• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Masa Kehamilan - Ita Ratnasari BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Masa Kehamilan - Ita Ratnasari BAB II"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Medis

A. Masa Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2009)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Prawirohardjo,2010)

2. Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut Sulistyawati 2011, tujuan asuhan kehamilan yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan

tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta

social ibu dan bayi.

c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan

komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.

d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu

(2)

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberiian ASI eksklusif

berjalan normal.

f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut (Mochtar, 2012)

a. Tanda-tanda presumptive:

1) Amenorea (tidak mendapat haid)

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir

(HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran

tanggal persalinan (TTP), yang di hitung dengan

menggunakan rumus dari neagle : TTP = (hari HT+7) dan

(bulan HT-3) dan (tahun HT+1)

2) Mual dan muntah (nausea and vomiting).

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari,

disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan

muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hyperemesis

gravidarum.

3) Mengidam (ingin makan khusus)

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan-bulan triwulan pertama. Mereka juga

(3)

4) Pingsan

Jika berada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,

seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

5) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,

kemudian nafsu makan timbul kembali.

6) Lelah (fatigue)

7) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan

pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang

duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat

lebih membesar.

8) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh Rahim yang

membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul

kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

9) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormone steroid.

10) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid

plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola

payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra=grisea)

11) Epulis : hipertrofi papilla gingivalis.

12) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,

(4)

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil :

1) Perut membesar.

2) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

konsistensi Rahim.

3) Tanda hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang

lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

4) Tanda chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat di porsio, vagina dan labio. Tanda tersebut akibat

pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

5) Tanda piskacek: pembesaran dan pelunakan Rahim ke salah

satu sisi Rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.

Biasanya, tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.

6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika di rangsang Braxton hicks.

7) Teraba ballottement.

8) Reaksi kehamilan positif.

c. Tanda pasti (tanda positif)

1) Gerakan janin yang dapat di lihat atau di rasa atau di raba,

juga bagian-bagian janin.

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop-monoaural leanec.

b) Di catat dan didengar dengan alat dopler

(5)

d) Dilihat pada ultra sonografi

3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan

Menurut Sulistyawati 2011, factor-faktor yang mempengaruhi

kehamilah, yaitu ;

a. Faktor fisik

1) Status Kesehatan

2) Kehamilan pada usia tua

3) Kehamilan multiple

4) Kehamilan dengan HIV

5) Status Gizi

6) Gaya Hidup

7) Perokok/Alkoholik

8) Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diharapkan

b. Faktor Psikologis

1) Stresor internal

2) Stresor Eksternal

3) Dukungan keluarga

4) Penyalahgunaan obat

5) Kekesrasan yang dilakukan oleh pasangan

c. Faktor Lingkungan, Dosial, dan Budaya

1) Kebiasaan, Adat istiadat

(6)

3) Ekonomi

4) Kekerasan dlam kehmilan

5) Tingkat pendidikan

6) Pekerjaan

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil

Menurut Sulistyawati 2011, perubahan anatomi dan fisiologi ibu hamil,

yaitu :

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

2) Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x

20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000.

3) Jika penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati

Tabel.2.1 TFU menurut Penamabahan per Tiga Jari

Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari di atas simfisis

16 Pertengahan pusat simfisis

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat prosesus

xiphoideus (px)

36 3 jari di bawah prosesus

xiphoideus (px)

(7)

xiphoideus (px) Sumber: Sulistyawati 2011

4) Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi

1.000 gram pada akhir bulan.

Tabel.2.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus Bulan pertama Seperti buah alpukat

2 bulan Sebesar telur bebek 3 bulan Sbesar telur angsa

4 bulan Berbentuk bukat

5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis.

Sumber :Sulistyawati 2011 5) Posisi rahim dalam kehamilan

a. Pada permulaan kehamilan, dalam posisi anteflrksi atau

retrofleksi.

b. Pada 4 bulan kemudian, rahim tetap berada dalam rongga

pelvis.

c. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dlam

pembesarannya dapat mencapai batas hati.

d. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga

(8)

e. Vaskularisasi. Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam

diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pembunuh

darah vena mengembang dan bertambah.

f. Serviks uteri. Bertambah vaskularisasiny dan menjadi lunak,

kondisi ini yang disebut dengan tanda goodel (pelunakan

serviks).

6) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil

alih pengeluaran estrogen dan progesteron.

7) Vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada

vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih

merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda

Chadwick.

6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan

(Sulistyawati 2011)

a. Trimester I (Periode Penyesuaian)

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan

kesedihan.

(9)

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapatk perhatian dengan seksama.

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang

lain atau malah mungkin dirahasiakannya.

6) Hasrat untuk berhubungan seks berbeda pada tiap wanita,tetapi

kebanyakan akan mengalami penurunan.

b. Trimester II ( Periode Kesehatan yang Baik)

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormone yang tinggi.

2) Ibu sudah bias menerima kehamilannya.

3) Merasakan gerakan janin.

4) Merasa terlepas dari keidaknyamanan dan kekhawatiran.

5) Libido meningkat.

6) Menuntut perhatian dan cinta.

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan baian

dari dirinya.

8) Hubungan social meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang baru menjadi ibu.

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.

(10)

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

3) Khawatir bayi tidak dilahirkan dalam keadaan normal

4) Merasa sedih karena terpisah dengan bayinya.

5) Merasa kehilangan perhatian.

6) Perasaan mudah terluka (sensitive)

7) Libido menurun.

7. Pemeriksaan Leopold

Pada saat melakukan pemeriksaan ANC, pada ibu hamil trimester

II perlu dilakukan pemeriksaan leopold. Menurut Manuaba 2013 tahapan

pemeriksaan Leopold sebagai berikut:

a. Leopold I, dilakukan dengan cara sebagai berikut

1) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menetukan tinggi

fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat dapat

disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.

2) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur

sungsang, kepala bulat keras dan melintang pada goyangan;

pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak keras

tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang, fundus uteri

tidak diisi oleh bagian-bagian janin.

(11)

1) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus

untuk menentukan bagian apa yang terletak disamping.

2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba

rata dengan tulang iga seperti papan cuci.

3) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana letak kepala janin.

c. Leopold III, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.

2) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba

tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis

akan kosong.

d. Leopold IV, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kea rah

kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke

pintu atas panggul.

2) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran

terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan

divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk

PAP maka tangan pemeriksa konvergen (Manuaba, 2013: 117).

8. Tanda-tanda Bahaya/Komplikasi Pada Ibu dan Janin Selama Masa

Kehamilan (Sulistyawati 2011)

a. Kehamilan Muda

1) Perdarahan per Vagina

(12)

(1) Abortus imminens. Sering juga disebut dengan

keguguran membakat dan akan terjadi jika ditemukan

perdarahan pada kehamilan muda, namun pada tes

kehamilan masih menunjukkan hasil yang positif.

(2) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung).

Terjadi apabila ditemukan adanya perdarahan pada

kehamilan muda disertai dengan membukanya ostium

uteri dan terabanya selaput ketuban.

(3) Abortus habitualis (keguguran berulang). Pasien

termasuk dalam abortus tipe ini jika telah mengalami

keguguran berturut-turut selama lebih dari tiga kali.

(4) Abortus inkompletus (keguguran bersisa). Tanda

pasien dlam abortus tipe ini adalah jika tejadi

perdarahan pervagina disertai pengeluaran janin tanpa

pengeluaran desidua atau plasenta.

(5) Abortus kompletus (keguguran lengkap). Abortus jenis

ini akan ditemukan pasien dengan perdarahan per

vagina disertai dengan pengeluaran seluruh hasil

konsepsi (janin dan sesidua) sehingga rahim dalam

keadaan kosong.

b) Kehamilan Mola (Sulistyawati 2011)

Kehamilan mola yaitu adanya jonjot korion (chorionic

(13)

kecil yang mengandung banyak cairan sehingga

menyerupai anggur atau mata ikan.Ini merupakan bentuk

neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).

c) Kehamilan Ektopik (Sulistyawati 2011)

Dinamakan kehamilan ektopik jika kehamilan dengan

hasil konsepsi tidak berada di dalam endometrium uterus.

d) Hipermesis Gravidarum

Hipermeiss gravidarum adalah mual muntah

berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas

sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan.

b. Kehamilan Lanjut (Sulistyawati 2011)

1) Perdarahan per Vagina

2) Plasenta Previa

Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebaian atau seluruh jalan lahir.

3) Solusio Plasenta

Suatu keadaan dimana plasenta yang etaknya normal

terlepas sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir,

biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28 minggu.

4) Sakit kepala hebat

5) Penglihatan kabur

(14)

7) Keluar cairan per vagina

8) Gerakan janin tidak terasa

9) Nyeri perut yang hebat

B. Masa Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu (APN, 2014).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan yang cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlanggsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pasa ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009).

2. Tahapan Persalinan

Menurut Sondakh, 2013, h: 5 yaitu :

a. Kala I atau pembukaan dimulai dari saat persalinan mulai

(pembukaan nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini

terbagi dalam 2 fase, yaitu : fase laten berlangsung selama 8 jam,

serviks membuka sampai 3 cm, fase aktif berlangsung 7 jam

serviks membuka dari 4 cm menjadi 10 cm, kontraksi lebih kuat

dan sering.

Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 4) kala I dibagi

menjadi dua fase, yaitu:

(15)

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga

serviks membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya, fase laten

berlangsung hampir atau hingga 8 jam, kontraksi mulai teratur

tetapi lamanya masih antara 20-30 detik.

2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40

detik atau lebih), dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm,

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam (nullipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara,

terjadi penurunan bagian terbawah janin.Fase aktif dibagi

kedalam 3 fase, yaitu:

a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

b. Kala II atau pengeluaran janin dimulai dari pembukaan lengkap

sampai lahirnya bayi. Lama kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan

(16)

c. Kala III atau pelepasan plasenta dimulai sesegera setelah bayi

lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangung tidak lebih dari

30 menit.

d. Kala IV atau pengawasan dimulai dari saat lahirnya plasenta

sampai 2 jam postpartum.

3. Tujuan asuhan persalinan

Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang

terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang semisal

mugkin agar prinsip keaamanan dan kualitas pelayanan dapat

terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal) (APN, 2014).

4. Mekanisme Persalinan

Menurut (Varney, 2008: 754) mekanisme persalinan adalah:

a. Enggagement: terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah

melalui pintu atas panggul.

b. Penurunan: terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil

dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot – otot

abdomennya

c. Fleksi: melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang

lebih kecil digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih besar.

Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tekanan, tahapan ini

(17)

adalah dari serviks, lalu dari sisi–sisi dinding pelvis, hingga akhirnya

dari dasar pelvis.

d. Rotasi internal: mekanisme ini menyebabkan diametir anteroposterior

kepala janin menjadi sejajar dengan diametir anteroposterior pelvis

ibu. Oksiput berotasi kebagian anterior pelvis ibu, dibawah simfisis

pubis.

e. Pelahiran kepala: berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk

mengeluarkan oksiput-anterior-ektensi harus terjadi ketika oksiput

berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis

yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala menuju

pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan dengan

ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior, alis, orbit,

hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perinium.

f. Rotasi eksternal: terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat

menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter

anteroposterior pada pintu bawah panggul.

g. Pelahiran bahu: bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina yang

menyentuh dibawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian

menggembungkan perinium dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah

bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan

segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada

lengkung pelvis.

(18)

Ada lima aspek dasar, atau Lima Benang Merah, yang penting

dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman :

Membuat Keputusan Klinik, Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi,

Pencegahan Infeksi, Pencatatan (Rekam Medik) asuhan persalinan,

dan Rujukan (APN, 2014)

6. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Menurut Sarwono Prawirohardjo 2014 ; hlm 341, ada 60 langkah

asuhan persalinan normal, yaitu :

a. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1) Mengenali tanda dan gejala persalinan kala II

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan/atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfinger anal membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

1) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-oatan esensial setiap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

2) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

3) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci

(19)

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang

bersih.

4) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

5) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali

ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengontaminasi tabung suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

1) Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa

yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan

jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan

benar di dalam larutan dekontaminasi)

2) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

(20)

3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan.

4) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

1) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran

2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

(21)

3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran:

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan peroral.

g) Menilai DJJ setiap 5menit

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara

atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika

ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi-kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

(22)

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi.

1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

2) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

3) Membuka partus set.

4) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong kelahiran bayi

1) Lahirnya kepala

a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir

(1) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kassa yang bersih.

(2) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian

meneruskan segera proses kelahiran bayi:

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

(23)

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(3) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

h. Lahir bahu

1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya

kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

2) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan

menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

3) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua

(24)

i. Penanganan bayi baru lahir

1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan

bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di

tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia,

lakukan resusitasi.

2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m.

3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)

4) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi

mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

(25)

1) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen utuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

2) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

3) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntik

oksitosin 10 unit IM, di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

k. Penegangan Tali Pusat Terkendali

1) Memindahkan klem pada tali pusat.

a) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

b) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

(26)

c) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting

susu.

l. Mengeluarkan Plasenta

1) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan

arah pada uterus.

2) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva.

3) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit:

a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

m. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

(27)

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut.

n. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu

dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau

forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian

selaput yang tertinggal.

o. Memijat Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

p. Menilai perdarahan

1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

q. Melakukan Prosedur Pasapersalinan

1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

(28)

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.

3) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin

tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

4) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5 %.

6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

8) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik

(29)

f) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

g) Mengevaluasi kehilangan darah.

h) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap

30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

(1) Memeriksa teperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam

pertama pascapersalinan

(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

r. Kebersihan dan Keamanan

1) Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

2) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.Membantu

ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI.Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan

(30)

5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan

larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

6) Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam

larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.

7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

s. Dokumentasi

Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

C. Masa Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2013).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plaseta kluar

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula

(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2009)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo 2009 ;h 122, tujuan asuhan masa nifas yaitu,

(31)

b. Melaksanajan skrining dan komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya

dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Menurut (Vivian, 2013), perubahan fisiologis masa nifas, yaitu :

a. Uterus

1) Involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan

sebelum hamil setelh melahirkan. Proses dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

2) Proses involusi uteri. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri

mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Dalam beberapa

hari kemudian, perubahan involusi bberlangsung dengan cepat.

Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari

pascapartum keenam fundus normal akan berada di

pertengahan umbiikus dan simpisis pubis.

b. Proses involusi uterus

1) Iskemia. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat

(32)

2) Autolisis. Merupakan proses penghancuran disi dsendiri yang

terjadi di dalam otot uterus.

3) Efek Oksitosin. Meurpakan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya supli darah ke uterus.

c. Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar

telapak tangan. Dengan cepat luka itu mengecil, pada akhir

minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.Pada pemula

nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar

yang tersumbat oleh trombus.

d. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis,serta fasia yang

meregng sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.

e. Perubahan Pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan-perubahan yenag terdapat pada serviks postpartum

adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.

Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

(33)

seolah-olah pada batasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk

semacam cincin.Warna seviks sendiri merah kehitam-hitaman

karena penuh pembuluh darah.

f. Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas

dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yng ada pada

vagina normal.

Tabel 2.3 Pengeluaran lochea berdasarkan waktu dan warnanya

(34)

Alba

g. Perubahan pada Vagina dan Perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang

semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada

(35)

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati 2009, masa nifas dibagi menjadi 3 tahap,

yaitu :

a. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam

hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

b. Pueperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8

minggu.

c. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk

sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu –

minggu, bulanan, bahkan tahunan.

5. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

Menurut Sulistyawati 2009 kebutuhan dasar ibu pada masa nifas, yaitu:

a. Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

(36)

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca

partum mencapai 500 kkal. Rekomendsi ini berdasarkan pada

asumsi bahwa tiap 100 cc Asi berkemampuan memasok 67-77

kkal.

2) Protein

Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein

di atas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini

adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein.

3) Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas

mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan.

4) Eliminasi

Dalam jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat

buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung

kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan organ perkemihan,

misalnya infeksi.

5) Kebersihan Diri

Beberaapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri

ibu post partum, antara lain :

a) Jaga ke kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi.

(37)

c) Mengganti pembalut setiap kali daerah sudah penuh atau

minimal 2 kali dalam sehari.

d) Mencuci tangan dengan air setiap kali selesai membersihkan

daerah kemaluan.

e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka.

b. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan

beberapa kerugian, misalnya :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

c.Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau

dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Banyak budaya dan

agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

(38)

d. Latihan/Senam Nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawall mungkin dengan

catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada

penyulit post partum.

6. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Menurut Vivian 2013,Tanggung jawab menjadi seorang ibu

semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan

perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan

yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu

akan mengalami fase-fase sebagai berikut:

a. Fase Talking in, yaitu periode ketergantungan yang berlangsung

pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

b. Fase Talking Hold, yaitu fase/periode yang berlangsung antara

3-10 hari setelah melahirkan.

c. Fase Letting Go yaitu, fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

7. Komplikasi Pada Masa Nifas

Menurut Menurut Vivian 2013, komplikasi pada masa nifas yaitu,

a. Hemoragi

(39)

Etiologi, Atonia uteri, dan sisa plasenta (80 %), laserasi

jalan lahir (20 %), serta gangguan faal pembekuan darah

pascasolusio plasenta.

2) Perdarahan PascaPersalinan Sekunder

Etiologi, Proses reepitelialisasi plasentrl site yang buruk

(80 %), dan sisa konsepsi atau gumpalan darah.

3) Infeksi masa nifas

Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38 derajad Celsius tau

lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.

a) Trombopeblitis dan Emboli paru

Trombopeblitis pascapartum lebih umum terjadi pada

wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara

genetic rentan terhadap relaksasi dinding vena dan tasis

vena.

b) Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi

darah.Bahaya hematoma yaitu kehilangan sejumlah darah

karena hemoragi, anemia, dan infeksi. Hematoma terjadi

karena rupture pembuluh darah spontan atau karena

(40)

(1) Depresi Pascapartum

Postpartum blues merupakan kesedihan atau

kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya

muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga

dua minggu sejak kelahiran bayi.

8. Kunjungan Masa Nifas

Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas

No Kunjungan Waktu Program

1 I 1 - 7 hari a. Pemberian asi

b.Mengobservasi perdarahan. c.Mengkaji involusi uterus dan memberikan penjelasan.

d.Mengkaji Prasaan ibu

e.Memberikan konseling pada ibu dan keluarga

f.Memberikan penyuluhan mengenai tandan-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

2 II 8 - 28

hari

a.Memberikan konseling tentang nutrisi.

b.Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri.

c.Mengajarkan senam kegel dan perut yang ringan.

(41)

cukup

e.mengkaji adanya tanda-tanda postpartum blues

f.Membicarakan tentang program KB

g.Memberitahu tanda bahaya masa nifas

h.Perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

3 III 29 - 42

hari

a.Penapisan adanya kontra indikasi

b.Riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan terakhir.

c.Mengevauasi fisik. a) Pola nutrisi b) Menentukan KB. c) Aenam

Sumber : Vivian, 2013

9. Pendokumentasia Asuhan Masa NIfas

Bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis

yang akurat an lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan

(42)

kepentingan klien, tim kesehatan, dan kalangan bidan sendiri.

Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu

segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran (Vivian

2013)

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh,2013,h 150).

2. Manajemen Bayi Baru Lahir (APN 2014)

a. Persiapan

b. Penilaian

a) Apakah bayi cukup bulan ?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

c) Apakah bayi menangis atau bernafas ?

d) Apakah tonus otot bayi baik ?

c. Bayi cukup bulan, ketuban jernih, menangis atau bernafas, tonus otot baik

d. Bayi tidak cukup bulan, dan atau tidak meangis, atau tidak bernafas atau

megap-megap dan atau tonus otot tidak baik.

e. Air ketuban bercampur mekonium.

f. Menejemen

1) Manajemen Bayi Baru Lahir Normal.

(43)

3) Manajemen Air Ketuban Bercampur Mekonium.

3. Kriteria Bayi Baru Lahir

Sondakh mengemukakan, bayi baru lahir dikatakan normal jika

termasuk dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi 48-50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian turun

sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal,

serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah

menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket (Sondakh,

(44)

4, Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Asuhan Persalinan Normal 2014, asuhan bayi baru lahir

yaitu :

a. Menjaga kehangatan

b. Membersihkan jalan nafas

c. Mengeringkan dan tetap jaga kehangatan

d. Memotong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit

setelah lahir

e. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini dengan cara kontak kulit bayi dengan

kulit ibu

f. Memberi salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata

g. Memberi suntikan vitamin K1 1mg intramuskular, di paha kiri

anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini.

h. Memberi imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular, dipaha kanan

anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian bitamin k1.

5. Penanganan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009. 133)

Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir, adalah:

a. Membersihkan jalan nafas.

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan

jalan nafas dengan cara sebagai berikut:

1) Meletakan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan

(45)

2) Menggulung sepotong kain dan letakan di bawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di

atur lurus sedikit tengadah ke belakang.

3) Membersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang di bungkus kasa steril.

4) Menepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar

b. Memotong dan merawat tali pusat.

Tali pusat di potong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu

menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi

kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera

di potonguntuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada

bayi.Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting

steril dan diikat dengan pengikat steril.Apabila masih terjadi perdarahan

dapat di buat ikatan baru.Luka tali pusat di bersihkan dan di rawat

dengan alcohol 70% atau povidon iodin 10% serta di balut kasa steril.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat.Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai

(46)

d. Identifikasi.

Apabila bayi di lahirkan di tempat bersalin yang persalinannya

mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang

efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di

tempatnya sampai waktu bayi di pulangkan.

e. Pencegahan infeksi.

1) Memberi vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi

baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk

mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari

selama 3 hari, sedangkan resiko tinggi diberi vitamin K parenteral

dengan dosis 0,5-1 mg I.M.

2) Memberi obat tetes mata

Di beberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara

hokum diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatrum. Di

daerah dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu

diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata

eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah

penyakit mata karena klamidia (peyakit menular seksual).

E. Masa Keluarga Berencana

(47)

Menurut buku panduan pelayanan kontrasepsi 2011, Tujuan utama

penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (misalnya pil

KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada : Kehamilan,

Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus, Masalah ( diabetes atau

tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih

lanjut.

Table 2.5 daftar tilik penapisan klien. Metode nonoperatif.

Metode hormonal (pil kombinasi,

pil progestin, suntiksan dan susuk) Ya Tidak

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari Yang lalu atau lebih.

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan.

Apakah pernah icterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri kepala hebat atau Gangguan visual.

Apakah pernh nyeri hebat pada betis, paha Atau dada, atau tungkai bengkak.

Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolic) Apakah ada massa atau benjolan pada payudara. Apakah anda sedang minum obat-obatan

Anti kejang (epilepsy)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin

(48)

Yang lalu

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai Pasangan seks lain

Apakah pernah mengalami IMS

Apakah pernah mengalami penyakit radang Panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 8 hari)

Apakah pernah mengalami disminorea berat Yang membutuhkan analgetik / istirahat Apakah pernah mengalami perdarahan / Perdarahan bercak antara haid atau setelah Senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung Valvular atau konginetal`

Table 2.3 daftar tilik penapisan klien. Metode nonoperatif.

1. Definisi

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan (Sulistyawati, 2013).

Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. (Profil kesehatan Indonesia,

(49)

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi

suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya (Sulistyawati, 2013).

3. Sasaran Program KB

Sasaran program KB menurut Sulistyawati 2013, tertuang dalam

RPJMN 2004-2009 sebagai berikut :

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per

tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran total (TER) menjadi sekitar 2,2 per

perempuan.

c. Menurunya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara

kontrasepsi menjadi 6%.

d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif,

dan efisien.

f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi

21 tahun.

g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh

(50)

h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan Program KB Nasional.

4. Ruang Lingkup Program KB

Menurut Sulistyawati 2013, ruang lingkup program keluarga

berencana secara umum yaitu :

a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Kesehatan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. pengelolaan SDM aparatur

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

h. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

5. Macam-macam Kontaspsi

Menurut Sulistyawati 2013, macam-macam kontrasepsi yaitu:

a. Pelayanan Kontrasepsi Dengan Metode Sederhana

1) Kontrasepsi Alamiah

a) Metode Kalender, menggunakan prinsip pantang berkala yaitu

tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri.

(51)

c) Metode Suhu Basal, menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan

turun dan kurang 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik

lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi.

d) Metode Lendir Serviks

e) Metode Simtomtermal, masa subur dapat ditentukan dengan

mengamati suhu tubuh dan lender serviks.

f) Metode Koitus Interuptus, alat kelamin pria dikeluarkan sebelum

ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan

kehamilan dapat dicegah

b. Metode Sederhana Dengan Alat

1) Mekanis/Barierl

a) Kondom, menghalangi masuknya sperma ke vagina, sehingga

pembuahan dapat dicegah.

b) Barier Intravagina, terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan

cincin dalam yang fleksibel dan dpat digerakkan pada ujung

yang tertutup yang dimasukkan ke dalam vagina, dan cincin

kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan yang

tetap berada diluar vagina dan terlindungi introitus.

2) Kimiawi

Spermisida, adalah bahan kimia (biasanya nonoksinol) yang

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.

(52)

1) Kontrasepsi Hormonal

2) Metode hormonal

Cara kerja kontrasepsi darurat menurut (Manuaba, 2013: 618),

sebagai berikut:

a) Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari

konsepsi dengan cara:

(1) Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim tetap

dalam keadaan fase proliferasi, sehingga tidak

memungkinkan nidasi dari hasil konsepsi.

(2) Dengan peristaltik tuba yang meningkat, spermatozoa tidak

mungkin dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi.

(3) Dalam fase proliferasi, endometrium tdak dapat

menimbulkan Susana sempurna hingga mengurangi

kemampuan konsepsi spermatozoa.

b) Komponen progesterone dalam dosis tinggi menghindari

terjadinya konsepsi dan nidasi dengan cara:

(1) Mengentalkan lendir serviks, endometrium, dan tuba

fallopi, sehingga mengurangi kemampuan bergerak

spermatozoa untuk mencapai ovum, sehingga tidak

mungkin terjadi konsepsi.

(2) Pada endometrium terjadi perubahan sehingga kurang

(53)

Kerugian kontrasepsi darurat hormonal yaitu terasa mual,

muntah, payudara tegang dan nyeri, dan menoragia

(perdarahan menstruasi banyak).

(a) Kontrasepsi Oral

Sifat khas kontrasepsi hormonal dengan komponen estrogen

menyebabkan pemakai mudah tersinggung, tegang, retensi air

dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,

pendarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran

leukorea, menimbulkan perlunakan serviks. Sedangkan dengan

komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne

(kukulan), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki

dan tangan sering kram, liang senggama kering. Keuntungan

pemakaian KB pil menurut (Manuaba, 2013: 599): dijamin

keberhasilan jika rutin meminum 100% pil KB, dapat dipakai

pengobatan terhadap beberapa masalah (ketegangan menjelang

menstruasi, pendarahan menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat

menstruasi, pengobatan pasangan mandul), pengobatan

penyakit endometriosis, dan dapat meningkatkan libido.

Sedangkan kerugian pemakaian KB pil menurut (Manuaba, 2013:

599): harus minum pil secara teratur, dalam waktu panjang dapat

menekan fungsi ovarium, penyulit ringan (berat badan

bertambah,rambut rontok,tumbuh acne,mual sampai muntah),

(54)

(b) Suntik/Injeksi

Menurut Marmi (2016: 217) KB suntik dibagi 2 yaitu

i. KB suntik progestin

Merupakan KB sintesa progestin yang mempunyai

efek progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan

suspense steril medroxy progesterone asetat dalam air

yang mengandung progesterone asetat 150 mg. KB suntik

progestin dibagi dalam 2 jenis yaitu Depoprovera yang

mengandung 150 mg DMPA (Depo Medroxi Progesteron

Asetat) diberikan setiap 3 bulan dan Depo Noristerat

mengandung 200 mg Noretindron Enantat yang diberikan

setiap 2 bulan.

Cara kerja dari KB suntik progestin yaitu mencegah

ovulasi, mengentalkan lendir serviks, perubahan

endometrium sehingga implantasi terganggu, dan

menghambat transportasi gamet.

Keuntungan KB suntik progestin yaitu : sangat efektif,

pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak

mengandung estrogen sehingga aman terhadap penyakit

jantung, tidak berpengaruh pada ASI, dapat digunakan

oleh perempuan > 35 tahun-perimenopause, membantu

(55)

penyakit jinak payudara, mencegah beberapa penyakit

radang panggul, dan menurunkan anemia.

Keterbatasan KB suntik progestin yaitu : sering

ditemukan gangguan haid, tidak dapat dihentikan

sewaktu-waktu, kenaikan berat badan, tidak mejamin

perlingdungan dari IMS, terlambatnya kesuburan setelah

penghentian pemakaian, teerjadinya perubahan lipid

serum pada penggunaan jangka panjang.

Indikasi dan kontraindikasi KB suntik progestin

yaitu:usia reproduksi, setelah melahirkan, menghendaki

kontraasepsi jangka panjang, sedang menyusui, perokok,

setelah abortus/keguguran, tidak dapat menggunakan

kontrasepsi berestrogen, anemia defisiensi besi, TD

normal, menggunakan obat epilepsi, dan mendekati usia

menopause. Sedangkan kontraindikasinya yaitu :

hamil/dicurigai hamil, perdarahan pervaginam, tidak dapat

menerima gangguan haid, dan menderita kanker

payudara/riwayat kanker payudara.

Efek samping dari KB suntik progestin yaitu :

gangguan haid, sakit kepala, penambahan berat badan,

keputihan, peninggian kadar insulin, galaktorea, depresi,

pusing dan mual, pada penggunaan jangka panjang dapat

(56)

ii. KB suntik kombinasi

KB ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Cyclofem berisi 25

mg DMPA dan 5 mg Estradiol spionat yang diberikan setiap

bulan dan kombinasi 50 mg Noretindrone Enantat dan 5 mg

Estradiol Valerat yang diberikan setiap bulan.

Cara kerja dari KB kombinasi yaitu : menekan ovulasi,

membuat lendir serviks menjadi kental, perubahan pada

endometrium sehingga implantasi terganggu, menghambat

transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan dan keterbatasan dari KB suntik

kombinasi yaitu : risiko terhadap kesehatan kecil, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak diperlukan

pemeriksaan dalam, efek samping kecil, mengurangi kejadian

amenore, mengurangi nyeri haid, khasiat pencegahan

terhadap kanker ovarium, mengurangi penyakit payudara

jinak, mencegah kehamilan ektopik. Sedangkan

keterbatasannya yaitu : terjadi perubahan pola haid, mual,

sakit kepala, nyeri payudara ringan, efektivitas berkurang jika

digunakan dengan obat epilepsi, dapat terjadi efek samping

serius seperti serangan jantung, penambahan berat badan,

tidak menjamin perlindungan terhadap IMS, dan kemungkinan

(57)

Indikasi KB suntik kombinasi yaitu : usia reproduksi, telah

memiliki anak maupun yang belum punya anak, ingin

mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, pasca

persalinan dan tidak menyusui, dan nyeri haid hebat.

Kontraindikasi KB suntik kombinasi yaitu : hamil/diduga

hamil, menyusui, perdarahan pervaginam yang belum jelas,

penyakit hati akut, usia > 35 tahun yang merokok, riwayat

penyakit (jantung, stroke, tekanan darah tinggi), riwayat

kencing manis, keganasan pada payudara.

(c) Subkutis/Implan

Setiap kali susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel

yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg. Konsep

mekanisme kerja sebagai progesteron yang dapat menghalangi

pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan

lendir serviks dan mengahalangi migrasi spermatozoa, dan

menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi tempat

nidasi (Manuaba, 2013: 602).

Keuntungan pemakaian KB susuk yaitu: dipasang selama

5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan,

penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya murah.Kerugian

pemakaian KB susuk yaitu: menimbulkan gangguan menstruasi,

yaitu (tidak mendapat menstruasi dan terjadi pendarahan yang

(58)

akne,ketegangan payudara, liang senggama terasa kering

(Manuaba, 2013: 603).

(d) IUD/AKDR ( Intra Uterie Devices )

Mekanisme kerja lokal AKDR menurut Manuaba sebagai

berikut:

i. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga

menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,

makrofag, dan limfosit.

ii. AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,

prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.

iii. Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit

menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan

blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.

iv. Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan

gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi

kemampuan untuk melaksanakan konsepsi (Manuaba, 2013:

611).

Keuntungan pemakaian AKDR yaitu: alat kontrasepsi dalam

rahim dapat diterima masyarakat dunia, pemasangan tidak

memerlukan teknik medis yang sulit, kontrol medis yang ringan,

penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah AKDR

dicabut berlangsung baik.Kekurangan pemakaian AKDR yaitu:

(59)

leukorea, sehinnga menguras protein tubuh dan liang enggama

terasa lebih basah, dapat terjadi infeksi, tingkat akhir infeksi

menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan

ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

menggangu hubungan seksual (Manuaba, 2013: 611).

d. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Operasi

1) Tubektomi (MOW)

Tubektomi menurut (bkkbn, 2014) adalah metode kontrasepsi

untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.Perlu prosedur bedah

untuk melakukan tubektom sehingga perlu pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan tambahan lainya untuk memastikan apakah seorang

klien sesuai untuk menggunakan metode ini.

b) Vasektomi (MOP)

Vasektomi menuru (bkkbn, 2014;MK-95) adalah metode

kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur

bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan tambahan lainya untuk memastikan apakah

seseorang klien sesuai untuk menggunakan vasektomi.

II. Tinjauan Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan suatumetode proses berfikir logis sistematis. Oleh

(60)

memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung

jawabnya (Estiwidani,2008: 124)

A. Manajemen kebidanan menurut Helen Varney 2007.

Langkah 1 : pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, data

yang di kumpulkan antara lain :

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan klien

c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

d. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya

e. Meninjau data laboratorium

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, pada langkah ini bidan

mengumpulkan data dasar secara lengkap

Langkah 2 :Interpretasi data

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah

menginterpretasikan semua data dasar yang telah di kumpulkan sehingga

ditemukan diagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah diinterpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik

Gambar

Tabel 2.3 Pengeluaran lochea berdasarkan waktu dan warnanya
Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas
Table 2.5 daftar tilik penapisan klien. Metode nonoperatif.
Table 2.3 daftar tilik penapisan klien. Metode nonoperatif.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif berdasarkan hasil penelitian dari tahun 2011 sampai dengan 2016..

Nya Landasan Teori dan Program Projek Akhir Arsitektur yang berjudul.. “ Pusat Pelatihan Perwira Tinggi Polri ” dapat

Tidak dapat ditemukan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection endapan perasan wortel ( Daucus carota, Linn.)

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

tingkat signifikansi sebesar .000 b artinya lebih rendah dari alpha 0,05 maka tolak Ho dan terima Ha sehingga disimpulkan terima Ha “ ada hubungan antara dukungan sosial orang

dicapai dari suatu usaha yang telah dikerjakan, 3 menurut Zainal Arifin dalam bukunya, bahwa kata Prestatie bahasa belanda yang berarti “

Cook helper , bertugas untuk membantu para atasannya. Memastikan bahan dan alat yang akan digunakan ada dan dalam keadaan bersih. Cook helper tidak diperbolehkan

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi