MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN SMALL GROUP DISCUSSION PADA MAHASISWA
AKADEMI KEBIDANAN MANNA
Firman Hayadi
Dosen Akademi Kebidanan Manna
Abstrak: Berbagai upaya model pembelajaran diberikan saat memberi kuliah, dengan harapan agar mahasiswa mudah memahami materi yang diberikan. Model pembelajaran Student Center Leraning (SCL) merupakan salah satu metode pembelajaran dalam KBK. Small Group Discussion (SGD) adalah diskusi kelompok kecil (tutorial) yang merupakan inti dari PBL. Kehidupan PBL (aktivitas pembelajaran) bertumpu pada proses tutorial. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan hasil belajar dan meningkatkan nilai mata kuliah kesehatan masyarakat dan mengidentifikasi sikap terhadap perilaku (attitude toward
behavior). Penelitian adalah quasi eksperimen yaitu mengukur hasil belajar
sebelum dan sesudah intervensi dan hasil belajar mahasiswa self study rendah dan
self study tinggi dalam Small Group Discussion (SGD). Self study tinggi, jika
mahasiswa aktif dan terlibat dalam step seven jump, sedangkan self study rendah, jika mahasiswa tidak melaksanakan atau sebagaian melaksanakan step seven
jump. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV yang tidak
lulus mata kuliah Kesehatan Masyarakat sebanyak 26 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai intervensi, maka didapatkan: Tes ke-1, diperoleh nilai dari 26 mahasiswa jumlah nilai 1647, nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50. Nilai rerata 63,35 dan standar deviasi 7,9. Tes ke-2, diperoleh nilai dari 26 mahasiswa jumlah nilai 2283, nilai tertinggi 94, nilai terendah 76. Nilai rerata 87,81 dan standar deviasi 4,382. Berdasarkan hasil kedua tes tersebut terdapat selisih rerata 24,46. Ada perbedaan antara tes ke-1 dan ke-2. Untuk pretes didapatkan nilai terbanyak adalah nilai 82 (26,9%). Kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode SGD meningkatkan hasil belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Manna secara signifikan.
Kata Kunci: Pembelajaran, Small Group Discussion, Hasil Belajar PENDAHULUAN
Diundangkannya
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan
bukti pengakuan terhadap
profesionalitas pekerjaan guru dan dosen semakin mantap.
Melaksanakan pembelajaran merupakan tridarma perguruan tinggi yang wajib dilaksanakan oleh dosen. Dosen diberikan wewenang untuk memilih model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi peserta didik.
Berbagai upaya model pembelajaran diberikan saat memberi kuliah, dengan harapan agar mahasiswa mudah memahami materi yang diberikan. Model pembelajaran
Student Center Leraning (SCL) merupakan salah satu metode pembelajaran dalam KBK. SCL adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran. Dalam SCL para peserta didik memiliki dan memanfaatkan peluang dan atau keleluasaan untuk mengembangkan
segenap kapasitas dan
kemampuannya (prior knowledge
and experience) sebagai pembelajar
sepanjang hayat.
Ada beberapa macam
pendekatan metode SCL, antara lain
Individual Learning, Autonomous Learning, Active Learning, Self-directed Learning, Collaborative Learning, Cooperative learning, Competitive Learning, Case-Based Learning, Research-based Learning, Problem-Based Learning, Student Teacher Aesthethic Role-Sharing (STAR).
Berbagai penelitian
menunjukan metode small group
discution lebih efektif dalam
penerapan pembelajaran antara lain penelitian Dedi Afandi dkk (2009) bahwa metode pengajaran dengan tambahan diskusi kelompok kecil lebih baik daripada metode kuliah konvensional dalam meningkatkan pengetahuan dan retensi kaidah dasar bioetika. Penelitian Ariska dkk,
bahwa determinan paling
membentuk intensi adalah Attitude
Toward Behavior.
Akademi Kebidanan Manna, merupakan mendidik mahasiswa dengan program diploma III kebidanan yaitu pendidikan vokasi,
dengan mata kuliah 60%
pembelajaran praktik, sementara pembelajaran teori dilaksanakan tatap muka dengan waktu terbatas, metode yang digunakan oleh dosen umumnya lebih banyak (80%) menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
Mata kuliah kesehatan
masyarakat terdiri dari 2 SKS dan 1 SKS teori. Hasil belajar yang
diperoleh mahasiswa belum
memuaskan karena hasil ujian 50% mahasiswa mendapat nilai kurang
dari 60, dan sudah dilaksanakan ujian ulang 2 kali.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan mahasiswa dengan
pertanyaan, “mengapa hasil ujian saudara rendah?”. Mahasiswa menjawab unumnya mereka kurang memahami materi kuliah yang diberikan oleh dosen, mereka pasif, mahasiswa hanya mendengar dan
kurang merespon apa yang
disampaikan oleh dosen.
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dilakukan
dengan metode small group
discution, sehingga diharapkan
mahasiswa lebih aktif dan terlibat seluruhnya
Small Group Discussion
(SGD) adalah diskusi kelompok kecil (tutorial) yang merupakan inti dari PBL. Kehidupan PBL (aktivitas pembelajaran) bertumpu pada proses tutorial. Di dalam proses tutorial ini, para peserta didik bersama-sama dengan tutor melakukan pemahaman dan pencarian pengetahuan yang terdapat dalam masalah yang tersaji di modul (skenario) melalui langkah-langkah terstruktur guna mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan
maupun tujuan belajar yang lebih dari itu.
Self study adalah tahapan wajib
yang harus dilalui oleh peserta didik, tetapi sangat disayangkan jika saat step self study sebagian peserta didik melaksanakannya dengan tidak optimal, misalnya cukup puas dengan referensi yang ada dan tidak mencari lebih untuk memenuhi keingintahuan peserta didik terhadap kasus yang sedang dibahas. Idealnya mereka aktif mencari referensi lebih
kemudian mempelajari dan
memahaminya. Dari sinilah
pengetahuan mereka bertambah dan bagus atau tidaknya nilai mahasiswa dalam proses SGD ini sangat dipengaruhi oleh self study nya. Apabila self studynya optimal dengan mancari serta membaca referensi terkait, maka nilainya pun akan bagus begitu juga sebaliknya.
Dengan kata lain metode pembelajaran SGD, dengan self study ini menuntut adanya kesungguhan dari peserta didik untuk lebih aktif dalam mencari referensi dan menggali kasus yang sedang dibahas, serta belajar untuk memahami, serta dapat dikatakan bahwa tingkah laku
yang kurang aktif dalam proses pembelajaran ini dapat mengurangi optimalisasi pembelajaran dengan metode pembelajaran ini.
Metode pembelajaran seperti ini yang menuntut kemandirian peserta didik (student center
learning) merupakan metode yang
digunakan di perguruan tinggi khususnya pada institusi kesehatan
termasuk dalam pendidikan
kebidanan, berbeda halnya dengan sekolah yang banyak menggunakan metode ceramah. Saat peserta didik berada di perguruan tinggi, diharapkan mereka dapat mengikuti tuntutan yang muncul ketika mereka berada di dalamnya. Beberapa kajian pendidikan yang berkenaan dengan pembelajaran pada jenjang perguruan tinggi saat ini patut mendapat suatu perhatian. Kajian itu diantaranya tentang mindset yang muncul dari kebiasaan gaya mengajar
teache-centered instruction dan situasi
pendidikan saat ini (Weimer, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil belajar dan meningkatkan perolehan nilai mata kuliah kesehatan masyarakat.
Mengidentifikasi sikap terhadap perilaku (Attitude Toward Behavior)
Manfaat penelitian ini memberikan informasi kepada dosen dalam mengembangkan dan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Kelemahan penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol, sehingga hasil penelitian hanya melihat kelompok yang di intervensi, sedangkan kekuranganya, penelitian ini dilakukan pada satu mata kuliah, sehingga tidak menggambarkan secara menyeluruh hasil belajar pada mata kuliah lainnya.
Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan rata-rata nilai mata kuliah kesehatan masyarakat sebelum dan sesudah intervensi pada mahasiswa semester IV Akbid Manna. Apakah ada perbedaan hasil belajar mahasiswa dengan self study rendah dengan self
study tinggi.
Hipotesis adalah ada perbedaan rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah intervensi dan ada perbedaan hasil belajar mahasiswa
self study rendah dengan self study
Kerangka pemikiran :
Pretest Intervensi Postest
Mahasiswa Semester IV
KAJIAN TEORITIK A. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang mempunyai arti: ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan
bersifat filosofis, atau bersifat aksioma.
Salah satu strategi yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar adalah
dengan memilih metode
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar. Metode
pembelajaran terkadang juga disebut sebagai teknik penyajian. Adapun metode pembelajaran menurut Tardif adalah “Cara yang berisi prosedur buku untuk
melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada
Faktor internal: - Sikap - Kepribadian - Value (nilai) - Kondisi emosi - Intelegesia PBM metode: - Small group - Self study Hasil TES : - Baik - Kurang Faktor ekternal : - Lingkungan - Fasilitas belajar - Dukungan orang tua - Sumber belajar Hasil TES:
- Baik - Kurang
peserta didik”. “Metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Metode pembelajaran adalah cara atau alat yang digunakan untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik dan dilaksanakan secara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
B. Metode Pembelajaran Small Group Discussion
Small group discussion
adalah diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 10-11 mahasiswa dengan didampingi oleh tutor. Dalam diskusi ini mahasiswa-mahasiswa tersebut diberi tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan dalam waktu tertentu. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab akan dibawa ke kuliah narasumber, tetapi
apabila tidak ada pertanyaan dari
mahasiswa maka kuliah
narasumber ditiadakan. 1. Manfaat
a. Tugas dapat diselesaikan
dengan mudah karena
dikerjakan secara bersama-sama.
b. Dengan adanya diskusi maka berbagai pendapat yang disampaikan oleh anggota kelompok dapat
menambah pengetahuan
seluruh anggota kelompok.
c. Dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan maka mahasiswa terbantu untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari serta terbantu untuk membuat
ringkasan sehingga
mempermudah belajar. d. Membantu mahasiswa dapat
mencapai learning
objectives. 2. Tujuan
a. Melatih mahasiswa untuk
mencapai metode
pembelajaran students centred learning.
b. Melatih kemampuan
berkomunikasi dengan
orang lain.
c. Menambah pengetahuan dan informasi.
d. Saling membantu sesama anggota kelompok
3. Isi
Small group discussion
merupakan diskusi antar anggota dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau tugas. Pertanyaan yang diberikan
tersebut merupakan
pendalaman dari materi yang diberikan dalam minilecture.
Tugas tersebut juga
dilengkapi dengan daftar pustaka yang dapat dijadikan literature (terdapat pada modul mata kuliah) untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan tadi. Diharapkan mahasiswa sudah menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut sebelumnya sehingga saat minilecture yang terjadi
adalah diskusi antara
mahasiswa dan dosen
pengampu, kemudian
hasilnya akan disampaikan
pada anggota kelompok
lainnya dalam small group
discussion.
Pertanyaan-pertanyaan dalam small group discussion akan dijadikan materi ujian
Multiple Choice Questions.
Teknik belajar secara berdikusi kelompok kecil
(small group discussion)
adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan berhadap-hadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah pasti melalui cara tukar
menukar informasi,
pengalaman, sendiri atau pemecahan masalah. Metode diskusi berusaha untuk mendorong partisipasi peserta didik secara aktif dari semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Di sini suasana dialog, debat bahkan perselisihan paham justru diberikan berkembang yang dianggap tidak ada pikiran superior yang tidak dapat
dibantah termasuk pikiran pengajar sekalipun. Metode diskusi dianggap sangat efektif untuk merangsang
mengembangkan ide-ide
bebas yang menjadi landasan bagi tumbuhnya pengertian murni peserta didik.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
pengertian small goup
discussion adalah salah satu
metode pembelajaran antara dosen dan mahasiswa ada proses interaksi di antara
peserta diskusi untuk
memecahkan suatu
permasalahan dengan suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama yang dilakukan dalam kelompok kecil.
Pembelajaran SGD
tidak terpisahkan dengan self
study, ada 7 langkah mulai
dari fokus kasus sampai pemecahan masalah yang biasa disebut Seven jump. Tahap-tahapnya adalah Step-1: Clarifying unfamiliar terms, Step-2: Problem
definitions, Step-3: Brain storming, Step-4: Analyzing the problems, Step-5: Formulating learning issues,
Step-6: Self-study, Step-7:
Reporting.
Dari ketujuh tahapan ini, self study adalah inti dari
Small Group Discussion
(SGD) karena pada tahap inilah peserta didik mencari referensi, menyelesaikan
Learning Objective, dan
memahami bahan referensi yang mereka peroleh yang kemudian akan dilaporkan pada step 7/ reporting. Paham atau tidaknya peserta didik
terhadap materi yang
dipelajari, sedikit atau banyaknya ilmu yang mereka dapatkan ketika menjalani proses SGD, puas atau tidaknya mereka dengan
reporting sangat tergantung
bagaimana kesungguhan
seseorang dalam melakukan
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik secara individu maupun kelompok. Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan peserta didik, evaluasi memegang
peranan yang sangat
penting.sebab melalui evaluasi pengajar dapat menentukan apakah peserta didik yang
diajarnya sudah memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru.
Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengetahuan, perubahan itu dapat berupa suatu yang baru nampak dalam perilaku yang nyata dan
dapat pula penyempurnaan
terhadap suatu yang pernah dipelajari. Dengan kata lain hasil belajar merupakan hasil akhir dari kegiatan pembelajaran yang dapat
diamati dan merupakan
pencerminan proses belajar yang
telah berlangsung. Untuk
mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar peserta didik
dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh berdasarkan ujian. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu, perubahan tidak hanya pada pengetahuan tetapi juga meliputi perubahan kecakapan,
sikap, pengertian, dan
penghargaan diri pada individu tersebut. Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat diukur dengan menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2009:32).
Hasil tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam materi pelajaran yang diberikan. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai tes mahasiswa pada
mata kuliah kesehatan
D. Statistik Nonparametrik
Berdasarkan jenisnya, statistik dibedakan menjadi statistik deskriptif dan statistik inferensial/induktif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau
cara mendeskripsikan,
menggambarkan, menjabarkan atau mengurai data. Statistik
deskriptif mengacu pada
bagaimana menyusun atau
mengorganisasi data, menyajikan dan menganalisa data. Menyusun, menyaijikan dan menganalisa data
dapat dilakukan dengan
menentukan nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, dan persen/proporsi. Cara lain menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi, diagram dan grafik
Statistik inferensial/ induktif adalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Dengan
demikian dalam statistik
inferensial dilakukan suatu generalisasi (memperumum) dari
hal yang bersifat khusus (kecil) ke hal yang lebih luas (umum), oleh karena itu statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik penarikan kesimpulan. Sampelnya harus independen. Statistik nonparametrik dapat digunakan pada data dengan skala nominal, ordinal, interval maupun rasio.
METODE
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian quasi
eksperimen yaitu mengukur hasil
belajar sebelum dan sesudah intervensi dan hasil belajar mahasiswa self study rendah dan self
study tinggi dalam Small Group Discussion (SGD) pada mahasiswa
semester IV Akademi Kebidanan Manna. Self study tinggi, jika mahasiswa aktif dan terlibat dalam
step seven jump, sedangkan self study rendah, jika mahasiswa tidak
melaksanakan atau sebagaian melaksanakan step seven jump.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV yang tidak lulus mata kuliah kesehatan masyarakat sebanyak 26 orang. Adapun tahapan penelitian adalah :
Tabel 1. Tahapan dan Bahan/Alat Penelitian
Kegiatan Pihak terkait
PPM Dosen Mahasiswa Bahan/alat
Usulan Penelitian Proposal
Persiapan Panduan
Pembuatan alat ukur
Uji coba alat ukur Naskah soal
Pretest Soal Pretest
Intervensi PBM dengan metode SGD dan pengamatan Buku sumber Jurnal Labtop Kertas
Postest Soal Postest
Laporan hasil Kertas
Komputer
Instrumen pada
penelitian ini adalah soal-soal tes berbentuk pilihan berganda terdiri dari soal pretest dan postest dengan
menggunakan uji statistik
nonparametrik. Langkah–langkah menyusun instrumen sebagai berikut : (1) membuat kisi–kisi soal yang di dalamnya menguraikan indikator hasil belajar, (2) berdasarkan kisi– kisi tersebut selanjutnya adalah menyusun butir-butir soal, (3) melakukan uji coba instrumen, dilakukan pada mahasiswa yang
telah lulus mata kuliah kesehatan masyarakat.
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan uji statistik dependen test. Sedangkan untuk mengamati self study melalui
pengamatan langsung selama proses intervensi berlangsung. Alat ukur yang di gunakan checklist, dengan option 2 kategori yaitu aktif kurang aktif. Jika mahasiswa aktif di beri koding 2, jika kurang aktif diberi koding 1. Kategori hasil ukur yaitu dengan melihat jumlah self study
tinggi jika mahasiswa aktif dalam mengikuti kegiatan PBM, sedangkan
self study rendah jika mahasiswa
kurang/tidak aktif mengikuti kegiatan PBM.
HASIL
Setelah dilakukan
tahapan yaitu mulai dari pretest, kemudian dilakukan intervensi sebanyak 4 kali tatap muka dengan metode SGD, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2: Data Pretest dan Postest
Destribusi
Frekwensi Pretest Postest
Selisih mean Total Nilai 1647 2283 24,46 Nilai tertinggi 75 94 Nilai terendah 50 76 Nilai rata-rata 63,35 87,81 Standar deviasi 7,9 4,3 Scor-t 47,7 101,1 df 25 sig 0,001
Dari data pada tabel 2 diperoleh bahwa ada perbedaan hasil
belajar sebelum dan sesudah intervensi yaitu selisih rata-rata (selisih mean score) 24,46 dengan tingkat kemaknaan 0,001 artinya ada perbedaan yang bermakna hasil belajar dengan metode small group
discution sebelum dilakukan
intervensi dengan sesudah intervensi.
Berdasarkan hipotesis
penelitian yang dikemukakan, maka hipotesis diterima yaitu ada perbedaan yang bermakna hasil belajar sebelum dan sesudah perlakuan (intervensi) pada mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan Manna.
Hasil penelitian self study diperoleh melalui observasi selama proses perlakukan (intervensi) yaitu saat pembelajaran metode small
graoup sebanyak 4 kali pertemuan
terhadap 26 orang mahasiswa. Untuk lebih jelas disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 : Destribusi Frekwensi Self Study Kategori Jumlah % Hasil belajar Nilai Rata-rata Postest Selisih rata-rata Mahasiswa Self Study Tinggi 17 orang 65,4 85 20 Mahasiswa Self Study Rendah 9 orang 34,6 65
Dari data pada tabel 3 diperoleh bahwa mahasiswa yang aktif selama proses pembelajaran memperoleh rata-rata nilai lebih tinggi dari pada mahasiswa yang selama proses pembelajaran kurang aktif.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata (mean score) antara mahasiswa yang aktif mengikuti program pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak/kurang aktif, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 26 mahasiswa yang
mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai intervensi, maka di dapatkan: 1. Tes ke 1.
Dari 26 mahasiswa jumlah nilai 1647, nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50. Nilai rerata 63,35 dan standar deviasi 7,9.
2. Tes ke 2.
Dari 26 mahasiswa jumlah nilai 2283, nilai tertinggi 94, nilai terendah 76. Nilai rerata 87,81 dan standar deviasi 4,382.
Dari hasil ke 2 tes tersebut terdapat selisih rerata 24,46. Ada perbedaan antara tes k1 dan ke 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1.berikut.
Gambar 1. Grafik Hasil Pretes Untuk pretes didapatkan nilai terbanyak adalah nilai 82 (26,9%). Dari hasil tes tersebut hasil tes
kurang memuaskan, namun masih ada mahasiswa nilai terlalu rendah sehingga kurva tersebut tidak normal, hal tersebut dikarenakan mahasiswa kurang memahami materi pembelajaran yang sebelumnya sudah diberikan oleh dosen. Sedangkan hasil postes (tes ke-2) sebagai berikut :
Gambar 2 : Grafik Hasil Postes Hasil postes menunjukan ada peningkatan nilai rata-rata yaitu 87,81. Hal tersebut karena sudah
dilakukan perlakuan yaitu
pembelajaran dengan metode small
group sebanyak 4 kali pertemuan,
hal tersebut menunjukan semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Hasil postes yang memuaskan, kemungkinan karena kegiatan tersebut merupakan hal yang baru bagi mahasiswa sehingga semangat dan motivasi terlihat cukup
menonjol. Selain itu adanya ambisi untuk memperbaiki nilai yang masih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muniarsih (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Intensi untuk diskusi dalam kelas pada Mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran
angkatan 2009” adalah 71%
mahasiswa fakultas Psikologi tersebut dikarenakan metode diskusi adalah metode yang paling cocok untuk Fakultas Psikologi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Selain itu, sistem di Fakultas
Psikologi yang memberikan
prosentase penilaian 20%-30% untuk mahasiswa yang aktif dalam proses diskusi. Sementara penelitian Siti Mutmainah (2010) bahwa penerapan
case-based learning secara
signifikan berpengaruh terhadap
meningkatnya pemahaman
mahasiswa pada materi akuntansi keperilakuan. Meskipun telah cukup efektif diterapkan di kelas, penerapan
cooperative learning dan student-centered learning belum cukup
signifikan mempengaruhi
peningkatan pemahaman mahasiswa pada materi kuliah.
Hasil penelitian self study, bahwa dari 26 orang, sebanyak 17 orang mahasiswa dikategorikan self
study tinggi dan 6 oarang mahasiswa
dikategorikan self study rendah. Sementara nilai yang dipeoleh mahasiswa dengan self study tinggi rata-rata nilai 85, dan mahasiswa
dengan self study rendah
memperoleh nilai rata-rata 65. Dengan demikian ada perbedaan rata-rata nilai antara mahasiswa self study tinggi dengan mahasiswa self study rendah.
Menurut Jarolimack (dalam Psikologi Humanistik) menyebutkan
bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi seseorang
yang dihubungkan dengan
pengalaman-pengalaman masing-masing individu. Menurut M. Jainuri (2012) manusia selalu bertingkah laku secara masuk akal dan dengan
mempertimbangkan berbagai
informasi dan pengalaman yang ada dan secara implisit maupun eksplisit mempertimbangkan implikasi dari tingkah lakunya.
Selain memiliki self study tinggi, akan tetapi sebagian kecil
responden memiliki self study rendah sebanyak 9 orang (34,6%). Kondisi tersebut dimungkinkan karena personal peserta didik yang kurang aktif mengikuti jalanya SGD, sementara mahasiswa lainya lebih antusias mengikuti SGD, self study
kurang memberikan dampak
pengetahuan yang signifikan, dalam artian mahasiswa lebih percaya ilmu yang disampaikan oleh dosen dibanding ilmu yang didapatnya sendiri, hal tersebut kurang percaya diri terhadap ilmu yang diperoleh melalui self study.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muniarsih (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Intensi untuk diskusi dalam kelas pada Mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran Angkatan 2009” didapatkan data bahwa 29% mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 mempunyai intensi yang lemah hal ini dikarenakan keyakinan mahasiswa bahwa metode diskusi ini kurang memberikan dampak penambahan ilmu yang signifikan. Mereka tidak mendapatkan ilmu yang pasti yang bersumber dari dosen langsung tetapi 57
ilmu yang didapat berasal dari teman sendiri.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan Adhariyani (2010) „‟Intensi melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat „‟ didapatkan bahwa hampir seluruh
responden perempuan (89%)
memiliki intensi yang kuat untuk melaksanakan PHBS.
Hal ini sejalan dengan karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu 90% adalah perempuan. Intensi untuk melakukan
self study dalam proses small group discussion merupakan indikasi
seberapa kuat kecenderungan responden mahasiswa menampilkan perilakunya melaksanakan self study, mencari jurnal ilmiah, membaca text
book, bertanya pada pakar, mencari
sumber di web terpercaya dalam berbagai bentuk dan kesempatan.
Intensi perilaku juga
mengindikasikan seberapa kuat keinginan responden untuk mencoba dan seberapa banyak usaha yang ia lakukan untuk memenuhi tugas dalam proses self study dengan belajar mandiri.
Attitude toward behavior
merupakan sikap terhadap suatu perilaku yang dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hal yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Dalam penelitian ini,
mahasiswa Akbid Manna
kemungkinan self study dirasa membawa manfaat untuk peserta didik seperti kesiapan untuk mengikuti reporting, menambah pengetahuan karena step self study adalah step yang membebaskan mahasiswa untuk bereksplorasi serta mencari tahu ilmu apapun yang terkait, dan yang pasti harapannya adalah ketika self study berjalan dengan bagus maka nilai yang didapatpun akan bagus. Dengan kata
lain mahasiswa menganggap
melaksanakan self study adalah akan mendatangkan konsekuensi baik baginya.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran
dengan metode small graoup
discution (SGD) meningkatkan hasil
belajar mahasiswa Akademi
Kebidanan Manna secara signifikan,
pembelajaran SGD dapat
merangsang mahasiswa untuk lebih aktif mengikuti pembelajaran. Self
study meningkatkan kreatifitas
mahasiswa mengikuti pembelajaran, dan perilaku mahasiswa dapat diamati melalui self study.
Ada perbedaan yang
bermakna hasil belajar mahsiswa Akademi Kebidanan Manna sebelum dan sesudah intervensi metode pembelajaran SGD. Ada perbedaan hasil belajar mahasiswa Akademi Kebidanan Manna, self study tinggi dan self studynya rendah selama mengikuti program pembelajaran SGD.
Direkomendasikan kepada dosen Akademi Kebidanan Manna, agar melaksanakan pembelajaran SCL dengan metode yang cocok dengan mata kuliah dan kompetensi yang akan dicapai oleh mahasiswa. Penelitian selanjutnya dianjurkan mengamati model pembelajaran praktik klinik dengan metode studi kasus.
RUJUKAN (Daftar Pustaka)
Adhariyani. (2010). Intensi melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat . Jakarta.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2009). Peneilitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Dedi Afandi. (2009). Effects of an
additional small group discussion to cognitive achievement and Retention in basic principles of bioethics teaching methods. Med. Jurnal
Indonesia.
M. Jainuri. (2012). Analisis Komparasi Hasil Belajar Statistik II Menggunakan Metode Small Group Disscussion dan Konvensional
(Studi pada Mahasiswa
Pendidikan Matematika.Jurnal pendidikan.
Muniarsih. (2010). “Intensi untuk
diskusi dalam kelas pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Mutmainah Siti. (2007). Pengaruh
penerapan metode pembelajaran kooperatif Berbasis kasus yang berpusat pada mahasiswa terhadap Efektivitas pembelajaran akuntansi keperilakuan. Jurnal
UNDIP. Semarang