajar, (5) menguasai landasan-landasan pendidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan dan bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guru untuk keperluan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami pentingnya filosofi Ki Hajar Dewantara bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Rangkaian

7 Prabowo Pudjo Widodo ” Konsep Dasar SEM ( Structural Equation Modeling)”, Jakarta, 2006. Hal: 15. 8 Suparto. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2012. Hal: 104. 9 Suparto. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara, Hal: 104.

(5)

kata yang merupakan ungkapan filosofi ki hajar dewantara bermakna bagaimana seorang pemimpin seharusnya, bagaimana seorang pemimpin harus bersikap, dan bagaimana seorang pemimpin memotivasi bawahannya, maka dapat dikatakan disini bahwa Ki Hajar Dewantoro lebih menekankan kepada pemimpin dan calon-calon pemimpin bahwa yang utama harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah suatu sikap keteladanan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan yaitu: Jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat (berkarakter). Bila para pemimpin memiliki sikap ketaladanan, maka tatanan kehidupan di dalam Pemerintahan akan lebih baik dan permasalahan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin terutama permasalahan permasalahan di bidang pendidikan.

METODE

Jenis penelitian dalam penulisan tesis ini adalah Penelitian kuantitatif dengan metode survei. Data dan informasi dalam penelitian dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.

Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian asosiatif (pengaruh) yang bersifat pengaruh sebab akibat (kausal), dimana variabel bebas mem-pengaruhi variabel terikat secara langsung. Menurut jenis data dan analisisnya, penelitian ini menggunakan analisis gabungan antara kuantitatif dengan kualitatif, dimana analisis utamanya lebih difokuskan kepada analisis kuantitatif, sedangkan analisis kualitatif sebagai pelengkap.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu, variable X1 (Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah), variabel X2 (Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tutwuri Handayani” bagi Kepala Sekolah), serta satu variabel terikat yaitu kinerja guru (Y). Kedua variabel bebas (X1 dan X2 ) dihubungkan

dengan variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini akan dicari pola pengaruh (1) Pengaruh antara variabel X1 dengan variabel Y, (2) Pengaruh antara variabel X2 dengan

variabel Y, dan (3) Pengaruh antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan

(6)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember yang berjumlah50 orang yang sekaligus sebagai sampel dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini disebut dengan penelitian populasi. Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara pembagian angket/kuesioner dengan skala Likert, dengan cara membagikan angket kepada seluruh guru yang menjadi sampel penelitian . Dalam angket tersebut meliputi data tentang variabel Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, variabel Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah, serta variabel kinerja guru. Angket tersebut diambil kembali setelah diisi oleh responden. Tujuan digunakannya teknik pengumpulan data adalah untuk mendapatkan data yang selanjutnya dipergunakan untuk menguji dan membuktikan hipotesa.

Untuk menentukan pengaruh variabel Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, variabel Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tutwuri Handayani” bagi Kepala Sekolah, serta variabel kinerja guru digunakan Teknik korelasi Ganda dengan bantuan program komputer dengan SPSS 13

HASIL

Nilai korelasi yang diperoleh untuk Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolah (X1) dengan kinerja guru (Y) sebesar 0,863 dengan

taraf signifikasi uji dua pihak Sig. (2-tailed) sebesar ,000 berarti nilai koefisien korelasinya (r) sebesar 0,863 termasuk kategori sangat kuat, dengan demikian dapat dibuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru.

Sedangkan nilai korelasi untuk Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah (X2) dengan kinerja guru Y sebesar 0,893 dengan taraf

signifikasi uji dua pihak Sig. (2-tailed) sebesar ,000 berarti nilai koefisien korelasinya (r) sebesar 0,893 termasuk kategori sangat kuat dengan demikian dapat dibuktikan terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru.

Pengaruh antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah secara simultan terhadap kinerja guru yang

(7)

dihitung dengan koefisien korelasi (R) adalah 0,934 atau (rY.X1.X2 = 0,934) hal ini

menunjukan pengaruh yang sangat kuat, sedangkan koefisein determinasinya 87,24% artinya bahwa Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah memiliki pengaruh sebesar 87,24% terhadap kinerja guru, sedangkan sisanya 12,76% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain misalnya, kinerjanya atau kompetensi yang lainnya.

Selain itu, untuk membuktikan kebenaran hipotesis, maka kita gunakan dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig Fchange atau (0,05  sig. Fchange), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

signifikan .

b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig Fchange atau (0,05  sig. Fchange), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

signifikan .

Dari Model Summary diperoleh nilai R sebesar 0,934 artinya tingkat keeratan pengaruh variabel Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru sangat kuat. Sedangkan nilai probabilitas (sig.Fchange) = 0,000. Karena nilai sig.Fchange < 0,05, artinya Filosofi Ki Hajar

Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Guru.

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru. Ini dibuktikan angka koefisien product moment sebesar 0,863, sedangkan t-hitung 11,861 lebih besar dari t-tabel yaitu 2,000. Nilai koefisein 0,863 menunjukan tingkat keeratan antara dua variabel tersebut sangat kuat. Besarnya koefisien korelasi Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolah kepala sekolah dengan kinerja guru adalah sebesar 0,863 dan koefisien determinasinya 74,5%. Artinya bahwa pengaruh Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru sangat signifikan. Dan kinerja guru dipengaruhi oleh Filosofi Ki Hajar Dewantara

(8)

“Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah sebesar 74,5%, sedangkan sisanya 25,5% merupakan faktor lain, misalnya kepemimpinan, kinerja atau kompetensi kepala sekolah lainnya.

Sedangkan koefisien product moment sebesar 0,893, sedangkan t-hitung 13,783 lebih besar dari t-tabel yaitu 2,000, maka berdasarkan kriteria uji, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru. Nilai koefisein 0,893 menunjukan tingkat keeratan antara dua variabel tersebut sangat kuat. Besarnya koefisien korelasi Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah kepala sekolah dengan kinerja guru adalah sebesar 0,893, sedangkan kooefisein determinasinya 79,7%. Artinya bahwa pengaruh Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru sangat signifikan. Dan kinerja guru dipengaruhi oleh Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah sebesar 79,7%, sedangkan sisanya 20,3% merupakan faktor lain, misalnya kepemimpinan, kinerja atau kompetensi kepala sekolah lainnya.

Besarnya pengaruh antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah secara simultan terhadap kinerja guru yang dihitung dengan koefisien korelasi (R) adalah 0,934 atau (rY.X1.X2 =

0,934) hal ini menunjukan pengaruh yang sangat kuat, sedangkan koefisein determinasinya 87,24% artinya bahwa Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan ”Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah memiliki pengaruh sebesar 87,24% terhadap kinerja guru, sedangkan sisanya 12,76% dipengaruhi oleh sebab-sebab lain misalnya, kinerjanya atau kompetensi yang lainnya.

PEMBAHASAN

Tiga rangkaian kata yang merupakan ungkapan filosofi Ki Hajar Dewantoro bermakna bagaimana seorang pemimpin seharusnya, bagaimana seorang pemimpin harus bersikap, dan bagaimana seorang pemimpin memotivasi bawahannya, maka dapat dikatakan di sini bahwa Ki Hajar Dewantoro lebih menekankan kepada pemimpin dan calon-calon pemimpin bahwa yang utama harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah suatu sikap keteladanan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan yaitu: Jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat (berkarakter). Bila para

(9)

pemimpin memiliki sikap ketaladanan, maka tatanan kehidupan di dalam Pemerintahan akan lebih baik dan permasalahan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin terutama permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan. (Suparto, 2012:104 ). Dari 50 orang sampel penelitian, hampir 89 % Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dimiliki oleh Kepala Sekolah dan 77,7% Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” dimiliki oleh Kepala Sekolah.

Filosofi Ki Hajar Dewantara adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan yang menyeluruh dari ajaran Ki Hajar Dewantara, sebagai suatu proses usaha perbaikan dan peningkatan kualitas guru menuju ke arah yang profesional sehingga guru memiliki kemampuan dalam bidang mendidik, mengajar dan melatih peserta didik, memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugasnya, memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup dan mampu menjujung tinggi kode etik jabatan. Dari filosofi Ki Hajar Dewantara ini, pada umumnya kepala sekolah mengharapkan adanya perubahan perilaku dalam berbagai kegiatan sehingga dapat mengembangkan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dan pada akhirnya mampu meningkatkan proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan, bantuan serta dukungan pada guru-guru sehingga tercipta suasana sekolah yang kondusif.

Ing ngarso sung tulodho, artinya dihadapan staf, pemimpin harus dapat memberi teladan kepada seluruh bawahan atau staf yang dipimpin, untuk berlaku jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat (berkarakter). Ing madyo mangun karso, yang artinya diantara (dalam kebersamaan dengan) staf yang dipimpinnya, pemimpin harus dapat membangkitkan semangat (motivasi) kepada seluruh staf dan menjadi mitra yang sejajar untuk bersama-sama maju menjadi agen pembaruan, dan mengajak staf untuk membangun gagasan dan kemudian mewujudkannya secara bersama-sama. Dan Tut Wuri handayani, yang artinya pemimpin pada saat dibelakang (ada maupun tidak ada staf) selalu berusaha memberikan kepercayaan kepada staf yang dipimpin, mendorong dan mendukung setiap staf untuk tampil maju menunjukkan kemampuannya.

Kepemimpinan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan sesuai dengan paradigma perkembangan pendidikan di Indonesia adalah Falsafah

(10)

kepemim-pinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro yang bila dijabarkan akan menjadi 7 (tujuh) kepribadian pemimpin meliputi:

a. Keteladanan, yaitu pemimpin harus memiliki sikap dan kepribadian yang dapat diteladani oleh staf dan bawahan yang dipimpin.

b. Motivasi, yaitu pemimpin harus senantiasa memberikan motivasi kepada staf yang dipimpin untuk selalu mengembangkan diri dan bersama-sama maju untuk kepentingan bersama, kepentingan lembaga diatas kepentingan pribadi.

c. Legowo, yaitu sifat pemimpin yang memberikan kepercayaan penuh kepada staf yang dipimpin untuk mengerjakan tugas yang diberikan tanpa tendensi apapun. d. Tenang, yaitu pemimpin harus tenang dalam menghadapi permasalahan yang

timbul dan mungkin akan terjadi dalam lembaga yang dipimpinnya.

e. Berfikir Positif, yaitu pemimpin harus senantiasa berfikir positif dan memperspek-tifkan bahwa segala yang terjadi didalam lembaga adalah karena kehendak Yang Maha Kuasa.

f. Jujur, Ikhlas dan Dapat dipercaya, yaitu pemimpin yang berfikir, bertindak dan berbuat sesuai kenyataan, apa adanya, adil dalam tindakan, perkataan dan pikiran. g. Berkompeten dan Profesional, yaitu pemimpin memahami bahwa kepentingan

lembaga adalah diatas kepentingannya, sehingga dalam melakukan tugas, membagi kewenangan selalu memperhatikan kepentingan lembaga, sehingga tidak sewenang-wenang. Segala tindakan selalu diproyeksikan untuk kemajuan lembaga secara benar dan menyeluruh.

Perspektif kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro hanya akan menjadi cerita bila tidak digali, dicermati dan dilaksanakan oleh generasi penerus bangsa perspektif kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro yang selaras dengan falsafah Kepemimpinan Jawa saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh para pemimpin bangsa saat ini. Akan tetapi sebagai kekayaan falsafah dan ilmu pengetahuan bangsa, maka tidak ada salahnya apabila perspektif kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro ini digali kembali untuk dikembangkan dan diterapkan pada model-model kepemimpinan, terutama kepemimpinan di dalam dunia pendidikan yang memerlukan Keteladanan, Motivasi, Kejujuran, Kerja Keras dan Kerja Ikhlas menuju dunia pendidikan yang dapat bersaing di kancah Regional dan Internasional.

(11)

Dari filosofi Ki Hajar Dewantoro yang diimplementasikan oleh kepala sekolah, hasilnya antara lain: (1) guru-guru telah membuat dan melaksanakan program pengajaran, (2) guru-guru telah melaksanakan rencana program pengajaran, (3) guru telah melaksakan pengelolaan kelas dengan baik, dan (4) guru-guru telah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan memanfaatkan sumber belajar.

Sebagai tindak lanjut dari hasil filosofi Ki Hajar Dewantara, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran, perlunya peningkatan pengetahuan dan wawasan mengenai: (1) menganalisis (analisis konstek) materi pembelajaran atau Kompetensi Dasar, (2) pemahaman terhadap berbagai pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode san strategi pembelajaran, (3) penggunaan media pembelajaran berbasis ICT, (4) pengenalan bentuk-bentuk evaluasi hasil belajar, (5) pengayaan dan remedial, (6) analsis hasil belajar dengan menggunakan teknologi komputer. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui Workshop atau In House Training (IHT), bimbingan individu atau kelompok.

1. Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah di SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember.

Tabel 5.14 rangkuman skor Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah

No Dimensi Skor Kategori

1 Bersikap jujur 84,47 % Sangat Baik

2 Bersikap disiplin 80,04 % Sangat Baik

3 Bersikap terbuka 74,87 % Baik

4 Berfikir positif 73,67 % Baik

5 Berkepribadian kuat 64,40 % Baik

6 Bersikap ikhlas 83,50 % Sangat

Baik

7 Berpikir cerdas 83,10 % Sangat Baik

Rata-rata 77,72 Baik

Berdasarkan tabel 5.14, dapat diketahui rata-rata skor dari setiap dimensi Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah

(12)

sebesar 77,72%, pada kategori baik artinya indikator-indikator yang secara teoritis telah di bahas pada bab II yang berkaitan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah telah dimiliki oleh kepala sekolah pada SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember dengan baik. Beberapa faktor yang mendukung Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah di SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember berkategori baik adalah:

a. Kepala Sekolah harus menjadi suri teladan, baik bagi guru dan stafnya maupun siswa, yang mencakup dimensi: bersikap jujur, bersikap disiplin, bersikap terbuka, berfikir positif, berkepribadian kuat, bersikap ikhlas, dan berpikir cerdas b. Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah, pada umumnya telah ditempuh oleh

kepala sekolah di SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember.

c. Keinginan Kepala Sekolah untuk menumbuhkan motivasi kerja kepada setiap staf atau bawahannya. Dengan harapan motivasi kerja yang tinggi akan menumbuhkan kinerja yang baik dan akan menghasilkan prestasi yang unggul dan bermutu.

2. Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah di

SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember.

Tabel 5.15 rangkuman skor Filosofi Ki Hajar Dewantara ”Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah

No Dimensi Skor Kategori

1 Selalu berusaha memberikan kepercayaan kepada

bawahan 74,44 % Baik

2 Mendorong staf untuk tampil maju 65,53 % Baik Rata-rata 69,99 Baik

Berdasarkan tabel 5.15, dapat diketahui rata-rata skor dari setiap dimensi Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah sebesar 69,99%, pada kategori baik artinya indikator-indikator yang secara teoritis telah di bahas pada bab II yang berkaitan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri

(13)

Handayani” bagi Kepala Sekolah telah dimiliki oleh kepala sekolah pada SMPN 01

Wuluhan Kabupaten Jember dengan baik.

3. Kinerja Guru di SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember

Tabel 5.16 rangkuman skor kinerja guru

No Dimensi Skor Kategori

1 Kompetensi kepribadian 75,64 % Baik 2 Kompetensi profesional 76,20 % Baik 3 Kompetensi Sosial 75,72 % Baik 4 Kinerja di ukur dengan model balanced scorecard 64,20 % Baik

Rata-rata 72,94 Baik

Berdasarkan tabel 5.16, dapat diketahui rata-rata skor dari setiap dimensi kinerja guru sebesar 72,94%, pada kategori baik artinya indikator-indikator yang secara teoritis telah di bahas pada bab II yang berkaitan dengan kinerja guru telah dimiliki oleh guru-guru pada SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember dengan baik.

Berdasarkan hasil pengujian dan uraian di atas, terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah dan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah dengan kinerja guru sehingga peningkatan Filosofi Ki Hajar Dewantara bagi Kepala Sekolah mampu meningkatkan kinerja guru pada SMPN 01 Wuluhan Kabupaten Jember.

Dari uraian pembahasan hasil penelitian, kepala sekolah sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi (1998:36) bahwa “Erat pengaruhnya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, kinerja guru dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”.

Dengan demikian Filosofi Ki Hajar Dewantara bagi Kepala Sekolah merupakan salah faktor penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah merupakan filosofi yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Pendidik atau guru memiliki peran yang sangat utama dalam proses pembelajaran, oleh karena itu kinerja

(14)

guru perlu ditingkatkan, salah satunya dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara bagi Kepala Sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah. Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah dengan kinerja guru. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,863 menunjukan tingkat keeratan antara dua variabel tersebut adalah sangat kuat. Dengan demikian, jika Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah baik dan meningkat, maka kinerja guru akan meningkat dan berhasil dengan baik. Dari hasil perhitungan dengan analisis regresi linier sederhana didapatkan persamaan:

^

Y= 20,125 + 0,863 X1, artinya bahwa kualitas Filosofi Ki Hajar

Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah ditingkatkan sampai 165 (5 skor tertinggi x 33 butir pernyataan), maka kinerja guru akan menjadi 162,52. Dengan demikian Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah yang mencakup dimensi: bersikap jujur, bersikap disiplin, bersikap terbuka, berfikir positif, berkepribadian kuat, bersikap ikhlas, dan berpikir cerdas memiliki pengaruh terhadap kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru dan kinerja guru dalam perspektif balanced scorecard.

Dipenghujung abad kedua puluh dan memasuki milenium ketiga yang ditandai era globalisasi. Semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Termasuk sumber daya pendidikan. Yang termasuk sumber daya pendidikann ialah: (1) ketenagaan (pendidik dan tenaga kependidikan), (2) dana dan (3) sarana dan prasarana.

Guru sebagai sumber daya pendidikan memerlukan pertumbuhan dan perkem-bangan yang baik, sebagai salah satu komponen pendidikan, guru memerlukan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah. Kepala sekolah sebagai motivator/pembimbing, tentu saja harus memiliki Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” dalam membimbing guru.

Dalam penelitian ini, Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah telah diteliti seberapa besar pengaruhnya dengan kinerja guru, hasilnya koefisien korelasi adalah 0,863. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,863 menunjukan tingkat keeratan antara dua variabel tersebut adalah sangat kuat.

(15)

Dengan demikian, jika Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah baik dan meningkat, maka kinerja guru akan meningkat dan berhasil dengan baik. Dari hasil perhitungan dengan analisis regresi linier sederhana didapatkan persamaan :

^

Y= 15,822 + 0,983 X2, artinya bahwa kualitas Filosofi Ki Hajar Dewantara

“Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah ditingkatkan sampai 75 (5 skor tertinggi x 15 butir pernyataan), maka kinerja guru akan menjadi 82,797.

Maka Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah dalam hal: (1) Selalu berusaha memberikan kepercayaan kepada bawahan, (2) Mendo-rong staf untuk tampil maju memiliki pengaruh terhadap kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru dan kinerja guru dalam perspektif

balanced scorecard.

Dapat dipahami bahwa ada pengaruh antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah dengan kinerja guru. Secara bersamaan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah memiliki koefisien korelasi (R) 0,934, menunjukkan tingkat keeratan antara ketiga variabel tersebut sangat kuat, sedangkan besarnya pengaruh kedua filosofi tersebut terhadap kinerja guru adalah sebesar 87,23%. Pengaruhnya cukup besar dan signifikan. Sedangkan persamaan regresinya adalah

^

Y= 8,401 + 0,430 X1 + 0,562 X2. Berdasarkan persamaan tersebut

ditemukan harga a = 8,401, b1 = 0,430 dan b2 = 0,562. Apabila Filosofi Ki Hajar

Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah dioptimalkan (X1 = 165 dan X2

= 75), maka kinerja guru menjadi

^

Y = 8,401 + 0,430 (165) + 0,562 (75) = 121,501. Artinya dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi Kepala Sekolah, Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah yang baik, maka kepala sekolah akan dengan mudah membimbing dan mengarahkan guru guna mencapai kinerja yang tinggi/optimal.

(16)

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan korelasi ganda, regresi linier sederhana, maupun analisis regresi ganda, dapat disimpulkan:

Hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan, dengan perhitungan statistik, yaitu:

1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru, pengaruh tersebut ditunjukan dengan koefisien korelasi product moment sebesar 0,863, t-hitung 11,861 sedangkan dengan persamaan regresi sederhana ditunjukan oleh

^

Y= 20,125 + 0,863 X1, yang telah teruji signifikan. Persamaan regresi

tersebut dapat dimaknai bahwa kualitas Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah ditingkatkan sampai 165 (5 skor tertinggi x 33 butir pernyataan), maka kinerja guru akan menjadi 162,52. Maka filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” bagi kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru dan kinerja guru dalam perspektif balanced scorecard.

2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dengan kinerja guru, pengaruh tersebut ditunjukan dengan koefisien korelasi product moment sebesar 0,893, t-hitung 13,783 sedangkan dengan persamaan regresi sederhana ditunjukan oleh

^ Y= 15,822 + 0,893 X2, yang telah teruji signifikan. Persamaan regresi tersebut

dapat dimaknai bahwa kualitas Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah ditingkatkan sampai 75 (5 skor tertinggi x 15 butir pernyataan), maka kinerja guru akan menjadi 82,797. Maka filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kompetensi kepribadian guru, kompetensi profesional guru, kompetensi sosial guru dan kinerja guru dalam perspektif balanced scorecard. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing

(17)

kinerja guru, pengaruh tersebut ditunjukan dengan koefisien korelasi product

moment sebesar 0,934, F-hitung 161,033 sedangkan dengan persamaan regresi

sederhana ditunjukan oleh

^

Y= 8,401 + 0,430 X1 + 0,562 X2, yang telah teruji

signifikan. Persamaan regresi tersebut dapat dimaknai apabila Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah dioptimalkan (X1 = 165 dan X2 = 75), maka kinerja guru

menjadi

^

Y = 8,401 + 0,430 (165) + 0,562 (75) = 121,501. Artinya dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa sung Tuladha” dan “Tut Wuri Handayani” bagi kepala sekolah, maka kepala sekolah akan dengan mudah membimbing dan mengarahkan guru guna mencapai kinerja yang tinggi/ optimal.

b. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah seyogyanya memiliki Filosofi Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha” dengan memperhatikan dimensi: bersikap jujur, bersikap disiplin, bersikap terbuka, berfikir positif, berkepribadian kuat, bersikap ikhlas, dan berpikir cerdas.

2. Kepala sekolah harus memiliki Filosofi Ki Hajar Dewantara “Tut Wuri Handayani” bagi Kepala Sekolah dalam dimensi: (1) Selalu berusaha memberikan kepercayaan kepada bawahan, (2) Mendorong staf untuk tampil maju.

3. Kepala Sekolah hendaknya memberikan penghargaan kepada guru yang telah menunjukkan kinerja mengajarnya yang baik, sehingga memotivasi guru untuk lebih meningkatkan lagi kualitas hasil kerjanya dalam mengajar.

4. Guru harus berusaha meningkatkan kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan profesionalnya (kinerjanya), sehingga mampu meningkatkan mutu proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

5. Peneliti berikutnya, dapat melakukan penelitian yang serupa di tempat yang berbeda ( kabupaten/kota yang lainnya).

(18)

DAFTAR RUJUKAN

http://gurupinilih.blogspot.Com-/2008/05/model-kepemimpinan-pendidikan.html. Mathis, Robert. L & Jackson John. H, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1, Jakarta:

Salemba Empat. .

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sanusi, A. 1998. Pendidikan Alternatif. Bandung: Grafindo Media Pratama. Sugiyono, 2008, Statistik Untuk Penelitian. Bandung Alfabeta.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung, Alfabeta.

Suharsimi, A 1993, Prosedur Penelitian Suatu Penedekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparto. 2012. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara. Bandung: Grafindo Media Pratama

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karyanusa.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas). Jakarta; Sinar Grafika.

Gambar

Tabel 5.14 rangkuman skor Filosofi Ki Hajar Dewantara
Tabel 5.15 rangkuman skor Filosofi Ki Hajar Dewantara

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT pengelolaan pesisir secara terpadu Hirarki Kebijakan Pengelolaan Pesisir .... Persentase Pemanfaatan Lahan

Selain kebersihan diri, kebersihan lingkungan juga sangat perlu dilakukan untuk terhindar dari penyakit

Pada kelompok ekstrak etanol daun rumput malaysia mempunyai tampilan luka yang sama yaitu luka sudah menutup dan kulit mencit pada daerah bekas luka berwarna

Validator ketiga dan peneliti juga mengklasifikasikan bahwa soal nomor 1 termsuk dalam kategori level kognitif C3 (menerapkan) dalam aspek kognitif

Data dari tabel 3 dan 4 menunjukkan insidensi kekambuhan menurut derajat pterygium pada perbedaan antara operasi bare sclera dengan transplantasi limbal stem

[r]

Explosive : Bahan yang mudah meledak bila kena panas, api atau sensitif terhadap gesekan atau goncangan.. No Smoking : Area

Alat analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode Khi Kuadrat, maka setelah dilakukan analisa dengan menggunakan metode tersebut didapatkan hasil