Usulan Proposal
Teknik Rehabilitasi Ekosistem Pesisir & Laut
TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN
PANGKAJE’NE PROVINSI SULAWESI SELATAN
OLEH :
Y U S H R A
L111 08 002
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang:
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dicirikan dengan wilayah perairannya lebih luas dibandingkan daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117 pulau dan hanya 80 diantara yang berpenghuni, terbagi dalam 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tuppabiring, Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangayya.
Kabupaten Pangkep yang terletak pada posisi geografis 110o BT sampai dengan 113o dan 4o,40 LS sampai dengan 8o LS atau terletak di pantai Barat Sulawesi Selatan memiliki luas total luas daratan, pegunungan dan pulau-pulau tanpa lingkup perairannya adalah 1.112 km2, sementara luas lautnya adalah 17.100 km2. Kabupaten Pangkep berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Madura, Pulau Nusa Tenggara dan Bali di sebelah barat, sebelah utara dengan Kabupaten Barru, sebelah timur dengan Kabupaten Bone, dan sebelah selatan dengan Kabupaten Maros.
Sarana dan prasarana transportasi yang tersedia di kecamatan kepulauan Kabupaten Pangkep sangat terbatas, sehingga aksesbilitas masyarakat dari dan ke wilayah kepualauan tergolong sulit. Bahkan, di beberapa pulau tidak ada kapal angkutan penumpang, sehingga aksesibilitas masyarakat antar pulau menggunakan perahu nelayan.
Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan di perairan kepulauan Spermonde kecamatan Liukang Tuppabiring diperoleh kisaran kedalaman rata-rata antara 2 – 35 m di sebelah timur barier reef Spermonde menuju daratan dan 2 - >200 m di sebelah barat barier reef Spermonde menuju Selat Makassar, sehingga kriteria dapat dikategorikan sebagai
perairan laut dangkal di bagian Timur dan perairan dalam di bagian Baratnya.
Diperairan Kabupaten Pangkep ditemukan 176 jenis hewan pembentuk karang. Jenis terumbu karang yang banyak ditemukan adalah Acropora spp sebanyak 16 jenis, Montipora 15 jenis, Porites spp 11 jenis, dan Favia spp 6 jenis. Pada umumnya terumbu karang ditemukan pada kedalaman 1-10 m, sekalipun demikian di Pulau Langkadea terumbu karang juga ditemukan pada kedalaman 25 m. adapun persentase tutupan karang di perairan Kabupaten Pangkep bervariasi antara 1-64%. Berdasarkan data COREMAP 2005, kondisi terumbu karang di Kabupaten Pangkep 74,26% dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi baik dari total luas keseluruhan terumbu karang sebesar 27.027,71 ha. Jenis ikan karang yang ditemukan di perairan ini sebanyak 218 jenis, diantara Lencam (Pentapodus spp dan Scolopsis spp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor Kuning (Caesio spp).
Dengan melihat keberadaan ekosistem terumbu karang di kabupaten pangkep yang sangat beragam, saya mengusulkan untuk dibuatnya transplantasi karang dengan induk yang berada di sekitarnya, karena kegiatan ini dapat mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih memelihara teerumbu karang dan dapat juga memberikan lingkungan yang lebih sehat serta menjadikan lokasi KKLD yang menjadi keunggulan kabupaten pangkep dan dapat menamabah pendapatan daerah.
1.2 Tujuan Kegiatan :
Tujuan kegiatan pelatihan Teknik Transplantasi karang ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia dalam menjaga dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari dan berkelanjutan
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mampu mengidentifikasi jenis-jenis karang.
3. Menyebarluaskan berbagai informasi tentang ekologi karang di Kabupaten Selayar.
4. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang teknik-teknik transplantasi karang untuk keberlangsungan terumbu karang.
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :
•
Persiapan dan penyusunan rencana kegiatan•
Penyusunan materi, bahan dan alat kegiatan.•
Koordinasi dengan pihak yang terkait dengan pelaksanaan dan lokasi kegiatan• Survey lokasi pelatihan
•
Pelaksanaan kegiatan teknik transplantasi karang • Penyusunan laporanBAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Ekosistem Terumbu Karang
Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu (reef) dan karang (coral), yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Terumbu (reef) merupakan rangkaian struktur keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air, sedangkan Karang (coral) merupakan organisme laut invertebrata, berbentuk polip, berukuran mikroskopis, mampu menyerap kapur dan mengendapkannya (Chair rani, 2010).
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum cnidaria yang memiliki tentakel. Terumbu karang tersusun atas polip-polip yang hidup berkoloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui (Wikipedia, 2010).
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral (Wikipedia, 2010).
Gambar 1. Kondisi Ekosistem Terumbu karang
Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu (Wikipedia, 2010).
B. Ciri Khusus Terumbu Karang
Menurut Chair rani (2010) ciri khusus terumbu karang antara lain :
1) Ekosistem yg sebarannya terbatas pada perairan yang hangat (>18oC) dan dangkal (<80 m).
2) perairan jernih (visibilitas 10 – 20 m).
3) pasir/sediment berwarna putih.
4) berada di pantai pulau-pulau kecil (penyokong).
5) Secara ekologi stabil à keanekaragamannya sangat tinggi.
6) Memiliki produktivitas yang tinggi.
7) Estetika tinggi à kaya warna, biota dan bentuk geomorfologi à ekowisata.
8) Didahului oleh ekosistem padang lamun (suksesi pantai).
C. Habitat dan Kondisi Optimum
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang. Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang (Wikipedia, 2010).
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang
terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya (Wikipedia, 2010).
D. Manfaat Terumbu Karang
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah:
1) Sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang, 2)pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
3) penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
4) Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.
Klasifikasi Terumbu Karang
Menurut Sahala Hutabarat, (1985), Secara umum terumbu karang terdiri atas tiga tipe utama : (1) fringing reefs, yaitu karang yang terdapat di daerah dekat pantai yang menglilingi pulau, (2) barrier reefs, yaitu terletak sejajar
dengan garis pantai dan berjarak bebrapa kilometer dari garis pantai. (3) Bentuk atol, yaitu jenis karang yang berbentuk lingkaran yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam, Selain itu terdapat pula satu jenis tipe terumbu karang yang biasa di jumpai juga di lautan yaitu platform reefs, terbentuk di perairan dangkal lagoon yang terletak diantara barrier reef dan daratan.
Menurut Wikipedia (2010), berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat empat klasifikasi terumbu karang atau yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan:
1). Terumbu atau Reef
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut dangkal.
2). Karang atau Coral
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal yang akrab dengan kita adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas. Karang terdiri atas banyak polip seperti bambu terdiri atas banyak ruas tersebut.
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.
Zonasi Terumbu Karang
Menurut wikipedia 2010, zonasi terumbu karang terbagi menjadi tiga, yaitu :
1). Windward Reef (terumbu yang menghadap angin)
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal.
2). Leeward Reef (terumbu yang membelakangi angin)
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal
untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
E. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Karang
Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah suhu, kedalaman, cahaya matahari, salinitas, kekeruhan, substrat dan pergerakan massa air. Berikut ini beberapa faktor lingkungan pembatas kehidupan karang :
1) Suhu; suhu mempengaruhi kecepatan metabolisme, reproduksi dan perombakan bentuk luar dari karang. Suhu paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar 23-30°C. Temperatur di bawah 18°C dapat menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat mengakibatkan kematian. Temperatur di atas 33°C dapat menyebabkan gejala pemutihan (bleaching), yaitu keluarnya zooxanthella dari polip karang dan akibat selanjutnya dapat mematikan karang
2) Kedalaman; terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50 m. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang.
3) Cahaya; cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthella simbiotik dalam jaringan karang, dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup laju fotosintesis akan berkurang sehingga kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula.
4) Salinitas; secara fisiologis, salinitas mempengaruhi kehidupan hewan karang karena adanya tekanan osmosis pada jaringan hidup. Salinitas optimal bagi kehidupan karang berkisar 30-35%0. Karena itu karang
jarang ditemukan hidup di daerah muara sungai besar, bercurah hujan tinggi atau perairan dengan salinitas yang tinggi.
5) Kekeruhan; kekeruhan yang tinggi menyebabkan terhambatnya cahaya matahari masuk ke dalam air dan selain mengganggu proses fotosintesis zooxanthella juga mengganggu polip karang dengan semakin banyaknya mucus yang dikeluarkan untuk melepaskan partikel yang jatuh di tubuh karang. Sedimentasi yang tinggi dapat menutupi dan akhirnya akan mematikan polip karang.
6) Substrat; substrat yang keras dan bersih dari lumpur diperlukan untuk perlekatan larva karang (planula) yang akan membentuk koloni baru. Substrat keras ini berupa benda padat yang ada di dasar laut , misalnya batu, cangkang moluska, potongan kayu bahkan besi yang terbenam. 7) Pergerakan Massa Air; arus dan gelombang penting untuk transportasi
zat hara, larva, bahkan sedimen dan oksigen. Selain itu, arus dan gelombang dapat membersihkan polip dari kotoran yang menempel sehingga karang yang hidup di daerah berombak dan berarus kuat lebih berkembang dibanding dengan daerah yang tenang dan terlindungi.
F. Pengelolaan Terumbu Karang
Terumbu karang dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung, yakni sebagai tempat penangkapan biota laut konsumsi dan biota hias, sebagai bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur, sebagai bahan perhiasan dan sebagai bahan baku farmasi.
Namun demikian, apabila segala bentuk pemanfaatan tersebut dilakukan tanpa memperhatikan aspek kelestariannya, maka lama kelamaan akan dapat memusnahkan ekosistem terumbu karang. Dalam dasawarsa terakhir, pemanfaatan ekosistem terumbu karang cenderung mengarah kepada tindakan
eksplotasi yang berlebih dan merusak. Mulai dari pengambilan koloni karang yang masih muda untuk sebagai bahan bangunan, penangkapan ikan karang dengan menggunakan sianida dan bom, merupakan beberapa eontoh jenis eksploitasi yang sangat merusak, karena laju pertumbuhan karang tidak sejalan dengan laju eksploitasinya.
Adapula jenis pemanfaatan melalui bidang pariwisata, hal ini pun juga tetap mengandung resiko terjadinya kerusakan walaupun dalam tingkat atau skala yang lebih kecil, antara lain pengambilan karang dan organisme lain sebagai souvenir, dan pematahan karang oleh penyelam pemula atau yang belum berpengalaman dan buangan sampah.
Beberapa bentuk eksploitasi yang tidak bertanggung jawab tersebut merupakan satu dari sekian faktor yang harus ditangani seeara bersama. Dalam pengelolaan terumbu karang ini, tidak dapat dilihat dari satu kepentingan saja, tetapi harus mempertimbangkan terutama kepentingan dari penduduk atau masyarakat dimana ekosistem terumbu karang tersebut berada. Sayangnya, sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar ekosistem terumbu karang tidak memiliki pengetahuan yang eukup tentang bagaimana mengelola ekosistem tersebut dengan baik, meskipun pada beberapa daerah telah berlaku sejak lama sistem pengelolaan pemanfaatan yang berkesinambungan, seperti Sasi di Maluku.
G. Pelestarian Terumbu Karang
Tujuan pelestarian terumbu karang adalah untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya terumbu karang, serta menjaga keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia.
Untuk melestarikan terumbu karang diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat, mulai anak-anak sampai orang tua perlu ditingkatkan kesadararanya untuk melestarikan terumbu karang. Salah satu caranya adalah dengan memberitahu kepada mereka bahwa terumbu karang banyak manfaatnya, baik bagi manusia maupun bagi lingkungan. Dengan demikian timbul kesadaran bersama untuk menjaga terumbu karang. Informasi tersebut dapat dilakukan melalui puisi, lagu, lomba menggambar, dongeng, mengarang, penyuluhan dan pelatihan dengan penekanan pada pentingnya menjaga keseimbangan proses alami sehingga manfaat ekonomi, sosial dan ekologi tetap terjaga.
Terumbu karang di Kabupaten Selayar merupakan salah satu warisan dunia sehingga banyak negara lain yang merasa perlu untuk menyelamatkannya dari kepunahan. Pemerintah Indonesia juga telah berupaya untuk melestarikan terumbu karang yang berada di kawasan Takabonerate dengan menetapkannya sebagai Taman Nasional Laut.
Daerah lain di luar kawasan taman nasional dapat juga dibuat sebagai Daerah Perlindungan Laut. Daerah Perlindungan Laut (DPL merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Yang dimaksud dengan DPL adalah daerah yang dilindungi dan tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan penangkapan agar ikan mempunyai tempat yang aman untuk bertelur. Ikan-ikan yang ada dalam DPL akan mempunyai kesempatan untuk berkembang dan kemudian bertelur tanpa diganggu oleh manusia. Telur telur dan ikan-ikan kecil yang dihasilkan akan dibawa oleh arus keluar dari DPL sehingga dapat ditangkap oleh nelayan. Sehingga DPL seperti halnya “Bank Ikan” yang akan terus mengeluarkan ikan-ikan yang dapat ditangkap. Sehingga dengan demikian dengan adanya DPL maka ikan tidak akan pernah habis karena selalu ada ikan yang bertelur.
H. Rehabilitasi Terumbu Karang
Rehabilitasi merupakan kegiatan memperbaiki kembali suatu kondisi lingkungan yang telah rusak, baik akibat manusia maupun karena alam agar lingkungan tersebut dapat kembali seperti semula. Rehabilitasi yang dilakukan pada hutan biasa disebut dengan penghijauan, yakni menghijaukan kembali kondisi hutan yang telah gersang akibat penebangan, kebakaran, dan sebagainya.
Para ahli terumbu karang di Indonesia mengatakan bahwa terumbu karang di Indonesia sudah banyak mengalami kerusakan. Pernyataan ini didasari dari hasil penelitian yang telah dilakukannya. Bukan cuma para peneliti yang beranggapan demikian, bahkan nelayan sendiripun mengetahui kalau terumbu karang sudah banyak yang rusak. Tidak terkecuali terumbu karang yang ada di Kabupaten Selayar.
Pada daerah-daerah yang kerusakan terumbu karangnya sudah parah maka upaya rehabilitasi merupakan salah satu cara yang mesti dilakukan. Karena apabila tidak segera dilakukan maka akan menyebabkan kepunahan terumbu karang dan biota laut lainnya yang hidup atau menggantungkan diri di terumbu karng. Apabila terumbu karang rusak maka fungsi atau manfaatnya juga akan berkurang. Pada terumbu karang yang rusak akan berpengaruh kepada menurunnya/hilangnya sumber pendapatan nelayan yang ada di sekitar terumbu karang baik yang menggunakan terumbu karang sebagai tempat mencari ikan ataupun dari segi pariwisata, dan akan menyebabkan abrasi pantai.
Bentuk rehabilitasi ekosistem bermacam-macam yaitu: penebaran ikan, budidaya di laut, pembuatan terumbu buatan, transplantasi karang, translokasi, dan penghijauan pantai.
Penebaran ikan di perairan laut dilakukan dengan prinsip pemanfaatan semua faktor lingkungan secara optimal melalui penerapan teknologi sehingga ekosistem dapat dijadikan sebagai tempat pemeliharaan ikan ekonomis penting.
Budidaya laut merupakan kegiatan yang langsung dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan hasil dari suatu organisme melalui manipulasi faktor-faktor lingkungan terhadap reproduksi, pertumbuhan, menekan kematian, atau mengatur siklus hidup di kawasan ekosistem laut dan pantai. Tujuannya adalah memaksimalkan hasil suatu organisme dalam suatu lingkungan buatan.
Pembangunan terumbu buatan telah menjadi teknik perbaikan terumbu karang yang rusak. Hampir semua negara Asean telah mencoba membangun terumbu buatan seperti: Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei. Terumbu buatan dilaporkan telah berhasil menyediakan habitat bagi ikan, udang, kerang dan rumput laut. Prinsip terumbu buatan ini adalah menjamin keberlangsungan proses rekrutmen. Keuntungan terumbu buatan adalah: dapat dibangun sesuai kebutuhan spesifik lokasi, dapat dibuat dari berbagai material, dan dapat meningkatkan sumberdaya kawasan pantai yang dikehendaki.
I. Transplantasi Karang
Transplantasi karang adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan. Kegiatan ini bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada.
Gambar 2. Terumbu buatan
Gambar 3. Transplantasi karang
Gambar 4. Kegiatan Penanaman terumbu Karang
Terumbu karang seperti juga sumberdaya alam yang lain sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat. Namun harus memperhatikan batas-batas pemanfaatanya. Secara alami perkembangan
terumbu karang memerlukan waktu yang cukup lama, namun dengan sentuhan teknologi pertumbuhan terumbu karang bisa dipercepat.
Dengan teknik transplantasi, terumbu karang dapat dibudidayakan sehingga dalam 1 (satu) tahun bisa dipanen. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penurunan populasi terumbu karang setiap tahunnya menurun hingga 3.04%. Keuntungan terumbu karang buatan selain mempercepat pertumbuhan juga mudah dikontrol. Pembudidaya dapat mengidentifikasi jenis ikan berdasarkan bentuk terumbu karang yang dibuat. Sehingga komoditas ikan karang dapat ditentukan. Tentu saja selain industri ikan hias berkembang, terumbu karang buatan akan menjadi daya tarik wisata penelitian.
Transplantasi atau penanaman terumbu karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu :
1) Untuk pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak
2) Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari (perdagangan karang hias);
3) Untuk perluasan terumbu karang 4) Untuk tujuan pariwisata
5) Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan status terumbu karang;
6) Untuk tujuan perikanan; 7) Terumbu karangbuatan; 8) Untuk tujuan penelitian.
Transplantasi karang dalam koloni besar dapat dilakukan walaupun tanpa memerlukan perlekatan. Tingkat ketahanan hidup karang yang ditransplantasi
dapat tinggi walaupun tidak dilekatkan pada substrat asal saja pelaksanaannya dilakukan di daerah terlindung terutama dari aksi gelombang.
Di masa mendatang transplantasi karang akan banyak kegunaan diantaranya untuk melapisi bangunan bawah laut sehingga lebih kokoh dan kuat, untuk memadatkan spesies karang yang jarang atau terancam punah, dan untuk pengambilan karang hidup bagi hiasan aquarium
Hal yang perlu diperhatikan dalam Transplantasi Karang adalah untuk mengurangi stress, karang yang akan ditransplantasi dilepaskan secara hati-hati dan di tempatkan dalam wadah plastik berlubang serta proses pengangkutan dilakukan didalam air. Sebaiknya operasi ini hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit untuk setiap tumpukan karang yang akan dipindahkan.
Beberapa teknik untuk melekatkan karang yang ditransplantasi adalah semen, lem plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik. Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa ketentuan untuk transplantasi karang, yaitu:
1. Untuk transplantasi karang diperlukan suatu wadah beton sebagai substrat dimana karang ditanamkan.
2. Jenis karang bercabang lebih cepat pertumbuhannya, dan lebih mampu menyesuaikan dibandingkan karang masif.
3. Semua lokasi perairan pada dasarnya dapat dilakukan transplantasi dengan syarat kondisi hidrologik masih dalam batas toleransi pertumbuhan karang.
4. Hasil percobaan pada habitat yang berpasir tetapi dengan kesuburan yang tinggi pertumbuhan karang lebih cepat dibandingkan pada daerah yang karangnya rusak.
5. Wadah karang yang ditransplantasi sebaiknya tidak menghalangi aerasi oleh arus.
Transplantasi karang dapat dilakukan dengan beberapa metode (seperti pada gambar di bawah ini) :
Gambar 5. Metode Transplantasi terumbu karang Keterangan
a. Metode Patok b. Metode Jaring
c. Metode Jaring dan Substrat d. Metode Jaring dan Rangka
e. Metode Jaring, Rangka dan Substrat 1. Patok besi 2. Karang bercabang 3. Jaring 4. Karang massif 5. Substrat gerabah 6. Karang Submasif 7. Rangka Besi
Bebrapa jenis Substrat yang digunakan dalam melakukan transplantasi karang dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Substrat gerabah berangka
Substrat ini menggunakan rangka besi berbentuk segi empat 20x20 cm, disetiap sudut rangka besi diberi kaki dengan tinggi 20 cm yang berfungsi sebagai patok pada sa at ditaneapkan ke dasar perairan. Fragmen karang diikat ke tiang substrat dengan menggunakan pengikat kabel berukuran panjang 15 cm.
2. Substrat patok besi
Patok besi dengan panjang 30 cm yang ujungnya telah dibengkokkan ditancapkan ke dasar perairan. Bagian besi yang bengkok berfungsi sebagai penahan fragmen karang yang telah diikatkan ke besi dengan menggunakan pengikat kabel dengan panjang 10 cm
3. Substrat Karang Mati
Fragmen karang langsung diikatkan dengan menggunakan pengikat kabel dengan panjang 20 cm ke karang mati yang ada disekitar lokasi transplantasi.
Keunggulan dan Kelemahan dari masing-masing Metode transplantasi di atas dapat dilihat pada tabel berikut :
Metode Transplant
asi
Bahan dan
Cara Kerja Keunggulan Kelemahan
a. Metode Patok
Patok kayu
tahan air atau sangatBiaya Yang dibutuhkan Tata letak metode patok yang dicat anti
karat relatifsedikit, pemasangan dasar perairan tidak di dasar
perairan sampahmudah, Gangguan hampir tidak ada, karena sangat cocok untukkarang lunak, kondisi dasar perairan. waktu/lamapengerjaan relatif besi dapat menyebabka
singkat pencemaran
b. Metode
Jaring waring bekas Jaring atau ris dengan didapatkan,Bahan mudah Sulit untuk dibersihkan, ukuran bahandapat menggunakan dalam pengukuran dengan
kebutuhan murah, baikbekas, biaya lebih untuk tipa karang untuk mengukur masif (bukan pertumbuhan karang tidak
bercabang). rata, kedudukan dasar perairan c. Metode Jaring dan Substrat Jaring yang
dilengkapi lebihPengukuran relatif Biaya lebih mahal, proses substrat yang
terbuat dari teratur,mudah, lebih rapih dan pemasangan lebih rumit, keramik atau
gerabah yangbaik untuk karang membutuhkan tenaga ukuran 10 X 10
cm. bercabang. lebih banyak, membutuhkawaktu yang lebih lama.
d. Metode Jaring dan Rangka
Rangka besi
yang dicat anti dan di atasnya kokohKonstruksinya lebih Bagi karang yang ditutupi dan 3,daripada metode 1, 2 bercabang tidak dapat jaring yang
diikat secara dengandapat ditata sesuai dengan tegak, biaya rapih. Rangka
yang ideal dankeinginan, monitoring lebih mahal. Rangka besi berukuran 100
x 80 cm baik bagievaluasi lebih mudah, dapat mnyebabkan bujur sangkar
dan pada bag ujung-ujung bercabang,karang masif pencemaran bujur sangkar memiliki nilai estetika.
terdapat kaki-kaki tegak masing-masing
sepanjang 10 Oi bag ian bujur ditutupi dengan jaring mengikat bibit transplantasi. e. Metode Jaring, Rangka dan Substrat Metode ini
merupakan cocokLebih kokoh dan kuat, Biaya yang dibutuhkan antara metade
3 dan 4. penelitian, cocokuntuk abyek Rangka besi mahal. diameter
substrat ± 10 dan karanguntuk karang lunak peneemaran mnyebabkan dengan tebal 2
em, panjangpatak 5 - 10 nilaibereabang, memiliki em, bahan ekanamis.estetika, bernilai terbuat dari
peralatan keeil diisi semen dan
diberi cat agartidak mengakibatkanpeneemaran.
Rangka berbentuk siku berukuran 100 80 em dan diberi cat agar mengakibatkan
BAB III METODOLOGI A. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan transpaltasi terumbu karang ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2011 sampai 2 Juni 2012. Lokasi proyek ini berada di Dusus Puntondo, Desa Laikang, Kecamatan Manggara’ Bombang,Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain Sarana Tansportasi Laut , Peralatan skin dive atau Scuba yang digunakan saat menyelam, Peralatan Dokumentasi bawah air,, Kaliper/Jangka sorong (skala terkecil 0,01 mm) , Rambu apung , Alat Pengukur Kualitas air, Gunting karang/Gergaji , Keranjang berlubang/wadah sampel, Substrat beton 7 cm tebal 3 cm, dan Rangka besi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Sampel karang hidup sebagai anakan.
C. Metode Kerja
Metode kerja yang dilaksanakan dibagi dalam dua tahapan kegiatan yaitu kegiatan dalam ruang kelas dan kegiatan praktek lapangan.
Materi yang diberikan dalam ruang kelas meliputi pengenalan terhadap ekosistem terumbu karang, biota asosiasi dan pola interaksi antar spesies pada ekosistem terumbu karang, dan teknik transplantasi karang secara sederhana sebagai salah satu metode yang dapat digunakan dalam merehabilitasi ekosistem terumbu karang yang sudah mulai rusak. Penyampaian materi dilakukan dengan cara andragogi, diskusi, dan menggunakan alat peraga berupa gambar dan bahan yang akan dipraktekkan.
Praktek Lapang :
Praktek lapang dilaksanakan setelah materi kelas diberikan. Praktek lapang ini berupa teknik Transplantasi terumbu karang. Tahapan transplantasi terumbu karang antara lain :
1) Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan pada transpalantasi
2) Penentuan Lokasi transplantasi. Untuk mengetahui koordinat lokasi dapat digunakan GPS (Global Positioning System).
3) Memberi tanda (rambu apung) pada lokasi transplantasi.
4) Mencari karang yang akan di transplantasi ( Karang untuk transplantasi harus diambil dari tempat yang sama dengan tempat pelaksanaan transplantasi terutama dalam hal pergerakan air, kedalaman dan turbiditas)
5) Fragmen karang diambil dari induk koloni yang masih hidup berdiameter >25 cm menggunakan gunting dengan ukuran fragmen ±10 cm dan dikumpulkan di keranjang berlubang dan dibawa ke lokasi transplantasi.
6) Proses pengangkutan harus dilakukan di bawah air dengan hati-hati 7) Memasang rangka besi atau patok pada lokasi transplantasi sejajar garis pantai. Pemasangan rangka transplantasi dapat dilakukan pada kedalaman 1 , 3 atau 10 m
8) Mengikat fragmen karang ke substrat dengan pengikat kabel yang telah disiapkan.
9) Untuk mengukur laju pertumbuhan koloni karang serta parameter fisika kimia perairan dapat dilakukan setiap dua minggu atau setiap bulan.
IV. ASPEK FINANSIAL
Biaya Yang Di Butuhkan :
Berikut adalah biaya yang dibutuhkan dalam rehabilitasi ekosistem terumbu karang di dusun Putondo desa Laikang Kabupaten Takalar
I. GAJI / HONOR A. Tenaga Ahli No. Jabatan Jumlah (orang) Orang.
Bulan Gaji/Bulan (Rp) Biaya (Rp)
1 Ketua Tim 1 7 2.000.000 14.000.000
2 Ahli Koralogi 2 6 1.500.000 18.000.000
3 Ahli Ekologi Laut 1 3 1.500.000 4.500.000
4 Ahli Pemetaan 1 1 1.500.000 1.500.000
Jumlah 38.000.000
B. Tenaga Pendukung
No. Jabatan Jumlah (orang) Orang. Bulan Gaji/Bulan (Rp) Biaya (Rp) 5 Tenaga Tehnis Lapangan 2 6 1.200.000 14.400.000
6 Tenaga Pendamping 3 4 1.000.000 12.000.000
7 Tenaga Administrasi 2 7 900.000 12.600.000
8 Oprator Komputer 2 7 900.000 12.600.000
jumlah 66.600.000
Sub Total I 104.600.000
II. ADMINISTRASI DAN KOLEKSI DATA
A. Administrasi
No. Uraian Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1 ATK 1 paket 2.000.000 2.000.000
2 Komunikasi 5 bulan 1.000.000 5.000.000
3 Bahan Komputer 1 paket 4.000.000 4.000.000
4 Pengadaan Data Skunder 1 paket 4.000.000 4.000.000 Jumlah 15.000.000
B. Koleksi Data
No. Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Bahan Survei 1 paket 2.000.000 2.000.000
2 Bahan Diskusi 1 paket 1.000.000 1.000.000
3 Dokumentasi 1 paket 100.000 100.000
Jumlah 3.100.000
Sub Total II 18.100.000
III. TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
A. Trasportasi
No. Uraian Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
2 Sewa Perahu 2 bulan 500.000 1.000.000
3 Sewa Kendaraan 6 kali 400.000 2.400.000
4 Mobilisasi Bahan 10 kali 300.000 3.000.000
5 Trasport kelompok dan Tim 4 kali 100.000 400.000 Jumlah 6.900.000
B. Akomodasi
No. Uraian Volume Satuan
Harga Satuan (Rp) Biaya (Rp) 1 Akomodasi di lokasi 10 orang.har i 50.000 500.000 2 lumpsum di lokasi 10 orang.har i 100.000 1.000.000 Jumlah 1.500.000
Sub Total III 8.400.000
IV. REHABILITASI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
No. Uraian Volume Satuan
Harga Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1. Sosialisasi Kegiatan
Konsumsi 100 orang 20.000 2.000.000
Dokumentasi 1 paket 300.000 300.000
Sewa Sound System 1 unit 200.000 200.000
Sewa Ruangan 1 unit 600.000 600.000
Jumlah 3.100.000
2. Pelatihan dan Penguatan Kelompok
Alat peraga 1 paket 1.000.000 1.000.000
Materi Pelatihan 1 paket 400.000 400.000
Konsumsi peserta 50 orang 30.000 1.500.000
Dokumentasi 1 paket 300.000 300.000
Sewa Ruangan 1 unit 400.000 400.000
3. Pemetaan lokasi transplantasi
Citra satelit 1 scene 7.000.000 7.000.000 Pengelohan citra satelit 1 paket 6.000.000 6.000.000 Ground truthing 1 paket 10.000.000 10.000.000 Sewa alat lapangan 1 paket 10.000.000 10.000.000 Pencetakan peta 1 lembar 1.000.000 1.000.000 Analisis SIG untuk
zonasi 1 paket 11.000.000 11.000.000
Jumlah 45.000.000
4. PembuatanTransplantasi dan Pemeliharaan Terumbu Karang
Semen 2 sak 36.000 72.000.000
Kawat jaring 5 (1x1 ) ) meter 30.000 150.000 Jumlah 72.500.000
Sub Total IV 123.850.000
V. PELAPORAN DAN SEMINAR 1. Pelaporan
Laporan
Pendahuluan 1 paket 500.000 500.000
Laporan Kemajuan 1 paket 500.000 500.000
Laporan akhir 1 paket 1.000.000 1.000.000
Jumlah 2.000.000 2. Seminar Konsumsi 100 orang 20.000 2.000.000 Dokumentasi 1 paket 300.000 300.000 Sewa Sound System 1 unit 200.000 200.000
Sewa Ruangan 1 unit 400.000 400.000
Jumlah 2.900.000
Sub Total VII 4.900.000
REKAPITULASI
Sub Total II Rp 18.100.000
Sub Total III Rp 8.400.000
Sub Total IV Rp 123.850.000
Sub Total V Rp 4.900.000
Jumlah Keseluruhan Rp 259.850.000
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011) "http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu Karang. {Diakses pada tanggal 21 oktober 2010 pada pukul 15.02}.
Rani. C (2010) Materi Kuliah Ekologi Laut, jurusan ilmu Kelautan. FIKP. Universitas Hasanuddin Mkassar
Najamuddin, 2006. Perencanaan Penelitian Kelautan Dan Perikanan. Disampaikan pada Lokakarya Agenda Penelitian, Proyek COREMAP II Kabupaten Selayar, 9-10 September 2006
Sukarno, 2001. Ekosistem Terumbu Karang dan Masalah Pengelolaannya dalam Materi Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penilaian Kondisi Terumbu Karang. P30-LlPI, UNHAS, BAPPEDA, CORE MAP, POSSI. Makassar. http://wartapraja.wordpress.com/2008/04/01/tranplantasi-terumbu-karang/.