• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN (ROPP) PENGKAJIAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

(ROPP)

PENGKAJIAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS

SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN

DI PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

ii

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

(ROPP)

PENGKAJIAN SISTEM USAHA AGRIBISNIS

SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN

DI PROVINSI BENGKULU

Oleh : Zul Effendi

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

(3)

1

RENCANA OPERASIONAL PENELITIAN PERTANIAN

Nomor : 26/1801.013/014/ROPP/2014

1. JUDUL RPTP : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah Pada Sentra Pengembangan Di Provinsi Bengkulu

2. SUMBER DANA : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2014

3. PROGRAM : Penciptaan Teknologi dan

Varietas Unggul Berdaya Saing a. Komoditas : Sapi Perah

b. Bidang Riset : Riset Terapan b. Jenis Kegiatan : Pengkajian c. Status ROPP : Lanjutan

4. JUDUL KEGIATAN : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah Pada Sentra Pengembangan Di Provinsi Bengkulu

5. LOKASI PENELITIAN : Kabupaten Kepahiang

6. PENELITI YANG TERLIBAT :

o Peneliti : 2 Orang o Calon Penyuluh : 1 orang o Teknisi : 1 Orang

7. TUJUAN

1. Mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha agribisnis sapi perah disentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2. Mendapatkan rekomendasi pengembangan usaha agribisnis sapi perah disentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

3. Meningkatkan kualitas pakan melalui penerapan teknologi probiotik dan fermentasi HMT non rumput (dedak/kulit kopi).

(4)

2

8. LATAR BELAKANG

Sapi perah merupakan salah satu komoditas unggulan peternakan yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yaitu susu. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006) susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponen atau ditambah bahan-bahan lain. Dalam peringatan Hari Susu Nasional tahun 2010 di Lembang , Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bachrudin mengatakan bahwa produksi susu dalam negeri baru memenuhi 26% konsumsi nasional. Sebanyak 74% masih dipenuhi oleh susu impor. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Erwidodo (1998) dan (Swastika et al., 2005) menyatakan bahwa peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh. Komposisi peternak sapi perah diperkirakan terdiri dari 80 persen peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor, 17 persen peternak dengan kepemilikan sapi perah empat sampai tujuh ekor, dan tiga persen kepemilikan sapi perah lebih dari tujuh ekor.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang berpotensi menghasilkan susu di Indonesia selain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan daerah konsentrasi penghasil susu (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009). Jumlah populasi sapi perah di Provinsi Bengkulu sebanyak 783 ekor yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lebong sebanyak 9 ekor, Kabupaten Kepahiang 291 ekor serta Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 483 ekor (BPS Bengkulu, 2011). Kabupaten Rejang Lebong yang memiliki jumlah populasi paling menjadikan Kabupaten ini sebagai sentra pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

Produksi susu di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 mencapai 1.127,93 liter sangat lebih kecil bila dibandingkan produksi susu Provinsi

(5)

3

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masing-masing mencapai 262.176,94 liter, 100.149,74 liter dan 528.099,96 dengan jumlah total produksi susu di Indonesia pada tahun tersebut sebanyak 909.532,82 liter (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2010). Rendahnya produksi ini disebabkan karena peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan kebanyakan terlalu banyak memelihara sapi perah non produktif dan tidak sebanding dengan jumlah pemeliharaan sapi perah laktasi. Sapi perah non produktif ini terdiri dari pedet, dara muda ataupun dara dewasa. Kemampuan sapi perah dalam menghasilkan susu ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan pemberian pakan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi susu antara lain umur, musim beranak, masa kering, masa kosong, besar sapi, manajemen pemeliharaan dan pakan. Sapi perah umur dua tahun akan menghasilkan susu sekitar 70 sampai 75 persen dari produksi susu tertinggi sapi yang bersangkutan. Pada umur tiga tahun akan menghasilkan susu 80 sampai 85 persen, sedangkan umur empat sampai lima tahun menghasilkan susu 92 sampai 98 persen (Schmidt dan Hutjuers, 1998 dalam Pradana 2010).

Pemasaran produksi peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu baru meliputi wilayah setempat. Peternak menjual hasil produksi mereka langsung ke industri rumah tangga dengan harga Rp 5.000,- per liter kemudian industri rumah tangga tersebut mengolah susu segar dari peternak menjadi susu pasteurisasi, kemudian hasil susu pasteurisasi tersebut langsung dijual kepada konsmen lokal dengan kemasan yang sangat sederhana dengan harga jual Rp 8.000,- per liternya. Kondisi inilah yang mengakibatkan pendapatan peternak menjadi rendah. Pendapatan yang mereka peroleh selama ini hanya cukup dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga padahal biaya produksi yang mereka keluarkan cukup tinggi dikarenakan peternak juga memelihara sap perah yang sudah tidak produktif. Sapi perah non produktif dipelihara untuk menggantikan sapi perah induk yang sudah tidak ekonomis lagi kalau dipelihara. Dalam pengelolaan, biaya pemeliharaan sapi perah non produktif tersebut menjadi beban dari sapi perah yang sedang produktif. Dengan demikian dalam perhitungan agribisnis, sapi perah laktasi disamping harus

(6)

4

membiayai dirinya sendiri, harus pula menanggung biaya sapi-sapi perah non produktif.

Peternak di sentra pengembangan dalam usahanya memiliki kelembagaan berupa kelompoktani sapi perah yang beranggotakan beberapa orang peternak sapi perah. Kelembagaan ini dibentuk dengan harapan dapat menjadi sarana bagi peternak untuk mengambangkan usahanya. Namun pada pelaksanaannya, kelembagaan ini belum bisa memberikan banyak kontribusi kepada peternak. Karena itu peningkatan produksi, pemasaran yang menguntungkan dan efisien serta perbaikan manajemen serta pembinaan kelembagaan peternak secara berkelanjutan menjadi suatu hal yang penting sehingga perlu dilakukan pengkajian untuk mendapatkan suatu sistem yang dapat diaplikasikan oleh peternak sapi perah untuk pengembangan agribisnis sapi perah mereka daerah sentra pengembangan baru di Provinsi Bengkulu.

9. DASAR PERTIMBANGAN

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang menjadi fokus untuk pengembangan sapi perah oleh Direktorat Jenderal Peternakan dalam menyongsong swasembada susu pada tahun 2018. Dan Kabupaten Rejang adalah kabupaten yang potensial untuk menjadi sentral pengembangan sapi perah, karena potensi alamnya berupa keadaan iklim dan sumber daya alam yang melimpah sebagai bahan pakan ternak sapi perah. Permasalahan sapi perah yang terdapat di kabupaten Rejang Lebong khususnya dan Bengkulu pada umumnya adalah manajemen pemeliharaan, distribusi susu dan kelembagaan belum berjalan dengan baik, sehingga mengakibatkan peternak sering mengalami kerugian dalam mengelola sapi perahnya.

Hasil kegiatan tahun 2012 di Kabupaten Rejang Lebong memperlihatkan bahwa keragaan usaha ternak sapi perah pada daerah sentra pengembangan sapi perah di Bengkulu secara umum setiap keluarga peternak, hanya memiliki 2 – 3 ekor sapi perah dengan kodisi reproduksi (S/C) 1,66 dan produksi susu bervariasi antara 6 – 15 liter/ekor/hari serta kepemilikan kebun rumput mencapai 0,533 ha yang dapat menampung dan memenuhi kecukupan pakan hijauan bagi 6 ST sapi perah atau setara

(7)

5

dengan 5 – 6 ekor ternak sapi perah laktasi disamping juga kepemilikan lahan usahatani sayuran dan kebun kopi yang berpotensi dimanfaatkan limbahnya untuk kebutuhan pakan sapi perah.

10. PERKIRAAN KELUARAN

1. Diketahuinya potensi dan peluang pengembangan usaha agribisnis sapi perah disentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2. Didapatkannya rekomendasi pengembangan usaha agribisnis sapi perah disentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

3. Meningkatnya kualitas pakan melalui penerapan teknologi probiotik dan fermentasi HMT non rumput (dedak/kulit kopi).

11. METODOLOGI a. Lokasi Pengkajian.

Pengkajian akan dilakukan di Kabupaten Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pemilihan daerah pengkajian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kabupaten Kepahiang merupakan daerah sentra pengembangan ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014.

b. Metode Pengkajian

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam pengkajian ini adalah purposive random sampling. Dimana setiap peternak yang mempunyai ternak sapi perah akan dijadikan sampel. Pengambilan data akan dilaksanakan di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.

c. Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan responden terkait informasi yang berhubungan dengan budidaya sapi perah, kondisi sumberdaya alam, sumberdaya manusia sebagai faktor eksternal

(8)

6

dan internal dalam pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. Teknik wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah disiapkan. Responden yang diwawancarai meliputi peternak sapi perah, pedagang, pengusaha, dan dinas/instansi terkait. Data sekunder diperoleh dari dinas/instansi terkait pengkajian ini berupa dokumen-dokumen kebijakan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.

d. Metode analisis data

1. Analisis deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Analisis ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai usahatani kopi dalam bentuk persentase dan kecenderungan.

2. Analisis Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskonto dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini, bentuk persamaan matematikanya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

PVNRi = Present Value Net Return komoditas i (Rp pertahun)

Ati = Pendapatan usahatani tahun t komoditas i (Rp pertahun)

r = Interest rate

t = Jangka waktu analisis (tahun)

3. Analisis titik impas, dilakukan untuk mengetahui kondisi minimum suatu usahatani dimana biaya produksi = penerimaan/pendapatan.

Formula untuk menghitung titik impas dapat ditulis sebagai berikut: Titik impas = Biaya tetap

1 – Biaya tidak tetap Nilai Penjualan

(9)

7

Titik impas input – output = Titik impas volume produksi Harga Jual

4. Rekomendasi kebijakan pengembangan usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan pendekatan dinamika sistem (Model Dynamic System). Penyusunan model dinamik ini melalui bebrapa tahapan, yaitu:

 Identifikasi Masalah (FGD)

 Membangun Hipotesa dinamis yang menjelaskan penyebab dari masalah

 Membuat struktur dasar dengan causal loop diagram (CLD)

 Mengembangkan struktur dasar dengan informasi tambahan

 Running causal loop diagram menjadi struktur model

 Validasi Model dan Analisis Sensitivitas

 Simulasi Model

 Skenario Kebijakan

e. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahapan awal adalah desk study dengan mengumpulkan bahan-bahan dan informasi pendukung.

2. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan dinas dan pihak terkait di daerah penelitian.

3. Melakukan pengumpulan data, survey dengan menggunakan kuesioner terhadap responden terpilih yaitu pelaku pasar, dinas terkait dan petani 4. Entry data serta melakukan analisis dengan menggunakan Modeling

untuk mendapatkan pola gambaran dan sintesa. Hasil akhir dari pengumpulan data berupa gambaran lengkap permasalahan yang disajikan dalam bentuk tabel tabel dan variabel variabel yang dianalisis. 5. Hasil penelitian selanjutnya didiskripsikan dalam bentuk rumusan

(10)

8

F. Demplot Pemeliharaan ternak sapi.

Pada pengkajian lapang dipilih peternak sapi perah yang memiliki kandang berdekatan dengan kapasitas ternak antara 20 – 30 ekor sapi laktasi. Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan pengkajian di lapangan.

Kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi pengembangan sistem dan usaha agribisnis sapi perah di wilayah pengembangan baru meliputi :

Identifikasi potensi agribisnis sapi perah dari aspek bio fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan.

 Penentuan petani/peternak kooperator. Dipilih peternak yang memiliki kandang dalam hamparan yang berdekatan dengan kapasitas ternak sebanyak 21 ekor sapi laktasi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan 7 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah seperti berikut : perlakuan I adalah hijauan 10% dari berat badan, ditambah kulit kopi yang difermentasi 1% dari berat badan dan mineral 0,01% dari berat badan, perlakuan II adalah hijauan 10% dari berat badan, ditambahkan campuran kulit kopi dengan dedak dengan perbandingan 40 : 60 dan mineral 0,01% dari berat badan, dan perlakuan III adalah sesuai dengan pakan yang diberikan oleh peternak setempat. Setiap perlakuan akan dilakukan pada 7 ekor sapi perah sebagai ulangannya.

 Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan selama pengkajian dan produksi susu yang dihasilkan.

 Data yang diperoleh akan dianalisis dengan anova dan kalau terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan akan dilakukan uji lanjut dengan DMRT.

(11)

9

12. RENCANA OPERASIONAL

No Uraian Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan dan penyempurnaan Proposal

2 Desk Syudy

3 Penyusunan Kuisioner

4 Coaching Kusioner

5 Koordinasi

6 Persiapan dan pelaksanaan Survei

7 Tabulasi dan analisis data

8 Penyusunan laporan tengah dan akhir tahun

9 Seminar hasil

14. DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam Pengembangan Pertanian Lahan Kering. Makalah Seminar pengembangan pertanian di wilayah lahan kering. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng. Buleleng.

Aviliani. 2008. Dukungan Perbankan Terhadap Agribisnis Sapi Perah Menyongsong Perdagangan Bebas 2020. Bank Rakyat Indonesia. Prosiding Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Perbankan Indonesia. Jakarta.

BPS Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka 2010. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Deptan. 2006. Pedoman Pembibitan SapiPerah yang Baik. Permentan Nomor 55 Tahun 2006. Departemen Pertanian. Jakarta.

Disnak Provinsi Bengkulu. 2010. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu. Pemerintah Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirjen Industri Agro dan Kimia.2009.Roadmap Industri Susu. Departemen Perindustrian. Jakarta

Dirjennak. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirjennak.2011. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.Jakarta

Direktorat Jenderal P2HP. 2007. Program Aksi Bantuan Peralatan Gapoknak. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

(12)

10

Harpini, B. 2008. Upaya Mendorong Industri Pengolahan dan Pemasaran susu Pada Peternakan Rakyat. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Iskandarini. 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Perpustakaan Digital Universitas Sumatera Utara. Medan

Pradana,M.N. 2010. Agribisnis Sapi Perah di Indonesia (Tinjauan Umum).http/www.iasa-pusat.org. Diakses 20 Juni 2012

Sevilla, C.G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta

Sudarwanto, M. 1999. Usaha Peningkatan Produksi Susu Melalui Program Pengendalian Mastitis Subklinis. Orasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.

Talib, C., A. Anggraeni, K. Diwyanto dan E. Kurniatin. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah dibawah manajemen Perusahaan Komersial. Jurnal Ilmiah Pertanian Volume IV(2). Jakarta. Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 3, Nomor 3. Departemen Pertanian. Jakarta.

Yusdja, Y dan N. Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 4, Nomor 1. Departemen Pertanian. Jakarta

(13)

11

15. LEMBAR PENGESAHAN

Penanggung Jawab ROPP,

Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 2007011001 MENYETUJUI : Penanggung Jawab RPTP Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 200701 1001

Ketua Kelji Budidaya

Drs. Afrizon, M.Si

NIP 19620415 199303 1001

MENGETAHUI :

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP

(14)

12

Lampiran

(15)

13

Lampiran 1. Uraian tugas organisasi pelaksana.

No Nama/NIP Fungsional/ Jabatan Bidang keahlian

Jabatan dalam

Kegiatan Uraian Tugas

Alokasi Waktu (Jam /minggu) 1 Zul Efendi, S.Pt Peneliti Pertama Penanggung

jawab - Bertanggung terhadap pelaksanaan jawab

kegiatan penelitian - Menyusun dan merencanakan operasional kegiatan Mengkoordinir anggota Tim - Menyusun Laporan - Melaksanakan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan. 10 2. Wahyuni AW,

M.Si Peneliti Muda Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data SWOT - Membantu pelaksanaan

kegiatan.

8

3. Linda Harta,

S.Pt PNK Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data dan CLD

- Membantu pelaksanaan kegiatan.

8

4. Sudarmansyah Adm Anggota - Membantu Pelaksanaan Kegiatan

- Membantu Adminsitrasi Kegiatan

6

12. ANALISIS RESIKO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal resiko, penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif (tabel 1 dan 2).

(16)

14

Tabel 1 Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis sapi Perah di Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu tahun 2014.

No Resiko Penyebab Dampak

1 Tidak tersedia data yang valid pada tingkat peternak

Peternak tidak mempunyai catatan produksi sapi perah dengan baik

Kurangnya data pengkajian

2 Data primer yang diperoleh kurang valid

Usahatani yang beragam Hasil analisis memiliki bias yang tinggi

Tabel 2 Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis sapi Perah di Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu tahun 2014.

No Resiko Penyebab Penanganan 1 Tidak tersedia data

yang valid pada tingkat peternak

Peternak tidak mempunyai catatan produksi sapi perah dengan baik

Menggunakan data skunder atau data yang ada pada petugas

2 Data primer yang diperoleh kurang valid

Usahatani yang beragam Studi literarur dengan kasus yang mirip.

(17)

15

13. Tenaga dan Organisasi pelaksana

No Nama Lengkap/

NIP Kedudukan dalam TIM Pendidikan Disiplin ilmu FungsionalJabatan Alokasi waktu (jam/mg)

1 Zul Efendi, S.Pt 196902272007011001 Penanggung

Jawab S1 Produksi Ternak Peneliti Pertama 10 2 Wahyuni AW, M.Si 197507241999032002 Anggota S2 Ternak Ilmu Peneliti Muda 8 3 Linda Harta, S.Pt 198009172008012002 Anggota S1 Makanan Nutrisi

Ternak

Calon

Penyuluh 8

Gambar

Tabel 2  Daftar  Penanganan  Resiko  dalam  Pelaksanaan  Pengkajian  Sistem  Usaha  Agribisnis  sapi        Perah  di  Sentra  Pengembangan  di  Provinsi  Bengkulu tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

independen digunakan adalah profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan hal ini dikarenakan pada pemetaan penelitian terdahulu diperoleh

Teman-teman seperjuangan penulis ; Desy, Steffie, Bunga, Evelyn, Sandy, Bima, Anda, Alya, Nora, Mitha, Robby, dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberikan pendapat,

mengetahui investasi yang menguntungkan dari polikultur udang windu dan beronang pada beberapa kepadatan tebar.. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan

Kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa tentu akan berdampak negatif pada dirinya, misalnya dihukum, diskorsing, tidak dapat mengikuti ujian, bahkan bisa dikeluarkan

Data yang dikumpulkan merupakan data primer, yaitu data berasal dari penelitian perubahan makroskopis dan mikroskopis hepar tikus wistar dari kelompok kontrol dan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

tebal pelat untuk menahan gaya geser pada sistem flat slab sebesar 50 cm sedangkan pada tipe two way slab with beam dibutuhkan tinggi balok 75 cm dengan tambahan