• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV.B.22. Urusan Wajib Sosial"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

22. URUSAN SOSIAL

Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional. Sasaran utama pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) disamping itu juga memberdayakan sumber potensi kesejahteraan sosial (PSKS). Beberapa masalah yang masih perlu mendapat perhatian diantaranya masih rendahnya kualitas penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dan belum terpenuhinya kebutuhan dasar manusia khususnya bagi mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar. Kerawanan sosial ekonomi, ketunasosialan, keterlantaran, kecacatan, penyimpangan perilaku, keterpencilan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta kerentanan sosial warga masyarakat yang berpotensi menjadi PMKS, juga merupakan masalah-masalah yang masih harus diatasi. Selain itu, bencana alam dan sosial, merupakan masalah yang kejadiannya sulit diperkirakan secara cepat dan tepat. Dalam rangka menjawab kompleksitas permasalahan sosial tersebut di atas maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengarahkan kebijakan pembangunannya pada :

 Memberikan jaminan sosial kepada warga masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial;

 Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial dalam mendayagunakan sumber-sumber kesejahteraan sosial;

 Meningkatkan pelayanan bagi korban bencana alam dan sosial;

 Meningkatkan prakarsa dan peranserta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial.

a. PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk merealisasikan arah kebijakan tersebut pada tahun 2012 telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan tetap mengfokuskan pada upaya perlindungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan tersebut, melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2012 telah dialokasikan sebesar Rp. 5.732.713.400 ,00 atau sebesar 0,50% dari total APBD Tahun 2012 yang berjumlah Rp. 1.107.938.250.383,00 dari alokasi tersebut terealisasi sebesar Rp. 5.248.843.043 ,00. Anggaran tersebut digunakan untuk pelayanan, pembinaan, dan pemberdayaan PMKS serta bantuan bagi lembaga penyelenggara keagamaan/ ormas dan LSM. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut:

(2)

Tabel IV.B.22.1

Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Sosial tahun 2012

No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)

A Belanja Langsung 1.090.861.400 1.041.087.525

1 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

140.000.000 138.052.000 2 Program pembinaan anak terlantar 130.000.000 109.070.000 3 Program pembinaan panti asuhan/ panti

jompo

60.000.000 49.535.000 4 Program pembinaan eks penyandang

penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

210.000.000 208.952.000

5 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

179.000.000 165.441.000 6 Program Pemberdayaan Fakir Miskin,

Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

125.000.000

123.112.500

7 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

188.192.000 180.000.390 8 Program peningkatan sarana dan

prasarana aparatur

168.269.400 155.594.635

B Belanja Tidak Langsung 4.641.852.000 4.207.755.518

1 Belanja Pegawai 1.381.102.000 1.315.486.518 Gaji dan tunjangan 1.216.102.000 1.186.324.518 Tambahan Penghasilan 165.000.000 129.162.000 Insentif Pajak/Retribusi Daerah

2 Belanja Hibah Dan Bantuan Sosial 3.230.750.000 2.862.600.000 3 Belanja Tak Terduga 30.000.000 29.669.000

Jumlah Total 5.732.713.400 5.248.843.043

Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2012 (diolah)

b. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk memulihkan fungsi sosial dengan memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para PMKS, Kegiatan yang dilakukan diantaranya pengadaan peralatan bagi penyandang cacat dan rehabilitasi penyandang cacat eks BRSD dr Suharso Solo dalam bentuk Pemberian 15 paket bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) kepada 15 orang yang kesemuanya itu bertujuan untuk mengembalikan mereka pada fungsi-fungsi sosial masyarakat. Sedangkan kegiatan Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa kebencanaan dilakukan dalam bentuk Operasional penanggulangan TAGANA, dan

(3)

pengambilan logistik bencana. Kegiatan pendukung lainnya berupa pelatihan manajemen pengurus organisasi sosial, pendampingan kelembagaan Askesos, pemeliharaan taman makam pahlawan dan upaya pelayanan dan perlindungan sosial hukum bagi korban eks perdagangan perempuan dan anak.

Program Pembinaan Anak Terlantar

Anak terlantar menjadi persoalan yang cukup pelik untuk dihadapai, mengingat usia mereka sebenarnya masih dalam usia sekolah, tetapi fakta menunjukkan keberadaan mereka terutama di perkotaan cenderung meningkat. Untuk mengatasi persolan tersebut Pemerintah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2012 dengan anggaran sebesar Rp.10.000.000,00 melakukan kegiatan berupa fasilitasi pengiriman anak terlantar ke rehabilitasi anak di Semarang, Magelang dan Karanganyar.

Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo

Komitmen Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam memberikan perhatian kepada para Lansia salah satunya ditunjukkan dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan kepada lansia untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan memberikan bantuan UEP. Dilain pihak untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan manajemen pengelola (administrasi dan keuangan), dan pembinaan pemantapan pengelolaan manajemen panti asuhan. Kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi bagi pengurus panti asuhan dan pembinaan tentang pemantapan pengelolaan manajemen serta bantuan untuk group kesenian panti asuhan dengan tujuan untuk meningkatkan kreatifitas penghuni panti dalam berkesenian.

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

Untuk memperoleh gambaran secara aktual dan faktual tentang data jumlah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial), serta dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program pelayanan sosial maka Pemerintah Kabupaten Wonosobo melakukan kegiatan Pendataan PMKS dan PSKS yang dilakukan rutin setiap tahun. Salah satu bentuk aplikasi dari pemanfaatan data PMKS adalah pelaksanaan kegiatan Penertiban Tuna Sosial yang dilakukan tiga kali dalam satu. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaring dan menertibkan tuna sosial (Pekerja Seks Komersial) dan PGOT (Pengemis, Gelandangan, Orang Terlantar) dengan tindak lanjut berupa pelatihan tata rias kecantikan bagi eks PSK dan pelatihan service HP serta pemeberian kursus mengemudi dan pembuatan SIM A bagi 17 eks narapidana

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan pembangunan sosial secara lebih luas sehingga untuk lebih meningkatkan kemampuan, kepedulian, pelestarian dan pendayagunaan nilai dasar kesejahteraan sosial, dan ketahanan sosial masyarakat, maka dilaksanakanlah program ini yang ditujukan kepada Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Unit Pelayanan Sosial Keliling Penyandang Cacat (UPSK PACA).

(4)

Program ini dilakukan dengan dilatarbelakangi oleh perlunya tenaga motivator, stabilisator dan pendamping sosial, mengingat perkembangan permasalahan sosial di masyarakat semakin kompleks dan perlunya penanganan secara cepat, tepat dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan kegiatan pembinaan terhadap 250 orang PPSM yang tersebar di kecamatan Garung dan Kalikajar, yang bertujuan untuk lebih meningkatkan perannya di masyarakat. Sebagai upaya peningkatan keberdayaan kelembagaan sosial perempuan maka dilakukan kegiatan Pembentukan dan Pembinaan Kader Sosial Perempuan. Di desa Erorejo Kec. Wadaslintang.

Tenaga Kerja Sosial Kecamatan merupakan ujung tombak di lapangan yanag memiliki peran vital sehingga untuk mendukung dan meningkatkan kinerjanya diberikanlah bantuan operasional TKKSK di 15 Kecamatan dengan anggaran sebesar Rp.48.360.000,-. Dalam rangka bulan bakti Karang Taruna dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengurus Karang taruna dilakukan kegiatan kursus komputer bagi pengurus Karang taruna di 15 Kecamatan dengan anggaran sebesar Rp.39.805.000,-

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Pembinaan kesejahteraan social fakir miskin dan UEP melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan kegiatan yang dilakukan dalam program ini , dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ralyat maka dibentuklah KUBE yang dibina dan diberi keterampilan serta menadapatkan bantuan berupa 8 ekor ternak kambing. Wilayah yang mendapatkan fasilitasi kegiatan ini adalah Kecamatan Selomerto, Garung dan Sukoharjo

Belanja Hibah/Bantuan Sosial

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kapasitas dari lembaga keagamaan, lembaga sosial masyarakat, kelompok-kelompok PMKS dilakukan kegiatan pemberian bantuan/ hibah kepada lembaga dan kelompok PMKS, antara lain lembaga penyelenggara keagamaan, penunjang kegiataan keagamaan, dan kelompok-kelompok PMKS (anak jalanan/anak nakal, orang terlantar) dan PSKS (pekerja sosial masyarakat panti asuhan/panti rehabilitasi, Orsos PACA, dan Ormas Lansia)

(5)

c. CAPAIAN KINERJA URUSAN SOSIAL

Tabel IV.B.22.2

Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2012 berdasarkan Indikator RPJMD 2010-2015

No. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Capaian Kinerja 2011 2012 1 % PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk

pemenuhan kebutuhan dasar

10 30

2 % PMKS mandiri 5 22

3 % PMKS terlayani jaminan social 5,89 40 4 % Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang

ditangani

70 60 5 % korban bencana yang medapat pendampingan 100 100

6 Jumlah panti sosial 15 15

7 % Meningkatnya rehabilitasi berbasis masyarakat (RBM)

10 55

Sumber : Dinas Sosial, 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja urusan sosial secara umum mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar mengalami peningkatan dari 10% pada tahun 2011 menjadi 30% pada tahun 2012, hal ini dapat diartikan bahwa telah terjadi penurunan jumlah PMKS atau terjadi efektifitas dalam cakupan pemberian bantuan sosial PMKS. Peningkatan kinerja ini sejalan dengan peningkatan presentase PMKS yang berhasil mandiri dari 5% menjadi 22% pada tahun 2012 yang berarti bahwa pembinaan dan bantuan yang selama ini diberikan telah berjalan dengan baik. Disisi lain persentase PMKS yang memperoleh jaminan sosial juga mengalami peningkatan dari 5,89 pada tahun 2011 menjadi 40% pada tahun 2012 yang berarti bahwa komitmen pemerintah daerah pada perlindungan masyarakat khususnya yang mengalami masalah sosial semakin baik.

Pada aspek perlindungan anak khususnya yang berhadapan dengan hukum (ABH) menunjukkan pada tahun 2011 mencapai 70% sedangkan pada tahun 2012 menjadi 60%. Angka ini sudah selayaknya menjadi perhatian kita karena telah terjadi peningkatan jumlah anak yang mengalami masalah dengan hukum. Jika kita perhatikan maka peningkatan jumlah anak yang berhadapan dengan hukum ini dari tahun ke tahu di kota-kota besar menunjukkan trend meningkat. Sehingga untuk menghadapi persoalan ini diperlukan kerjasama semua pihak yang dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga sehingga sudah selayaknyalah jika program “Senja Keluarga” yang selama ini telah dijalankan hendaknya dapat dijadikan sebuah sistem yang membudaya.

Pada pendampingan korban bencana, capaian kinerjanya menunjukkan angka yang stabil yaitu 100%, yang berarti bahwa persolaan kemitigasian bencana pada tahap penanganan pasca bencana telah berjalan dengan baik. Indikator yang stabil ini juga ditunjukkan pada jumlah panti asuhan sebesar 15 buah.

Meningkatnya rehabilitasi berbasis masyarakat dari 10% menjadi 55% menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap persoalan kerehabilitasian yang disebabkan karena meningkatnya pengetahuan masyarakat .

(6)

d. PERMASALAHAN DAN SOLUSI

 Belum terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang, perumahan, dan interaksi sosial), khususnya bagi mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar. Di samping itu, juga terjadi kerawanan sosial ekonomi, ketunasosialan, keterlantaran, kecacatan, penyimpangan perilaku, keterpencilan, dan eksploitasi.

 Permasalahan sosial yang sulit diperkirakan secara cepat dan tepat seperti bencana alam, (tanah longsor, angin ribut) ataupun bencana sosial (pertikaian antar desa). Kejadian bencana umumnya sulit diprediksi waktu kejadian dan lokasinya.

 Masih kurangnya jumlah tenaga lapangan yang terdidik, terlatih, dan berkemampuan di bidang kesejahteraan sosial, dan jaringan kerja antara tenaga kerja sosial masyarakat masih lemah yang disebabkan oleh masih lemahnya koordinasi kerja antar instansi di tingkat daerah, dan belum tertatanya sistem dan SPM bidang kesejahteraan sosial. Terbatasnya jangkauan dan kemampuan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat sebagai sumber dan potensi kesejahteraan sosial.

 Sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan kegiatan pelayanan/ rehabilitasi masih jauh dari memadai. Selain itu, beragamnya kriteria PMKS juga menghambat pelaksanaan program kesejahteraan sosial, terutama dalam penentuan sasaran.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut upaya-upaya yang dilakukan :  melanjutkan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan/ rehabilitasi sosial bagi

PMKS, menyusun dan menetapkan standarisasi dan akreditasi pelayanan kesejahteraan sosial, mengembangkan sistem informasi dan publikasi mengenai pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS

 meningkatkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan sosial dan hukum bagi korban kekerasan melakukan pelatihan keterampilan dan praktik belajar kerja bagi anak terlantar termasuk anak jalanan, anak cacat, dan anak nakal

 membangun kerja sama kemitraan antara pengusaha dan kelompok PMKS dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) serta meningkatkan kemampuan (capacity building) bagi petugas dan pendamping sosial pemberdayaan PMKS  meningkatkan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat, antara lain

TKSM/relawan sosial, karang taruna, organisasi sosial, dan kelembagaan sosial di tingkat lokal

 menyediakan bantuan dasar pangan, sandang, papan, dan fasilitas bantuan tanggap darurat bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lain, dan pemulangan/terminasi bagi korban bencana alam, bencana sosial, pekerja migran bermasalah, dan orang terlantar

 menyelenggarakan sistem jaminan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, penduduk daerah kumuh, dan PMKS lain, mengembangkan alternatif kebijakan subsidi bagi penduduk miskin, termasuk sistem pendanaan dan kelembagaan

Gambar

Tabel IV.B.22.1
Tabel IV.B.22.2

Referensi

Dokumen terkait

Whether you are an avid skater or simply a breathless spectator of the sport, I´m sure you´ve found the dichotomy between the beauty of figure skating and the brutality of ice

Hal ini dapat disimpulkan dari analisis di atas bahwa memodifikasi pengelolaan manajemen proyek konstruksi jalan raya adalah proses membuang alur kerja yang khas , dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial

diberi kesempatan untuk menggunakan intellegences selain intelligences bahasa dan matematika logis , konsep ini juga memberi peluang bagi peserta didik untuk

Mengacu pada posisi atau peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan e-learning ada dua jenis model desain pembelajaran yang akan ditawarkan.. Kedua

Penelitian ini fokus pacta perilaku konsumtif remaja di Surabaya terhadap barang dan jasa simbol perayaan Valentine's Day serta sikap remaja di Surabaya terhadap perayaan

Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih

Dalam penelitian ini, aspek pendapatan dilihat berdasarkan distribusi pendapatan pada masing-masing kelompok penduduk yang terdampak oleh pembangunan infrastruktur