• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi - Ade Ninik Setyorini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi - Ade Ninik Setyorini BAB II"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN

a. Definisi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10

bulan (lunar months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) : (a)

kehamilan triwulan I antara 0-12, (b) kehamilam triwulan II antara

minggu 12-28, dan (c) kehamilan triwulan III antara minggu

28-40(Mochtar,R.2012;hal 35).

Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang

akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi,kehamilan normal

akan berlangsung dengan dalam waktu 40 minggu

(Prawirohardjo,2010;h.213).

b. Tanda-tanda dan gejala kehamilan

1) Tanda – tanda presumtif.

a) Amenorea (tidak mendapat haid)

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT)

supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal

persalinan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung

dengan menggunakan rumus Naegele :

(2)

b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.Karena sering terjadi pada pagi hari,

disebut morning sickness (sakit pagi).Apabila timbul mual dan

muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum.

c) Mengidam (ingin makanan khusus)

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan – bulan triwulan pertama.Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan.

d) Pingsan

Jika berada pada tempat ramai yang sesak dan padat, seorang

wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

e) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian

nafsu makan timbul kembali.

f) Lelah (fatigue)

g) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus

dan elveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih

membesar.

h) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul

(3)

i) Konstipasi/ obsitpasi karena tonus otot – otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.

j) Pigmentasi kulit kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola

payudara, leher dan dinding perut (linea nigra = grisea).

k) Pemekaran vena – vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,

dan vulva, biasanya dijumpai paa triwulan akhir

(Mochtar,R.2012;hal 35).

2) Tanda – tanda kemungkinan hamil a) Perut membesar.

Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

konsistensi rahim.

b) Tanda hegar, ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimunial saat usia kehamilan 4 sampai 6

minggu

c) Tanda Chadwick; perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat du porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat

pelebaran veria karena peningkatan kadar estrogen

d) Tanda Piskacek : pembesaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya

tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu

e) Kontraksi = kontraksi uterus jika dirangsang = Braxton Hicks

f) Teraba ballotement

(4)

3) Tanda pasti (tanda positif)

Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga

bagian – bagian janin. Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop monoaural Laenec

b) Dicatat dan didengar dengan alat doppler

c) Dicatat dengan foto elektrodiogram

d) Dilihat pada ultrasonografi(Mochtar,R.2012;hal 36-37).

c. Diagnosis Banding Kehamilan

Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau

penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan :

1) Hamil palsu ( pseudocyesis= kehamilan spuria): Gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorea, perut membesar, mual,

muntah, air susu keluar, bahkan wanita tersebut merasakan

gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan, uterus tidak membesar,

tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif

2) Miomi uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan,

rahim terasa padat, kadang kala berbenjol – benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan lainnya.

3) Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar,

tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi

kehamilan negatif, tana- tanda kehamilan lain negatif

4) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan

(5)

5) Hematometra. Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen imperforata,stenosis vagina atau serviks

(Mochtar,R.2012;hal 36-37).

Tabel 2.1 Diagnosis banding Nulipara dan Multipara

No Nulipara Multipara

1 Perut tegang Perut longgar, perut gantung, banyaks triae

2 Pusat menonjol Tidak begitu menonjol

3 Rahim tegang Agak lunak

4 Payudara tegang Kurang tegang dan tergantung, ada striae

5 Labia Mayora nampak bersatu Terbuka

6 Himen koyak pada beberapa tempat Karunkula himenalis

7 Vagina sempit dengan rugae yang utuh Kurang lebar, rugae kurang menonjol 8 Serviks licin, bulat dan tidak dapat

dilalui oleh satu ujung jari

Bisa terbuka satu jari kadang kala ada bekas robekan persalinan yang lalu 9 Perineum utuh dan baik Bekas robekan atau bekas episiotomi 10 Pembukaan serviks :

- Serviks mendatar dulu, baru

membuka

- Pembukaan rata – rata 1 cm dalam 2

jam

Mendatar sambil membuka hampir bersamaan 2 cm dalam 1 jam

11 Bagian terbawah janin turun pada 4-6 minggu terakhir kehamilan

Biasanya tidak terfiksasi pada PAP sampai persalinan mulai

13 Persalinan hampir selalu dengan episotomi

Tidak

(6)

d. Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil

Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental

ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas; dengan

demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Tujuan khusus adalah :

1) Mengenali dan menangani penyulit – penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas

2) Mengenali dan mengobati penyakit – penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin

3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak

4) Memberikan nasihat – nasihat tentang cara hidup sehari – hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi

(Mochtar,R.2012;hal 38).

e. Standar pelayanan Antenatal

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

2) Pengukuran tekanan darah

3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toxoid sesuai status imunisasi

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan

7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal

(7)

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes haemoglobin

darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan

darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)

10) Tatalaksana kasus (DinKes Jateng,2014 h;59).

f. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Trimester jumlah kunjungan minimal waktu kunjungan yang dianjurkan

I 1 x sebelum minggu ke 16

II 1 x antara minggu ke 24-28

III 2 x antara minggu 30-32

antara minggu 36-38 Sumber: KemenKes,2013

g. Pemeriksaan Ibu Hamil

1) Anamnesis

a) Anamnesis identitas istri dan suami: nama, umur, agama,

pekerjaan, alamat dan sebagainya.

b) Anamnesis umum

Tentang keluhan – keluhan, bafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya.

Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari

pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkantaksiran

tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7 bulan -3,

dan tahun + 1

TTP = hari+ 7 bulan – 3 tahun +1 HT.

Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan

ektopik, atau kehamilan mola sebelumnya (Mochtar,R.2012;hal

(8)

2) Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik: tekanan darah, nadi,

suhu, pernapasan jantung, paru – paru dan sebagainya. 3) Perkusi

Perkusi adalah tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi

getaran / gelombang suara yang dihantarkan ke permukaan tubuh

yang diperiksa (Ambarwati,2011;h.121).

4) Palpasi

Ibu hamil diminta berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit

ditinggikan dengan memakai bantal.Pemeriksa berdiri di sebelah

kanan ibu hamil.Dengan sikap hormat, lakukanlah palpasi bimanual,

terutama pada pemeriksaan perut.

Leopold I

Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat

dalam fundusuteri(dilakukan sejak awal trimester I)

Leopold II

Menentukan bagian janin pada sisi kanan-kiri ibu.(dilakukan pada

awal trimester II).

Leopold III

Menentukan bagianjanin yang terletak dibagian bawah uterus.

Leopold IV

Menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas

panggul(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu) (KemenKes

RI.2013;hal 26).

(9)

a) Besar dan konsistensi rahim

b) Bagian – bagian janin, letak, presentasi c) Gerakan janin

d) Kontraksi rahim-Braxton Hicks dan his

menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam

kandungan.

(1) Dihitung dari tanggal haid terakhir

(2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup

“feeling life” (quickening)

(3) Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus

uteri dari simfisis, diperoleh tabel :

22-28 mg 24-25 cm di atas simfisis

28 mg 26,7 diatas simfisis

30 mg 29,5-30 diatas simfisis

32 mg 29,5-30 cm diatas simfisis

34 mg 31 cm diatas simfisis

36 mg 32 cm diatas simfisis

38 mg 33 cm diatas simfisis

40 mg 37,7 cm diatas simfisis

(4) Menurut Mac Donald adalah modifikasi cara Spiegelberg,

yaitu jarak fundus-simfisi dalam cm dibagi 3,5 merupakan

tuanya kehamilan dalam bulan

(10)

(6) Rumus Jhonson – Tausak : BB = (mD – 12 x 155) BB = Berat badan; mD= jarak simfisis – fundus uteri(Mochtar,R.2012;hal 39-41)

5) Auskultasi

Menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan >16

minggu) untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ)

(KemenKes RI.2013;hal 26).

6) Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil hendaknya diperiksa urine dan darahnya sekurang – kurangnya 2 kali selama kehamilan, sekali pada permulaan dan

sekali lagi pada akhir kehamilannya(Mochtar,R.2012;hal 45).

7) Ultrasonografi

Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak berbahaya

untuk janin, karena memakai prinsip Sonar (bunyi).Jadi, boleh

dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layar dapat dilihat letak,

gerakan, dan gerakan jantung janin(Mochtar,R.2012;hal 45).

h. Nasihat – nasihat untuk Ibu Hamil

Contoh pemeriksaan lengkap ( status obstetrikus) ada di setiap rumah

sakit dan pusat kesehatan ( KIA dan PUSKESMAS) dan harus diisi

selengkap – engkapnya. Dari hasil pemeriksaan, dapat dibuat diagnosis, lalu diberikan pengobatan dan penanganan.Kepada ibu

(11)

1) Makanan (Diet) Ibu Hamil

Wanita hamil dan menyusui harus betul betul diperhatikan susunan

dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna

untuk pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi

dapat menyebabkan anmia, abortus, partus prematurus, inersia

uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain – lain. Di sisin lain, makan berlebihan, karena dianggap untuk 2 orang

ibu dan janin dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gemuk,

preeklamasi, janin besar, dan sebagainya. Zat – zat yang diperlukan adalah protein; karbohidrat;zat lemak; mineral atau bermacam – macam garam, terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe); vitamin;

dan air.

Semua zat tersebut diperoleh dari makanan yang dimakan

sehari-hari dan, jika kurang, ditambahkan suplemen Yang sebenarnya

penting diperhatikan adalah :

a)

Cara mengatur menu, dan

b)

Cara pengolahan menu makanan

Menu disusun menurut petunjuk baku “ 4 sehat 5 sempurna” dan

perlu diketahui bahwa makanan yang mahal harganya belum tentu

tinggi nilai gizinya. Sebaliknya, banyak makanan yang murah

hraganya, tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi.Hendaknya selalu

(12)

Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil, makanan

dikurangi, karena mereka takut janin menjadi besar sehingag sulit

melahirkan.

2) Merokok

jelas bahwa bayi dari ibu – ibu perokok aktif maupun pasif memiliki berat badan lebih rendah. Karena itu, wanita hamil dilarang

merokok dan dianjurkan untuk menghindari asap rokok

3) Obat-obatan

Prinsip : sedapat mungkin dihindari pemakaian obat – obatan

selama kehamilan, terutama dalam triwulan I. Perlu

dipertimbangkan apakah manfaat pemberian obat lebih besar

dibandingkan bahayanya terhdap janin.

4) Lingkungan

Saat sekarang, bahaya polusi udara, air dan makanan terhadap ibu

dan anak sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok.

5) Gerak badan

Kegunaanya : Sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan

bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak

badan yang melelahkan dilarang.Dianjurkan berjalan – jalan pada pagi hari dalam udara masih segara. Gerak badan di tempat :

a) Berdiri - jongkok

(13)

6) Kerja

a) Boleh bekerja seperti biasa

b) Cukup istirahat dan makanan teratur

c) Pemeriksaan hamil yang teratur

7) Bepergian

a) Jangan terlalu lama dan melelahkan

b) Duduk lama menyebabkan terjadinya stasis vena (stagnasi

vena), yang dapat menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak

c) Bepergian dengan pesawat udara boleh dilakukan, tidak ada

bahaya hopksia dan tekanan oksigen cukup dalam pesawat

udara.

d) Tidak dianjurkan bepergian pada usia kehamilan di atas 32

minggu dan masuk ke fase persalinan selama di perjalanan.

8) Pakaian

a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat

pada daerah perut

b) Dianjurkan memakai kutang yang menyokong payudara

c) Disarankan memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu

tinggi

d) Pakaian dalam selalu bersih

9) Istirahat dan rekreasi

Wanita pekerja harus sering istirahat.Tidur siang menguntungkan

dan baik untuk kesehatan.Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak

dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh

(14)

10) Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan / higiene, terutama untuk

perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat

bertambah.Dianjurkan menggunakan sabun lembut/ rinagn.Jangan

sampai tergelincir di perigi dan jagalah kebersihannya.Douching

dan mandi berendam tidak dianjurkan.

11) Coitus

Koitus tidak dihalangi kecuali ada riwayat sering mengalami

abortus / persalinan premature(Mochtar,R,2012;hal 47).

i. Tanda Bahaya Kehamilan

Menurut (KemenKes,2013 h;31) Tanda-tanda bahaya yang perlu

diwaspadai adalah:

1) Sakit kepala lebih dari biasa

2) Perdarahan pervaginam

3) Gangguan penglihatan

4) Pembengkakan pada wajah/tangan

5) Nyeri abdomen

6) Mual dan muntah berlebihan

7) Demam

8) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.

j. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan 1) Trimester I

a) Nausea

Nausea, di sertai muntah-muntah, ditafsirkan keliru sebagai

(15)

sore hari atau bahkan sepanjang hari.nausea lebih kerap terjadi

pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi

hari (Varney, 2007;h.536).

b) Ptialisme (saliva berlebihan)

Saliva berlebihan disebabkan oleh peningkatan keasaman di

dalam mulut atau peningkatan asupan zat pati, yang

menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang mengalami

ptialisme biasanya juga mengalami mual . saliva yang berlebihan

ini membuat rasa mual semakin kuat (Varney, 2007;h.537).

c) Keletihan

Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastic laju metabolisme

dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih

belum jelas.Metode untuk meredakannya adalah meyakinkan

kembali wanita tersebut bahwa keletihan adalah hal yang normal

dan bahwa keletihan akan hilang scara spontan pada trimester

dua .pengetahuan ini akan membantu wanita untuk sering

beristirahat selama siang hari jika memungkinkan hingga

kelelahannya menghilang.Nutrisi yang baik juga dapat membantu

mengatasi keletihan (Varney, 2007;h.537).

d) Nyeri punggung bagian atas (nonpatologis)

Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara, yang

membuat payudara menjadi berat.Metode untuk mengurangi

nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai

ukuran payudara.dengan mengurangi mebilisasi payudara , bra

(16)

ketidaknyamanana akibat nyeri tekan pada payudara yang timbul

karena pembesaran payudara (Varney, 2007;h.538).

e) Leukorea

Leukorea adalah sekresi vaginan dalam jumlah besar, dengan

konsistensi kental atau cair.Sekresi ini bersifat asam akibat

pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina

menjadi asam laktat oleh basil doderlain.untuk mengatasi

leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh pada

area tersebut dan mengganti panty berbahan katun dengan

sering. Wanita sebaiknya tidak melakukan douch atau

menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan area genetalia

(Varney, 2007;h.538).

f) Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis )

Terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.

Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus

menjadi lunak (tanda hegar),menyebabkan antefleksi pada

uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan langsung

pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang sering uterus

terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah

satu organ abdomen , sementara kandung kemih tetap

merupakan organ panggul.Cara mengatasinyamengurangi

asupan cairan sebelum tidur malam sehingga wanita tidak perlu

bolak balik ke kamar mandi pada saat mencoba tidur (Varney,

(17)

g) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang

berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi

menekan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior.

Satu-satunya cara untuk mengatasi nokturia adalah menjelaskan

mengapa hal ini terjadi lalu membiarkanya memilih cara yang

nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi cairan setelah

makan sore sehingga asupannya selama sisa hari tersebut tidak

akan memperberat masalah (Varney, 2007;h.541).

2) Trimester II

a) Konstipasi

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi

peningkatan jumlah progesterone .pergeseran dan tekanan pada

usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentase juga

dapat menurunkan motilitas pada saluran gastroinstestinal

sehinga menyebabkan (Varney, 2007;h.539).

b) Hemoroid

Progesterone menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus

besar.pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan,

secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid. Tekanan

ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti

(18)

c) Kesemutan dan baal pada jari

Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar

dan bertambah berat dapat menyebabkan wanita mengambil

postur dengan posisi bahu terlalu jauh ke belakang dan

kepalanya antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat

bagian depanya dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga

menyebabkan penekanan pada saraf median dan ulnar lengan,

yang akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada

jari-jari.Gejala-gejala ini biasanya terjadi pada malam hari dan akan

berakhir dengan sendirinya dua minggu pascapartum. Cara

penanganan mencakup penjelasan penyebab yang mungkin dan

mendorong agar wanita tersebut mempertahankan postur tubuh

yang baik dan dengan cara berbaring (Varney, 2007;h.543).

3) Trimester III

a) Nokturia

Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang

berbaring pada posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi

menekan pembuluh darah panggul dan vena kava inferior.

Satu-satunya cara untuk mengatasi nokturia adalah menjelaskan

mengapa hal ini terjadi lalu membiarkanya memilih cara yang

nyaman baginya dan menganjurkan mengurangi cairan setelah

makan sore sehingga asupannya selama sisa hari tersebut tidak

(19)

4) Nyeri ulu hati

Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut

a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang

ditimbulkan peningkatan jumlah progesterone

b) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi

otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah

progesterone dan tekanan uterus.

c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan

tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar (Varney,

2007;h.538).

5) Konstipasi

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi

peningkatan jumlah progesterone .pergeseran dan tekanan pada

usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentase juga dapat

menurunkan motilitas pada saluran gastroinstestinal sehinga

menyebabkan konstipasi (Varney, 2007;h.539).

6) Hemoroid

Progesterone menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar.

Selain itu , pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan

tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid.

Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan

(20)

7) Dispareunia

Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah

penyebab selama kehamilan.Perubahan fisiologis dapat terjadi

penyebab, seperti kongesti vagina atau panggul akibat gangguan

sirkulasi yang dikarenakan tekanan uterus yang membesar atau

tekanan bagian presentasi. Pemahaman yang salah dan

kekhawatiran akan menyakiti jabang bayi meskipun kekhawatiran ini

tidak beralasan kecuali terdapat perdarahan vagina atau pecah

ketuban (Varney, 2007;h.540).

8) Nyeri pada ligamentum teres uteri

Nyeri pada ligamentum teres uteri diduga terjadi akibat

peregangan dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus yang

meningkat pesat pada ligamen.

9) Hiperventilasi dan sesak napas ( nonpatologis)

Peningkatan jumlah progesterone selama kehamilan diduga

memengaruhi langsung pusat pernapasan untuk menurunkan kadar

karbon dioksida dan meningkatkan kadar oksigen. Peningkatan

kadar oksigen menguntungkan janin. Peningkatan aktivitas

metabolic yang terjadi selama kehamilan mengakibatkan

peningkatan kadar karbon dioksida. Hiperventilasi akan

menurunkan kadar karbon dioksida.

10) Kesemutan dan baal pada jari

Perubahan pada pusat gravitasi akibat uterus yang membesar dan

bertambah berat dapat menyebabkan wanita mengambil postur

(21)

antefleksi sebagai upaya menyeimbangkan berat bagian depanya

dan lengkung punggungnya. Postur ini diduga menyebabkan

penekanan pada saraf median dan ulnar lengan, yang akan

mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari-jari.gejala-gejala ini

biasanya terjadi pada malam hari dan akan berakhir dengan

sendirinya dua minggu pascapartum. Cara penanganan mencakup

penjelasan penyebab yang mungkin dan mendorong agar wanita

tersebut mempertahankan postur tubuh yang baik dan dengan cara

berbaring (Varney, 2007;h.543).

11) Varises

Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar

pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan

penekanan pada vena kava imperior saat ia berbaring (Varney,

2007;h.543).

k. Komplikasi dalam Kehamilan

1) Hiperemesis gravidarum

Definsi

Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16

minggu. Pada keadaan muntah muntah yang berat, dapat terjadi

dehidrasi, gangguan asambasa dan elektrolit dan ketosis; keadaan

ini disebut hiperemesis gravidarum (KemenKes, 2013; hal 82 ).

Diagnosis

Mual dan muntah sering menjadi masalah pada ibu hamil. Pada

derajat yangberat, dapat terjadi hiperemesis gravidarum, yaitu bila

(22)

Mual dan muntah hebat, berat badan turun > 5% dari berat badan

sebelum hamil, ketonuria, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit.

Faktor Predisposisi

Peningkatan hormon-hormon pada kehamilan berkontribusi

terhadap

terjadinya mual dan muntah. Beberapa faktor yang terkait dengan

mual danmuntah pada kehamilan antara lain:Riwayat hiperemesis

gravidarum pada kehamilan sebelumnya ataukeluarga,Status

nutrisi; wanita obesitas lebih jarang dirawat inap karena

hiperemesis,Faktor psikologis: emosi, stress (KemenKes,2013;hal

82).

2) Perdarahan antepartum

a) Perdarahan pada usia kehamilan < 22 minggu

(1) Abortus

Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapathidup di luar kandungan. WHO IMPAC

menetapkan batas usia kehamilankurang dari 22 minggu,

namun beberapa acuan terbaru menetapkan batasusia

kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari

(23)

Macam-macam Abortus:

1) Abortus iminens

Perdarahan sedikit,nyeri perut sedang, uterus sesuai usia

gestasi, serviks tertutup dan tidak ada ekspulsi jaringan

konsepsi.

2) Abortus insipiens

Perdarahan sedang-banyak, nyeri perut sedang-hebat,

uterus sesuai usia kehamilan, seviks terbuka dan tidak ada

ekspulsi jaringan konsepsi.

3) Abortus inkomplit

Perdarahan sedang-banyak, nyeri perut sedang-hebat,

uterus sesuai dengan usia kehamilan, serviks terbuka dan

ekspulsi sebagian jaringan konsepsi.

4) Abortus komplit

Perdarahan sedikit, tanpa/ sedikit nyeri perut, uterus lebih

kecil dari usia gestasi, serviks terbuka/ tertutup, ekspulsi

seluruhjaringan konsepsi.

5) Missed abortion

Perdarahan tidak ada, nyeri perut tidak ada, uterus lebih kecil

dari usia kehamilan, serviks tertutup, dan janin telah mati tapi

tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi (KemenKes,2013;hal 85).

(2) Mola Hidatidosa

Definisi

(24)

khorionik yang disebabkan oleh proliferasitrofoblastik dan edem (Kemenkes RI,2013;hal 92).

(3) Kehamilan Ektopik Terganggu

Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim

(uterus).Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai

segmen tuba Falopii,dengan 5% sisanya terdapat di ovarium,

rongga peritoneum atau di dalamserviks. Apabila terjadi ruptur

di lokasi implantasi kehamilan, maka akanterjadi keadaan

perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut

kehamilan ektopik terganggu (Kemenkes RI,2013;hal 94).

Diagnosis

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah

sedang, kesadaran menurun, pucat, hipotensi dan

hipovolemia, nyeri abdomen dan pelvis, nyeri goyang porsio,

serviks tertutup. Penegakkan diagnosis dibantu dengan

pemeriksaan USG.

Faktor Predisposisi

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi di

daerah tuba dan/atau tubektomi, riwayat penggunaan AKDR,

Infertilitas, riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan

(25)

riwayat seksio sesarea sebelumnya (Kemenkes RI,2013;hal

94).

b) Perdarahan pada usia kehamilan >22 minggu

(1) Plasenta previa

Definisi

Keadaan implantasi plasenta sedemikian rupa sehingga

menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim,sehingga

pembuluh darah besar ada pada sekitar mulut rahim. Dengan

makin tuanya kehamilan dan terjadi pembentukan segmen

bawah rahim, terjadinya pergeseran plasenta beserta

pembuluh darahnya sehingga terjadi perdarahan.

(Manuaba,2009;hal102).

Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan

lokasinya,yaitu:

Plasenta previa totalis Plasenta previa parsialis Plasenta previa marginalis

Plasenta previa letak rendah. (KemenKes RI,2013;hal 96).

Diagnosis

Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu, darah

segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok,

tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak masuk

pintu atas panggul,kondisi janin normal atau terjadi gawat

janin. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan

(26)

(2) Solusio plasenta

Definisi

Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya.

Diagnosis

Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap, warna

darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika

solusiorelatif baru, syok tidak sesuai dengan jumlah darah

keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin atau

hilangnya denyut jantung janin,uterus tegang terus menerus

dan nyeri.

Faktor Predisposisi

Penyebab dari solusio plasenta dapat dikaitkan dengan

trauma langsung pada kehamilan (jatuh pada saat hamil tua ,

trauma langsung pada perut ), ibu yang mengidap tekanan

darah tinggi, kehamilan disertai pre-eklampsia dan eklampsia ,

ibu yang mengidap penyakit ginjal (Manuaba,2009;hal 103).

(3) Persalinan preterm

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum

usia kehanilan 37 minggu (KemenKes,2013 h;118).

3) Hipertensi dalam kehamilan, Pre-eklamsia dan Eklamsia

Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg

sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak

4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi

(27)

Bila ditemukan tekanan darah tinggi pada wanita hamil,lakukan

pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup urin atau protein

urin 24 jam dan tentukan diagnosis (KemenKes,2013 h;109).

a) Hipertensi kronik

Yaitu hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum

kehamilan dan menetap setelah persalinan.

b) Hipertensi gestasional

Yaitu hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan

20 minggu dan menghilang setelah persalinan.

c) Preeklamsia dan Eklampsia

(1) Preeklampsia ringan

Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20

minggu. Tes celup urine menunjukan proteinuria +1 atau

pemeriksaan protein kuantitaif menunjukan hasil > 300 mg/24

jam.

2. Preeklampsia berat

Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes

celup urine menunjukan proteinuria ≥+2 atau pada pemeriksaan protein

kuantitatif menunjukan hasil >5g/24 jam atau disertai keterlibatan organ

lain meliputi trombositopenia (>100.000 sel/uL), peningkatan

SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas, sakit kepala skotoma

penglihatan, pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, oedema paru

(28)

3. Eklampsia

Kejang umum dan/atau koma, ada tanda dan gejala preeklampsia, tidak

adakemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan

subarakhnoid dan meningitis) (KemenKes,2013 h;109-112).

I. Standar ANC Terpadu

ANC terpadu adalah program pelayanan untuk ibu hamil dengan

prinsip menyediakan pelayanan antenatal terintegrasi, komprehensif dan

berkualitas mendeteksi secara dini kelainan / penyakit/ gangguan yang

diderita ibu hamil. Integrasi program dari ANC terpadu yaitu maternal

neonatal tetanus elimination (MNTE), antisipasi defisiensi gizi dalam

kehamilan, pencegahan malaria dalam kehamilan, pencegahan penularan

HIV dari ibu ke bayi, perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

(P4K), pencegahan dan pengobatan ISK/IMS dalam kehamilan, eliminasi

sifilis congenital dan penatalaksanaan TB dalam kehamilan serta

pemeriksaan kesehatan gigi ibu hamil.

2. PERSALINAN a. Pengertian

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam

penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga

memerlukan pengawasan , pertolongan dan pelayanan dengan

fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi

empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada

setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena adanya

(29)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.Beberapa pengertian

lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan buatan

dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi tidak

dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal

bila tidak ada penyulit (Hidayat A,Sujiyatini.2010;hal 1).

b. Tahap Persalinan

1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat

sampai pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam 2 fase : fase

laten ( serviks 1- 3 cm – dibawah 4 cm) , fase aktif ( serviks 4

-10 cm/ lengkap) Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu fase

Accelerasi(fase percepatan)dari pembukaan 3-4 cm , fase Dilatasi

Maksimal dari pembukaan 4 -9 cm, fase Decelerasi(kurangnya

kecepatan) dari pembukaan 9-10 cm.

2) Kala II/ kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai

lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi

dan satu jam pada multi.

3) Kala III/ kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV/kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya

plasenta sampai 2 jam post partum(Hidayat A,Sujiyatini.2010;hal

(30)

c. Teori persalinan

1) Teori kadar progesteron. Progesteron yang mempunyai tugas

mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin

tuanya kehamilan ,sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh

oksitosin.

2) Teori oksitosin. Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat

sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan.

3) Teori regangan otot rahim. Dengan meregangnya otot rahim dalam

batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.

4) Teori prostaglandin. Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan

dalam rahim yang diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim.

Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot

rahim dan terjadi persalinan atau gugur kanung.

(Manuaba,2009;hal 144).

d. Macam-macam persalinan

1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri

2) Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar

3) Persalinan anjuran (partus presipitatus)(Manuaba, 2013;h.164).

e. Tanda dan Gejala Persalinan

1) Ligtening dirasakan dua minggu sebelum persalinan, yaitu

penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.lightening

menyebabkan tinggi fundus menurun keposisi yang sama dengan

(31)

peningkatan intensitas kontrasi Braxton hick dan tonus otot

abdomen yang baik (Varney, 2008;h.673).

2) Perubahan serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding,

dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan

sedikit dilatasi (Varney, 2008;h.673).

3) Persalinan palsu yaitu kontraksi yang sangat nyeri akibat kontraksi

Braxton hicks (Varney, 2008;h.673).

4) Ketuban pecah dini yaitu normalnya ketuban pecah pada akhir kala

satu persalinan, tetapi ini sebelum awitan persalinan (Varney,

2008;h.673).

5) Bloody show adalah pengeluaran plak lender sebagai hasil

proliferasi kelenjar lender serviks pada awal kehamilan. Terlihat

sebagai rabas lender bercampur darah yang lengket dan harus

dibedakang dengan perdarahan murni (Varney, 2008;h.673).

f. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Rustam Mochtar, 2011 faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan adalah:

1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)

a) His (kontraksi uterus )

b) Kontraksi otot-otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma

2) Faktor janin

3) Faktor jalan lahir

4) Penolong

(32)

g. Mekanisme Persalinan 1) Engagement

Diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul , kepala

menancap (engaged) pada pintu atas panggul. Wanita nulipara ini

terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen

masih tegang , sehingga bagian presentasi terdorong kedalam

panggul. Pada wanita multipara , otot-otot abdomen lebih kendur

kepala seringkali tetap dapat digerakkan diatas permukaan panggul

sampai persalinan dimulai (Bobak, 2005;h.247).

Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.

Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan :

a) Tekanan dari cairan amnion

b) Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin

c) Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap

kedua persalinan (Bobak, 2005;h.248).

2) Fleksi

Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,dinding

panggul,atau dasar panggul,dalam keadaan normal fleksi terjadi

dan dagu didekatkan kearah dada janin.sukoksipitobbregmatika

yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu

bawah panggul (Bobak, 2005;h.248).

3) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika ,

tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi

(33)

anterior, wajah berputar kearah posterior. setiap kali terjadi kontrasi

, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot-otot dasar

panggul. Akhirnya oksiput berada di garis tengah di bawah

lengkung pubis. Kepala hampir selesai berputar saat mencapai

dasar panggul (Williams, 2014;h.248).

4) Ekstensi

Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah

anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan

bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat

ekstensi:pertama oksiput, kemudian wajah, dan akhirmya dagu

(Bobak, 2005;h.248).

5) Restitusi dan putaran paksi luar

Setelah kepala lahir , bayi berputar hingga mencapai posisi yang

sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Disebut restitusi.

Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali sejajar dengan

punggung dan bahunya. Putaran paksi luar terjadi saat bahu

engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan gerakan

kepala..bahu anterior turun terlebih dahulu, ketika ia mencapai

pintu bawah , bahu berputar kea rah garis tengah dan dilahirkan di

bawah lengkung pubis. Bahu posterior diarahkan kea rah perineum

sampai ia bebas keluar dari introitus vagina (Bobak, 2005;h.248).

6) Ekspulsi

Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang

(34)

kearah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar , persalinan

bayi selesai (Bobak, 2005;h.248).

h. Asuhan kebidanan pada persalinan normal

58 langkah asuhan persalinan normal menurut KemenKes (2013):

1) Mengenali tanda gejala kala II

a) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala II:

(1) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

(2) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada

rectum dan vagina

(3) Perineum tampak menonjol

(4) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Menyiapkan pertolongan persalinan

a) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia, tempat datar

dank eras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot

60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

(1) Menggelar kain diatas perut ibu, tampat resusitasi dan ganjal

bahu bayi.

(2) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai

di dalam pasrtus set.

b) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu

tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.

c) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

(35)

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

d) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

e) Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik (gunakan tangan

yang menggunakan sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

a) Membersihkan vulva dan perineum , menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakag dengan menggunakan kapas atau

kasa yang dibasahi air DTT.

b) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan saksama dari arah depan ke belakang.

c) Buang kapas atau kasa pembersih dalam wadah yang tersedia.

d) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)

e) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

(1) Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka lakukan amniotomi.

f) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik

selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan.

g) Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk

(36)

(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

(2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf.

4) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

(1) Beritahukan bahwa pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya.

(1) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti

pedoman pelaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua

temuan yang ada.

(2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu

untuk meneran secara benar.

(2) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkannya dan

pastikan ibu merasa nyaman).

(3) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran :

(1) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

(2) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

(37)

(3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

(4) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

(5) Ajurkan keluarga member dukungan dan semangat untuk ibu.

(6) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

(7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

(8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah 2 jam meneran pada primigravida dan 1 jam meneran

pada multigravida.

(4) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalm 60 menit.

5) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(1) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm.

(2) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

(3) Buka tutup patus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

(4) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

6) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

Lahirnya kepala :

(1) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

(38)

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan

dangkal.

(2) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan jepit potong diantara dua klem tersebut.

(3) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Lahirnya Bahu :

(4) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai :

(5) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku,

sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

(39)

(6) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki yang

dipegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan

jari-jari lain).

7) Penanganan bayi baru lahir

a) Lakukan penilaian selintas

(1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan ?

(2) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Jika bayi idak menangis, tidak bernapas atau megap-megap

segera lakukan tindakan resusitasi.

b) Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

(1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan.

(2) Ganti handuk basah dengan handuk kering

(3) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu

c) Periksa kembali perut ibuuntuk memastikan tak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tuggal).

d) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikka

oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).

e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit (intramuscular) di 1/3 paha bagian distal lateral (lakukan

(40)

f) Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah

bayi lahir) pada sekitar 3cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi

luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan

lakukan penjepitan kedua pada 2cm distal dari klem pertama.

g) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

(1) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut

bayi) diantara klem tersebut.

(2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci.

(3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

h) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu. Luruskan

bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding

dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.

i) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

8) Penatalaksanaan aktif kala III

a) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari

vulva.

b) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

(41)

c) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah

belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion

uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

(1) Jika uterus segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

Mengeluarkan uri :

d) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik

tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso cranial).

(1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

(2) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat :

Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

Lakukan katerisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh.

Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi

lahir

(42)

e) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan.

(1) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa plasenta kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus :

f) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase dengan gerakkan melingkar dengan lembut hingga

uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

(1) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan

taktil/massase.

9) Menilai perdarahan

a) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta

ke dalam kantung plastic atau tempat khusus.

b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera

(43)

10) Melakukan asuhan pasca persalinan

a) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

b) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di

dada ibu paling sedikit 1 jam).

(1) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dala, waktu 30-60 menit. Menyusu pertama

biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup

menyusu dari satu payudara.

(2) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

c) Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuscular di paha

kiri anterolateral setelah satu jam, kontak kulit ibu-bayi.

d) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam

pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

(1) Letakkan bayi di dalam jangakauan ibu agar sewaktu-waktu

bisa disusukan.

(2) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum

berhasil menyusu didlam satu jam pertama dan biarkan

sampai bayi berhail menyusu.

Evaluasi :

e) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam:

(44)

(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan

asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

f) Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan massase uterus dan

menilai kontraksi.

g) Evaluasi dan estimasi jumla kehilangan darah.

h) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan.

(1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2

jam pertama pasca persalinan.

(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

i) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh

normal (36,5C-37,5C)

Kebersihan dan keamanan :

j) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontminasi.

k) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

(45)

l) Berisihkan dada ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

m) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan kelarga untuk memberikan ibu makan dan minum

yang diinginkan.

n) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

o) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

p) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang

kering dan bersih.

Dokumentasi :

q) Lengkapi partograf (halaman depan belakang) periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

i. Pemantauan Partograf

Partograf di pakai untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam

penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).

Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin ,tanpa

menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan

komplikasi. (Prawirohardjo,S.2010;hal N-12)

Hal yang perlu dicatat yaitu meliputi kondisi ibu dan janin:

(46)

2) Air ketuban ,catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan

vagina:

U : selaput utuh

J : selaput pecah,air ketuban jernih

M : air ketuban bercampur mekonium

D : air ketuban bernoda darah

K : tidak ada cairan ketuban / kering.

3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

0 : sutura terpisah

1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang

tepat/bersesuaian

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

4) Pembukaan mulut rahim (serviks) ,dinilai setiap 4 jam dan beri

tanda silang (x)

Penurunan, mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5

bagian) yang teraba(pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas

simfisis pubis ; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap

pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinisput (S) atau paruh atas

kepala berada di simfisis pubis.

5) Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani

sesudah pasien diterima.

(47)

7) Kontraksi , catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik.

Kurang dari 20 detik

Antara 20 dan 40 detik

Lebih dari 40 detik.

8) Oksitosin , jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin

per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

9) Obat yang diberikan , catat semua obat lain yang diberikan.

10) Nadi , catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah

titik besar (∙) .

11) Tekanan darah , catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak

panah.

12) Suhu badan , catatlah setiap dua jam.

13) Protein, aseton dan volume urin , catatlah setiap kali ibu

berkemih.

Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian

terhadap kondisi ibu dan janin segera mencari rujukan yang

tepat (Saiffudin,2010; hal N-12).

j. Penyulit persalinan

Persalinan yang normal menunjukkan bahwa ketiga faktor penting

yaitu, power, passage dan passanger sama dengan baik sehingga

persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Dengan faktor

(48)

jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan

untuk mencapai well health baby dan well health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan

dari 3P disebut persalinan distosia.

Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Power atau kekuatan His

His(kekuatan kontraksi otot rahim) yang normal mempunyai sifat

kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, fundus

dominan menjalar keseluruh otot rahim, kekuatannya seperti

memeras isi rahim. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak

kembali kepanjang semula sehingga terjadi retraksi dan

pembentukan segmen bawah rahim. Kelainan kontraksi otot

rahim adalah

i. inersia uteri. His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his

normal yang terbagi menjadi:

1. inersia uteri primer, bila sejak semula kekuatannya sudah

lemah.

2. Inersia uteri sekunder, his pernah cukup kuat tetapi kemudian

melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada

pembukaan, pada bagian terbawah terdapat caput dan

mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat

menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga

memerlukan konsultasi atau merujuk penerita kerumah sakit,

(49)

ii. tetania uteri. His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga

tidak terdapat kesempatan relaksasi otot rahim. Akibat dari

tetania uteri dapat terjadi

1. Partus presipitatus. Persalinan yang berlangsung dalam waktu

tiga jam. Akibatnya mungkin fatal terjadi persalinan tidak pada

tempatnya, terjadi trauma janin karena tidak terdapat

persiapan dalam persalinan, trauma jalan lahir ibu yang luas

dan menimbulkan perdarahan, inversio uteri.

2. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intrauterin sampai

kematian janin dalam rahim.

iii. Inkoordinasi kontraksi otot rahim. Keadaan inkoordinasi kontraksi

otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim

untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiaran janin

dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim

adalah faktor usia penderita relatif tua, pimpinan persalinan,

karena induksi persalinan dengan oksitosin, rasa takut dan

(50)

Tabel 2.2: Indikasiuntuk tindakan dan rujukan segera selama persalinan kala II

Penilaian Temuan dari penilaian dan pemeriksaan

Rencana asuhan atau perawatan

Nadi

Tanda atau gejala syok: Nadicepat,lemah(110x/menit atau lebih)

Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)

Pucat pasi

Berkeringat atau dingin,kulit lembab

Nafas cepat(lebih dari 30x/menit)

Cemas,bingung atau tidak sadar

Produksi urin sedikit(kurang dari 30cc/jam)

1. baringkan miring ke kiri

2. naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran arah ke jantung

3. pasang infus menggunakan jarum diametr besar(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS.Infuskan 1 L dalam 15 samapai 20 menit;jika mungkin infuskan 2L dalam waktu satu jam pertama,kemudian turunkan ke 125cc/jam

4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Nadi Urin

Tanda atau gejala dehidrasi Perubahan nadi(100x/menit atau lebih)

Urin pekat

Produksi urin sedikit(kurang dari 30cc/jam)

1. Anjurkan ibu untuk minum

2. Nilai ulang setiap 30 menit(menurut peoman dipartograf).jika kodisinya tidak membaik dalam waktu satu jam,pasang infus menggunakan jarum diameter ukuran besar 16 atau 18 dan berikan RL atau NS 125 cc/jam

3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan Nadi

Tanda atau gejala infeksi Nadi cepat(110x/menit atau lebih) kemampuan penatalaksanaan gawar darurat obstetri dan bayi baru lahir 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan

Takanan darah Urin

Tanda atau gejala pre-eklampsia ringan:

Tekanan darah diastolik

90-1. Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit(saat diantara kontraksi atau meneran)

(51)

Keluhan subyektif Kesadaran

110 mmHg

Proteinuria hingga +2

tatalaksana sebagai preeklampsia berat

Kejang Tanda atau gejala pre-eklampsia berat atau eklamsia:

Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih

2. Pasang infus dengan menggunakan jarum diameter besar

3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 40% IV dengan kecepatan 1 gr/menit

4. Berikan dosis pemeliharaan MgSO4 40,6 gr dalam 6 jam.segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir

5. Dampingi ibu ke tempat rujukan

Kontraksi Tanda-tanda inersia uteri Kurang dari 3 kontraksi meneran(primigravida) atau 1 jam(multigravida),segera rujuk ke fasilitas kesehatab rujukan

7. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Denyut

1. Baringkan miri g ke kiri ,anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran

2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:

Jika DJJ normal,minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran.

Jika DJJ abnormal,rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

Dampingi ibu ke tempat rujukan. Penurunan

kepala bayi

(52)

partograf melewati garis waspada sedangkan pembukaan servik dan kontraksi cukup memuaskan maka segera rujuk pasien ke fasilitas rujukan

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Lahirnya

bahu

Tanda-tanda distosia bahu Kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar

Kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali kedalam vagina (kepala kura-kura) Bahu bayi tidak lahir

Lakukan tindakan dan upaya lanjut(tergantung hasil tindakan yang dilakukan)

1. Perasat Mc.Robert

2. Prone Mc.Robert(menungging) 3. Anterior dysimpact

4. Perasat cork-screw dari wood 5. Perasat schwartz-dixon.

Cairan ketuban

Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium: Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium)

1. Nilai DJJ:

a. Jika DJJ normal,minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi.pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan giak menahan nafasnya saat meneran b. Jika DJJ tidak normal,tangani sebagai

gawat janin(lihat diatas)

2. Setelah bayi lahir,lakukan penilaian segera dan bila dan bila bayi tidak bernafas maka hisap lendir di mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir DeLee(DTT/steril) atau bola karet penghisap(baru dan bersih).lakukan tindakan lanjutan sesuai dengan hasil penilaian.

Tali pusat Tanda-tanda tali pusat menumbung:

Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam

1. Nilai DJJ,jika ada:

Segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Baringkan miring ke kiri dengan pinggul agak naik.dengan memakai sarung tanagn DTT/steril,satu tangan didalam vagina untuk menahan kepala bayi agar tidak menekan tali pusat dan tangan lain diabdomen untuk menahan bayi pada poisinya.(keluarga dapat membantu melakukannya)

ATAU

Ganjal bokong ibu agar lebih tinggi dari kepalanya.dengan mengenakan sarung tangan DTT ,masukan satu tangan ke vagina untuk menahan kepala bayi agar tak menekan tali pusat.

2. Jika DJJ tidak ada

Beritahu ibu dan keluarganya.

Gambar

Tabel 2.1 Diagnosis banding Nulipara dan Multipara
Tabel 2.2: Indikasiuntuk tindakan dan rujukan segera selama persalinan kala II
grafik penurunan
Tabel 2.3 :Indikasi-indikasi untuk Tindakan dan/atau rujukan segera selama
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan skripsi dengan judul “ Penerapan Sistem Bagi Hasil

Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Solo Radio Untuk Mempertahankan Jumlah Pendengar Melalui Media Sosial, Regenerasi Penyiar, dan Event Off Air. Program

dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan, 3 menurut Zainal Arifin dalam bukunya, bahwa kata Prestatie bahasa belanda yang berarti “

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis skripsi, “ POLA INTERAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fasilitas fisik, produk, harga, promosi dan pelayanan depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) dengan keputusan konsumen

Pada penelitian ini akan dibuat model pompa air energi termal dengan menggunakan fluida kerja air pada beberapa variasi evaporator, daya pemanas dan head pemompaan serta akan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi responden yang merupakan anak dengan umur 9-12 tahun sudah baik karena asupan karbohidrat, protein

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Biaya pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1990- 2005.. Terdapat hubungan yang