• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN - Diah Ulfiatun BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. KEHAMILAN - Diah Ulfiatun BAB II"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. KEHAMILAN

a. Pengertian

Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari ( 40 minggu ), dan tidak lebih dari 300 ( 43 minggu ). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur ( cukup bulan ). Bila kehamilan lebih dari ( 43 minggu) disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut kehamilan prematur.

( Sarwono, 2006 : hal 125 )

Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu: kehamilan triwulan pertama ( antara 0 sampai 12 minggu ); kehamilan triwulan kedua ( antara 12 sampai 28 minggu ); kehamilan triwulan ketiga ( antara 28 sampai 40 minggu )

( Sarwono, 2006 : hal 125 ) b. Perubahan adaptasi Fisiologis

1) Sistem reproduksi a) Uterus

(2)

b) Serviks

Pelunakan serviks yaitu karena pembuluh darah dalam serviks bertambah dan karena timbul odema dari serviks dan hiperplasia kelenjar-kelenjar serviks.

c) Vagina

Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga selaput lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan (elastisitet) vagina bertambah, artinya daya bertambah, sebagai persiapan persalinan.

d) Ovarium

Pada salah satu ovarium diketemukan corpus luteum graviditatis, tetapi setelah bulan ke-IV corpus liteum ini mengisut.

e) Mamae

Mamae biasanya membesar dalam kehamilan disebabkan hypertrofi dari alveoli. Ini sering menyebabkan hypersensitivitas pada mamae. Di bawah kulit buah dada sering nampak gambaran-gambaran dari vena yang meluas. Puting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya. Areola mamae melebar dan lebih tua warnanya. ( Obstetri Fisiologi : hal 143 ) 2) Sistem kardiovaskuler

(3)

banyak, kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %, akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh edalam keadaan dekompensasi kordis.

( Sarwono, 2006 : hal 96 ) 3) Sistem perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya umur kehamilanbila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. ( Sarwono, 2006 : hal 97 )

4) Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada sistem muuskuloskeletal. Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligamen-ligamen dari tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari otot terutama otot-otot pelvic.

(4)

5) Sistem persyarafan

Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut : kompresi syaraf panggul, lordosis dorsolumbal, edema yang melibatkan syaraf perifer, rasa nyeri dan gatal di tangan, nyeri kepala, hipokalsemia.

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 64 ) 6) Sistem Gastroitestinal

Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh uterus yang membesar. Sebagai akibat perubahan-perubahan posisi visera. Pengosongan lambung dan waktu transit di usus halus menurun pada kehamilan karena faktor hormonal atau mekanis, hal ini mungkin diakibatkan oleh progesteron dan penurunan kadar motilin, suatu peptida hormon yang diketahui mempunyai efek stimulasi otot polos.

( Obstetri Wiliam vol 1 edisi 21, 2006 : hal 206 ) 7) Sistem Endokrin

Kelenjar hipofisis selama kehamilan mengalami perbesaran kira-kira 135 %. Dugaan bahwa ukurannya mungkin bertambah cukup besar sehingga dapat menekan khiasma optikum dan mengurangi lapang pandang, perubahan-perubahan visual selama kehamilan normal sifatnya minimal.

(5)

8) Sistem pernapasan

Diafragma naik 4 cm selama kehamilan. Pada semua tahap kehamilan normal, banyaknya oksigen yang dialirkan keparu melalui peningkatan volume tidak melebihi kebutuhan oksigen yang dtimbulkan oleh kehamilan. Lebih lanjut, jumlah hemoglobin dalam sirkulasi dan juga kapasitas pembawa oksigen total, meningkat cukup besar selama kehamilan normal.

( Obstetri Wiliam Vol 1 Edisi 21, 2006 : hal 201 ) 9) Sistem pencernaan

Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh HCG, tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 59 ) c. Perubahan Adaptasi Psikologi

( Yeni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 71 )

1) Perubahan Psikologi trimester I ( masa penentuan )

a) Banyak ibu hamil merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan pada perubahan fisik yang dialaminya.

(6)

c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama.

d) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido. 2) Perubahan psikologi trimester II ( masa pancaran kesehatan)

a) Ibu sudah mulai terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi dan rasa tidak nyaman karena kehamilannya sudah berkurang.

b) Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya lebih konstruktif.

c) Ibu dapat merasakan gerakan bayinya, ibu mulai merasakan kehadiran dirinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri.

d) Ibu merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama. e) Merasakan meningkatnya libido.

3) Perubahan psikologi trimester III ( masa penantian )

a) Ibu menantikan kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya.

b) Ibu merasakan perasaan tidak senang ketika bayinya tidak lahir tepat waktu.

(7)

d) Ibu merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian khusus dari pasangannya.

e) Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester II karena abdomen menjadi penghalang.

d. Diagnostik kehamilan ( Sarwono, 2006 : hal 125 )

Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain sebagai berikut :

1) Amenorea (tidak dapat haid).

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah).

3) Mengidam (mengingini makanan dan minuman tertentu). 4) Pingsan.

5) Mamae menjadi tegang dan membesar. 6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) 7) Sering kencing.

8) Obstipasi. 9) Pigmentasi kulit. 10) Epulis.

11) Varises. 12) Suhu basal. 13) PP test (+).

e. Tanda tidak pasti Kehamilan

( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 97 ) 1) Amenorhea.

(8)

4) Konstipasi.

5) Perubahan berat badan. 6) Perubahan payudara. 7) Perubahan warna kulit. 8) Perunahan payudara. 9) Perubahan pada uterus. 10) Keluhan kencing.

11) Perubahan temperatur basal.

f. Tanda pasti hamil ( Sarwono, 2006 : hal 129)

1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.

2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.

3) Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen.

4) Pada pemeriksaan dengan sinar Rontgen tampak kerangka janin. 5) Dengan Ultrasonografi ( scanning ) dapat diketahui ukuran kantong

janin, panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya umur kehamilan.

g. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Abdomen (Obstetri Fisiologi, 2006 : hal 160-166) a) Inspeksi

(9)

b) Palpasi

Maksudnya periksa raba untuk menentukan : besarnya rahim dengan ini menentukan tuanya kehamilan, menentukan letaknya anak dalam rahim.

Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian :

(1) Lepold I

Leopold I untuk menentukan tuanya umur kehamilan dari tingginya fundus uteri. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha, pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien dan melihat kearah muka pasien, rahim dibawa ketengah, tingginya fundus uteri ditentukan, tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokong ialah lunak, kurang bundar dan kurang melenting.

(2) Leopold II

(10)

kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang.

(3) Leopold III

Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah masuk panggul atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Cara melakukan pemeriksaannya yaitu : menggunakan satu tangan saja, bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya, cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.

(4) Leopold IV

(11)

c) Auskultasi

Bunyi jantung anak baru dapat didengar menggunakan linex pada akhir bulan ke V, walaupun dengan ultrasound ( doptone ) sudah dapat didengar pada akhir bulan ke III. Frekuensi lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa ialah antara 120-140x/menit. Bunyi jantung paling jelas terdengar pada bagian punggung anak.

2) Pemeiksaan Laborat

(1) Pemeriksaan air kencing.

(2) Pemeriksaan darah. (3) Pemeriksaan faeces.

h. Identifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan

1) Tanda-tanda bahaya kehamilan muda (Sarwono, 2006 : hal 305) a) Perdarahan pervaginam

(1) Abortus Imminens (abortus yang mengancam)

(2) Abortus Insipiens (perdarahan uterus pada kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus) (3) Abortus Incomplitus (sebagian dari hasil konsepsi

telah keluar)

(4) Abortus Komplitus (semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan)

b) Kehamilan ektopik

(12)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks, partsinerstiliasis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim. c) Mola Hidatidosa

( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 159)

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio.

2) Tanda bahaya kehamilan lanjut ( Yuni dan Heni dan Sujiyatini, 2010 : hal 163)

a) Perdarahan pervaginam. b) Sakit kepala yang hebat.

c) Penglihatan kabur.

d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.

e) Bengkak pada muka dan jari tangan. f) Keluar cairan pervaginam.

g) Gerakan janin tidak terasa. i. Antenatal care

Pemeriksaan kehamilan dilakukan : 1) 1 kali sebulan sampai bulan ke-VI

2) 2 kali sebulam dari bulan ke-VI sampai dengan bulan ke-IX 3) 1 kali seminggu pada bulan terakhir.

(13)

Tujuan antenatal care :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Jadwal kunjungan ulang :

1) Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk : a) Penapisan dan pengobatan anemia. b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :

(14)

b) Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi, atau alat reproduksi dan salurak perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan. 3) Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II. b) Mengenali adanya letak dan presentasi. c) Memantapkan rencana persalinan. d) Mengenali tanda-tanda persalinan.

(Sarwono, 2002 : hal 90-98)

2. PERSALINAN

a. Pengertian

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan dan hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri Fisiologi hal : 221).

Persalinan dan kelahiran normal adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu dan bayi , dan umunya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

(15)

Power adalah Tenaga yang mendorong anak keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot dinding perut dan penekanan diafragma kebawah.

a) His ( kontraksi otot rahim) adalah suatu kontraksi dari otot-otot dinding rahim yang fisiologis, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot waktu kontraksi, tekanan pada ganglia dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi.

b) Tenaga mengejan

(1) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.

(2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi.

(3) Waktu kepala sampai pada pintu atas panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan bahwa pasien glottisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragma kebawah.

(4) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif saat rahim berkontraksi.

(16)

(6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah plasenta terlepas dari dinding rahim.

2) Faktor Passage ( Sumarah dkk, 2008 : hal 23 )

Faktor passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.

a) Bagian keras panggul

Tulang panggul :

(1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os ischium, dan os pubis

(2) 1 tulang kelangkang (os sacrum) (3) 1 tulang tungging (os cocygis)

b) tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian yaitu :

(1) Pelvis mayor

Bagian di atas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.

(2) Pelvis Minor

Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.

(17)

(4) Bidang tengah panggul atau midpelvic

Terdiri atas bidang luas panggul dan bidang sempit panggul. Pintu bawah panggul (PBP) atau disebut juga pelvic outlet.

c) Pintu atas panggul / PAP

(1) Bagian anterior pintu atas panggul, yakni batas atas pelvis minor, dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.

(2) Bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektinea, yaitu sepanjang tulang inominata.

(3) Bagian posteriornya dibentu oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan promontorium sacrum.

d) Rongga panggul atau panggul tengah panggul

(1) Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior pendek dan dinding posterior yang jauh lebih cembung dan panjang.

(2) Rongga panggul melekat pada bagian posterior simpisis pubis, iskium, sebagian illium, sakrum, dan koksigeum. e) Pintu bawah panggul

(1) Adalah batas bawah pelvis minor.

(18)

f) Bidang-bidang Hodge

(1) Hodge I : Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sacro-iliaka, sayap sacrum, linea iniminata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.

(2) Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

(3) Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP ( Hodge I).

(4) Hodge IV : Bidang setinggi ujung os.coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

g) Ukuran-ukuran panggul

(1) Distansia spinarum : 24-26 cm (2) Distansia kristarum : 28-30 cm (3) Distansia Boudeleque : 18-20 cm

(4) Lingkar panggul : 80-90 cm 3) Faktor Passenger

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir Merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

c. Tahap-tahap persalinan (Fisiologi Obstetri : hal 224) 1) Kala I

Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi lengkap.

(19)

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. 3) kala III

Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. 4) Kala IV

Dimulai dari 2 jam pertama setelah plasenta lahir.

d. Mekanisme persalinan ( Fisiologi Obstetri : hal 235-243) 1) Turunnya kepala

Turunnya kepala dibagi dalam : masuknya kepala dalam pintu atas panggul, majunya kepala.

2) Fleksi

Fleksi ini disebabkan karena anak didiorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggu, cervix, dinding panggul, atau dasar panggul.

3) Putaran paksi dalam

Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphysis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke bawah symphysis.

4) Extensi

Setelah putaran paksi selesai da kepala sampai di dasar

(20)

mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya

5) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tubr ischiadicum sendiri. 6) Expulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphysis dan menjadi hypomocholin untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

e. Asuhan persalinan kala I

kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase :

1) fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka 4cm, dan umumnya berlangsung hingga 8 jam

2) Fase aktif

(21)

Hal-hal yang dilakukan dalam kala I adalah :

1) Menentukan tinggi fundus. 2) Memantau kontraksi uterus.

3) Memantau denyut jantung janin. 4) Menentukan presentasi.

5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin. ( JNPK-KR Depkes RI revisi, 2008 : hal 38-42) f. Asuhan persalinan kala II

pesalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi.

( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77)

langkah-langkah pertolongan persalinan kala II sesuai APN ( Asuhan Persalinan Normal ) Ada 58 Langkah :

( JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 77-113)

1) Mendengar, melihat, dan memeriksa tanda gejala Kala Dua

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menetalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3) Memakai celemek plastik.

(22)

6) Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang di basahi air DTT.

8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan Lengkap. Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus unuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

11) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu unyuk menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

(23)

13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 600 menit.

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong

ibu.

17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

Membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksidan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.

20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

(24)

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

Perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

25) Melakukan penilaian (sepintas)

26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut ibu.

27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain di dalam uterus (hamil tunggal)

28) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi dengan baik)

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

(25)

luar klem penjepit dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31) Memotong dan mengikat tali pusat.

32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikkan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan dorso kranial).

(26)

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43) Memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi

(di dada ibu paling sedikit 1 jam)

44) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

45) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

46) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

(27)

49) memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

51) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.

52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 53) Menyelupkam sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.

Balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue dan handuk pribadi yang kering dan bersih.

55) mengamati dan periksa apa bayi berhasil menyusu.

56) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi.

57) Memberikan suntikan imunisasi hepatiti B (setelah 1 jam pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

(28)

f. Asuhan persalinan kala III (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 98)

persalinan kala III merupakan kala yang dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

1) Perubahan bentuk dan tinggi uterus. 2) Tali pusat memanjang.

3) Semburan darah mendadak dan singkat.

Asuhan yang diberikan pada kala III yaitu : Manajemen Aktif kala III (MAK), langkahnya yaitu :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali. 3) Massase fundus uteri.

g. Asuhan Persalinan kala IV

persalinan kala IV yaitu dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.

Asuhan yang diberikan pada kala IV yaitu : 1) Memperkirakan jumlah kehilangan darah.

2) Memeriksa perdarahan dari perineum. 3) Pencegahan Infeksi.

(29)

h. IMD ( Inisisasi Menyusui Dini )

Menurut JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 127. Inisiasi menyusui dini merupakan keharusan bayi untuk mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya walaupun bayi telah menghisap puting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.

i. Partograf (JNPK-KR Depkes RI, 2008 : hal 55 )

Partograf merupakan alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf akan membantu menolong persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan. 2) Mencatat kondisi ibu dan bayinya.

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.

(30)

3. Bayi Baru lahir (BBL)

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan 38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram, dan panjang badan sekitar 50-55 cm.

( Jenny J.S.,2013 : hal 150 )

b. Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. 2) Panjang badan bayi 48-50 cm.

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm. 4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180x/menit. Kemudian turun sampai 140-120 x/menitpada saat bayi berumur 30 menit.

6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama 80x/menit disertai cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licinkarena jaringan subkutn Cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. 9) Kuku telah agak panjang dan lemas.

10) Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia Mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

(31)

12) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

c. Perubahan-perubahan yang segera terjdi setelah kelahiran (Sarwono, 2006 : hal 253-255)

1) Gangguan metabolisme karbohidrat

Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya terdapat pada bayi BBLR, bayi dan ibu menderita diabetes melitus dan lain-lain.

2) Gangguan umum

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar, maka bayi akan kehilangan panas. Kejadian ini sangat berbahaya untuk neonatus terutama bayi berat lahir rendah, dan bayi asfiksia karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan vasokonstriksi, insulasi dan produksi panas yang dibuat sendiri. Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatu

(32)

3) Perubahan sistem pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen. rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan di luar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma serta otot otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru pada janin normalcukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula.

4) Perubahan sistem sirkulasi

(33)

menjadi lebih tinggi daripada tekanan atrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

5) Perubahan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi. 6) Kegawatdaruratan pada Bayi baru lahir (APN.2008 hal: 142)

a) Asfikisia

Asfiksia adalah bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.

b) Penyebab yang memungkinkannya terjadinya asfiksia 1) Keadaan ibu

(a) Preeklamsia dan eklamsia.

(b) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta).

(c) Partus lama atau partus macet. (d) Demam selama persalinan.

(e) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

(f) Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan) 2) Keadaan tali pusat

(34)

(c) Simpul tali pusat. (d) Prolapsus tali pusat. 3) Keadaan bayi

(a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).

(b) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacum, forsep).

(c) Kelainan kongenital.

(d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). c) Kunjungan Neonatal

1) Kunjungan neonatal I pada 6 jam - 48 jam setelah lahir 2) Kunjungan neonatal II pada hari ke 3 – hari ke 7 3) Kunjungan neonatal III pada hari ke 8 – hari ke 28 d) Reflek pada Neonatus

(Jeni.J.S, 2013 : hal 51) 1) Reflek menggenggam

Meletakkan kelingking ke telapak tangan bayi akan Menunjukan reflek menggenggam.

2) Plantar reflek

Menyentuh satu kaki dengan jari akan memperoleh respon plantar. Sama dengan reflek genggaman palmer.

3) Traction reflek

Mengangkat bayi ke atas dengan tangan akan menyebabkan sikutmenegang

(35)

Mengusap dagu bayi dengan jari menyebabkan kepala turun ke arah jari dan mulut akan membuka.

5) Reflek menghisap

Dengan menempatkan satu jari bersih pada mulut bayi, akan dapat menilai kekuatan dan kordinasi reflek menghisap.

6) Reflek melangkah

Peganglah bayi di bawah lengan dengan kedua tangan, kaki bayi dimungkinkan untuk menyentuh permukaan yang rata.

7) Moro reflek

Reflek ini menjelaskan respon klasik moro dimana kedua tangan bayi terlempar keluar dan kemudian kembali ke tengah.

e) Asuhan pada bayi usia 24 jam (wafi nur, 2010 : hal 252) pengkajian fisik Bayi baru lahir

1) Pemeriksaan umum (a) Pernafasan

(36)

(b) Warna kulit

Warna kulit bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.

(c) Denyut jantung

Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal jika di atas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distres. Jika ragu ulangi penghitungan denyut jantung. (d) Suhu aksiler 36,5ºC dan sampai 37,5ºC

(e) Postur dan gerakan

Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar. (f) Tonus otot/tingkat kesadaran

Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan bila rewel. Bayi apat dibangunkan jika sedang tidur. (g) Ekstremitas

(37)

(h) Kulit

Warna kulit dan adanya vernik kaseosa, pembengakakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.

(i) Tali pusat

Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.

(j) Berat badan

Berat badan normalnya 2500-4000 gram. 2) Pemeriksaan umum

(a) Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succadeneum, cephal hematoma, hidrosefalus. (b) Muka

Tanda-tanda paralisis. (c) Mata

Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.

(d) Telinga

Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala.

(e) Hidung

(38)

(f) Mulut

Labio/palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah

(g) Leher

Pembengkakan atau benjolan (h) Klavikula dan lengan tangan Gerakan, jumlah jari.

(i) Dada

Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan pernapasan.

(j) Abdomen

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, dinding peut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk. (k) Genetalia

Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada di ujung penis.

Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora dan labia minora.

(l) Tungkai dan kaki

Gerakan, bentuk, dan jumlah kaki. (m) Anus

Berlubang/tidak, fungsi spingter ani. (n) Punggung

(39)

(o) Reflek

Moro, rooting, walking, gaspring, sucking, tonickneck. (p) Antropometri

BB, PB, LK, LD, LP, LILA (q) Eliminasi

BBL normal biasanya BAK lebih dari enam kali perhari, BAB cair 6 sampai 8 kali perhari, dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi pada beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.

4. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

(40)

masa-masa („adah) haidnya dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, perlu diperiksakan ke bidan atau dokter. (yeti anggraeni, 2010 : hal 1)

b. Tujuan masa nifas (Marmi, 2012 : hal 12)

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5) Mendapatkan kesehatan emosi.

c. Tahapan masa nifas ( vivian nani, 2011 : hal 4)

Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut : 1) Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya perempuan normal lainnya.

2) Puerperium intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3) Puerperium remote

(41)

d. Perubahan masa nifas (yetti anggraeni, 2010 : hal 31)

1) Involusi uterus a) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

b) Proses involusi uterus

(1) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebarnya dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. (2) Atrofi jaringan

(42)

(3) Efek oksitosin (kontraksi)

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

c) Bagian bekas implantasi plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelnjar pada dasar luka.

d) Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum.

(43)

Involusi uteri dari luar dapat diamatinyaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara :

1) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 Jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.

2) Pada hari ke dua setelah persalinanan TFU 1 cm di bawah pusat. Pada hari ke 3-4 TFU 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU setengah pusat simpisis. Pada hari ke 10 TFU tidak teraba.

e) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel dibawah ini :

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra (kureta) 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan sisa mekonium.

(44)

dan berlendir

Segera setelah proses post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antar korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

3) Vulva dan vagina

(45)

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

4) Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

5) Rahim

Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari di bawah pusat, 2 minggu setelah melahirkan rahim sudah tidak teraba, 6 minggu akan pulih seperti semula. Akan tetapi perut ibu masih terlhat buncit dan muncul garis garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil.

6) Payudara (Marmi, 2012 : hal 18)

(46)

seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar air susu.

e. Reflek dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu 1) Reflek prolaktin

Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasmya plasenta dan kurang berfungsinya korpus lateum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. (Vivian nanny, 2011 : hal11-12)

2) Reflek let down

(47)

Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. (vivian nanny, 2011 : hal 13)

f. Mekanisme menyusui

Bayi mempunyai 3 refleks intrinsik yang dibutuhkan dalam keberhasilan menyusui ( Yetti Anggraeni, 2010 : hal 12-13)

1) Refleks mencari (Rooting reflex)

Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

2) Refleks Menghisap

(48)

3) Refleks menelan

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran iar susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme mesuk ke lambung.

g. Langkah-langkah menyusi yang benar :

1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, dudukk dan berbaring dengan santai

2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur / kursi ibu harus merasa rileks.

3) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan putting susu bayi.

4) Ibu mendekatkan bayi ketubuh (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusui : membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh.

5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke biir bayi, menunggu hingga mulut Bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut.

6) Memastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.

(49)

bayi harus lurus hadapkan bayi kedada ibu sehinggga hidung bayi berhadapan dengan puting susu. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke putting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

8) Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingkin ibu diantara mulut dan payudara.

9) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk –nepuk punggung bayi.

(Vivian nani, 2011 : hal 32-34) h. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

1) Makanan.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran. 3) Pengunanaan alat kontrasepsi. 4) Perawatan payudara.

5) Anatomi payudara. 6) Faktor fisiologi. 7) Faktor istirahat.

8) Faktor isapan anak atau frekuesi penyusuan anak. 9) Faktor obat-obatan.

10) Berat lahir bayi.

11) Umur kehamilan saat melahirkan.

(50)

i. Tanda bayi cukup ASI

Bayi usia 0 – 6 bulan dapat dinilai mendapat kecukuan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut :

1) Bayi minum ASI tiap 2 – 3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2 – 3 minggu pertama.

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuesi sering dan warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil paling tidak 6 – 8 kali sehari. 4) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah

habis.

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan.

8) Perkembangan motorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentan usianya).

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup.

10) Bayi menyusui dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan Tertidur pulas.

(51)

j. Manfaat pemberian ASI (Marmi, 2012 : hal 29 – 30) Bagi bayi :

1) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengadung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

2) Komponen ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

3) ASI Memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

4) Bayi yang minuman ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan ideal.

5) ASI mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

6) Secara alamiah ASI Memberkan kebutuhan yang sesuai dengan usia kelahiran bayi.

7) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga kebersihanya terjamin.

8) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan.

9) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu mengurangi Insiden maloklusi dan membetuk otot pipi yang baik.

(52)

Manfaat untuk Ibu :

1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi pendaraahan post parfum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipopesis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk konstraksi saluran SI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.

2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena mengeluarkan energi untuk ASI dan proses pembentukanya akan mempercepat kehilangan lemak.

3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsiroma ovarium.

4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja

(Marmi ,2012 : hal 30)

k. Perubahann sistem Pencernaan (yetti anggraeni, 2010 : hal 41)

(53)

l. Perubahan Sistem Perkemihan (yetti anggraeni, 2010 : hal 41)

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitn buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses mmelahirkan. Buang air kecil sering selama 24 jam peratam. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema lehr buli – buli sesudah bagian ini mengalami kompresiantara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureer yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 bulan.

m. Perubahan sistem muskuloskeletal (yetti anggraeni, 2010 : hal 45) Adaptasi sistem muskuloskeletal ibunyang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke08 setelah wanita melahirkan.

n. Perubahan sistem endokrin (Sitti saleha, 2009 : hal 60)

(54)

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mecegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk semula.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.

3) Estrogen dan progesteron

(55)

o. Perubahan tanda-tanda vital (vivian nanny, 2010 : hal 60)

1) Suhu badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38ºC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Asi dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genitalis, atau sistem lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklmasia post partum.

4) Pernapasan

(56)

p. Perubahan sistem hematologi (yetti anggraeni, 2010 : hal 50)

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi pada beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

q. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas (sitti saleha, 2009 : hal 71 - 75)

1) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

(57)

c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 2) Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini tentu tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

3) Eliminasi

a) Buang air kecil

ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum mencapai 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

b) Buang air besar

(58)

setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)

c) Personal hygiene

Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk dijaga.

4) Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah :

a) Anjurkan ibu agar isitirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

5) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat :

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami-istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarimya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap.

(59)

atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

6) Latihan senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu mereka akan selalu

berusaha memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi.

r. Adaptasi psikologis pada ibu nifas (Vivian nanny, 2011 : hal 65-66)

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampe hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu tentunya pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakanya. Hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap lingkunganya. Keampuan mendengerkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.

2) Fase taking hold

(60)

tidak kemampuanya dan rasa tangung jawabnya untuk merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya, sehingga timbul percaya diri.

3) fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat dir dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukunga dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.

s. Kebijakan program nasional pada masa nifas

(Vivian nani, 2011 : hal 4 - 5)

Pada kebijakan nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut :

1) 6 – 8 jam setelah persalinan

(61)

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut .

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mecegah hipotermi.

2) 6 hari setelah persalinan

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uteus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak bau.

b) Menilai ada tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusar, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) 2 Minggu setelah persalinan

(62)

4) 6 minggu setelah persalinan

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

5. Keluarga Berencana

a. Definisi KB (Hanafi Hartanto, 2004 : hal 27)

Menurut WHO adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

1) Mendapat objektif-objektif tertentu menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3) Mendaptakan kelahiran yang memang diinginkan 4) Mengatur interval di antara kehamilan.

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri

6) Menetukan jumlah anak dalam keluarga.

b. Penapisan Klien (Kkb, 2012 : hal U9-U13)

1) Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada :

a) Kehamilan.

(63)

c) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

2) Tanyakan kepada Klien hal-hal di bawah ini, bila semua jawaban klien adalah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa memakai metode yang diinginkan.

Tabel 2.1 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif

Metode Hormonal

(pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk)

YA TIDAK

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan ?

Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama.

Apakah pernah ikterus/pada kulit atau mata.

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema).

Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) dan 90 mmHg (diastolik).

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara.

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)

Apakah hari pertama haid terakhir7 hari yang lalu.

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain.

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)

Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam)

(64)

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/istirahat baring.

Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama.

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital.

1. Apabila Klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir

2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk.

3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN) c. Pemilihan kontrasepsi harus sesuai dengan pertimbangan pada masa

nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak menggangu dengan produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan. (Yetti Anggraini, 2010 : hal 62)

d. Metode Amenorea Laktasi (MAL) 1) Definisi

(65)

2) MAL dapat dipakai sebagai kontasepsi bila :

a) Menyusui secara penuh (full breast feeding) ; lebih efektif pemberian tidak kurang dari 8 kali sehari.

b) Belum haid.

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

d) Efektif sampai 6 bulan.

e) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

3) Cara Kerja

Penundaan / penekanan ovulasi.

4) Keuntungan kontrasepsi

a) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan)

b) Segera Efektif.

c) Tidak mengganggu sanggama.

d) Tidak ada efek saping secara sistematik.

e) Tidak perlu pengawasan medis. 5) Kerugian kontrasepsi

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera meyusui dalam 30 menit pasca persalinan.

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(66)

d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS. (KKB, 2012 : hal MK1 - MK2)

e. Mini pil 1) Definisi

Mini pil bukan hanya menjadi pengganti dari pil oral kombinasi, tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan, yang digunakan oleh wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.

2) Keuntungan mini pil

a) Dapat diberikan untuk wanita yang menderita keadaan tromboembolik.

b) Laktasi.

c) Mungkin cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, chloasma, berat badan bertambah dan rasa mual).

3) Kerugian mini pil

a) Mini pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan pil oral kombinasi.

(67)

c) Kurang efektif dalam mencegah kehamilan ektopik dibandingkan dengan mencegah kehamilan intra uterin.

d) Lupa minum 1 atau 2 tablet mini pil atau kegagalan dalam absorpsi mini pil oleh sebab muntah atau diare, sudah cukup untuk meniadakan proteksi dan kontraseptifnya.

4) Mekanisme kerja mini pil

a) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus. b) Perubahan dalam motilitas tuba.

c) Perubahan dalam fungsi corpus luteum.

d) Perubahan lendir serviks, yang mengganggu motilitas atau daya hidup spermatozoa.

e) Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi.

(dr. Hanafi hartanto, 2004 : hal 155-157) f. Suntikan progestin

1) Terdapat 2 jenis suntikan progestin yang hanya mengandung progestin,

yaitu :

a) Depo Medroksiprogesteron asetat (depo provera), mengandung 150mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (didaerah bokong).

Gambar

grafik pertumbuhan.
Tabel 2.1 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian personal-organisasi menurut Grobler (2016) dapat dilihat dari berbagai aspek seperti kesesuaian nilai atau value congruence, yaitu kesesuaian antara nilai.. individu

Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Solo Radio Untuk Mempertahankan Jumlah Pendengar Melalui Media Sosial, Regenerasi Penyiar, dan Event Off Air. Program

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Berbagai

Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah proses pengamatan seseorang berdasarkan pengalamannya terhadap atasan atau pimpinan tipe transformasional dalam

He is a participant in the IFP Emerging Storytellers program, a resident of the San Francisco Film Society's FilmHouse, and has also written, directed, and produced short films

Dari analisa data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yakni metode penilaian persediaan FIFO menghasilkan pajak penghasilan terutang lebih kecil daripada metode Average1.

Dokumen Profil Perusahaan, sekurang-kurangnya memuat : Nama dan Alamat Perusahaan, Landasan Hukum Pendirian Perusahaan, Pengurus Perusahaan, Izin Usaha yang dimiliki,

Aktivitas komputer akuntansi perusahaan jasa mengarah pada data entri transaksi keuangan yang terjadi pada perusahaan jasa sejak awal periode sampai dengan proses penyiapan laporan