• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEKU BASA DAN ULTRA BASA.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEKU BASA DAN ULTRA BASA.doc"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan beku merupakan batuan yang terbetuk dariproses pembekuan larutan silika cair, liat, pijar, yang bersifat mudah bergerak yang disebut magma baik di bawah permukaan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun dari batuan yang sudah ada, baik di mantel maupun kerak bumi yang kemudian karena tekanan dan suhu akhirnya meleleh.

Batuan adalah kumpulan dari beberapa mineral yang agregat atau saling terkompaksi. Dari jenisnya, maka batuan dapat di golongkan menjadi tiga jenis, dari golongan tersebut yaitu batuan beku (Igneous Rock). Batuan sedimen (Sedimentary Rock) dan batuan metamorfosal malihan (Metamorphic Rock). Batuan–batuan tersebut berbeda–beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses pembentukannya. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut , yang bersifat volatile (air, CO2, iron, chlorine, flourin, dan sulphur) yang merupakan penyebab dari mobilitas magma dan non volatile (non gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasrkan suatu minerla silika oleh NL. Bowen disusun RBS.

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari laporan ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan tentang batuan terkhususnya batuan beku basa dan ultrabasa.

Adapun tujan dari laporan ini yaitu:

1. Dapat memahami definisi batuan beku serta membedakan jenis batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa.

2. Dapat menjelaskan mineral-mineral utama, sekunder, dan tambahan. 3. Dapat melakukan pendeskripsian.

(2)

1.3 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan: 1. Loop perbesaran 10x. 2. ATM.

3. Skala Fenton dan Travis. Bahan-bahan yang digukan: 1. Batuan beku basa.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lartan, dimana bagian lautan lebih besar dari pada bagian daratan. Akan tetatpi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati `langsung dengan dekat banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berada satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan yaitu batuan beku (igneus rocks), batuan sedimen (sedimentary rocks) dan batuan metamorfosa atau dapat disebut juga malihan (metamorpic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunya dan berbeda-beda pembentukannya.

Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif(vulkanik).

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500o–2.500oC dan bersifat

mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine,

fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari.

(4)

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas sebagai batuan ekstrusif (vulkanik) magma sendiri. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960) didefinisikan sebagai cairan silika kental yang pijar yang terbentuk secara alamiah.

Magma Bertemperatur yang tinggi sekitar 1.500–2.500 C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah (dapur magma). 2.2 Pengenalan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan yaitu berdasarkan genetik batuan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan genetik batuan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan dari mineralogi:

1.Berdasarkan Genetik:

Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :

a. Batuan Beku Intrusif

Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan

kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan. Batuan beku korok, terbentuk pada celah –

(5)

celah atau pipa gunug api dan proses pendinginannya dapat berlangsung relatif cepat.

b. Batuan Beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.

Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.

Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

 Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.

2. Berdasarkan Senyawa Kimia

Berdasarkan senyawa atau komposisi kimianya maka batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :

a. Batuan beku ultra basa, memiliki kandungan silika kurang dari 45% b. Batuan beku basa, memiliki kandungan silika yaitu antara 45% - 52% c. Batuan beku intermedite, memiliki kandungan silika sekitar 52% - 66% d. Batuan beku asam, memiliki kandungan silika lebih dari 60%

3.Berdasarkan Susunan Morfologi

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencerminkan sebuah pembentukan batuan dari pada asas dasar kimia.

(6)

Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pada pembentukan dari batuan tersebut. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis.

2.3 Batuan Beku Basa

Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45% -52% SiO2 dalam komposisinya. Kadungan mineral mineral penyusunnya didominasi oleh mineral-mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik umunya ataupun vulkanik. Adapun batuan beku secara pultonik umunya batuan dari kerak samudra yang terbetnuk dari jalur tektonik divergen. Sedangkan batuan beku yang terbentuk secara vulkanik adalah gunung api atau intrusian yang ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineral seperti olivin, piroksin, hornblende, dan biotite, plagioklas dan sedikit kuarsa. Warna pada batuan beku basa ini adalah umunya gelap karena kandungan mineralnnya yang dominan gelap dan ukuran butir dari batuan ini adalah halus hingga kasar. Batuan beku basa dalam bentuk intrusi kebanyakan dike, sill, dan lelehan. Bentuk intrusi terseut berhubungan dengan sifat-sifat yang memeiliki kekentalannya sangan rendah (encer) sehingga memasuki celah-celah yang sempit atau dapat berupa lelehan yang luas permukaan batuan beku basa ini. Kadang ditemukan vesikulasi-vesikulasi sebaga bahan-bahan volatil.

2.4 Batuan beku Ultrabasa

Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung kurang dari 45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh mineral-mineral berat dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe (besi/iron) dan Mg (magnesium) yang disebut juga mineral ultramafik. Batuan beku ultrabasa hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi magma asalnya yang merupakan magma induk (parent magma) yang berasal dari asthenosfer. Kehadiran mineralnya seperti olivin, piroksin, hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Pada batuan beku ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga

(7)

beku ultrabasa yaitu batuan yang tersusun oleh mineral-mineral yang ferromagnesium sehingga kenampakannya sangat gelap atau sangat hitam. Batuan ini mudah lapuk terhadap air hujan seperti halnya batu gamping karena akan sifatnya yang tidak tahan terhadap kondisi asam. Bentuknya dapat diketahui dengan jelas karena batuan ini merupakan batuan dasar samudera yang umum lebih tua. Kehadiran jenis batuan ultrabasa ini biasanya diakibatkan oleh obduksi, sehingga banyak juga memberikan batas litologi dan zona sesar naik. Sehingga akibat aktivitas tektonik, batuan ultrabasa banyak mengalami penghanturan atau pengerusan kekar-kekar dan metamorfisme dinamis yang disertai dengan proses kristalisai, serpentinisasi, dan lain-lain sebagainya. Temperatur pembekuan batuan beku ultrabasa adalah di atas 1000 oC dan secara teoritis proses asimilasi berjalan

sempurna. Ciri khas dari pada batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang mengandung silikat kurang dari 45% berwarna gelap. Batuan ultrabasa adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah (< 45 %), kandungan MgO>18 %, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan kandungan kalium dan umumnya kandungan mineral mafiknya lebih dari 90%. Batuan ultrabasa umumnya terdapat sebagai opiolit. Kelompok batuan peridotite terdiri dari Dunite. Dunite dari olivine, dengan sedikit kandungan enstatite, pyroxene dan chromite. Kemudian Harzburgite terdiri dari olivine, enstatite, dan sedikit chromite. Ada Lherzolite terdiri dari olivine, enstatite, diopside, serta sedikit chromite dan atau pyropegarnet. Kemudian yang terakhir ada Pyroxenite terdiri dari orthopyroxene dan atau clinopyroxene, dengan sejumlah kecil kandungan olivine, garnet, dan spinel. Sebaran batuan ultrabasa di Indonesia cukup luas, mulai dari Aceh, Sumatra Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, Maluku, Irian Jaya Barat dan Papua.. Luas sebaran seluruhnya mencapai 3 juta hektar. Dari sekian banyak sebaran batuan ultrabasa, diantaranya yang dekat aksesibilitasnya dengan aktifitas manusia (kota) adalah sebaran batuan ultrabasa di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Papua. Sebagian besar batuan ultrabasa di Indonesia adalah batuan peridotit yang sebagian telah mengalami serpentinisasi. Jenis batuan batuan ultrabasa di wilayah ini adalah batuan peridotit

(8)

yang terserpentinkan, berwarna hijau tua, di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit. Tebal satuan ini sekitar 2.500 m mempunyai kontak dengan batuan sekitarnya. Umur satuan ini diperkirakan berumur Trias. Batuan ultrabasa di daerah Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Barru, di sekitar Palaka, Kecamatan Barru dan Komplek Bantimala, Kecamatan Tanete Riaja. Luas sebaran di Kecamatan Barru sekitar 2.500 ha, di Kecamatan Tanete Riaja 3.300 ha. Sumberdaya batuan ultrabasa sekitar 580 juta m3 atau sekitar 4.800 juta ton.

(9)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.

HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor Urut : 01

Nomor peraga : B.02 Warna lapuk : Cokelat Warna segar : Hitam Jenis batuan : Beku basa Tekstur 1. Kristalinitas : Holohyalin 2. Granularitas : Afanitik 3. Fabrik a. Bentuk : Anhedral b. Relasi : Inequigranular Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata (%)

Mineral Utama Piroksin 76,67%

Mineral Pelengkap Olivin 25%

Mineral Tambahan Biotit 5%

Struktur : Massive

Nama batuan : BASALT ( Fenton, 1950 ) BASALT ( Travis, 1955) Simbol Batuan :

PRAKTIKUM PETROLOGI

(10)

HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor urut : 02

Nomor peraga : B.31

Warna lapuk : Putih Kecoklatan Warna segar : Abu-abu

Jenis batuan : Beku basa

Tekstur :

1. Kristalinitas : Hipokristalin

2. Granularitas : Porfiritik (Faneroporfiritik) 3. Fabrik

a. Bentuk : Subhedral b. Relasi : Ineqigranular Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Amphibol 63,33%

Mineral Pelengkap Biotit 26,67%

Mineral Tambahan Kuarsa 10%

Struktur : Massive

Nama batuan : GABRO PORPHYRI ( Fenton, 1940 ) GABRO PORFIRI ( Travis, 1955 ) Simbol Batuan :

-PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.

(11)

Nomor urut : 03 Nomor peraga : B.31 Warna lapuk : Cokelat

Warna segar : Hitam keabuan Jenis batuan : Beku basa

Tekstur :

1. Kristalinitas : Hipokristalin

2. Granularitas : Porfiritik (Faneroporfiritik) 3. Fabrik

a. Bentuk : Subhedral b. Relasi : Equigranular Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Piroksin 68,33%

Mineral Pelengkap Plagioklas 25%

Mineral Tambahan Amphibol 5%

Struktur : Massive

Nama batuan : GABRO PORPHYRI ( Fenton, 1940 ) PORFIRI TERALIT ( Travis, 1955 ) Simbol Batuan :

-PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA : ISHAK S.

HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130087

Nomor urut : 04

(12)

Warna lapuk : Hitam

Warna segar : Hitam kehijauan Jenis batuan : Beku ultra basa

Tekstur : 1. Kristalinitas : Holokristalin 2. Granularitas : Faneritik 3. Fabrik a. Bentuk : Euhedral b. Relasi : Equigranular Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Olivin 49,33%

Mineral Pelengkap Piroksin 25%

Mineral Tambahan Amphibol 10%

Struktur : Massive

Nama batuan : PERIDOTITE ( Fenton, 1940 ) PERIDOTITE ( Travis, 1955 ) Simbol Batuan :

PRAKTIKUM PETROLOGI

ACARA : BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA NAMA :ISHAK S.

HARI/TGL : MINGGU/26-04-2015 STB :09320130054

Nomor urut : 05

Nomor peraga :

(13)

Jenis batuan : Beku ultra basa Tekstur : 1. Kristalinitas : Holohyalin 2. Granularitas : Afanitik 3. Fabrik a. Bentuk : Anhedral b. Relasi : Inequigranular Komposisi mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata(%)

Mineral Utama Olivin 76,67%

Mineral Pelengkap Piroksin 18,33%

Mineral Tambahan Amphibol 8,33%

Struktur : Massive

Nama batuan : LIMBURGIT ( Fenton, 1940 ) LIMBURGIT ( Travis, 1955 ) Simbol Batuan :

-3.2 Pembahasan

3.2.1 BASALT ( Fenton, 1950 ) atau BASALT ( Travis, 1955 )

Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu warna hitam. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna lapuk. Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir luar,sehingga intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna cokelat.

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut (C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis batuan beku basa. Dimana kandungan SiO2 antara 45%-52%. Kristalinitas pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat

(14)

melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu Holohyalin,karena seluruh batuan tersusun atas gelas sebab sangat halus dan kristal-kristalnya sangat halus.

Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini granularitasnya yaitu afanitik tersusun atas kristal yang sangat halus.

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral. Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila

(15)

bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk Anhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 3.2.1.1 Bentuk Anhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular. Pada batuan ini menunjukan hubungan antar kristal yang ukuran butir dari kristal-kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang tidak sama besranya. Untuk lebih jelasnya perhatikan ganmbar dari relasi Inequigranular:

(16)

Gambar 3.2.1.2 Relasi Inequigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku ekstrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya Massiv, Sheeting Joint, Columnar Joint, dan Pillow Lava. Struktur Massiv yaitu struktur yang memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam. Struktur Sheeting Joint yaitu struktur dari batuan beku yang terlihat sebagai perlapisan dan Columnar Joint yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pinsil. Pillow Lava yaitu struktur batuan beku ekstrusif yang berbentuk seperti bantal yang bergumpal. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan beberapa gambaran struktur batuan beku ekstrusif.

(17)

Gambar 3.2.1.3 Struktur Columnar Joint

Gambar 3.2.1.4 Struktur Pillow Lava (Lava bantal)

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang terdapat pada Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan skema yang menunjukan urutan kristal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku. Dimana deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk batuan beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta

(18)

suhu-suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen Series (Bowen Reaction Series):

Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas

(MgFe)2SiO4 Anortit Ca

(CaAl,SiO8) Ultrabasa

(1000-1100)oC Piroksin Bitownit

(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik

Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin

K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik

Oligoklas (Na-Ca-AlSilika) Albit (Na-AlSilika) Na -(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi 3O8) Granitik (600-700)oC Muskovit (KAl(OH) 2(AlSi3O10) (573-600)oC Kuarsa (SiO 2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan BASALT yaitu komposisi mineral utama adalah Hornblende, mineral pelengkap adalah Olivin, dan mineral tambahan yaitu Biotit.

(19)

A. Mineral Utama 1. Hornblende

Hornblende memiliki unsur kimia K2(Mg,Fe)AlSi3O8. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam kehijauan. Sistim kristalnya yaitu monoklin.

B. Mineral Pelengkap 1. Olivine

Olivine mempunyai unsur kimia (Mg,Fe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5-7 Skala Mosh,dan warnanya kuning sampai kuning kehijauan. Sistim kristalnya yaitu orthorombik

2. Plagioklas

Plagioklas mempunyai komposisi kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)SiO8.

Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh,dan warna mineralnya hijau kehitaman. Bentuk kristalnya hexagonal

C. Mineral Tambahan 1. Biotit

Biotit memiliki komposisi kimia K2(Mg,Fe)2(OH)2. Memiliki kekerasan 3 Skala Mosh dan warna mineralnya hitam. Sistim kristalnya monoklin Tabel komposisi mineral dari batuan di atas antara lain :

Tabel 3.2.1.1 Komposisi Mineral

Mineral Nama Mineral Presentase

Rata-Rata

Utama Plagioklas, Olivin, Blotit 73%

Pelengkap Hornblende 14%

(20)

Gambar 3.2.1.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini bernama BASALT (Fenton,1940) atau BASALT (Travis,1955).

(21)

Gambar 3.2.1.6 Skala Travis (1955)

Proses pembentukan (genesa) dari batu BASALT (Fenton,1940) atau BASALT (Travis,1955) yaitu secara ekstrusif yang artinya terbentuk diatas permukaan bumi . BASALT adalah batuan beku vulkanik yang berasal dari pembekuan magma yang berkomposisi basa di permukaan bumi atau dekat permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng suatu samudra dunia. BASALT adalah umum ekstrusif batuan vulkanik. BASALT alkali khas dijumpai di daerah kerak benua yang terangkat berbentuk kubah (updomed continental crust) dan pulau-pulau oceanic yang mengalami rifting (rifted continental crust) seperti kepulau-pulauan hawai. BASALT teolitik khas di jumpai di lantai samudra atau sebagai lava ekstrusi yang sangat besar sehingga membentuk placeau di kerak benua. Contohnya peccan trap di India. Batuan BASALT berasosiasi dengan GRANIT, SHALE,BATUPASIR, BASALT POROHYRI, BATU TUFF, BATU LAPILLI, BATU METABASALT , serta AMPHIBOLIT. Kegunaan dari BASALT antara lain untuk batu bangunan, material lokal pengaspalan jalan, dan produksi serabut kaca. Ada juga digunakan untuk pondasi

(22)

Gambar 3.2.1.7 BASALT (Fenton,1940) BASALT (Travis,1955)

Hornblende(Mineral Utama) Olivine/Plagioklas(Mineral Pelengkap) Biotit(Mineral Tambahan)

3.2.2 GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau GABRO PORFIRI (Travis,1955) Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu warna hitam keabuan. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna lapuk. Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir luar,sehingga intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna putih kecokelatan.

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut (C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis

(23)

batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu Hipokristalin,karena sebagian kristal dapat terlihat dan sebagian gelas (amorf).

Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini granularitasnya yaitu porfiritik(faneroporfiritik) yang artinya fenokrisnya tertanam dalam massa dasar yang masih terlihat oleh mata telanjang.

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral. Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian

(24)

saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk Subhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

Gambar 3.2.2.1 Bentuk Subhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular. Pada batuan ini menunjukan hubungan antar kristal yang ukuran butir dari kristal-kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang tidak sama besranya. Untuk lebih jelasnya perhatikan ganmbar dari relasi Inequigranular.

(25)

Gambar 3.2.2.2 Bentuk Inequigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

A. Konkordan

Konkordan ialah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan batuan ini yaitu:

1. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan yang ada di sekitarnya.

2. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome). Dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibay penerobosan batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter Laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.

(26)

3. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith. Yaitu bentuk tubuh batuan beku yang modelnya cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

B. Diskordan

Diskordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

1. Dyke /Dike, yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan batuan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.

2. Batolith, yaitu tubuh batuan beku yang memiliki ukuran sangat besar yaitu>100 Km2 dan membeku pada kedalamanyang besar.

3. Stock, yaitu tubuh batuan beku yang mirip dengan batolith,hanya saja ukuran dari stock lebih kecil dari batolith.

Gambar 3.2.2.3 Struktur tubuh Intrusi Batuan Beku

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang terdapat pada Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan

(27)

Dimana deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk batuan beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta suhu-suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen Series (Bowen Reaction Series):

Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas

(MgFe)2SiO4 Anortit Ca

(CaAl,SiO8) Ultrabasa

(1000-1100)oC Piroksin Bitownit

(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik

Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin

K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik

Oligoklas (Na-Ca-AlSilika) Albit (Na-AlSilika) Na -(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi 3O8) Granitik (600-700)oC Muskovit (KAl(OH) 2(AlSi3O10) (573-600)oC Kuarsa (SiO 2)

(28)

Komposisi mineral dari batuan GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau GABRO PORFIRI (Travis,1955) yaitu komposisi mineral utama adalah Amphibol, mineral pelengkap adalah Biotit, dan mineral tambahan yaitu Kuarsa.

A. Mineral Utama 1. Amphibol

Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim kristalnya monoklin.

B. Mineral Pelengkap 1. Biotit

Biotit memiliki unsur kimia K(Mg,Fe)3 (AlSi3O10)(OH)2. Memiliki kekerasan 2,5-3 Skala Mosh dan warnanya hijau cokelat sampai hitam. Sistim kristalnya monoklin.

C. Mineral Tambahan 1. Kuarsa

Kuarsa memiliki unsur kimia SiO2. Memiliki suatu kekerasan 7 Skala Mosh dan berwarna putih hingga bening. Sistim kristalnya hexagonal.

Tabel 3.2.2.1 Komposisi Mineral

Mineral Nama Mineral Presentase

Rata-Rata

Utama Amphibole 63,33%

Pelengkap Biotit 26,67%

(29)

Gambar 3.2.2.4. Persesntase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini bernama GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau GABRO PORFIRI (Travis,1955).

(30)

Gambar 3.2.2.5 Skala Fenton (1940)

Gambar 3.2.2.6 Skala Travis

Prose pembentukan (genesa) batuan ini terbentuk di bawah permukaan dan termasuk dalam batuan beku intrusif namun terbentuk di korok(gang),karena tekstur bersifat porfiri. Terbentuk pada suhu 10000C-12000C, dan pada kedalaman 15-50

Km. Dalam perjalanan sebelum sampai ke permukaan bumi proses pembentukannya diawali dengan proses naiknya magma dari perut bumi diakibatkan oleh prose konveksi(arus konveksi). Arus konveksi adalah adalah arus yang berputar berlawanan yang terletak di bawah permukaan bumi(litosfer) yang menggerakan lempeng(kerak benua dan samudra). Sebelumnya juga arus konveksi dapat menyebabkan gejala struktur seperti perlipatan,dan patahan(sesar). Arus konveksi merupakan teori dari Harry Hess (1962). Dimana Harry Hess (1962) dalam bukunya menuliskan “Arus Konveksi dan Pergeseran Lempeng Menyebabkan Terbentuknya Relief Muka Bumi.”

(31)

Gambar 3.2.2.7 Arus Konveksi

Sebelum mencapai permukaan bumi magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi komposisi. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua,yaitu differensiasi magma dan asimilasi magma. Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plagioklas kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. hornblende 1000⁰C - 900⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C dan yang terakhir feldspar pada suhu 800⁰C - 700⁰C. proses kristalisasi mingral dapat berlangsung sempurna (Subhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung cepat. Ini menyebabkan tekstur bersifat Faneroporfiritik. Aggregasi dari

(32)

mineral-mieral di atas membentuk batuan GABRO PORPHYRI (Fenton, 1940) atau GABRO PORFIRI (Travis,1955). Yang terbentuk di dalam permukaan bumi,yaitu di celah-celah kerak bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Proses eksogen yaitu proses yang terjadi atau berasal dari permukaan bumi,contohnya erosi. Batuan akan tersingkap setelah batuan yang diatasnya yang menutupi batuan sebelumnya mengalami erosi atau terus menerus akan terkikis hingga lapuk.

Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku, misal : GABRO dan GRANIT PORFIRI. Pada batuan sedimen BATU PASIR, dan BATU GAMPING, dan pada batuan piroklatik yaitu BATU TUFF dan BATU LAPILLI. Serta pada batuan metamorf yaitu BREKSI dan AMPHIBOLIT.

Kegunaan dari batuan ini yaitu untuk di gunakan sebagai dasar bangunan beton dan perbaikan jalan.untuk secara spesifik kegunaan dari batuan ini belum diketahui. Ahli-ahli ilmu geologi masih meneliti dan mengembangkan tentang manfaat batuan ini.

Amphibol Kuarsa

(33)

Gambar 3.2.2.8 GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) PORFIRI GABRO (Travis,1955)

3.2.3 GABRO POFIRI (Fenton,1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955) Warna segar merupakan warna yang alamia dari suatu batuan dimana belum terjadi kontak langsung dengan atmosfir luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu warna hitam keabuan. Disamping itu warna pada batuan terdapat warna lapuk. Warna lapuk yaitu warna yang sudah terkontaminasi oleh atmosfir luar,sehingga intensitas warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini yaitu warna cokelat.

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (silika) menurut (C.L.Hugnes,1962) dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis batuan beku basa. Dimana kandungan SiO2 antara 45%-52%. Kristalinitas pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat,maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair kepadat,sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat,maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat,maka kristal tidak akan terbentuk,karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga dihasilkan gelas. Tingkat kristalinitas batuan beku dapat dibagi menjadi tiga,yaitu Holokristalin atau seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral. Hipokristalin atau bila batuan beku terdiri dari sebagian gelas dan sebagian kristal. Holohyalin atau bila seluruh batuan tersusun oleh gelas. Pada batuan ini kristalinitas yang dapat ditunjukan yaitu Hipokristalin,karena sebagian kristal dapat terlihat dan sebagian gelas (amorf).

Granularitas dalam batuan beku menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Dalam granularitas terbagi atas tiga,yaitu Faneritik atau kristal-kristal dari mineral penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata telanjang atau kaca pembesaran 10x. Porfiritik adalah dimana kristal-kristal besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Dapat berupa butiran kristal yang halus yang dibedakan menjadi dua yaitu faneroporfiritik atau bila butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran kecil( massa dasar yang dapat dikenal dengan mata telanjang), dan

(34)

porfiroafanitik atau bila butiran-butiran mineral(fenokris) dikelilingi massa dasar afanitik. Granularitas yang terakhir yaitu Afanitik atau ukuran kristal-kristal mineral sangat halus,sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Pada batuan ini granularitasnya yaitu porfiritik (faneroporfiritik) yang artinya fenokrisnya tertanam dalam massa dasar yang masih terlihat oleh mata telanjang.

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar,dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk Euhedral,Subhedral,dan Anhedral. Bentuk Euhedral yaitu bentuk kristal yang baik dan dibatasi ileh bidang-bidang kristal yang jelas. Subhedral yaitu bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal. Sedangkan Anhedral yaitu bentuk apabila bidang batas kristal tidak jelas. Bentuk yang terdapat dalam deskripsi ini yaitu bentuk Subhedral. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini:

(35)

Gambar 3.2.3.1 Bentuk Subhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular. Equigranular yaitu kristal yang menyusun batuan hampir sama besar. Sedangkan Inequigranular yaitu ukuran butir dari kristal-kristal yang penyusunnya tidak sama besar. Relasi yang terdapat pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Equigranular. Pada batuan ini menunjukan hubungan antar kristal yang ukuran butir dari kristal-kristal penyusunnya menunjukan ukuran yang sama besranya. Untuk lebih jelasnya perhatikan ganmbar dari relasi Equigranular:

.

Gambar 3.2.3.2 Relasi Equigranular

Struktur dari batuan ini yaitu struktur dari batuan beku intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

(36)

Konkordan ialah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan batuan ini yaitu:

1. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan yang ada di sekitarnya.

2. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome). Dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibay penerobosan batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter Laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter. 3. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith.

Yaitu bentuk tubuh batuan beku yang modelnya cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

B. Diskordan

Diskordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

1. Dyke /Dike, yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan batuan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.

2. Batolith, yaitu tubuh batuan beku yang memiliki ukuran sangat besar yaitu>100 Km2 dan membeku pada kedalamanyang besar.

3. Stock, yaitu tubuh batuan beku yang mirip dengan batolith,hanya saja ukuran dari stock lebih kecil dari batolith.

(37)

Gambar 3.2.3.3 Struktur tubuh Intrusi Batuan Beku

Mineral-mineral pembentuk batuan beku pada umumnya yang terdapat pada Reaksi Bowen Series ( Bowen Reaction Series ). Reaksi ini merupakan skema yang menunjukan urutan kristal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku. Dimana deret deret tersebut merupakan suatu deret mineral-mineral pembentuk batuan beku,baik yang terbentuk diawal maupun terbentuk diakhir,lengkap beserta suhu-suhu terbentuknya mineral tersebut. Perhatikanlah skema dari Reaksi Bowen Series (Bowen Reaction Series):

Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas

(MgFe)2SiO4 Anortit Ca

(CaAl,SiO8) Ultrabasa

(1000-1100)oC Piroksin Bitownit

(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik

Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin

K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik

Oligoklas (Na-Ca-AlSilika) Albit (Na-AlSilika) Na -(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi 3O8) Granitik

(38)

(600-700)oC Muskovit (KAl(OH)

2(AlSi3O10)

(573-600)oC Kuarsa (SiO 2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955) yaitu komposisi mineral utama adalah Piroksin, mineral pelengkap adalah Plagioklas, dan mineral tambahan yaitu Amphibol.

A. Mineral Utama 1. Piroksin

Piroksin memiliki rumus atau unsur kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna abu-abu kehitaman. Sistim kristalnya trombofik dan triklin

B. Mineral Pelengkap 1. Plagioklas

Plagioklas memiliki unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(SiO2)(OH)2. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan warnanya hitam. Sistim kristalnya monoklin.

C. Mineral Tambahan 1. Amphibol

Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim kristalnya monoklin.

Tabel 3.2.3.1 Komposisi Mineral

Mineral Nama Mineral Presentase

Rata-Rata

Utama Piroksin 63,33%

(39)

Gambar 3.2.3.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan kenampakan mineral dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini bernama GABRO PORPHYRI (Fenton,1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955). Gambar 3.2.3.5 Skala Fenton (1940)

(40)

Gambar 3.2.3.6 Skala Travis (1955)

Prose pembentukan (genesa) batuan ini terbentuk di bawah permukaan dan termasuk dalam batuan beku intrusif namun terbentuk di korok(gang),karena tekstur bersifat porfiri. Terbentuk pada suhu 11000C-10000C, dan pada kedalaman 15-50

Km. Batuan ini berasal dari suatu pencampuran batuan atau magma basa(silika rendah) sehingga menhasilkan batuan beku basa. Batuan ini berasal dari magma teralit yang membeku di korok atau gang. Dalam perjalanan sebelum sampai ke permukaan bumi proses pembentukannya diawali dengan proses naiknya magma dari perut bumi diakibatkan oleh prose konveksi(arus konveksi). Arus konveksi adalah adalah arus yang berputar berlawanan yang terletak di bawah permukaan bumi(litosfer) yang menggerakan lempeng(kerak benua dan samudra). Sebelumnya juga arus konveksi dapat menyebabkan gejala struktur seperti perlipatan,dan patahan(sesar). Arus konveksi merupakan teori dari Harry Hess (1962). Dimana Harry Hess (1962) dalam bukunya menuliskan “Arus Konveksi dan Pergeseran Lempeng Menyebabkan Terbentuknya Relief Muka Bumi.”

(41)

Gambar 3.2.2.7 Arus Konveksi

Sebelum mencapai permukaan bumi magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma homogen dalam fraksi-fraksi komposisi. Adapun proses pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua,yaitu differensiasi magma dan asimilasi magma. Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plagioklas kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. hornblende 1000⁰C - 900⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C dan yang terakhir kuarsa pada suhu 600⁰C - 573⁰C. Proses kristalisasi mineral dapat berlangsung sempurna (Subhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung tidak cepat maupun lambat . Ini menyebabkan tekstur bersifat porfiritik (Faneroporfiritik). Aggregasi dari mineral-mieral di atas membentuk batuan GABRO PORPHYRI (Fenton, 1940) atau PORFIRI TERALIT (Travis,1955). Yang terbentuk di dalam permukaan bumi,yaitu di celah-celah kerak bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga

(42)

tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Proses eksogen yaitu proses yang terjadi atau berasal dari permukaan bumi,contohnya erosi. Batuan akan tersingkap setelah batuan yang diatasnya yang menutupi batuan sebelumnya mengalami erosi atau terus menerus akan terkikis hingga lapuk.Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku, misal : HERZOLITE dan KIMBERLIT. Pada batuan sedimen BATU PASIR, dan BATU LEMPUNG, dan pada batuan piroklastik yaitu BATU TUFF dan BATU LAPILLI. Serta pada batuan metamorf yaitu BREKSI dan KONGLOMERAT.

Kegunaan dari batuan ini yaitu untuk di gunakan sebagai dasar bangunan beton dan perbaikan jalan.untuk secara spesifik kegunaan dari batuan ini belum diketahui. Ahli-ahli ilmu geologi masih meneliti dan mengembangkan tentang manfaat batuan ini.

Ganbar 3.2.3.8 GABRO

PORPHYRI (Fenton, 1940)

PORFIRI TERALIT (Travis,1955).

Piroksin Plagiokl as

(43)

Warna segar merupakan yang alami dari suatu batuan dimana belum terjadi kontak langsung atmosfer luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu hitam kehujauan. Di samping itu warna pada batuan juga terdapat juga warna lapuk. Warna lapuk yaitu warna batuan yang sudah terkontaminasi oleh atmosfer luar sehingga intentitasnya warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini adalah hitam.

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (Silika) menurut ( C.L.

Hugnes, 1962). Dan dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis batuan beku ultrabasa. Dimana kandungan SiO2 kurang dari 45% Kristalinitas

pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tinggat kristalinitas batuan beku dapat di bagi menjadi tiga yaitu holokristalin, hipokristalin, dan holohyalin. Pada batuan ini yaitu holokristalin yaitu pada batuan ini tersusun oleh semua kristal.

Granularitas dalam batuan beku mengukur derajat keasaman ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Granularitas terbagi atas tiga, yaitu porfiritik (Fanerororfiritik dan Porfiroafanitik), Afanitik, dan Faneritik). Pada batuan ini granularitasnya yaitu feneritik yang artinya kristal – kristal dari batuan ini tampak jelas dan bisa di lihat dengan mata telanjang.

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar padat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Bentuk kristal dibedakan menjadi tiga yaitu Euhedral, Subhedral, dan Anhedral yang terdapat pada deskripsi yaitu bentuk Euhedral yang artinya bentuk bidang batas dari kristal dapt bervariasi kombinasi dari bentuk jelek dengan bentuk bagus. untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

(44)

Gambar 3.2.4.1 Bentuk Euhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular, dan pada deskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular yaitu ukuran butir kristal yang menyusunnya tidak sama besarnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dari relasi Inequigranular.

(45)

Struktur batuan ini yaitu massive/kompak yaitu struktur yang memperlihatkan susunan mineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori, penjajaran mineral atau pun bentuk aliran. Batuan ini memiliki struktur batuan beku intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya yang berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkor dan diskordan. Dimana konkordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu Sill ( tubuh batuan berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya), Laccolith( tubuh batuan yang berbentuk kubah/dome), dan Lopolith ( sama dengan laccolith, tetapi bentuk tubuh cembung ke bawah), dan Diskordan yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan pada batuan disekitarnya. Jenis – jenis tubuh batuan ini \yaitu Dyke ( tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang), Batolith ( tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu lebih dari 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar )dan

Stock ( tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil ) gambar dari struktur batuan beku, antara lain :

(46)

Reaksi seri bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku.

Bowen’s Reaction Series

Mafic Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas

(MgFe)2SiO4 Anortit Ca

(CaAl,SiO8) Ultrabasa

(1000-1100)oC Piroksin Bitownit

(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik

Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin

K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik

Oligoklas (Na-Ca-AlSilika) Albit (Na-AlSilika) Na -(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi 3O8) Granitik (600-700)oC Muskovit (KAl(OH) 2(AlSi3O10) (573-600)oC Kuarsa (SiO 2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan PERIDOTITE yaitu mineral utama olivin, mineral pelengkap olivin, piroksi dan mineral tambahan amphibol.

(47)

1. Olivin

Olivin memilki unsur kimia K2(MgFe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5 -7 (skala mosh) dan berwarna kuning kehijauan. Sistem kristalnya yaitu orthorombik.

B. Mineral Pelengkap 1. Piroksin

Piroksin memiliki rumus atau unsur kimia (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna abu-abu kehitaman. Sistim kristalnya trombofik dan triklin.

C. Mineral Tambahan 1. Amphibol

Amphibol memiliki rumus atau unsur kimia Ca(Mg,Fe)5(AlSi3O10)(OH)2. Memiliki kekerasan 5-6 Skala Mosh dan berwarna hitam. Sistim kristalnya monoklin.

Tabel. 3.2.4.1 Tabel Persentase Mineral

Mineral Nama Mineral Rata-Rata

Utama Olivin 49,33%

Pelengkap Piroksin 25%

(48)

Gambar 3.2.4.4 Persentase Kenampakan Mineral

Berdasarkan pengamatan diatas dapat diinterprestasikan bahwa batuan ini bernama PERIDOTITE ( Travis 1940) atau PERIDOTITE (Travis, 1955)

Gambar 3.2.4.5 Klasifikasi Fenton (1940)

(49)

Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plabioksis kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. Piroksin 1100⁰C - 1000⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C.. proses kristalisasi mingral dapat berlangsung sempurna (Anhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung cepat. Ini menyebabkan tekstur bersifat Fangroporitik. Aggregasi dari mineral-mieral di atas membentuk batuan PERIDOTIT(fenton 1940) atau PERIDOTIT (Travis 1955). Yang terbentuk didalam permukaan bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi. Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku misal gabro porfiri dan granit. Pada batuan sedimen yaitu breksi dan konglomerat. Pada batuan piroklastik batu pasir dan lempung, dan pada batuan metamorf yaitu marmer dan sabak. Kegunaan dari PERIDOTIT digunakan sebagai bhn bangunan dan bernilai ekonomis yang dapat di pakai sebagai btu permata buat ornamen pada perhiasan

(50)

Gambar 3.2.4.7 PERIDOTITE (Fenton,1940) Olivin PERIDOTITE (Travis,1955)

3.2.5 LIMBURGIT ( Fenton, 1950 ) atau LIMBURGIT ( Travis, 1955 )

Warna segar merupakan yang alami dari suatu batuan dimana belum terjadi kontak langsung atmosfer luar. Warna pada batuan ini memiliki warna segar yaitu hitam. Di samping itu warna pada batuan juga terdapat juga warna lapuk. Warna lapuk yaitu warna batuan yang sudah terkontaminasi oleh atmosfer luar sehingga intentitasnya warnanya berubah warna lapuk dari batuan ini adalah hitam kecokelatan.

Jenis batuan yang dimaksud sesuai kandungan SiO2 (Sikka) menurut ( C.L. Hugnes, 1962). Dan dalam klasifikasi batuan beku dimana batuan ini merupakan jenis batuan beku ultrabasa. Dimana kandungan SiO2 kurang dari 45% Kristalinitas pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tinggat kristalinitas batuan beku dapat di bagi menjadi tiga yaitu holeskristalin, hipokristalin, dan holohyalin. Pada batuan ini yaitu hipokristalin yaitu pada batuan ini tersusun oleh sebagian gela dan sebagian kristal.

Granularitas dalam batuan beku mengukur derajat keasaman ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Granularitas terbagi atas tiga, yaitu porfiritik (Fanerororfiritik dan Porfiroafanitik), Afanitik, dan Faneritik). Pada batuan ini

(51)

granularitasnya yaitu faneroporfiritik yang artinya paa batuan ini lebih banyak di lihat kristalnya dari pada massa dasarnya

Bentuk merupakan ukuran kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar padat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Bentuk kristal dibedakan menjadi tiga yaitu Euhedral, Subhedral, dan Anhedral yang terdapat pada deskripsi yaitu bentuk Anhederal yang artinya dimana kesempurnaan dari bentuk kristal dari batuan ini yang bidang batas dari kristalnya tidak jelas sehingga masuk dalam klasifikasi bentuk Anhedral untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

.

Gambar 3.2.4.1 Bentuk Anhedral

Relasi adalah hubungan antar butir kristal yang menyusun dari batuan. Relasi dibagi menjadi dua yaitu Equigranular dan Inequigranular, dan pada peskripsi ini yaitu relasi yang menunjukan relasi Inequigranular yaitu ukuran butir kristal yang menyusunnya tidak sama besarnya. Untuk lebih jelasnya perhatika gambar dari relasi Inequigranular.

(52)

Gambar 3.2.4.2 Relasi Inequigranular

Struktur batuan ini yaitu massive/kompak yaitu struktur yang memperlihatkan susunan mineral-mineral yang kompak tanpa adanya pori-pori, penjajaran mineral atau pun bentuk aliran. Batuan ini memiliki struktur batuan beku intrusif yaitu batuan beku yang proses pembekuannya yang berlangsung di bawah permukaan bumi. Batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkor dan diskordan. Dimana konkordan yaitu tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu SILL ( tubuh batuan berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya), Laccolith ( tubuh batuan yang berbentuk kubah/dome), dan Lopolith ( sama dengan laccolith, tetapi bentuk tubuh cembung ke bawah), dan Diskordan yaitu tubuh batuan beku yang memotong perlapisan pada batuan disekitarnya. Jenis – jenis tubuh batuan ini \yaitu Dyke ( tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang), Batolith ( tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu lebih dari 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar )dan Stock ( tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil ) gambar dari struktur batuan beku, antara lain :

(53)

Gambar 3.2.4.4 sturuktur batuan beku

Reaksi seri bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku.

Mafic Bowen’s Reaction Series Felsic

High Temp. Deret Diskontinu Deret Kontinu Basa

(1100-1200)oC Olivin Plagioklas

(MgFe)2SiO4 Anortit Ca

(CaAl,SiO8) Ultrabasa

(1000-1100)oC Piroksin Bitownit

(Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti)Si2O6 (Ca-Na-AlSilika)

(900-1000)oC Amphibole Labradorit Basaltik

Ca2(MgFe)5(Si8O22)(OH)2 (Ca-Na-AlSilika)

(800-900)oC Biotit Andesin

K2(MgFe)2(OH)2AlSi3O10 (Na-Ca-AlSilika) Andesitik

Oligoklas (Na-Ca-AlSilika)

Albit

(54)

(Na-AlSilika) Na -(700-800)OC K. Feldspar (K-AlSi 3O8) Granitik (600-700)oC Muskovit (KAl(OH) 2(AlSi3O10) (573-600)oC Kuarsa (SiO 2)

Low Temp. Asam

Komposisi mineral dari batuan LIMBURGIT yaitu mineral utama hornblende, mineral pelengkap olivin, plagioklas dan mineral tambahan biotit.

A. Mineral Utama 1. Olivin

Olivin memilki unsur kimia K2(MgFe)2 SiO4. Memiliki kekerasan 6,5 -7 (skala mosh) dan berwarna kuning kehijauan. Sistem kristalnya yaitu orthorombik.

B. Mineral Pelengkap 1. Piroksin

Piroksin mempunyai unsur kimia (Mg,Fe) 2 Si O4 memiliki kekerasan 6,5-7 (skala most), dan warna kuning sampai kuning kehijauan. Sistem kristalnya yaitu Orthromisik

C. Mineral Tambahan 1. Plagioklas

Plagioklas mempunyai komposisi kimia (Ca, Mg, Fe, Na, Al, Ti) Si2O6, memiliki kekerasan 5-6 (skala most), dan warna mineralnya abu – abu kehitaman. Bentuk kristalnya monoklin .

Tabel komposisi mineral antara lain.

(55)

Utama Olivin 72%

Pelengkap Pirokin 25%

Tambahan Plagioklas 3%

Presentase Kenampakkan Mineral :

Berdasarkan pengamatan diatas dapat diinterprestasikan bahwa batuan ini bernama LIMBURGIT ( Travis 1940) atau LIMBURGIT (Travis, 1955)

LIMBURGI T

LIMBURGI T

(56)

Differensasi kristalisasi yang melibatkan pemisahan kristal yang membentuk dengan cairan magma dan differensasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan silika rendah (magma bsa dengan magma yang tinggi kandungan silikanya magma asam dan dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reksis series, yang dengan pembentukan mineral plabioksis kemudian olivin pada suhu 1200⁰C - 1100⁰C. Piroksin 1100⁰C - 1000⁰C, Biotit 900⁰C - 800⁰C.. proses kristalisasi mingral dapat berlangsung sempurna (Anhedral) proses kristalisasi mineral yang berlangsung cepat. Ini menyebabkan tekstur bersifat Fangroporitik. Aggregasi dari mineral-mieral di atas membentuk batuan LIMBURGIT (fenton 1950) atau LIMBURGIT (Travis 1955). Yang terbentuk didalam permukaan bumi. Batuan ini tersingkap pada daerah yang dekat dengan gunung api. Tenaga endogen juga bisa di sebut juga tenaga tektonik. Tenaga endogen adalah terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga endogen sering menekan disekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (Litosfer). Sedangkan tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang membentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan

LIMBURGIT

(57)

Asosiasi dari batuan ini yaitu batuan beku misal gabro porfiri dan granit. Pada batuan sedimen yaitu breksi dan konglomerat. Pada batuan piroklastik batu pasir dan lempung, dan pada batuan metamorf yaitu marmer dan sabak.

Kegunaan dari LIMBURGIT digunakan sebagai bhn bangunan dan bernilai ekonomis yang dapat di pakai sebagai btu permata buat ornamen pada perhiasan

Gambar 3.2.4.5 Batuan Limburgit

Gambar 3.2.5.6 LIMBURGIT (Fenton,1940)

LIMBURGIT (Travis,1955) Olivine

Gambar

Gambar 3.2.1.4 Struktur Pillow Lava (Lava bantal)
Tabel 3.2.1.1 Komposisi Mineral
Gambar 3.2.1.4 Persentase Kenampakan Mineral
Gambar 3.2.1.6 Skala Travis (1955)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk tubuh memanjang, bukan silinder; memiliki panjang 5,9-8,25 mm, lebar 0,7-2 mm; ujung anterior tanpa duri; esofagus pendek; tidak memiliki kantong cirrus;

Kesimpulan yang dapat diambil adalah ikan Cakalang yang didaratkan di PPP Sadeng memiliki sifat pertumbuhan allometrik positif dengan bentuk tubuh agak pipih,

Ikan nila ( Oreochromis niloticus ) merupakan jenis ikan air tawar dengan bentuk tubuh pipih memanjang dan warna putih kehitaman. Ikan nila telah tersebar di

Alat pemeluk ( hug machine ) jenis inflating wrap disusun dari busa yang dibungkus menggunakan kain dengan bentuk memanjang mengikuti bentuk tubuh, kemudian

Ikan jenis clarias termasuk ikan lele, memiliki ciri tubuh yang memanjang atau lonjong, kulit tubuhnya tidak bersisik dan licin, sirip punggungnya memanjang pada

Alat pemeluk (hug machine) jenis inflating wrap disusun dari busa yang dibungkus menggunakan kain dengan bentuk memanjang mengikuti bentuk tubuh, kemudian terdapat

(2) Aplikasi ini memiliki fitur pindai marker yang digunakan untuk melakukan pemindaian mengenai jenis batuan beku untuk mendapatkan detail informasi, dan (3) Pada

Kesimpulan yang dapat diambil adalah ikan Cakalang yang didaratkan di PPP Sadeng memiliki sifat pertumbuhan allometrik positif dengan bentuk tubuh agak pipih,