• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi formula gel Uv protection endapan perasan wortel [Daucus carota, Linn.] tinjauan terhadap humektan gliserol dan propilen glikol - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi formula gel Uv protection endapan perasan wortel [Daucus carota, Linn.] tinjauan terhadap humektan gliserol dan propilen glikol - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI FORMULA GEL

UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN WORTEL (

Daucus carota

, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP

HUMEKTAN GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Dian Kurniasari NIM : 048114021

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

OPTIMASI FORMULA GEL

UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN WORTEL (

Daucus carota

, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP

HUMEKTAN GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Dian Kurniasari NIM : 048114021

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

Skripsi

OPTIMASI FORMULA GEL

UV PROTECTION

ENDAPAN PERASAN WORTEL (

Daucus carota

, Linn.) :

TINJAUAN TERHADAP

HUMEKTAN GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

Yang diajukan oleh : Dian Kurniasari NIM : 048114021

telah disetujui oleh:

Pembimbing :

(4)
(5)

God make a way very beautiful when the time is right

remember and believe that doesn’t matter how difficult your life

just wait and He will make a way for you

Jeremiah 29 : 11 -12

I alone know the plans I have for you, plans to bring you prosperity

and not disaster, plans to bring about the future you hope for.

Then you will call to me.

You will come and pray to me, and I will answer you

.

       

Matthew 19:26

This is impossible for man, but for God everything is possible

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang

yang aku kasihi :

“Jesus Christ”

Papa, Mama, dan Dina

Ko Edwin Baskara

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Dian Kurniasari

Nomor Mahasiswa : 048114021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Optimasi Formula Gel

UV Protection

Endapan Perasan Wortel

(

Daucus carota,

Linn.): Tinjauan terhadap Humektan Gliserol dan

Propilenglikol

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Januari 2008

Yang menyatakan

(7)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala kasih karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimasi Formula Gel UV Protection Endapan Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.) : Tinjauan terhadap Gliserol dan Propilen Glikol” dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada Program Studi Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis banyak mengalami kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis igin mengucapkan terima kasih kepada :

1. “Jesus Christ” atas semua kasih karunia dan cinta-Mu, tanpa Engkau penulis tidak akan mampu menyelseaikan skripsi ini.

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan atas segala bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Rina Kuswahyuning, M.Si., Apt., selaku Dosen Penguji atas segala kritik dan sarannya.

(8)

6. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok, Mas Parlan, Mas Sarwanto, Mas Kunto serta laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan laporan akhir.

7. Papa, mama, dan Dina atas segala dukungan dan doa selama penyusunan skripsi ini.

8. Ko Edwin Baskara atas segala doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

9. Ineke, Desy, Cipi, Budiaji, Finza, Ela, dan Andryan atas kerjasama, canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini.

10.Semua teman-teman angkatan 2004, terima kasih atas segala semangat dan kebersamaan kita yang indah.

11.Semua penghuni kost Amakusa atas kekompakan dan kebersamaannya. 12.Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis juga menyadari sepenuhnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

 

Yogyakarta, 23 Januari 2008 Penulis

(10)

INTISARI

Penelitian ini merupakan optimasi formula gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) tinjauan terhadap humektan gliserol dan propilen glikol. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh range komposisi optimum dari humektan gliserol dan propilen glikol sehingga dapat diperoleh gel yang mempunyai sifat fisik dan stabilitas gel yang baik.

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental bersifat eksploratif. Optimasi formula gel ini menggunakan metode Simplex Lattice Design dengan variasi komposisi humektan gliserol dan propilen glikol. Optimasi tersebut dilakukan terhadap parameter sifat fisik sediaan gel (daya sebar dan viskositas) serta stabilitas sediaan gel dalam penyimpanan selama 1 bulan. Uji mikromeritik juga dilakukan untuk memberikan informasi tentang ukuran partikel sehingga dapat memberikan nilai estetika yang tinggi.

Dari penelitian ini dilakukan optimasi formula gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) dengan sifat fisik meliputi daya sebar 3 cm sampai 5 cm, viskositas 310 d.Pa.s sampai 315 d.Pa.s, dan stabilitas gel yang ditunjukkan dengan persen pergeseran viskositas kurang dari 15%. Pada penelitian ini tidak dapat diperoleh range komposisi optimum terbatas pada komposisi humektan gliserol dan propilen glikol yang diteliti. Namun berdasarkan hasil percobaan dipilih formula III dengan komposisi humektan gliserol : propilen glikol (50% : 50%) sebagai formula optimum yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel paling baik.

(11)

ABSTRACT

This research was about optimization formula of UV Protection sediment carrot juice (Daucus carota, Linn.) gel review to glycerol and propylene glycol as

humectant. The aiming of this research was to obtain optimum composition range from glycerol and propylene glycol humectant to achieve a gel which had a good physical character and stability.

This research was including exploratively experimental design. This optimization formula gel used Simplex Lattice Design method with various compositions of glycerol and propylene glycol humectant. It was done to the parameter of physical characteristic of semisolid (spreadability and viscosity) and the stability during storing for a month. Micromeritic test was also done to give information about particle size so it could achieved a high aesthetics value.

From this research was done optimization the formulation of sediment extract carrot (Daucus carota, Linn.) UV Protection gel with physical character such as spreadability 3 cm to 5 cm, viscosity 310 d.Pa.s to 315 d.Pa.s, and gel stability which was shown with alteration of viscosity less than 15%. At this research, it could not be obtained optimum composition range that was limited to the compositions of glycerol and propylene glycol humectant had been done. But based on result of the research was selected the 3rd formula with composition of glycerol and propylene glycol humectant (50% : 50%) as optimum formula which achieved good physical character and stability.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Karya ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Wortel (Daucus carota, Linn.)... 6

1. Uraian tanaman ... 6

2. Nama daerah... 6

3. Kandungan kimia ... 6

4. Kegunaan ... 7

B. Beta Karoten ... 7

C. Radikal Bebas ... 8

D. Antioksidan ... 9

E. Sinar Ultraviolet ... 9

F. Sun Protection Factor (SPF)... 10

G. Gel ... 12

1. Definisi gel ... 12

2. Karakteristik gel ... 13

H Carbopol... 15

I. Humektan... 17

1. Gliserol... 17

2. Propilen glikol... 18

J. Trietanolamin ... 19

K. Spektrofotometri Ultraviolet ... 20

L. Mikromeritik ... 21

M. Metode Simplex Lattice Design... 22

(14)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel dalam Penelitian ... 25

C. Definisi Operasional ... 26

D. Alat dan Bahan... 27

E. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Ekstraksi kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.)... 28

2. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.)... 28

3. Uji Sun Protection Factor (SPF) ... 30

4. Optimasi pembuatan gel UV Protection... 30

5. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel UV Protection... 32

6. Uji mikromeritik ... 32

F. Analisis Data dan Optimasi ... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Ekstraksi Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.)... 34

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel (Daucus carota, Linn.)... 35

C. Uji Sun Protection Factor (SPF) ... 38

D. Optimasi Pembuatan Gel UV Protection... 39

(15)

F. Mikromeritik ... 53

G. Optimasi Formula... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 66

(16)

DAFTAR TABEL

 

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design...31

Tabel II. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer Genesis 10...36

Tabel III. Jumlah baku beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel dengan dengan Spektrofotometer Genesis 10...37

Tabel IV. Hasil pengukuran SPF ...39

Tabel V. Kurva baku beta karoten dengan Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20...41

Tabel VI. Jumlah baku beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel karoten dengan Perkin-ElmerSpektrofotomer UV-Vis Lambda 20...42

Tabel VII. Hasil pengukuran SPF dalam 100 gram gel. ...42

Tabel VIII. Hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection...44

Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar gel UV Protection...47

Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada viskositas gel UV Protection...50 

Tabel XI. Hasil perhitungan uji F pada pergeseran viskositas gel UV Protection...52

Tabel XII. Hasil uji pH gel UV Protection...53

Tabel XIII. Hasil pengukuran partikel gel UV Protection...54

(17)

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1. Struktur molekul beta karoten...7

Gambar 2. Struktur molekul carbopol ...15

Gambar 3. Struktur molekul gliserol ...17

Gambar 4. Struktur molekul propilen glikol...18

Gambar 5. Struktur molekul trietanolamin ... 19

Gambar 6. Struktur beta karoten dengan sistem kromofor ...35

Gambar 7. Kurva baku beta karoten II...37

Gambar 8. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan baku beta karoten 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm dengan pelarut aseton : heksan (1:9)...40

Gambar 9. Kurva baku beta karoten I ...41

Gambar 10. Hasil scanning larutan baku beta karoten dengan pelarut kloroform ...43

Gambar 11. Hasil scanning endapan perasan wortel dengan pelarut kloroform ...43

Gambar 12. Grafik hubungan antara humektan gliserol dan propilen glikol dengan respon daya sebar gel UV Protection endapan perasan wortel ...46

(18)

Gambar 14. Grafik hubungan antara humektan gliserol dan propilen glikol dengan respon pergeseran viskositas gel UV Protection endapan

perasan wortel ...51 Gambar 15. Grafik distribusi ukuran partikel gel UV Protection endapan

perasan wortel ...55 Gambar 16. Contour plot respon daya sebar viskositas gel UV Protection

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel .66

Lampiran 2. Perhitungan Nilai SPF Beta Karoten ...71

Lampiran 3. Data Penimbangan Gel ...77

Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Gel ...78

Lampiran 5. Data pH Gel ...80

Lampiran 6. Persamaan Simplex Lattice Design...81

Lampiran 7. Uji F...85

Lampiran 8. Data Uji Mikromeritik ...91

(20)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Radiasi UV dapat menyebabkan variasi efek biologis terhadap kulit seperti eritema (kulit kemerahan), pigmentasi, dan imunomodulasi. Paparan UV secara terus-menerus dapat menyebabkan skin aging dan meningkatkan resiko kanker kulit. Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan penyebab utama skin aging dan penyakit kulit lainnya. Radikal bebas muncul setelah kulit terpapar radiasi sinar ultraviolet. Lapisan epidermis mengandung antioksidan sehingga dapat memberikan perlindungan awal untuk melawan radikal bebas. Tetapi kadar antioksidan akan berkurang setelah terpapar UV terus-menerus. Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan kulit akibat adanya radikal bebas dibutuhkan antioksidan (Watson, 2001).

Salah satu antioksidan eksogen yang didapat dari luar tubuh adalah beta karoten (Setiati, 2003). Beta karoten yang terdapat dalam wortel berfungsi sebagai antioksidan (Watson, 2001). Beta karoten bereaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) untuk menetralkan oksigen singlet dan mencegah pembentukan radikal peroksil (Paiva dan Russel, 1999). Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan wortel sebagai bahan aktif dari sediaan UV Protection.

(21)

menyebabkan photo aging bahkan kanker (Morquio, A., Rivera-Megret, F., dan Dajas, F., 2005). Saat ini suplemen beta karoten digunakan sebagai oral sun protectant yang dapat mengurangi resiko kerusakan kulit akibat radiasi UV(Sies dan Stahl, 2003; Weber, S.U., Saliou, C., Packer, L., Lodge, J.K., 2001). Hal tersebut menarik minat penulis untuk membuat sediaan topikal UV Protection

karena sediaan tersebut langsung berinteraksi dengan kulit yang terpapar radiasi UV.

Telah banyak sediaan UV Protection yang beredar di pasaran tetapi produk-produk tersebut mengandung bahan aktif berupa senyawa sintetik. Akan tetapi, penggunaan UV Protection dengan bahan aktif yang berasal dari bahan alam lebih menguntungkan daripada senyawa sintetik karena produk-produk dari bahan alam lebih aman dan memiliki toleransi yang baik terhadap kulit (Fridd, 1996). Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan bahan alam sebagai alternatif dalam pembuatan UV Protection.

Bentuk sediaan UV Protection yang banyak dikembangkan berupa

cream dan lotion. Cream merupakan bentuk sediaan semisolid yang terdiri dari dua fase, yaitu fase minyak dan fase air sehingga membentuk emulsi (Nairn, 1997). Bentuk sediaan ini dapat menimbulkan masalah kulit seperti jerawat terutama pada orang yang memproduksi kelenjar sebacea berlebihan. Lotion

(22)

mengatasi kekurangan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu bentuk sediaan lain yaitu gel.

Menurut Barry (1993) gel merupakan sistem dua komponen dari sediaan semipadat yang kaya akan cairan. Hidrogel adalah hidrofilik yang mengandung 85-95% air atau campuran aqueous-alcoholic dan gelling agent (Buchmann, 2001). Karakteristik gel secara estetika menarik karena transparan. Setelah kering, gel akan meninggalkan lapisan tipis di kulit dan mempunyai daya lekat yang tinggi. Akan tetapi gel tidak menyumbat pori-pori kulit sehingga tidak merangsang timbulnya jerawat dan mudah dicuci dengan air. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini dipilih bentuk sediaan yaitu hidrogel.

Setelah diaplikasikan, gel akan memberikan efek dingin karena adanya evaporasi air. Evaporasi air yang cepat dapat mempengaruhi daya sebar sediaan gel. Untuk memberikan proteksi terhadap kehilangan air tersebut, dapat digunakan humektan. Selain itu, humektanjuga dapat membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit (Rawlings, Harding, Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002). Dalam penelitian ini digunakan gliserol dan propilen glikol sebagai humektan. Gliserol akan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001) sedangkan propilen glikol bersifat higroskopik (Anonim, 1979) sehingga dapat menjaga konsistensi sediaan. Penggunaan gliserol dan proplen glikol secara bersamaan akan meningkatkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dihasilkan.

(23)

mendapatkan range komposisi optimum formula gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki. Komposisi humektan gliserol dan propilen glikol dioptimasi dengan menggunakan metode Simplex Lattice Design. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari dua campuran dan memprediksi sifat-sifat campuran tersebut pada semua perbandingan (Bolton, 1997).

B. Perumusan Masalah

1. Dapatkah ditemukan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki?

2. Berapa jumlah komposisi humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan formula optimum?

3. Bagaimana profil sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) dengan berbagai variasi komposisi humektan gliserol dan propilen glikol?

C. Keaslian Karya

(24)

Linn.) : Tinjauan terhadap Humektan Gliserol dan Propilen Glikol belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai aplikasi Simplex Lattice Design

pada proses optimasi formula gel UV Protection. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui jumlah komposisi humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki.

2. Untuk mengetahui jumlah komposisi humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) yang menghasilkan formula optimum.

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Wortel (Daucus carota, Linn.)

1. Uraian tanaman

Semak semusim, tinggi kurang lebih kurang 1 meter. Batang tegak, berbulu, warna hijau. Daun majemuk, menyirip, berselang, bentuk lonjong, tepi bertoreh, ujung runcing, pangkal berlekuk, warna hijau. Perbungaan bentuk cawan, terdapat di ujung batang, mahkota berbentuk bintang, berwarna putih. Buah buni, lonjong, warna coklat. Biji lonjong, warna putih (Soedibyo, 1998).

2. Nama daerah

Sunda : bortol

Jawa : wertel, wertol, bortol Madura : ortel

(Rukmana, 1995)

3. Kandungan kimia

(26)

4. Kegunaan

Untuk keperluan kosmetik, wortel dapat digunakan untuk merawat kecantikan wajah dan kulit, menjaga kelembaban kulit, melembutkan kulit, memperlambat timbulnya kerutan pada wajah, dan antioksidan (Cahyono, 2002; Watson, 2001).

B. Beta Karoten

Karotenoid yaitu tetraterpenoid C40, merupakan golongan pigmen yang larut lipid dan tersebar luas, terdapat dalam semua jenis tumbuhan. Pada tumbuhan karotenoid mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesis dan sebagai pewarna dalam bunga dan buah. Dalam bunga, karotenoid biasanya berupa zat warna kuning, sedangkan dalam buah dapat juga berupa zat warna jingga atau merah (tomat dan cabe) (Harborne, 1987). Karotenoid juga banyak terdapat di dalam wortel dan sayuran berwarna hijau. Karotenoid bekerja sebagai antioksidan serta penangkap radikal bebas, terutama untuk radikal peroksil (R-OO.) dan hidroksil (.OH) serta oksigen singlet (02.) (Silalahi dan Tambunan, 2003). Beberapa

contoh karotenoid yang telah diketahui yaitu xantofil, β-karoten, α-karoten,

likopen, lutein, γ-karoten (Harborne, 1987).

(27)

Beta karoten larut dalam benzen, kloroform; cukup larut di eter, petroleum eter dan sangat sedikit larut di metanol dan etanol. Sebanyak 100 ml heksan dapat melarutkan 109 mg beta karoten pada suhu 0°C (Anonim, 1989). Beta karoten berkhasiat sebagai antioksidan (Tjay dan Rahardja, 2002). Beta karoten bereaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) untuk menetralkan oksigen singlet dan mencegah pembentukan radikal peroksil (Paiva dan Russel, 1999).

C. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu spesies yang mempunyai jumlah elektron ganjil atau elektron yang tidak berpasangan tunggal pada lingkaran luarnya. Elektron tidak berpasangan tersebut menyebabkan instabilasi dan bersifat reaktif, karena selalu berusaha untuk mencari pasangan elektron lainnya agar menjadi bentuk yang stabil. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas yaitu DNA, lemak, dan protein (Fessenden dan Fessenden, 1997; Setiati, 2003).

(28)

D. Antioksidan

Proses perusakan organ tubuh oleh radikal bebas dapat dihambat dengan jalan memberikan antioksidan (Tjay dan Rahardja, 2002). Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat oksidasi, atau juga disebut dengan inhibitor radikal bebas (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Antioksidan dibedakan menjadi antioksidan eksogen dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau antioksidan primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang disintesis dalam tubuh yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru. Antioksidan eksogen dikenal juga sebagai antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (askorbat), karoten, asam urat bilirubin, dan albumin (Setiati, 2003).

 

E. Sinar Ultraviolet

Berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV dibagi menjadi 3 yaitu : 1. UV A, mempunyai panjang gelombang 320 nm sampai 400 nm

2. UV B, mempunyai panjang gelombang 290 nm sampai 320 nm 3. UV C, mempunyai panjang gelombang 200 nm sampai 290 nm

(29)

di kulit sehingga terbentuk melanin. Sinar UV C sangat berbahaya tetapi diserap oleh lapisan ozon dan gas-gas lain yang ada di atmosfer (Walters, 1997).

F. Sun Protection Factor (SPF)

Sun Protection Factor (SPF) adalah tingkat perlindungan produk

sunscreen terhadap sinar matahari yang dapat menyebabkan sunburn (eritema). SPF merupakan perbandingan MED (Minimal ErythemaDose) pada kulit manusia yang terlindungi oleh sunscreen dengan MED tanpa perlindungan sunscreen

(Stanfield, 2003). Kondisi tes standar ditetapkan dosis sunscreen adalah 2 mg/ cm2.

SPF = sunscreen sunscreen a kulit tanp untuk MED ) cm / mg (2 dengan kulit untuk MED 2 (Walters, 1997) MED ditentukan dengan membuat sebuah seri secara progresif untuk meningkatkan dosis energi UV dan mengevaluasi respon setelah 22-24 jam. MED merupakan dosis terkecil dari energi UV yang menghasilkan eritema dengan batasan yang jelas pada bagian yang terpapar (Stanfield, 2003).

Meskipun pengukuran SPF dapat dilakukan secara alami dengan melihat respon biologis yang tidak diketahui hubungannya dengan sifat kimia, tetapi dapat diperkirakan hubungan sederhana antara absorbansi dan SPF, sebagai berikut :

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ = SPF 1 log

-A 10 = log10SPF

(30)

Keterangan :

I0 = intensitas sinar yang sampai ke kulit tanpa adanya sunscreen

I = intensitas sinar yang sampai ke kulit dengan adanya sunscreen

A = serapan

(Walters, 1997) Selain itu, serapan dari tiap-tiap panjang gelombang dapat dihitung sebagai berikut :

A= - log

(Stanfield, 2003) Kategori produk sunscreen dengan variasi nilai SPF yang dianjurkan yaitu :

1. Minimal Sun Protection Product : nilai SPF 2-4, sangat kurang memproteksi dari sunburning dan suntanning

2 Moderate Sun Protection Product : nilai SPF 4-6, cukup memproteksi dari

sunburning tapi beberapa suntanning

3. ExtraSun ProtectionProduct : nilai SPF 6-8, proteksi ekstra dari sunburning

dan sedikit suntanning

4. Maximal Sun Protection Product : nilai SPF 8-15, proteksi maksimal dari

sunburning dan sedikit atau tidak suntanning

5. Ultra Sun Protection Product : nilai SPF >15, proteksi paling besar dari

sunburning dan tidak suntanning

(31)

Sunscreen dengan SPF 2 akan mentransmisikan 50% energi matahari yang dapat menyebabkansunburn, SPF 15 mentransmisikan 6,7% energi matahari yang dapat menyebabkan sunburn, dan SPF 30 mentransmisikan 3,3% energi matahari yang dapat menyebabkan sunburn (Stanfield, 2003).

G. Gel

1. Definisi gel

 

Gel merupakan sistem semisolid terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh cairan (Zatz dan Kushla,1996). Alexander dan Johnson (1949) mendefinisikan gel sebagai sistem dua komponen dari sediaan semipadat yang kaya akan cairan. Pada gel yang polar, polimer alam atau sintetik dengan konsentrasi rendah (biasanya kurang dari 10%) membentuk matriks tiga dimensi melalui cairan hidrofilik. Sistem yang terbentuk mungkin jernih atau keruh, karena gelling agent tidak terlarut sempurna atau membentuk agregat (Barry, 1983).

(32)

2. Karakteristik gel

Sifat umum yang diinginkan dari sediaan semisolid adalah dapat diterima oleh konsumen karena memiliki sifat tertentu yaitu mudah dikeluarkan dari wadah, sensasinya ketika kontak dengan kulit, kemampuan melekat pada tempat aplikasi selama waktu tertentu sebelum dibilas atau luntur, residu yang tidak meninggalkan rasa lengket setelah aplikasi dan efikasi klinis yang terkait pelepasan obat dan absorpsi. Hal ini terkait dengan daya sebar dan viskositas sediaan sehingga perlu diperhatikan dalam formulasinya (Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K., 2002).

a. Daya sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau sediaan semisolid, yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, temperatur tempat aksi. Kecepatan penyebaran juga tergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi pelarut, dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg et al., 2002).

(33)

b. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Martin dan Cammarata, 1993). Karakteristik formulasi yang penting dalam produk akhir sediaan semisolid adalah viskositas, elastisitas, dan rheologi. Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002). Jika konsentrasi gelling agent yang digunakan terlalu tinggi atau dengan bobot molekul yang terlalu besar, maka akan menghasilkan gel yang susah diaplikasikan (Zatz dan Kushla, 1996).

Thiksotropi merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Thiksotropi hanya dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis dan pseudoplastis (Martin dan Cammarata, 1993). Dalam penyimpanannya, gel dapat berupa thiksotropi, membentuk semisolid jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan (Anonim, 1995).

c. Stabilitas

(34)

perubahan ukuran partikel. Hasil depolimerisasi akan menurunkan rata-rata berat molekul sehingga akan menurunkan viskositas (Zatz et al., 1996).

Peningkatan suhu penyimpanan dapat menyebabkan efek yang berlawanan pada stabilitas polimer sehingga viskositas berubah dari waktu ke waktu. Selama penyimpanan 2 bulan, terjadi pergeseran viskositas yang kecil pada suhu ruangan atau pendingin. Akan tetapi, pada suhu 400C terjadi pergeseran viskositas 15% atau lebih (Zatz et al., 1996).

H. Carbopol

Carbopol merupakan polimer sintesis dari kelompok acrylic polymers

yang membentuk rantai silang dengan polyalkenyl ether (Zatz dan Kushla, 1996). Struktur molekul carbopol sebagai berikut :

C C

H

H H

COOH n

Gambar 2. Struktur molekul carbopol

Carbopol digunakan sebagai suspending agent pada konsentrasi sampai 0,4% dan basis gel (Anonim, 1999; Weiner dan Bernstein, 1989). Selain itu, carbopol dapat menstabilkan emulsi dengan mengentalkan fase kontinyu sehingga mengurangi creaming dan coalescence atau dengan berfungsi sebagai emulsifier

(35)

diaplikasikan pada kulit dan memberi lapisan minyak pada permukaan kulit. Lapisan minyak ini tidak akan diemulsifikasikan kembali ketika bersentuhan dengan air sehingga akan melekat pada kulit (Zatz dan Kushla, 1996). Carbopol tidak toksik, tidak mensentisasi, dan tidak mempengaruhi aktivitas biologi obat tertentu (Barry,1983).

Di dalam gel carbopol dapat digunakan untuk mengontrol dan meningkatkan viskositas (thickener) pada pH antara 3,5 sampai 11 (Weiner dan Bernstein, 1989). Carbopol 1% mempunyai pH 3. Pada pH 6-11 viskositas gel akan meningkat. Viskositas gel akan menurun pada pH kurang dari 3 atau lebih dari 12 dan bila terdapat elektrolit kuat. Viskositas gel berkurang dengan cepat bila terpapar sinar matahari tetapi reaksi ini dapat dikurangi lajunya dengan menambahkan antioksidan (Boyland, Cooper, dan Chowhan, 1986).

Jika didispersikan ke dalam air, carbopol membentuk larutan asam keruh dengan pH 2,8 sampai 3,2 tetapi tidak larut dan dapat dinetralkan dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, amina (misalnya trietanolamin), atau basa anorganik lemah (misalnya amonium hidroksida), sehingga meningkatkan konsistensi dan menurunkan kekeruhan (Barry, 1983; Zatz, Berry, dan Alderman, 1996). Gel carbopol yang tidak dinetralkan dapat menurunkan viskositas lebih banyak dibandingkan yang dinetralkan karena ikatan hidrogen pada struktur gel yang tidak dinetralkan mudah putus (Barry, 1983).

(36)

bagian-bagian yang diserang memperbesar molekul sehingga gel lebih kaku dan mengembang. Bila penambahan basa berlebihan gel akan menjadi encer karena kation-kation melindungi gugus karboksil dan gaya tolak menolak elektrostatik berkurang (Barry, 1993).

I. Humektan

Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan (Loden, 2001). Humektan adalah bahan higroskopis yang mempunyai sifat menyerap uap air dari udara lembab sehingga dapatmempertahankan kelembaban kulit (Johnson, 1992). Humektan membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit (Rawlings, Harding, Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002).

1. Gliserol

C OH

H

H C OH

H C H

OH H

Gambar 3. Struktur molekul gliserol (Anonim, 1995)

(37)

dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya bersama dengan air atau alkohol (Ansel, 1989). Gliserol dapat digunakan sebagai emmolient dan humektan dengan konsentrasi 0,2%-65,7%. Selain itu, gliserol juga dapat digunakan sebagai plasticizer, pelarut, dan pengisotonis dalam produk farmasetis (Smolinske, 1992). Penambahan gliserol juga akan menurunkan polaritas solven dan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001). Gliserol tidak mengiritasi dan sangat jarang mensensitisasi kulit (Smolinske, 1992).

2. Propilen Glikol

C

H H

H C C

H OH

H OH

H

Gambar 4. Struktur molekul propilen glikol (Anonim, 1995)

Propilen glikol adalah cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa sedikit tajam, dan higroskopik. Propilen glikol dapat dicampur dengan air, alkohol, aseton, dan kloroform. Dapat larut dalam eter dan dapat melarutkan minyak menguap, tetapi tidak dapat campur dengan minyak lemak (Anonim, 1979). Propilen glikol dapat digunakan sebagai humektan dalam konsentrasi sekitar 15%. Selain itu, propilen glikol dapat digunakan sebagai plasticizer, pelarut, hygroscopic agent, desinfektan, stabilizer untuk vitamin, dan cosolvent

(38)

berfungsi sebagai pengawet (Boyland, Cooper, dan Chowhan, 1986; Anger, Claude, B., Rupp, D., Lo, P.,1996). Propilen glikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1% sampai 5%, stabil pada pH 3 sampai 6 dan harus mengandung pengawet (Allen, 2002). Propilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50% (Loden, 2001).

J. Trietanolamin

 

N

HO OH

HO  

Gambar 5. Struktur molekul trietanolamin

 

(39)

K. Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190-380 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Radiasi ultraviolet (100-190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorbsi oleh udara (Mulja dan Suharman, 1995).

Analisis dengan spektrofotometri UV selalu melibatkan pembacaan serapan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang diteruskan, yang disebut dengan serapan (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%T). Bouger, Lambert, dan Beer membuat formula secara matematik hubungan antara transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :

T = = 10-ε.c.b

A = log = ε.c.b

Keterangan :

T = persen transmitan

Io = intensitas radiasi yang datang

It = intensitas radiasi yang diteruskan

ε = serapan molar (Lt.mol-1 cm-1)

C = konsentrasi (mol. Lt-1) b = tebal larutan (cm) A = serapan

(40)

L. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Dalam bidang kefarmasian ada informasi yang perlu diperoleh dari partikel yaitu (1) bentuk dan luas permukaan partikel serta (2) ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel (Martin dan Cammarata, 1993). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi diameter partikel, sedangkan bentuk partikel memberi gambaran tentang luas permukaan spesifik partikel dan texture -nya (kasar atau halus permukaan partikel) (Martin dan Bustamante, 1993).

Ukuran partikel merupakan diameter rata-rata partikel dari suatu sampel. Umumnya sifat sampel adalah polydisperse (heterogen) bermacam-macam diameter dengan range atau rentang yang lebar. Sampel dengan ukuran partikel yang sama disebut monodisperse tetapi sangat jarang ditemukan sampel yang

monodisperse. Dalam mikromeritik ada dua metode dasar untuk mengetahui ukuran partikel yaitu metode mikroskopik dan metode pengayakan (Martin dan Cammarata,1993).

(41)

membutuhkan waktu dan ketelitian. Namun pengujian mikroskopik dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partkel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan menggunakan metode mikroskopik (Martin dan Cammarata,1993).

M.Metode Simplex Lattice Design

Metode Simplex Lattice Design adalah suatau metode optimasi untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari dua campuran atau lebih. Dengan menggunakan metode ini diharapkan faktor trial dan error dalam mendesain suatu formula dapat dikurangi. Metode ini juga dapat memprediksi sifat-sifat campuran tersebut pada semua perbandingan (Bolton, 1997).

Persamaan umum untuk Simplex Lattice Design dengan dua variabel bebas adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Y = B1(A) + B2(B) + B1 2(A)(B)

Y = respon atau hasil percobaan

A = konsentrasi (proporsi) komponen A B = konsentrasi (proporsi) komponen B

B1, B2, B12 = koefisien yang dihitung dari pengamatan percobaan

Koefisien a, b, ab dapat dihitung dari asal percobaannya (Bolton, 1997).

(42)

Percobaan 1 menggunakan 100% komponen A, percobaan II menggunakan 100% komponen B, serta percobaan III menggunakan 50% komponen A dan 50% komponen B (Bolton, 1997).

N. Keterangan Empiris

Beta karoten merupakan salah satu dari 600 karotenoid yang ada di alam. Beta karoten yang terdapat pada wortel berpotensi sebagai antioksidan (Watson, 2001). Beta karoten bereaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) untuk menetralkan oksigen singlet dan mencegah pembentukan radikal peroksil (Paiva dan Russel, 1999). Oleh karena itu, wortel dapat dibuat menjadi sediaan UV Protection karena sifatnya sebagai antioksidan dan penggunaan bahan aktif berupa bahan alam lebih disukai dibandingkan senyawa sintetik karena produk-produk dari bahan alam lebih aman dan memiliki toleransi yang baik terhadap kulit (Fridd, 1996).

(43)

Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002). Penggunaan gliserol dan proplenglikol secara bersamaan akan meningkatkan sifat fisik dari sediaan. Gliserol akan meningkatkan kelarutan solut lipofilik (Buchmann, 2001) sedangkan propilen glikol bersifat higroskopik (Anonim, 1979) sehingga dapat menjaga konsistensi sediaan.

Dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula gel UV Protection

tinjauan terhadap humektan gliserol dan propilen glikol menggunakan metode

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental bersifat eksploratif dengan menggunakan desain penelitian secara Simplex Lattice Design.

B. Variabel dalam Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik (viskositas dan daya sebar) serta stabilitas (pergeseran viskositas).

43. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan dan lama pengadukan serta metode kerja pembuatan gel UV Protection.

44. Variabel pengacau tak terkendali

(45)

C. Definisi Operasional

1. Gel UV Protection endapan perasan wortel adalah sediaan semisolid yang berfungsi sebagai antioksidan yang dibuat dari endapan perasan wortel sesuai formula yang telah ditentukan sesuai prosedur pembuatan gel pada penelitian ini.

2. Endapan perasan wortel adalah endapan yang diperoleh dengan cara mengambil perasan wortel dengan juicer lalu menyaring, mensentrifuge

dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, dan ditambahkan 0,2 % metil paraben.

3. Daya sebar optimum adalah diameter penyebaran gel sebesar 3-5 cm pada pengukuran massa gel 0,5 gram yang diberi beban 125 gram selama 1 menit.

4. Viskositas optimum adalah viskositas gel sebesar 310-315 d.Pa.s.

5. Stabilitas gel ditentukan dari besarnya nilai pergeseran viskositas antara sebelum dan sesudah penyimpanan selama 1 bulan. Rumus yang digunakan untuk pergeseran viskositas adalah :

awal as viskosit rata

-rata

bulan 1 viskositas awal

s viskosita rata

-rata −

x 100%

Pergeseran viskositas optimum dalam penelitian ini adalah ≤ 15%.

(46)

7. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisik dan stabilitas gel.

8. Contour plot super imposed adalah grafik pertemuan yang memuat semua

range komposisi humektan dalam contour plot respon sifat fisik dan stabilitas gel yang dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya prediksi range

komposisi optimum humektan dalam formula gel.

D. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah Glasswares (Pyrex-Germany), Juicer

(Miyako), neraca analitik (Mettler Toledo GB 3002), magnetic stirrer, Mixer

(Cucina Phillips dan Power Supply IC Regulated model ad 01), alat uji daya sebar, Viscotester seri VT 04 (Rion-Japan), Perkin-Elmer Spektrofotometer UV-Vis Lambda 20, Spektrofotometer UV (Genesis 10), Hot Plate (Ikamag-Ret),

mikroskop (Olympus CH2-Japan), sentrifuge, alat pHmeter elektrik seri VT 03

(Rion-Japan), dan stopwatch.

(47)

E. Tata Cara Penelitian

1. Ekstraksi beta karoten dalam endapan perasan wortel (Daucus carota,

Linn.)

Menimbang kurang lebih 1 kg wortel segar yang telah dibersihkan dan dipotong-potong kemudian diambil perasannya dengan menggunakan juicer

dan disaring. Hasilnya disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, kemudian diambil endapannya.

Menimbang seksama 0,5 gram endapan perasan wortel lalu distrirrer

menggunakan 2x25 ml aseton dengan kecepatan 700 rpm selama 2,5 menit, lalu disaring dengan kertas saring. Selanjutnya residu distrirrer menggunakan 25 ml heksan dengan kecepatan 700 rpm selama 1 menit, lalu disaring dengan kertas saring.

Untuk menghilangkan aseton dari ekstrak, digunakan 5x100 ml aquadest. Lapisan teratas (fraksi heksan) diambil lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda (modifikasi Anonim, 1995).

2. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel (Daucus

carota, Linn.)

a. Pembuatan larutan induk beta karoten

(48)

diaduk hingga larut sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda. b. Pembuatan larutan intermediet beta karoten

Memipet 2,5 ml larutan induk beta karoten lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda.

c. Pembuatan seri larutan baku beta karoten 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm

Memipet 1,25 : 2,50 ; 3,75; 5,00; dan 6,25 ml larutan intermediet beta karoten, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan pelarut aseton : heksan (1:9) hingga tanda.

d. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum beta karoten

Scanning serapan larutan baku beta karoten 2, 6, dan 10 ppm pada panjang gelombang 390-500 nm. Bandingkan kurva hubungan panjang gelombang lawan serapan dari ketiga seri larutan baku beta karoten. Tentukan panjang gelombang saat serapan maksimum beta karoten dari spektogram yang diperoleh. Panjang gelombang pada saat serapan maksimum ditandai dengan nilai serapan yang paling besar.

e. Pembuatan kurva baku beta karoten

(49)

f. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

Mengukur serapan endapan perasan wortel yang telah diekstraksi beta karotennya pada panjang gelombang saat serapan maksimum. Kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel dapat dihitung berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier yang diperoleh.

3. Uji SPF (Sun Protection Factor)

Scanning serapan 0,04 gram endapan perasan wortel yang dilarutkan dengan 25 ml kloroform pada panjang gelombang 365 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV. Serapan yang didapat dihitung sebagai nilai SPF

menggunakan rumus : = ⎢⎣⎥⎦⎤ SPF

1 log

-A 10 =log10SPF

(Walters, 1997)

4. Optimasi pembuatan gel UV Protection

a. Formula gel UV Protection

Formula clear aqueous gel with dimethicone menurut Allen, Jr., Loyd., Popovich, N.G., dan Ansel, H.C. (2005) sebagai berikut:

Water 59,8 %

Carbomer 934 0,5 %

Triethanolamine 1,2

Glyceryn 34,2

Propylene glycol 2,0

(50)

Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula dengan variasi komposisi humektan menggunakan metode Simplex Lattice Design. Formula yang diperoleh untuk 100 gram gel sebagai berikut.

Tabel I. Formula Simplex Lattice Design

Formula I II III IV V

Gliserol 0 g 12 g 24 g 36 g 48 g

Propilen

glikol 48 g 36 g 24 g 12 g 0 g

Carbopol 1 g 1 g 1 g 1 g 1 g

Trietanolamin 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g Aquadest 50,34 g 50,34 g  50,34 g 50,34 g 50,34 g

Endapan perasan

wortel

0,16 g 0,16 g 0,16 g 0,16 g 0,16 g

b. Pembuatan gel UV Protection

(51)

5. Uji sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection

a. Uji daya sebar

Uji daya sebar sediaan gel UV Protection endapan perasan wortel dilakukan segera setelah gel selesai dibuat dengan cara sebagai berikut : gel ditimbang seberat 0,5 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya (modifikasi Garg et al., 2002).

b. Uji viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04 dengan cara sebagai berikut : gel dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1) segera setelah gel selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan (Instrustion Manual Viscotester VT-03E/VT-04E).

6. Uji mikromeritik

(52)

F.Analisis Data dan Optimasi

Data uji daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode Simplex Lattice Design. Masing-masing uji sifat fisik dan stabilitas gel dapat dibuat persamaan Simplex Lattice Design. Selanjutnya dari respon yang diperoleh, dibuat contour plot masing-masing uji sifat fisik dan stabilitas gel untuk menggambarkan garis respon yang diinginkan. Dari masing-masing respon dihitung validitas persamaan Simplex Lattice Design. dengan menganalisis secara statistik menggunakan uji F dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui validitas persamaan Simplex Lattice Design. Apabila persamaan tersebut valid, maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon tertentu dari campuran kedua humektan dalam berbagai komposisi.

Masing-masing contour plot respon digabungkan menjadi satu contour plot super imposed yang telah dipilih berdasar parameter kualitas yang ditentukan.

Range komposisi yang diperoleh selanjutnya diprediksi sebagai range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstraksi Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel

(Daucus carota, Linn.)

Sebelum mengekstraksi beta karoten, wortel diperas dengan menggunakan juicer untuk memisahkan ampas dan perasan wortel. Dalam penelitian ini ampas wortel tidak digunakan. Perasan wortel disaring untuk menghilangkan serat-serat wortel yang masih terdapat di dalam perasan wortel. Dalam penelitian ini hanya digunakan endapan perasan wortel sehingga perlu dilakukan sentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan filtrat dan endapan dari perasan wortel. Dengan kecepatan dan waktu

sentrifuge tersebut diharapkan sudah dapat memisahkan endapan dari filtrat perasan wortel.

(54)

B. Penetapan Kadar Beta Karoten dalam Endapan Perasan Wortel

(Daucus carota, Linn.)

Wortel mengandung senyawa beta karoten yang berwarna karena dalam struktur molekulnya mempunyai sistem kromofor yang panjang sehingga dapat ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometri visibel.

Gambar 6. Struktur beta karoten dengan sistem kromofor

Keterangan

sistem kromofor

Pembuatan kurva baku bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel. Kurva baku dibuat dengan mengukur serapan dari 5 seri kadar larutan beta karoten baku pada panjang gelombang serapan maksimum.

Panjang gelombang serapan maksimum adalah panjang gelombang di mana senyawa memberikan serapan paling besar. Scanning panjang gelombang dilakukan dengan menggunakan 3 seri kadar larutan baku beta karoten yaitu 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm. Hal ini bertujuan untuk memastikan panjang gelombang serapan maksimum beta karoten. Dari ketiga hasil scanning dengan

(55)

beta karoten dalam aseton : heksan (1:9) menurut Anonim (1995) adalah 436 nm. Perbedaan panjang gelombang yang diperoleh ini dikarenakan adanya perbedaan kondisi percobaan yang digunakan.

Kurva baku yang diperoleh dari tiap replikasi sebagai berikut. Tabel II. Kurva baku beta karoten dengan Spektrofotometer Genesis 10

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III Kadar

(ppm) Serapan

Kadar

(ppm) Serapan

Kadar

(ppm) Serapan 2,174 0,262 2,160 0,243 2,056 0,336 4,348 0,541 4,320 0,626 4,112 0,570 6,522 0,930 6,480 0,986 6,168 0,980 8,696 1,200 8,640 1,291 8,224 1,320 10,870 1,509 10,800 1,629 10,280 1,622 Y = 0,14503 X + 0,0575 Y = 0,15912 X –0,0761 Y = 0,16158 X - 0,031

r = 0,99855 r = 0,99915 r = 0,99729

(56)

kurva baku beta karoten II

y = 0,15912 x - 0,0761

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80

0 2 4 6 8 10 12

kadar (ppm)

ser

ap

an

  Gambar 7. Kurva baku beta karoten II

Pengukuran kadar dengan metode spektrofotometri umumnya dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum karena pada panjang gelombang serapan maksimum, perubahan serapan untuk setiap perubahan kadar adalah paling besar (Pecsok, Shields, Cairns, dan William, 1976). Hasil perhitungan jumlah beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel dapat dilihat pada tabel III berikut.

Tabel III. Jumlah beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel dengan Spektrofotometer Genesis 10

Replikasi Jumlah beta karoten (mg)

I 1,59913 II 1,62768 III 1,64307 rata-rata 1,62329

(57)

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang terdapat pada halaman 69, didapatkan jumlah rata-rata beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel sebesar 1,62329 ± 0,02230 mg.

C. Uji Sun Protection Factor (SPF)

Uji SPF dilakukan untuk mengetahui tingkat perlindunganterhadap sinar matahari yang dapat menyebabkan sunburn (eritema) (Stanfield, 2003). Penetapan nilai SPF menurut Walters (1997) dilakukan dengan mengukur serapan endapan perasan wortel yang dilarutkan dalam kloroform pada panjang gelombang 365 nm. Pemilihan panjang gelombang 365 nm ini dikarenakan untuk menyesuaikan dengan lampu UV yang dimiliki untuk uji efikasi gel UV Protection endapan perasan wortel (Daucus carota, Linn.) mempunyai panjang gelombang 365 nm. Beta karoten sangat larut dalam kloroform (Anonim, 1989). UV cut off kloroform di bawah 250 nm (Day and Underwood, 1996). Oleh karena itu, dalam penelitian ini serapan endapan perasan wortel dapat diukur pada panjang gelombang 365 nm.

Dalam formulasi ini dibuat sediaan dengan nilai SPF antara 10 sampai 15 sehingga diharapkan dapat memberikan proteksi terhadap sunburning dan

(58)

Tabel IV. Hasil pengukuran SPF

Serapan (A) SPF

Replikasi Replikasi Kadar beta

karoten

(ppm) 1 2 3 1 2 3

SPF

rata-rata 51,94528 0,919 0,985 0,904 8,299 9,661 8,017 8,659 64,93160 1,152 1,038 1,028 14,191 10,914 10,666 11,924

Untuk mendapatkan gel UV Protection dengan nilai SPF 11,924, maka jumlah beta karoten yang dibutuhkan dalam gel harus disesuaikan supaya kadar beta karoten di dalam gel setara dengan 64,93160 ppm. Berdasarkan perhitungan, jumlah beta karoten yang diperlukan untuk 100 gram gel supaya mempunyai nilai SPF 11,924 adalah 6,49316 mg yang setara dengan 4 gram endapan perasan wortel.

D. Optimasi Pembuatan Gel UV Protection

Pada pembuatan gel UV Protection dengan nilai SPF 11,924 dibutuhkan 4 gram endapan perasan wortel untuk 100 gram gel yang mengandung 6,49316 mg beta karoten. Secara teknologi hal tersebut masih dapat dilakukan, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak dapat diterima secara estetika karena warna gel UV Protection yang dihasilkan terlalu mencolok.

(59)

penggunaannya oleh konsumen. Untuk alasan estetika tersebut, maka digunakan 0,28600 mg beta karoten di dalam 100 gram gel sehingga endapan perasan wortel yang dimasukkan ke dalam sediaan gel menjadi 0,16 gram.

Endapan perasan wortel yang dimasukkan ke dalam sediaan gel berbeda dengan sebelumnya sehingga diperlukan penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel. Scanning panjang gelombang dilakukan dengan menggunakan 3 seri kadar larutan baku beta karoten yaitu 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm. Hasil yang diperoleh dari scanning menggunakan Perkin-Elmer Spektrofotometer UV-Vis Lambda 20 dapat dilihat pada spektogram berikut.

Gambar 8. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan baku beta karoten 2 ppm, 6 ppm, dan 10 ppm  

(60)

Dari ketiga gambar spektogram tersebut, didapat panjang gelombang serapan maksimum beta karoten yaitu 452,2 nm.

Tabel V. Kurva baku beta karoten dengan

Perkin-ElmerSpektrofotometer UV-Vis Lambda 20

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III Kadar

(ppm) Serapan

Kadar

(ppm) Serapan

Kadar

(ppm) Serapan 2,060 0,341 2,114 0,276 2,182 0,361 4,120 0,669 4,228 0,543 4,364 0,676 6,180 0,980 6,342 0,922 6,546 1,046 8,240 1,320 8,456 1,182 8,728 1,232 10,300 1,656 10,57 1,462 10,91 1,658 Y = 0,15927 X + 0,00890 Y = 0,14240 X – 0,02630 Y = 0,14436 X + 0,04960

r = 0,99988 r = 0,99812 r = 0,99510

Dari 3 kurva baku tersebut dipilih salah satu kurva baku yang mempunyai harga koefisien korelasi (r) yang paling mendekati ± 1. Persamaan regresi linier dari ketiga kurva baku yang memiliki harga r yang paling besar akan digunakan untuk menetapkan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel. Oleh karena itu dipilih persamaan regresi dari kurva baku I, yaitu Y = 0,15927 X+ 0,00890 untuk penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel.

Gambar 9. Kurva baku beta karoten I

kurva baku beta karoten I

y = 0,15927 x + 0,00890

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80

0 2 4 6 8 10 12

kadar (ppm )

se

rap

(61)

Penetapan kadar beta karoten dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten yaitu 452,2 nm. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang terdapat pada halaman 74 , didapatkan jumlah rata-rata beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel sebesar 1,78749 ± 0,02764 mg.

Tabel VI. Jumlah beta karoten dalam 1 gram endapan perasan wortel dengan Perkin-ElmerSpektrofotometer UV-Vis Lambda 20

Replikasi Jumlah beta karoten (mg)

I 1,79115

II 1,81312

III 1,75820

rata-rata 1,78749

SD 0,02764

   

Endapan perasan wortel dengan jumlah beta karoten sebanyak 0,28600 mg diukur serapannya pada panjang gelombang 365 nm. Hasil serapan kemudian dimasukkan ke dalam rumus perhitungan SPF menurut Walters (1997) sehingga diperoleh nilai SPF 1,328. Menurut Harry (1982), sediaan dengan nilai SPF 2-4 termasuk Minimal Sun Protection Product sehingga sangat kurang memproteksi kulit dari sunburning dan suntanning. Dengan demikian, SPF gel endapan perasan wortel sangat kecil sehingga tidak efektif jika digunakan sebagai sunscreen.

Tabel VII. Hasil pengukuran SPF dalam 100 gram gel

Serapan (A) SPF

Replikasi Replikasi Jumlah beta

karoten

(mg) 1 2 3 1 2 3

SPF

(62)

Profil hasil scanning larutan beta karoten dan endapan perasan wortel pada panjang gelombang antara 250–400 nm dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 10. Hasil scanning larutan baku beta karoten dengan pelarut kloroform

Gambar 11. Hasil scanning endapan perasan wortel dengan pelarut kloroform

(63)

(Paiva dan Russel, 1999). Dengan demikian, gel endapan perasan wortel ini dapat digunakan sebagai UV Protection.

E. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Gel UV Protection

Kualitas dari suatu sediaan dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas sediaan tersebut. Uji sifat fisik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji daya sebar dan uji viskositas sediaan gel segera setelah dibuat. Uji stabilitas sediaan gel dilakukan dengan melihat persen pergeseran viskositas yang terjadi setelah penyimpanan selama 1 bulan. Stabilitas gel dapat dikatakan baik jika persen pergeseran viskositasnya kecil. Uji sifat fisik dan stabilitas gel ini dilakukan untuk memastikan gel UV Protection yang dibuat sudah memenuhi syarat sediaan gel yang baik sehingga dapat diterima penggunaanya oleh masyarakat luas. Hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection

sebagai berikut :

Tabel VIII. Hasil pengukuran sifat fisik dan stabilitas gel UV Protection

Formula Daya sebar

(cm)

Viskositas (d.Pa.s)

Pergeseran viskositas (%) I

(0% gliserol, 100 % propilen glikol) 4,10 ± 0,110  312,50 ± 20,917 5,07 ± 3,305

II

(25% gliserol, 75% propilen glikol) 4,30 ± 0,110 304,17 ± 10,206 3,29 ± 1,922

III

(50% gliserol, 50% propilen glikol) 4,18 ± 0,117 311,67 ± 11,255 4,28 ± 2,415

IV

(75% gliserol, 25% propilen glikol) 4,08 ± 0,075 322,50 ± 23,184 3,11 ± 3,062

V

(64)

1. Daya sebar

Uji daya sebar sediaan gel dilakukan dengan mengukur diameter penyebaran 0,5 gram gel pada kaca bulat berskala yang ditimpa beban seberat 125 gram selama 1 menit (modifikasi Garg et al., 2002). Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana gel dapat menyebar dan merata ketika diaplikasikan pada kulit. Daya sebar merupakan karakteristik penting dalam formulasi dan bertanggung jawab terhadap kemudahan saat diaplikasikan di kulit, pengeluaran dari wadah, dan yang paling penting mempengaruhi penerimaan konsumen (Garg et al., 2002).

Hasil pengukuran daya sebar gel pada tabel VIII menunjukkan bahwa gel UV Protection formula V dengan komposisi gliserol 100% mempunyai daya sebar paling kecil dan gel UV Protection formula II dengan komposisi gliserol : propilen glikol (25% : 75%) mempunyai daya sebar paling besar. Terjadinya peningkatan diameter daya sebar gel ini dikarenakan adanya penambahan propilen glikol di dalam gel sehingga menyebabkan konsistensi gel lebih encer. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya viskositas gel.

Dari data yang diperoleh berdasarkan perhitungan daya sebar gel UV Protection didapatkan persamaan Simplex Lattice Design :

Y = 3,90 A + 4,10 B + 0,72 AB

(65)

Berdasarkan hasil prediksi SLD di atas, didapat daya sebar campuran humektan gliserol dan propilen glikol. Hasil prediksi SLD dan hasil percobaan terlihat pada gambar 12 berikut.

Gambar 12. Grafik hubungan antara humektan gliserol dan propilen glikol dengan respon daya sebar gel UV Protection endapan perasan wortel

(66)

yang paling besar, yaitu pada komposisi gliserol : propilen glikol = 50% : 50% (formula III). Hal ini dikarenakan pada formula III menggunakan campuran komposisi humektan gliserol dan propilen glikol yang sebanding yaitu 50% : 50% sehingga konsistensi gel menjadi lebih encer dan daya sebarnya menjadi lebih besar. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sehingga semakin besar viskositas sediaan maka daya sebar semakin kecil.

Dari uji secara statistik yang dilakukan dengan uji F dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa F hitung > F tabel (2,27) = 3,35 (tabel IX)

sehingga persamaan SLD untuk daya sebar dapat digunakan untuk memprediksi respon daya sebar dan menentukan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection.

Tabel IX. Hasil perhitungan uji F pada daya sebar gel UV Protection

SS Derajat bebas Mean of square F hitung

regresi 0,3201 2 0,1601

residual 0,4146 27 0,0154

total 0,7347 29

10,40

(67)

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan untuk mengalir (Martin et al., 1993). Semakin besar viskositas sediaan maka semakin kental sediaan tersebut. Viskositas sediaan gel diukur menggunakan viscotester Rion seri VT 04 dengan membaca skala yang tertera pada alat. Pengukuran viskositas dilakukan dua kali yaitu pada awal segera setelah gel dibuat dan setelah penyimpanan gel selama 1 bulan. Viskositas pada awal segera setelah gel dibuat digunakan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan gel.

Hasil pengukuran viskositas gel pada tabel VIII menunjukkan bahwa gel

UV Protection formula II dengan komposisi gliserol : propilen glikol (25% : 75%) mempunyai viskositas paling kecil. Adanya kenaikan kadar propilen glikol menyebabkan penurunan viskositas gel UV Protection. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya komposisi humektan propilen glikol dalam gel menyebabkan konsistensi gel menjadi encer, sehingga jarak antar molekul semakin besar akibatnya interaksi antar molekul menjadi lebih lemah sehingga gaya yang diperlukan molekul untuk mengalir menjadi kecil. Penurunan viskositas memudahkan pengambilan dari wadah dan memudahkan saat pemakaian karena konsistensi gel menjadi lebih encer. Viskositas paling besar ditunjukkan oleh formula V dengan komposisi humektan gliserol 100%.

Dari data yang diperoleh berdasarkan perhitungan viskositas gel UV Protection didapatkan persamaan Simplex Lattice Design :

(68)

dengan Y = viskositas (d.Pa.s), A = humektangliserol dalam campuran, dan B = humektan propilen glikol dalam campuran.

Berdasarkan hasil prediksi SLD di atas, didapat viskositas campuran humektan gliserol dan propilen glikol. Hasil prediksi SLD dan hasil percobaan terlihat pada gambar 13 berikut.

Gambar 13. Grafik hubungan antara humektan gliserol dan propilen glikol dengan respon viskositas gel UV Protection endapan perasan wortel

(69)

paling kecil, yaitu pada komposisi humektan gliserol : propilen glikol = 50% : 50% (formula III).

Dari uji secara statistik yang dilakukan dengan uji F dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa F hitung < F tabel (2,27) = 3,35 (tabel X)

sehingga persamaan SLD untuk viskositas tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon viskositas dan menentukan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection.

Tabel X. Hasil perhitungan uji F pada viskositas gel UV Protection

SS Derajat bebas Mean of square F hitung

regresi 1208,1233 2 604,2367

residual 10578,5434 27 391,7949

total 11786,6667 29

1,54

Dalam penelitian diharapkan gel yang dibuat memberikan sifat fisik gel dengan viskositas yang tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental sehingga akan memudahkan pada saat pemakaian dan pengambilan dari wadah.

3. Pergeseran viskositas

(70)

setelah pembuatan dikalikan 100%. Sediaan gel dianggap stabilitasnya masih baik jika persen pergeseran viskositasnya kurang dari 15% (Zatz et al.,1996).

Dari data yang diperoleh berdasarkan perhitungan pergeseran viskositas viskositas gel UV Protection didapatkan persamaan Simplex Lattice Design :

Y = 6,38 A + 5,45 B – 5,56 AB

dengan Y = pergeseran viskositas (%), A = humektan gliserol dalam campuran, dan B = humektan propilen glikol dalam campuran.

Berdasarkan hasil prediksi SLD di atas, didapat pergeseran viskositas campuran humektan gliserol dan propilen glikol. Hasil prediksi SLD dan hasil percobaan terlihat pada gambar 14 berikut.

(71)

Dari gambar 14, grafik hubungan antara humektan gliserol dan propilen glikol dengan respon pergeseran viskositas gel UV Protection endapan perasan wortel berupa kurva melengkung terbuka ke atas. Kurva melengkung terbuka ke atas menunjukkan bahwa interaksi antara humektan gliserol dan propilen glikol menurunkan respon pergeseran viskositas gel. Dari grafik dapat diketahui pergeseran viskositas gel yang paling besar, yaitu pada komposisi humektan 100% gliserol dan pergeseran viskositas gel yang paling kecil, yaitu pada komposisi humektan gliserol : propilen glikol = 50% : 50% (formula III).

Dari uji secara statistik yang dilakukan dengan uji F dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa F hitung < F tabel (2,27) = 3,35 (tabel XI)

sehingga persamaan SLD untuk pergeseran viskositas tidak dapat digunakan untuk memprediksi respon pergeseran viskositas dan menentukan range

komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection.

Tabel XI. Hasil perhitungan uji F pada pergeseran viskositas gel UV Protection

SS Derajat bebas Mean of square F hitung

regresi 19,6933 2 9,8467

residual 244,5399 27 9,7864

total 264,2332 29

1,01

(72)

dengan komposisi gliserol : propilen glikol (25% : 75%) paling stabil di antara formula yang lain setelah penyimpanan 1 bulan.

Informasi mengenai pH sediaan gel UV Protection endapan sari wortel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel XII. Hasil uji pH gel UV Protection

Formula pH

I (0% gliserol, 100 % propilen glikol) 5,53

II (25% gliserol, 75% propilen glikol) 5,81

III (50% gliserol, 50% propilen glikol) 5,73

IV (75% gliserol, 25% propilen glikol) 5,60

V (100 % gliserol, 0% propilen glikol) 5,94

Rata-rata pH gel UV Protection yang diperoleh antara 5,53–5,94. Rata-rata pH tersebut mendekati pH kulit yaitu 4,0–6,8 (Soeratri, W. dan Purwanti, T., 2004) seh

Gambar

Gambar 16. Contour plot respon daya sebar viskositas gel UV Protection
Gambar 1. Struktur molekul beta karoten (Anonim, 1989)
Gambar 2. Struktur molekul carbopol
Gambar 3. Struktur molekul gliserol (Anonim, 1995)
+7

Referensi

Dokumen terkait

An hour later, the Doctor, Zoe, Jamie, Isobel, Captain Turner and the Brigadier all climbed out of a UNIT jeep parked beside a gate leading into a field. ‘Here, Doctor?’

Berdasarkan hasil observasi lapang terungkap bahwa kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, yang antara lain disebabkan oleh : (1) Rendahnya rendemen pasokan

Hubungan yang tercipta dari beberapa komponen tersebut yaitu antara petani pemilik, petani tani penyewa dan buruh tani tersebut dapat kita sebut dengan hubungan saling

Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu

Caput nyamuk Anopheles betina (kiri) memperlihatkan antena tipe pilose (A) dan sepasang palpus maksilaris (C) yang hampir sama panjang dengan probosis, dan Anopheles jantan

Di lain hal, pemasaran ikan teri nasi kering untuk dalam provinsi masih sangat sulit karena harga jual produk yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi ancaman bagi

Beberapa pokok kebijakan ekonomi makro yang akan dilaksanakan dalam tahun 2005 mencakup; ( i ) memaksimalkan implementasi Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003 tentang Paket

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk