• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industri yang memegang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industri yang memegang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan industri yang memegang peranan penting di Indonesia. Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan tingkat ketergantungan terhadap industri minyak dan gas bumi juga masih tinggi. Di tahun 2013 kebutuhan BBM di Indonesia mencapai 1,4 juta kilo liter. Produksi minyak Indonesia mencapai 650.000 barel per hari. Artinya sisa 700.000 – 800.000 barel per hari dipenuhi melalui impor1. Situasi tersebut menyebabkan Pemerintah Indonesia berusaha keras untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan produksi minyak dan gas bumi dalam negeri dan membuka kran investasi bagi perusahaan lokal maupun perusahaan asing agar bisa menemukan sumber-sumber minyak dan gas bumi baru. Keseriusan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi dapat dibuktikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi2. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak dan gas bumi serta adanya kebijakan yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi berdampak terhadap kenaikan tingkat pertumbuhan industri dari tahun ke tahun, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Hal tersebut didorong oleh adanya peningkatan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumiyang dilakukan

1 Lihat informasi dari Detik Finance. 2013. Tiap Hari RI Impor 800 Ribu Barel, Wamen: Apa boleh buat. www.detik.com 2 Peraturan Menteri ESDM No. 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Kebijakan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi

(2)

oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (selanjutnya disebut KKKS), untuk memenuhi kecukupan bahan bakar minyak dan gas bumi. KKKS adalah perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia dengan sistem bagi hasil. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan eksplorasi dan produksi minyak dan bumi membutuhkan pengadaan barang dan jasa. Oleh karenanya, maraknya kegiatan di industri minyak dan gas bumi bagaikan pupuk yang ikut menyuburkan perkembangan usaha penunjang kegiatan minyak dan gas bumi, yang berperan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang dan jasa. Ketertarikan pelaku usaha, selain karena tingkat pertumbuhan industri yang cukup tinggi, juga karena KKKS merupakan perusahaan-perusahaan besar di dunia, seperti British Petroleum (BP), Petrochina, Total, Chevron, Conoco Phillips, Exxon Mobil dan sebagainya. 7,579 9,142 10,615 12,451 13,515 16,106 17,873 20,390 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 1.1. Grafik Nilai Investasi di Sektor Hulu Migas (dalam US$ juta) Sumber: SKK Migas

(3)

Proses pemenuhan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh KKKS diatur oleh sebuah Badan bernama Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (selanjutnya disebut SKK Migas) melalui pedoman tata kerja yang dinamakan Pedoman Tata Kerja Nomor 007/Revisi-II/PTK/I/2011 (selanjutnya disebut PTK-007), tentang Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai KKKS khususnya Buku Kedua

yaitu, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Pedoman tersebut

mengharuskan KKKS menggunakan metode pelelangan umum atau tender dalam memilih penyedia barang/jasa yang akan menyediakan kebutuhan barang/jasa yang diperlukan untuk menunjang kegiatan eksplorasi maupun produksi minyak dan gas bumi.

Pada prinsipnya, berdasarkan PTK-007 tahun 2011 proses pelelangan umum dilakukan untuk memperoleh dan mendayagunakan barang/jasa yang dibutuhkan secara baik dan benar. Dalam pelelangan umum/tender terdapat tiga syarat/unsur utama, yang dipergunakan sebagai dasar evaluasi dalam menentukan pemenang yaitu:

1. Syarat administrasi, merupakan syarat kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi oleh peserta tender seperti adanya surat penawaran yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam dokumen pengadaan, dan surat jaminan keaslian surat penawaran.

2. Syarat teknis, diantaranya pemenuhan terhadap spesifikasi teknis, syarat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), tata cara pelaksanaan pekerjaan, dan sebagainya.

3. Syarat komersiil, yaitu surat penawaran yang berisi nominal harga untuk jasa yang dibutuhkan.

(4)

Mengacu pada PTK 007 (2011, pp: 165-166), maka pemenang pelelangan umum/tender adalah peserta tender yang telah lulus syarat administrasi dan teknis sekaligus secara komersiil memiliki penawaran yang lebih rendah dibandingkan kompetitor. Proses pelelangan umum/tender dapat digambarkan melalui Gambar 1.2. di bawah ini. Lulus Lulus Harga Penawaran > HPS* Harga penawaran < HPS* Ya Tidak

*HPS = Harga Perhitungan Sendiri

Tidak lulus Tidak Lulus

Pengumuman tender Pendaftaran Pre bid Pembukaan Dokumen Penawaran Pemasukan Dokumen Penawaran Penentuan Calon Pemenang Keputusan Penetapan Pemenang Pengumuman Pemenang Pre-kualifikasi Evaluasi Harga Protes A A Negosiasi Tanggapan Panitia Lelang

Tidak Diundang Evaluasi Adm.

& Teknis Diskualifikasi

Gambar 1.2. Alur Proses Pelelangan Umum Sesuai PTK-007 Sumber: SKK Migas

Usaha penunjang kegiatan minyak dan gas bumi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 27

(5)

tahun 20083, usaha penunjang kegiatan migas dibagi dalam dua klasifikasi besar,

yaitu Usaha Jasa Penunjang Kegiatan Migas dan Usaha Industri Penunjang Kegiatan Migas. Termasuk dalam bagian dari Usaha Jasa Penunjang Kegiatan Migas adalah: 1. Bidang Usaha Jasa Konstruksi Migas, yang merupakan kegiatan usaha jasa layanan

untuk penanganan pekerjaan bangunan atau konstruksi atau wujud fisik lainnya dalam menunjang kegiatan usaha migas. Terdiri dari sub bidang usaha sebagai berikut:

a. Usaha Jasa Perencanaan Konstruksi termasuk rancang bangun dan rekayasa (design engineering).

b. Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi termasuk Engineering, Procurement dan Construction (EPC), usaha instalasi, dan komisioning.

c. Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi.

2. Bidang Usaha Jasa Non-Konstruksi Migas, yang merupakan kegiatan usaha jasa layanan pekerjaan dalam menunjang kegiatan usaha migas selain Usaha Jasa Konstruksi Migas dan Usaha Industri Kegiatan Penunjang Migas. Masuk dalam sub bidang usaha dari usaha jasa non-konstruksi migas adalah sebagai berikut: a. Survei seismik.

b. Survei non seismik. c. Geologi dan geofisika. d. Pemboran.

e. Operasi sumur pemboran. f. Pekerjaan bawah air.

(6)

g. Pengelolaan bahan peledak, radio aktif, dan bahan berbahaya. h. Pangkalan logistik.

i. Pengoperasian dan pemeliharaan. j. Inspeksi teknis.

k. Pengujian teknis.

l. Pekerjaan paska operasi (decommisioning). m. Penelitian dan pengembangan.

n. Pendidikan dan pelatihan.

o. Pengelolaan limbah pemboran dan produksi. p. Jasa lainnya.

Masing-masing sub bidang usaha tersebut memiliki bagian sub bidang usaha bahkan sub bagian sub bidang usaha.

Termasuk dalam bagian dari Usaha Industri Kegiatan Penunjang Migas adalah:

1. Bidang Usaha Industri Material, yaitu merupakan kegiatan usaha industri penunjang migas yang menghasilkan benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi.

2. Bidang Industri Peralatan, yaitu merupakan kegiatan usaha industri penunjang migas yang menghasilkan benda-benda dalam berbagai bentuk, yang dirakit sebagai satu kesatuan yang mempunyai fungsi untuk tujuan tertentu.

3. Bidang Industri Pemanfaat Migas, yaitu merupakan kegiatan usaha yang menghasilkan benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,

(7)

barang setengah jadi, dan/atau barang jadi dengan spesifikasi tertentu yang menggunakan hasil atau produk dari kegiatan usaha migas.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) di akhir tahun 2011, selama bulan Januari – November 2011 jumlah perusahaan yang masuk klasifikasi usaha jasa kegiatan penunjang migas bidang usaha jasa konstruksi mencapai 415 (empat ratus limabelas), bidang usaha jasa non-konstruksi 834 (delapan ratus tigapuluh empat), dan bidang usaha industri penunjang migas mencapai 60 (enam puluh perusahaan). Jumlah tersebut tersebar dalam 3 (tiga) sub bidang usaha jasa konstruksi migas, 16 (enam belas) sub bidang usaha jasa non-konstruksi migas, dan 3 (tiga) bidang usaha industri kegiatan penunjang migas, serta tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Data tersebut menunjukkan ketatnya tingkat persaingan di industri penunjang kegiatan migas yang dilakukan melalui proses pelelangan umum/tender.

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri jasa penunjang kegiatan minyak dan gas bumi yang merupakan bagian dari rantai suplai industri minyak dan gas bumi, PT. Supraco Indonesia harus mengikuti proses pelelangan umum atau tender. Berbekal pengalaman yang cukup lama dan melihat prospek yang cukup menjanjikan di industri minyak dan gas bumi, perusahaan berusaha menangkap peluang yang ada dan berkompetisi dengan kompetitor untuk menguasai pasar serta mendapatkan profit yang semakin baik melalui proses pelelangan umum atau tender. Namun demikian niat untuk menangkap peluang agar dapat menguasai pasar tersebut belum sepenuhnya dapat dicapai. Dilihat dari data keikutsertaan tender tahun 2012 dan 2013 yang didapat dari bagian Marketing, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1., rasio sukses

(8)

perusahaan dalam memenangkan tender yang diikuti malah menurun, dari 24,4% di tahun 2012

Tabel 1.1. Rasio Sukses Keikutsertaan Tender

Tahun Kalah Menang Lain-lain (batal,

mundur, dsb) Jumlah tender yang diikuti 2012 65 32 34 131 Prosentase 49,6% 24,4% 26,0% 100,0% 2013 76 24 20 120 Prosentase 63,3% 20,0% 16,7% 100,0%

Sumber: Departemen Marketing PT. Supraco Indonesia, Tahun 2012 dan 2013

menjadi 20,0% di tahun 2013. Masih berdasarkan data yang sama, jumlah tender yang batal dan/atau tidak bisa diikuti karena masalah internal serta tidak lulusnya persyaratan administrasi dan teknis yang ditetapkan oleh penyelenggara pelelangan umum masih terjadi, sebelumnya terdapat tiga puluh empat (34) tender di tahun 2012 menjadi dua puluh (20) tender di tahun 2013. Masalah internal yang dimaksud meliputi kegagalan perusahaan untuk menyediakan dokumen persyaratan administrasi tender sesuai waktu yang telah ditetapkan atau ketidakmampuan perusahaan dalam menyediakan dokumen yang menunjukkan kompetensi perusahaan atas tender pekerjaan yang akan diikuti.

Tantangan lain yang dihadapi perusahaan adalah menurunnya profitabilitas perusahaan. Meskipun pendapatan di tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012 namun laba kotor perusahaan mengalami penurunan dari 8,5% di tahun 2012 menjadi 7,5% di tahun 2013, sementara laba usaha perusahaan juga mengalami penurunan dari

(9)

pendapatan PT. Supraco Indonesia yang terbesar didapat dari Divisi Jasa Pendukung Operasi dimana di tahun 2012 dan 2013 secara berturut-turut mencapai 88% dari total pendapatan atau sebesar kurang lebih tujuh ratus tujuh puluh enam miliar rupiah, dan 84% dari total pendapatan atau sebesar kurang lebih Sembilan ratus Sembilan miliar rupiah. Meskipun pendapatan Divisi Jasa Pendukung Operasi mengalami peningkatan di tahun 2013, namun produk suplai tenaga kerja yang menyumbang pendapatan terbesar mengalami penurunan laba kotor dari 7,6% di tahun 2012 menjadi 6,9% di tahun 2013. Gambaran lebih lengkap mengenai pendapatan dan laba kotor perusahaan per masing-masing jenis produk dapat dilihat pada Tabel 1.2. Penurunan laba kotor menyebabkan perusahaan harus bekerja keras untuk meningkatkan perolehan pendapatan supaya bisa menutupi beban usaha yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Usaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan diantaranya dilakukan dengan mengikuti pelelangan umum/tender suatu pekerjaan di luar kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang diinginkan, sebaliknya semakin memperburuk keadaan dengan adanya kerugian yang diderita perusahaan atas pekerjaan baru tersebut.

Tabel 1.2. Kinerja Perusahaan per Jenis Produk Tahun 2012 - 2013

KETERANGAN 2012 2013

Jasa Pendukung Operasi 776,611,794,589 909,258,178,142 Jasa Keagenan & Kegiatan Lepas Pantai 99,935,945,313 152,628,615,665

Jasa Lain-lain 2,602,395,784 15,245,374,787

Total Pendapatan 879,150135,686 1,077,132,168,594 Jasa Pendukung Operasi 710,427,203,763 830,563,828,769 Jasa Keagenan & Kegiatan Lepas Pantai 83,927,872,816 128,615,404,658 Jasa Lain-lain 10,046,235,727 37,342,157,660 Total Beban Langsung 804,401,312,306 996,521,391,087

(10)

Tabel 1.2., Lanjutan

KETERANGAN 2012 2013

Jasa Pendukung Operasi 66,184,590,826 78,694,349,373 Jasa Keagenan & Kegiatan Lepas Pantai 16,008,072,497 24,013,211,007 Jasa Lain-lain (7,443,839,943) (22,096,782,873) Total Laba Kotor 74,748,823,380 80,610,777,507

% terhadap pendapatan 8.5% 7.5%

Beban Usaha 29,891,914,639 34,820,274,042

Laba Usaha 44,856,908,741 45,790,503,465

% terhadap pendapatan 5.10% 4.25%

Sumber: Laporan Keuangan Teraudit Tahun 2013 PT. Supraco Indonesia

Pemenuhan pengadaan melalui pelelangan umum/tender menuntut perusahaan untuk bisa mengelola rangkaian proses yang diperlukan agar dapat memenuhi persyaratan dan memenangkan pelelangan umum/tender. Mulai dari kesiapan dokumen dan/atau persyaratan administrasi dan teknis yang harus dipenuhi, menyampaikan penawaran sesuai tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh penyelenggara pelelangan umum/tender, dan memberikan penawaran yang lebih baik dibanding kompetitor. Selain itu, apabila ditunjuk sebagai pememang pelelangan umum/tender, perusahaan dituntut untuk mengelola pekerjaan secara efektif dan efisien agar dapat memberikan kualitas layanan sesuai persyaratan serta mendapatkan keuntungan yang baik. Oleh karenanya, agar tetap bisa bertahan di industri penunjang kegiatan minyak dan gas bumi yang semakin ketat tingkat kompetisinya, dan untuk menangkap peluang yang terbuka lebar serta menguasai pasar, perusahaan perlu memformulasikan strategi yang tepat dan membenahi kinerja untuk meningkatkan daya saingnya. Hal tersebut juga untuk mengantisipasi pemberlakuan era pasar bebas ASEAN yang dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir

(11)

kerja diantara negara-negara di Asia Tenggara. Pemberlakuan MEA menjadikan perusahaan tidak hanya berkompetisi dengan kompetitor di tingkat nasional namun juga kompetitor di tingkat regional dari kawasan Asia Tenggara. Apabila pembenahan internal dan formulasi strategi yang tepat tidak segera dilakukan maka daya saing perusahaan akan tetap rendah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya yang dituangkan dalam latar belakang masalah dapat diketahui bahwa perusahaan mengalami beberapa permasalahan. Pertama, rasio sukses keikutsertaan tender yang menurun di tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila terus menurun maka kondisi tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mempertahankan pertumbuhan usahanya dan menangkap peluang bisnis di industri yang sedang terus tumbuh. Kedua, profitabilitas perusahaan yang menurun di tahun 2013, dibandingkan profitabilitas tahun 2012. Harus segera diketahui penyebabnya supaya keberlangsungan usahanya terus berlanjut. Ketiga, disaat yang bersamaan segala ancaman yang muncul dari faktor eksternal harus segera diantisipasi agar perusahaan dapat tetap bertahan di industri.

Keinginan perusahaan untuk mempertahankan pertumbuhan usaha,

menangkap peluang bisnis yang ada dan meningkatkan profitabilitas perusahaan ditengah ketatnya tingkat kompetisi di industri, adanya kelemahan internal yang menjadi penyebab tidak dapat diikutinya suatu pelelangan umum/tender, dan faktor eksternal yang mempengaruhi kelangsungan bisnis seperti rencana diberlakukannya pasar bebas ASEAN, mendorong perusahaan untuk melakukan formulasi strategi yang tepat agar dapat berkembang secara berkelanjutan. Pemahaman yang sangat baik

(12)

terhadap proses pelelangan umum/tender, perbaikan terhadap faktor-faktor yang menjadi titik lemah perusahaan dalam berkompetisi, pemahaman atas faktor-faktor yang menjadi pendorong perubahan struktur kompetisi serta faktor-faktor kunci keberhasilan diperlukan oleh perusahaan agar dapat memilih strategi yang tepat.

Mengingat syarat/unsur utama dalam pelelangan umum/tender yang dipergunakan sebagai dasar evaluasi adalah syarat administratif, syarat teknis dan syarat komersiil/harga penawaran, maka PT. Supraco Indonesia harus memastikan ketiga syarat/unsur tersebut dapat dipenuhi. Oleh karenanya PT. Supraco Indonesia harus mencari cara untuk dapat memenuhi ketiga syarat/unsur utama tersebut dengan baik dan benar sesuai tenggat waktu yang telah ditetapkan dalam proses pelelangan umum/tender dengan memastikan:

1. Ketersediaan dokumen-dokumen yang ditetapkan dalam pelelangan umum/tender seperti dicantumkan dalam Bab 6 pasal 5.4 PTK 007, atau syarat administratif tambahan yang ada dalam dokumen pelelangan umum/tender (availability of documents), dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam memenuhi kontrak/proyek yang sedang dalam proses lelang (availability of resources).

2. Ketepatan waktu dalam menyiapkan dan memasukkan dokumen penawaran sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh panitia lelang.

3. Harga penawaran yang lebih baik dibanding kompetitor (capability to provide the lower price). Oleh karenanya, PT. Supraco Indonesia harus mengetahui keunggulan biaya (cost advantage) yang dapat dimiliki namun tidak dimiliki oleh kompetitor. Porter (1985: 64) menyatakan bahwa keunggulan biaya (cost

(13)

advantage) dihasilkan karena adanya biaya kumulatif yang lebih rendah dibanding kompetitor pada saat perusahaan melakukan kegiatan nilai.

Apabila tahapan proses pelelangan umum/tender telah dilalui dan perusahaan ditunjuk sebagai pemenang pelelangan umum/tender, maka perusahaan perlu memastikan kualitas jasa sesuai kualifikasi yang ditetapkan dalam dokumen pelelangan umum/tender seperti diinginkan oleh konsumen dengan memastikan pelaksanaan kontrak/proyek dapat dilakukan dengan lancar, efektif dan efisien (capability to deliver the services).

1.3. Pertanyaan Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh PT. Supraco Indonesia seperti telah diuraikan sebelumnya yaitu agar dapat menangkap peluang yang ada dengan memiliki rasio sukses keikutsertaan tender yang lebih besar dari tahun ke tahun, meningkatkan profitabilitas yang dimiliki sekaligus mengantisipasi potensi ancaman dari faktor eksternal yang ada, dengan menjawab pertanyaan penelitian :

1. Apa strategi bisnis yang tepat bagi PT. Supraco Indonesia agar dapat mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) serta profitabilitas yang superior (superior profitability)?

2. Apakah strategi tersebut dapat diimplementasikan pada industri yang berkompetisi menggunakan metode lelang/tender?

(14)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian menggunakan langkah-langkah dari sebuah model manajemen stratejik sebagai berikut:

1. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan agar dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi arah kebijakan perusahaan. Termasuk didalamnya adalah:

a. Melakukan analisis terhadap visi, misi dan objektif perusahaan untuk memahami secara mendalam tujuan atau sasaran jangka panjang serta nilai-nilai yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan atau sasaran beserta ukuran kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pencapaian tujuan atau sasaran;

b. Analisis yang dilakukan terhadap lingkungan internal perusahaan adalah analisis rantai nilai (value chain) untuk mengetahui potensi sumber daya dan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, sedangkan analisis yang dilakukan terhadap lingkungan eksternal perusahaan diantaranya adalah analisis tingkat persaingan industry (Porter’s five-forces model), analisis faktor-faktor pendorong perubahan struktur persaingan (driving forces) dan analisis faktor-faktor kunci keberhasilan persaingan (key success factors). 2. Melakukan analisis agar dapat mengidentifikasi kesenjangan kinerja (performance

gap) antara kinerja yang diharapkan dengan kinerja saat ini. Melakukan analisis terhadap kompetensi serta faktor pembentuk kompetensi yang dimiliki perusahaan yang dapat dijadikan pola arahan penentuan strategi di masa yang akan datang.

(15)

Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities & threats) untuk memadupadankan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada.

3. Melakukan formulasi penyusunan strategi yang sistematis dan tepat mendasarkan pada hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, sehingga perusahaan dapat melaksanakan dan mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan, bersiap untuk menangkap peluang yang ada, menghadapi persaingan yang ketat, serta mengantisipasi diberlakukannya era pasar bebas ASEAN.

1.5. Manfaat Penelitian

Penulis melihat adanya manfaat yang cukup besar dengan dilakukannya penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi dunia pendidikan, diharapkan berguna untuk dijadikan sebagai bahan penelitian lainnya dan membuka wawasan mengenai industri penunjang kegiatan industri minyak dan gas bumi yang belum banyak diteliti.

2. Bagi perusahaan, diharapkan berguna untuk dapat lebih memahami faktor-faktor di lingkungan internal perusahaan maupun di lingkungan eksternal perusahaan yang menjadi pendorong perubahan dalam berkompetisi serta kunci keberhasilan dalam memenangkan kompetisi seperti karakteristik industri, dan keunggulan kompetitif yang dimiliki serta menggunakannya sebagai dasar penyusunan formulasi strategi bersaing yang tepat.

(16)

1.6. Batasan Analisis dan Rerangka Analisis 1.6.1. Batasan Analisis

Penelitian akan dilakukan dengan beberapa batasan analisis, yaitu:

1. Analisis hanya dilakukan pada Unit Bisnis (Business Unit) Jasa Pendukung Operasi (Operating Support Service) saja, mengingat PT Supraco Indonesia memiliki tiga unit bisnis. Dua unit bisnis lainnya adalah Unit Bisnis Jasa Keagenan (Agency) dan Unit Bisnis Jasa Konstruksi (Construction).

2. Analisis hanya dilakukan pada tahapan analisis dan formulasi strategi tidak termasuk tahapan implementasi dan evaluasi strategi.

1.6.2. Rerangka Analisis

Analisis dimulai dengan adanya pertanyaan penelitian yang akan dijawab. Untuk menjawab pertanyaan penelitian maka diperlukan data primer maupun sekunder yang dikumpulkan melalui metode tertentu. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut, selanjutnya dilakukan analisis lingkungan internal perusahaan maupun analisis lingkungan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan meliputi analisis terhadap organisasi baik visi, misi maupun struktur perusahaan, serta analisis untuk mengetahui keunggulan perusahaan dibandingkan competitor menggunakan alat analisis Value Chain. Analisis lingkungan eksternal perusahaan meliputi analisis untuk mengetahui karakteristik dan daya tarik industri menggunakan alat analisis Porter’s Five-Forces Model, analisis untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap persaingan yaitu Driving Forces Analysis, serta analisis untuk mengetahui faktor-faktor kunci keberhasilan

(17)

dalam memenangkan persaingan yaitu Key Success Factors Analysis. Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah Analisis Gap untuk mengetahui gap atas realisasi yang terjadi dibandingkan dengan rencana awal perusahaan. Analisis SWOT dilakukan mengacupada hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dan susulan strategi difformulasikan mendasarkan pada analisi SWOT. Rerangka analisis dalam bentuk diagaram adalah sebagai berikut:

Mulai Pertanyaan Penelitian Pengumpulan data primer Pengumpulan data sekunder Analisis Lingkungan Internal:

1. Organisasi (visi, misi, tujuan, struktur) 2. Analisis Rantai Nilai (value chain analysis) atas fungsi Marketing, Operasional, Keuangan, Sumber Daya Manusia, Pengadaan. Selesai Analisis Lingkungan Eksternal: 1. Tingkat Persaingan Industri (Tingkat Kompetisi, Ancaman Pendatang Baru, Ancaman Produk Pengganti, Posisi Tawar Pemasok, Posisi Tawar Konsumen)

2. Driving Force Analysis 3. Key Sucess Factor Analysis

Analisis Gap

Analisis SWOT

Usulan strategi

(18)

1.7. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan makalah penelitian menjadi lima bagian yang membentuk sebuah sistematika penulisan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Lima bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bab 1: Pendahuluan

Bab 1 merupakan pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah yang terjadi pada objek penelitian yang diangkat oleh penulis untuk menjadi sebuah penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Selain itu, pada pendahuluan ini juga disampaikan tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab 2: Tinjauan Pustaka

Bab 2 berisi tentang referensi, baik dalam bentuk penelitian sebelumnya maupun buku-buku yang dijadikan dasar pendekatan dalam memecahkan masalah yang telah dirangkum dalam rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Secara lebih rinci, tinjauan pustaka menjelaskan secara mendalam mengenai strategi, strategi bersaing di unit bisnis, dan langkah-langkah dalam formulasi strategi.

3. Bab 3: Metode Penelitian dan Profil Perusahaan

Bab 3 menjelaskan mengenai metode dalam pengumpulan data dan metode dalam melakukan penelitian. Bab ini juga menjelaskan profil PT. Supraco Indonesia untuk memberikan gambaran mengenai perusahaan yang diteliti.

4. Bab 4: Hasil Penelitian dan Pembahasan

(19)

maupun data sekunder, maupun hasil penelitian menggunakan alat penelitian yang dipilih, yaitu matriks SWOT. Hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah didefinisikan.

5. Bab 5: Simpulan dan Saran

Bab 5 merupakan bagian akhir dari penelitian yang menguraikan hasil penelitian serta saran yang diberikan oleh penulis.

Gambar

Gambar 1.1. Grafik Nilai Investasi di Sektor Hulu Migas (dalam US$ juta)  Sumber: SKK Migas
Gambar 1.2. Alur Proses Pelelangan Umum Sesuai PTK-007  Sumber: SKK Migas
Tabel 1.1. Rasio Sukses Keikutsertaan Tender
Tabel 1.2. Kinerja Perusahaan per Jenis Produk Tahun 2012 - 2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini antara lain adalah Konvensi Hukum Laut 1982 sebagai perangkat hukum internasionalnya dan Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal

Nilai kebenaran inversnya, dalam bentuk ~p ⇒ ~q, yaitu: “Jika suatu bendera bukan bendera RI maka bendera tersebut tidak ada warna merahnya.” Sekali lagi, pernyataan di atas

Demikian pula apabila persediaan bahan baku mengalami keterlambatan atau terputus disaat proses produksi sedang berjalan maka perusahaan mengalami kerugian karena selain

• Dengan deteksi elips yang diasumsikan sebagai kepala janin menggunakan metode FCM berdasarkan informasi spasial dan IRHT, dapat menghasilkan BPD dan HC kepala janin

Penelitian ini bermaksud hanya untuk menguji pengaruh antara tiga variabel independen terhadap satu variabel dependen. Variabel independen terdiri dari modal sosial, aset fisik,

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan manajemen sarana prasarana sekolah inklusi SMP N 2 sewon Bantul Yogyakarta dalam rangka

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekerabatan genetik antara jagung Lokal Bebo asal Sangalla Tana Toraja Sulawesi Selatan dengan jagung Carotenoid Syn 3

Selain itu dalam rangka ikut terlibat dalam pengembangan industri animasi CCA dengan Pemkot Cimahi bekerja sama membentuk sebuah perusahaan yang bernama PT Baros Creative