• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masih berada di bawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. masih berada di bawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peserta didik zaman sekarang adanya rasa hormat, kasih sayang, rasa segan, atau kita kenal dengan istilah ta’dhim terhadap guru ataupun terhadap orang tua semakin hilang, pudar entah kemana, perasaan itu hilang dan hampir tidak tampak terlihat dalam nuansa proses pembelajaran yang terjadi dan berlangsung pada saat ini. Mengapa demikian, hal itu terjadi karena peserta didik jaman sekarang kurang dalam meresapi, kurang dalam menghayati, dan kurang dalam melaksanakan atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari dalam ilmu tata laksana aqidah akhlak atau dalam ilmu budi pekerti dikenal dengan istilah sopan santun. Bahkan menurut para ahli pendidikan tingkat kenakalan anak usia sekolah di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya.

Terlihat jelas bahwa banyak terjadi kasus pada anak usia sekolah yang masih berada di bawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, tawuran dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya, yang pada hakikatnya hal tersebut adalah merupakan krisis akhlak pada anak usia sekolah. Maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, perilaku asusila, pergaulan bebas yang menjamur sampai tingkat pedesaan serta penyakit lainnya yang itu semua karena di sebabkan oleh merosotnya moral bangsa.(Mukhlas,2007:99)

(2)

Realita lain yang terjadi dalam lembaga kependidikan saat ini adalah pendidikan yang lebih mengedepankan kecerdasan intelegensinya sehingga apabila siswa dihadapkan pada permasalahan yang terlalu berat sedikit semisal tidak naik kelas atau tidak lulus ujian maka siswa tersebut akan depresi berat dan tidak dapat mengambil pelajaran dibalik semua kejadian tersebut. Akibat yang lebih fatal dari kejadian tersebut siswa ada yang melakukan perbuatan yang tidak tidak seharusnya dilakukan oleh siswa, frustasi berat atau perbuatan yang lebih parah lagi yaitu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Sebagai penerus generasi, anak diharapkan menjadi manusia unggul, lebih dari pada yang dicapai oleh ayah dan ibunya. Anak yang tumbuh dan berkembang secara normal dapat dilihat dari bakat yang dimiliki oleh anak antara lain mampu memahami dirinya dan pandai menyikapi permasalahan yang ada di sekelilingnya (Jaudah, 1995:25). Dalam konteks ini, peran pendidik sebagai orang tua kedua dari anak sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan anakya. Seperti disebutkan diatas bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda:

ُهْب َتَمَلَس ُُبَأ ًِو َرَبْخَأ ِّي ِرٌْ ُّزلا ْهَع ُسُوٌُُ اَو َرَبْخَأ ِ َّللَّا ُدْبَع اَو َرَبْخَأ ُناَدْبَع اَىَثَّدَح

َلاَق ًُْىَع ُ َّللَّا ًَ ِض َر َة َرٌْ َرٌُ اَبَأ َّنَأ ِهَمْح َّرلا ِدْبَع

,

ًٍَِْلَع ُ َّللَّا ىَّلَص ِ َّللَّا ُلُُس َر َلاَق

ََْأ ًِِوا َر ِّصَىٌُ ََ ًِِواَدٌٍَُُِّ ُيا ََُبَأَف ِة َرْطِفْلا ىَلَع ُدَلٌُُ َّلَِّإ ٍدُُل َُْم ْهِم اَم َمَّلَس ََ

ًِِواَ ِّ َمٌُ

.

(3)

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda : Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”(HR. Muslim). (Muallifah, 2009:177-178)

Dari uraian tersebut, maka peran dan tanggung jawab pendidik sebagai orang tua kedua terhadap anaknya adalah sangat penting dalam membimbing, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan siswanya dan menanamkan pendidikan akhlak sebagai jiwa dari pendidikan Islam secara berangsur-angsur dan bertahap sampai tercapai tujuan pendidikan. Pendidik dan Orang tua sama-sama bertanggung jawab penuh demi masa depannya terutama dalam pembentukan kecerdasan (fitrah) baik intelligensi, emosional, terlebih lagi spiritual peserta didik.

Proses pendidikan khususnya pendidikan akhlak merupakan proses panjang dimana hal tersebut membutuhan waktu lama secara terus menerus dan berkesinambungan yang dibutuhkan manusia dalam rangka menjalani kehidupan yang hakiki untuk kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akherat. Menurut Haris Supratno di bukunya Muchlis Samadi , menyatakan " Pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun Negara yang sangat bermakna, pendidikan yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memperdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bekal hidup di masa akan depan, untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di akhirat yang hakiki". Dalam pencapaian kebahagiaan hakiki, maka pendidikan khususnya adalah pendidikan Islam

(4)

utama yang menjadi tonggak yaitu membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, citacita besar, dan memiliki akhlak yang tinggi serta luhur. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam (zakiyah darodjat,2006:30). Dalam hal ini pencapaian akhlak yang sempurna merupakan tujuan utama dari proses pendidikan. Kemudian hal tersebut akan terjadi dan terbentuk dalam suatu proses pendidikan yang membutuhkan waktu lama dimana proses tersebut selalu berhubungan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk mengatasi masalah seperti ini maka diperlukan suatu metode yang berfungsi sebagai pembangun kecerdasan spiritual siswa yang berlandaskan kepada nilai-nilai rukun iman, rukun islam, dan ihsan sehingga akan lebih mengoptimalkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan Emotional (Ginanjar, 2009:3).

Di dalam suatu adegan salah satu film nasional yang berjudul “Alangkah Lucunya (Negeriku)” dimana dalam salah satu adegan dikatakan bahwa pendidikan itu adalah "Suatu kebutuhan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. atau pendidikan itu sebuah alat untuk meloncat, yang bertujuan untuk memulyakan manusia". Jadi dengan adanya pendidikan harkat dan martabat manusia akan makin meningkat, dan kemuliyaan hidup akan tercapai, akan tetapi diperlukan suatu ketelatenan, keuletan, kesabaran serta pikiran positif untuk mencapai tujuan tersebut.

Terdapat tiga fungsi pendidikan, yaitu: pertama, pendidikan berfungsi sebagai penumbuh kreativitas peserta didik; kedua, pendidikan berfungsi

(5)

mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik (Muhadjir, 1987:6). Ketiga fungsi pendidikan tersebut pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan organik dan, oleh karena itu, pelaksanaan dari ketiga fungsi pendidikan tersebut harus dilaksanakan secara terpadu dan berimbang. Selain itu dalam konteks inilah kita melihat bahwa pembentukan kecerdasan spiritual atau dikenal dengan istilah Spitirual Quatient “SQ” menjadi sangat penting sebagai etika masa depan pendidikan nasional. Lain daripada itu, semakin menguatnya desakan pemilikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi untuk hidup bersama dalam pusaran global membuat SQ terasa kian penting peranannya. Anak usia didik atau remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan” (Kartono, 1986:93). Kenakalan remaja anak usia sekolah meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri lembaga sekolah dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Krisis multi dimensi yang terjadi pada saat ini sangatlah memprihatinkan, dan jika diteliti lebih mendalam fenomena yang terjadi pada saat ini dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan SDM saat ini yang terlalu mengedepankan IQ (Intelaktual Quotient) dan meterialisme, tetapi mengabaikan EQ (Emotional Quotient) terlebih nuansa yang bermakna IQ

(6)

(Spiritual Quotient). Terdapat juga di dalam bukunya Sukidi yang berjudul rahasia sukses hidup bahagia dengan kecerdasan spiritual mengapa SQ lebih penting daripada IQ dan EQ ? beliau mengatakan bahwa pendidikan sejati adalah pendidikan hati dan budi pekerti, serta kecerdasan spiritual adalah membimbing Manusia untuk mendidik hati dan budi pekerti (akhlak). (Mukhlas Samadi, 2007:18) Oleh karena itu, memandang fitrah manusia yang dibekali oleh Allah SWT berupa kecerdasan (emosi, intelektual, dan spiritual) maka orang tua dan pendidik sebagai lembaga pendidikan utama dalam pembentukan dan pengembangan kecerdasan anak adalah sangat penting. Orang tua sebagai penanggungjawab atas kehidupan keluarga harus memberikan pendidikan Islam kepada anak-anaknya dengan menanamkan ajaran agama serta pendidikan akhlak sehingga anak akan menjadi pribadi yang tangguh dan bermoral.

Menjadi hal yang menarik untuk dikaji dengan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dalam rangka pembentukan kecerdasan spiritual siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi tidak mengesampingkan dari peran guru orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitar. Melihat permasalahan diatas menjadi tema yang manarik untuk dikaji dalam suatu penelitian, maka dari itu peneliti mengambil judul:

“PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP

PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011”.

(7)

B. Rumusan masalah

Adapun pokok permasalahan yang dapat kami hadirkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pendidikan akhlak siswa MTS NU Salatiga dalam kegiatan belajarnya di sekolah?

2) Sejauh mana pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa MTS NU Salatiga dalam kegiatan belajarnya?

3) Apakah ada pengaruh pendidikan akhlak terhadap pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa MTS NU Salatiga dalam kegiatan belajarnya sehari-hari?

C. Tujuan penelitian

Sebagai akibat atau konsekwensi dari pokok permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pendidikan akhlak siswa dan siswi dalam proses belajar mengajar di MTS NU Salatiga

2) Untuk mengetahui seberapa besar pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa dan siswi di MTS NU Salatiga dalam kegiatan belajar mengajar.

3) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan akhlak terhadap pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa dan siswi di MTS NU

(8)

Salatiga tahun ajaran 2010/2011 dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

a) Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikansumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya,khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.

b) Manfaat praktis

Bagi guru : Dapat menumbuhkan sikap rasa tanggungjawab sebagai pendidik dalam pembentukan kecerdasan spiritual melalui pendidikan akhlak sehingga proses belajar berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran

Bagi siswa: Dapat menambah wawasan keilmuan, memahami kecerdasan spiritual yang dimiliki serta dapat menumbuhkan semangat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah : Steling, patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar untuk sementara waktu dan perlu dibuktikan kebenaranya (Kartono, 1990:78). Berdasarkan dari kesimpulan itu maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut,”Ada pengaruh positif antara pendidikan akhlak

(9)

terhadap pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa MTS NU Salatiga tahun ajaran 2010/2011”. Atau dengan kata lain, semakin banyak model atau proses pendidikan akhlak yang diterapkan maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasan spiritual siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan pemahaman mengenai maksud dari judul penelitian ini maka peneliti merasa perlu untuk memberikan pengertian istilah-istilah yang ada pada judul tersebut sebagai berikut :

1. Pengaruh

Yang dimaksud dengan kata pengaruh adalah daya yang ada dari sesuatu (orang, benda,dsb) yang ikut membentuk kepercayaan, watak atau perbuatan seseorang (Em.Zul Fajri, 19:638). Yang dimaksud dengan kata “pengaruh” disini adalah daya akibat dari pendidikan akhlak hubunganya dengan pembentukan kecerdasan spiritual (SQ) siswa dalam proses belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan sekolah.

2. Pendidikan Akhlak

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

(10)

Negara.Sedangkan secara khusus pendidikan itu adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan spiritual, emosional serta Intelegtual dan berketerampilan untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat.(Theo riyanto, 2004:40). Arti penting dari suatu proses pendidikan adalah suatu proses panjang dalam rangka mengantarkan manusia menjadi seseorang yang kaya spiritual dan intelektual, sehingga dia dapat meningkatkan kualitas hidupnya di segala aspek dan menajalani kehidupan dengan cita-cita dan tujuan yang pasti (Ma’arif, 1996:6). Maka dari itu dalam dunia pendidikan instansi kependidikan “sekolah” diperlukan pembentukan kecerdasan spiritual yang mana mengacu pada tujuan nasional dalam proses pembelajaran.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan kepribadiannya melalui upaya pengajaran dan latihan. Akhlak secara bahasa artinya tabiat, perangai, adat istiadat, sedangkan secara istilah akhlak adalah hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan makhluk lain dan dengan tuhannya.(Depag RI,1983:104) sedangkan menurut Imam al-Ghazali, Akhlak adalah suatu sifat yang mendalam/berakar/menyatu benar dalam jiwa/hati yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa difikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu.(Akhmad munif,2005:52) Dari beberapa definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak adalah suatu proses yang bermaksud menumbuh

(11)

kembangkan fitrah (kemampuan dasar) manusiawi dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki dan diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun indikator pendidikan akhlak adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pengajaran dengan indikator sebagai berikut: - Guru mengajar dengan menggunakan sistem pengaktifan

siswa dan pembelajaran tuntas.

- Guru menyampaikan materi pendidikan akhlak sesuai GBPP yang berlaku.

2. Dalam pemberian keteladanan

- Guru selalu berusaha dalam menerapkan kedisiplinan - Guru menjalankan tata tertib sekolah dengan baik - Guru tidak merokok saat mengajar

- Guru dalam proses pembelajaran menmpilkan penampilan yang sopan dan baik

- Guru berperilaku baik terhadap siswa dan lingkungan sekolah.

3. Cerdas

Cerdas bisa diartikan sebagai sempurna akal budinya (pandai, tajam,pikirannya) kecerdasan berarti “kesempurnaan perkembangan akal budinya (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).(purdaminta, 2006:232).

(12)

4. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk mengembangkan tingkat diri kita, untuk mengintegrasikan konflik dan menjadi lebih pada diri kita(Rihard,2004:7). Dalam ESQ kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran perilaku egiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif (ginanjar, 2007:13).

Sedangkan, menurut Danah Zohar menyatakan bahwa kecerdasan spiritual anak itu adalah kemampuan menyadari diri sendiri, kemampuan untuk bisa menghadapi penderitaan, tidak melakukan kerusakan/menyakiti orang lain, kemampuan untuk menghadapi kesulitan yang dihadapinya atau kemampuan individu untuk bisa memaknai setiap tindakan dan tujuan hidupnya.(Muallifah, 1999:177-178)

Adapun indikator dalam pembentukan kecerdasan spiritual siswa adalah sebagai berikut:

a) Siswa diharapkan Memiliki prinsip dan pegangan hidup jelas dan kuat yang berpijak pada kebenaran universal baik berupa cinta, kasih sayang dan lain-lain.

b) Siswa dibentuk supaya memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan memiliki kemampuan dalam menghadapi rasa takut.

(13)

c) Siswa mampu memaknai semua aktivitasnya dalam kerangka yang lebih luas dan bermakna .

d) Dalam beraktifitas siswa memiliki kesadaran diri yang tinggi dalam bergaul sesama lingkungan.

5. Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,(1997:1077) pengertian siswa itu adalah murid atau pelajar yang duduk di sekolah dasar sampai menengeh pertama, sedangkan murid adalah orang yang sedang berguru atau belajar. Sedangkan dalam Kamus Munawwir, murid itu berasal dari kata " arada, yuridu, iradatan, muridan , " yang berarti " orang yang menghendaki supaya mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.

G. Metodologi penelitian

Uraian yang berkaitan dengan metode penelitian dalam tulisan ini menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1) Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1898:115-117). Jika dari peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi maka penelitian tersebut dinamakan sampel.

(14)

Sebagai pedoman maka apabila subjek yang diteliti lebih dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya dinamakan dengan istilah populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 1898:120). Untuk itu peneliti mengambil sampel 20% dari jumlah populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTS NU Salatiga, dengan jumlah murid dari kelas VII sampai kelas IX adalah 222, akan tetapi dikarenakan kelas IX masih dalam masa ujian akhir nasional (UAN) maka dari itu peneliti hanya meneliti kelas VII dan VIII dengan jumlah siswa sebanyak 173 siswa kemudian peneliti mengambil sampelnya 20% dari 173 siswa adalah 34.60 dibulatkan menjadi 35 siswa. 2) Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian berikut yaitu :

a. Riset Kepustakaan (library research)

Yakni dengan membaca buku-buku atau sumber tulisan lain yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh pendidikan akhlak terhadap pembentukan kecerdasan spiritual siswa, secara faktual dan akurat.

b. Riset Lapangan (field research)

Yakni dengan mengadakan penelitian khususnya di MTS NU Salatiga Cara pengumpulan datanya ditempuh melalui :

(15)

1) Wawancara

Dengan teknik ini penulis mengumpulkan data langsung dari pihak sekolah untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian seperti data-data tentang siswa, data tentang guru, serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian yang kami laksanakan. Sedangkan untuk wawancara peneliti berpedoman kepada informasi dari kepala sekolah, guru akhlak dan juga beberapa pegawai di MTS NU Salatiga.

2) Angket

Dengan teknik ini penulis mengumpulkan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan tertentu yang kemudian diberikan kepada responden guna mendapatkan data yang diperlukan secara langsung dan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Angket bersifat tertutup (closed form), artinya siswa tinggal memilih beberapa jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling benar sesuai dengan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk menyusun kalimat jawaban sendiri.

3) Teknik Analisa Data

Untuk melakukan pengolahan data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

(16)

Yang dimaksud dengan Editing dalam penelitian ini adalah penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang akan disebarkan kepada populasi yang ada. Hal tersebut dilakukan agar angket terhindar dari kesalahan dan diharapkan hasilnya yang diperoleh benar-benar obyektif.

b. Coding

Data yang telah diperoleh penulis, lalu dikelompokkan untuk mempermudah dilakukannya analisa data.

c. Tabulating

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, setelah memberikan kode, lalu data tersebut dimasukkan ke dalam tabel. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah interpretasi data.

Untuk menganalisa data, penulis menggunakan deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti. untuk tahapan analisis data menggunakan rumus prosentase yaitu:

P = N F x 100% Dengan keterangan: P : angka prosentase F : frekuensi masing-masing N : jumlah subjek

(17)

Sedangkan untuk menganalisa hubungan dua variabel akan dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik korelasi Product Moment, dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh adanya pendidikan akhlak di lembaga sekolah dapat di analisis dengan rumus:

Keterangan:

Rxy : Koefisien dari X dan Y

XY : produk dari X dan y

X : variabel dari nilai angket pendidikan ahlak

Y : variabel dari nilai angket pembentukan kecerdasan spiritual.

N : jumlah sampel yang diteliti (Sutrisno hadi, 1989:289-290).

  

 

                     N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2 2

(18)

H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam lima bab, setiap bab terdiri beberapa sub-bab, yaitu sebagai berikut ;

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis, penjelasan istilah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian pendidikan ahlak,model pendidikan ahlak serta pengertian kecerdasan spiritual dalam suatu proses pembelajaran.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Gambaran umum tentang MTS NU SALATIGA tentang keadaan guru keadaan siswa dan sarana prasarana. Data tentang proses pendidikan ahlak terhadap pembentukan kecerdasan spiritual siswa.

BAB IV : ANALISIS DATA

Berisi tentang analisis pendahuluan dan analisis uji hipotesis

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi yang membahas kesimpulan yang dapat ditarik dari bab-bab sebelumnya dan daftar kepustakaan yang penulis gunakan untuk memperkuat penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan secara bersama-sama antara pemahaman sejarah dan lingkungan sosial terhadap kesadaran sejarah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1

Secara umum program pengabdian pada masyarakat bertemakan” Pendidikan dan Pelatihan Pembelajaran Pecahan bagi Guru-guru SD di Gugus V Kecamatan Kubu” telah mampu memecahkan

Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2015 juta rupiah Gross Regional Domestic Product

pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan sosial dan perlindungan ekonomis

Hal ini menjadi perhatian ketika mendesain sistem proteksi busbar karena ketika terjadi arus gangguan eksternal bernilai besar dapat menyebabkan arus yang dihasilkan pada

Rosady Ruslan menyatakan Public Relations merupakan “fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi mengenai kehidupan pernikahan yang dapat diukur dengan melihat area-area

Moestikaningsih, SpPA (K), sebagai Ketua Program Studi Ilmu Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan selaku pembimbing, yang telah memberikan