• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN. Surakarta, Yang menyatakan. Usi Hanifah NIM.H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERNYATAAN. Surakarta, Yang menyatakan. Usi Hanifah NIM.H"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya Nama: Usi Hanifah NIM: H0712181 Program Studi: Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “PERTUMBUHAN POPULASI HAMA PUTIH PALSU PADA BEBERAPA PADI VARIETAS LOKAL” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak ada unsur plagiarisme, falsifikasi, fabrikasi karya, data, atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Yang menyatakan

Usi Hanifah NIM.H0712181

(2)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah, rahmat serta hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Populasi Hama Putih Palsu pada Beberapa Padi Varietas Lokal”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Supyani, M.P. M.Agr. PhD selaku Pembimbing Akademik yang memberikan bimbingan, masukan dan ilmunya kepada penulis.

4. Dr. Ir. Parjanto, M.P selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Dr. Ir. Supriyadi, M.S selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, M.S selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, M.P yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Mama, Papa, Mbak Irin, Zaky, Mas Anang, Zea, Zeo, Kakung dan Keluarga Besar yang telah memberikan dukungan moril, maupun spiritual dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Virgiawan dan teman-teman satu tim penelitian yang telah membantu sampai akhir.

(3)

vii

10. Arifin, Ayuk, Brili, Nastha, Nilla, Ribet, Linda, Patra, Andi dan Keluarga Besar PMPA KOMPOS yang memberikan dukungan dan semangatnya. 11. Teman-teman Jurusan Agroteknologi 2012 yang telah memberikan motivasi

dan doanya.

12. Semua pihak yang belum Penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2016

(4)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi RINGKASAN ... xii SUMMARY ... xiii PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

I. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Padi ... 4

B. Hama Putih Palsu ... 6

C. Pendugaan Populasi Serangga... 10

D. Hipotesis ... 12

II. METODOLOGI PENELITIAN ... 13

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

B. Bahan dan Alat ... 13

C. Perancangan Penelitian ... 13

D. Pelaksanaan Penelitian ... 14

E. Pengamatan Peubah ... 15

F. Analisis Data ... 16

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

(5)

ix

B. Gejala dan Insiden Serangan Hama Putih Palsu ... 19

C. Populasi Larva Hama Putih Palsu ... 23

D. Intensitas Kerusakan Hama Putih Palsu ... 26

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

(6)

x

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Pola Pengambilan Sampel ... 12

2. Lahan Penyemaian ... 16

3. Lahan Penelitian ... 17

4. Daun yang terserang larva hama putih palsu ... 18

5. Larva Hama Putih Palsu dalam Gulungan yang Terserang ... 18

6. Histogram Rerata Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam I ... 21

7. Histogram Rerata Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam II ... 22

8. Histogram Rerata Populasi Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam I ... 24

9. Histogram Rerata Populasi Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam II ... 25

10. Histogram Rerata Intensitas Kerusakan Akibat Serangan Larva Hama Putih Palsu Musim Tanam I ... 27

11. Histogram Rerata Intensitas Kerusakan Akibat Serangan Larva Hama Putih Palsu Musim Tanam II ... 28

12. Denah Penanaman Padi pada Musim Tanam Pertama dan Kedua ... 35

13. Kegiatan Pindah Tanam ... 44

14. Kegiatan Pengamatan Lapang ... 44

15. Rumpun Terserang ... 45

(7)

xi

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 1. Jumlah Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu pada Musim

Tanam I ... 36 2. Rata-rata Persentase Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu

pada Musim Tanam I ... 37 3. Jumlah Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu pada Musim

Tanam II ... 38 4. Rata-rata Persentase Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu

pada Musim Tanam II ... 39 5. Rata-rata Populasi Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam I ... 40 6. Rata-rata Populasi Larva Hama Putih Palsu pada Musim Tanam II ... 41 7. Rata-rata Persentase Intensitas Kerusakan Akibat Serangan Larva

Hama Putih Palsu Musim Tanam I ... 42 8. Rata-rata Intensitas Kerusakan Akibat Serangan Larva Hama Putih

(8)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Denah Penanaman Padi di Lokasi Penelitian ... 35 2. Insiden Serangan Larva Hama Putih Palsu ... 36 3. Rata-rata Populasi Larva Hama Putih Palsu ... 40 4. Rata-rata Intensitas Kerusakan Akibat Serangan Larva Hama Putih

(9)

xiii

PERTUMBUHAN POPULASI HAMA PUTIH PALSU PADA BEBERAPA PADI VARIETAS LOKAL

USI HANIFAH H0712181 RINGKASAN

Hama putih palsu (Cnaphalocrosis medinalis) merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman padi. Hama putih palsu menyerang bagian daun sehingga menggaggu proses fotosintesis dan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Larva hama putih palsu tidak hanya memakan satu daun saja selama hidupnya, tetapi dapat memakan 3-4 daun.

Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang telah tercipta banyak varietas padi yang memiliki keunggulan, salah satunya varietas non lokal. Varietas non lokal masih belum banyak dibudidayakan oleh petani. Banyak petani yang lebih memilih untuk membudidayakan padi varietas lokal karena menurut mereka, varietas lokal memiliki beberapa kelebihan, salah satunya memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu. Ketahanan terhadap serangan hama putih palsu pada masing-masing varietas lokal ini belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada 11 varietas padi lokal di desa Karanglo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten selama dua musim tanam. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 30 sampel setiap varietas dan pengambilan sampel dilakukan dengan pola X. Varietas yang di tanam antara lain Rojo Pusur, Rojo Lele, Menthik Susu, Menthik Wangi, Pandan Wangi, Padi Merah Segreng, Padi Merah Klaten, Padi Hitam, Srikiti, IR64, Inpari 13 dan Menthir. Varietas Merah Klaten, Rojo Pusur dan Rojo Lele merupakan varietas lokal asli. Varietas Menthik Susu, Menthik Wangi, Pandan Wangi, Merah Segreng, Padi Hitam, Srikiti merupakan varietas lokal introduksi, sedangkan varietas Inpari 13, IR64 dan Menthir adalah varietas non lokal yaitu sebagai pembanding. Variabel pengamatannya antara lain insiden serangan, populasi larva dan intensitas serangan. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali sampai dengan panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden serangan larva hama putih palsu tertinggi musim tanam pertama terjadi pada varietas Menthir, Merah Segreng dan Pandan Wangi, sedangkan musim tanam kedua ditemukan pada Merah Klaten dan Rojo Pusur. Populasi larva hama putih palsu tertinggi musim tanam pertama ditemukan pada varietas Pandan Wangi, sedangkan musim tanam kedua terjadi pada varietas Merah Klaten. Intensitas kerusakan akibat serangan larva hama putih palsu tertinggi musim tanam pertama ditemukan pada varietas Menthir, Pandan Wangi dan Menthik Wangi sedangkan musim tanam kedua terjadi pada varietas Rojo Pusur dan Rojo Lele. Padi varietas lokal yang memiliki ketahanan terhadap serangan putih palsu dibanding dengan varietas lokal lain adalah varietas Padi Hitam dan Srikiti.

(10)

xiv

POPULATION GROWTH OF LEAFFOLDER IN SOME LOCAL RICE VARIETIES

USI HANIFAH H0712181 SUMMARY

Leaffolder (Cnaphalocrosis medinalis) is one of the pest on rice. Leaffolder attacks the leaves thus affect the photosynthesis process and productivity. Leaffolders larvae can eat 3-4 leaves instead of just one leaf.

Through the development of science and technology has created many varieties of rice that have advantages, one of which is non-local varieties. Non-local varieties still cultivated by farmers. Many farmers prefer to cultivate Non-local varieties of rice because they think rice local varieties has advantages, such as resistance to a general pest. Resistance to leaffolder on each of the rice local varieties identified yet, so it is necessary need to be studied.

This study was conducted in 11 rice local varieties in the Karanglo, Polanharjo, Klaten during two cropping seasons. Research conducted by observating 30 samples each variety and sampling was done by X pattern (diagonal). Varieties of local planted were Rojo Pusur, Rojo Lele, Menthik Susu, Menthik Wangi, Pandan Wangi, Merah Segreng, Merah Klaten, Padi Hitam, Srikiti, IR6, Inpari 13 and Menthir. Varieties Merah Klaten, Rojo Pusur and Rojo Lele an original local varieties. Varieties Menthik Susu, Menthik Wangi, Pandan Wangi, Merah Segreng, Hitam and Srikiti the introduction of local varieties, while Inpari 13, IR64 and Menthir is non-local varieties namely as a comparison. Variable attack, among other observations, larval populations and intensity of attacks. Observations were made every 1 weeks until harvest.

The results showed, incidence of attacks first growing season by leaffolders were highest in Menthir, Merah Segreng and Pandan Wangi, while second growing season in Merah Klaten and Rojo Pusur. The population of the leaffolder larvae found first growing season were highest in Pandan Wangi, while second growing season in Merah Klaten. The intensity of damage by leaffolders first growing season were highest in Menthir, Pandan Wangi and Menthik Wangi, while second growing season in Rojo Pusur dan Rojo Lele. Local rice varieties that have resistance to leaffolders attack compared with other local varieties of rice varieties are Hitam and Srikiti.

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,