1 ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN
TERHADAP STRUKTUR MODAL
(Perusahaan Sub Sektor Logam dan Sejenisnya Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014)
Nadia Dwi Nanda , Yuhelmi , Nailal Husna
Department of Management, Faculty of Economic, Bung Hatta University Lecturer of Management Department,Faculty of Economic,Bung Hatta University
E-mail: Nadiadwinanda@ymail.com , Yuhelmis@yahoo.co.id dan
nailalhusna@bunghatta.ac.id
Necessity of capital is very important in building and sustaining a company, the company must determine how much capital is needed to meet or refinance its operations. This study aims to determine the effect of profitability, asset structure, company size on the company's capital structure and similar metals sub-sectors listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2014. The independent variables were used in this study is the profitability, asset structure, company size and sales growth while the dependent variable is the capital structure. The sample used in this study as many as 14 companies using saturation sampling technique. The data used in this research is secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange (IDX). Analysis of the data used in this research is multiple linear regression analysis.
Results obtained from this research that the profitability of a significant negative effect on the capital structure, while the asset structure, company size and sales growth did not affect the capital structure.
Keywords:Profitability, Asset Structure, Size, Sales Growth and Capital Structure.
1. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Mewujudkan struktur modal yang
optimal merupakan tujuan para praktisi dan akademisi. Rasio antara sumber dana dari pihak luar perusahaan terhadap ekuitas atau
modal sendiri disebut debt to equity ratio
(DER). Rasio ini bertujuan untuk melihat tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi DER, maka semakin tinggi
risiko perusahaan, karena pendanaan
(financing) dari hutang semakin besar. Menurut Brigham dan Houston (2011) kebijakan struktur modal yang digunakan perusahaan melibatkan adanya selisih antara resiko dan pengembalian, hutang yang terlalu banyak digunakan oleh perusahaan akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemegang saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI)
merupakan wadah transaksi pedagangan dari berbagai jenis perusahaan. Perusahaan itu
2
dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor yang dikelola. Adapun jenis dari sektor-sektor tersebut terdiri dari sembilan sektor-sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri barang konsumsi, sektor properti dan
real estate, sektor infrastruktur, utilitas, dan
transportasi, sektor keuangan, sektor
perdagangan, jasa dan investasi.
Dari berbagai jenis sektor tersebut, yang paling menarik perhatian adalah sektor Industri dasar dan kimia di sub sektor logam dan produk sejenisnya. Struktur modal yang digunakan oleh perusahaan logam dan
sejenisnya lebih banyak menggunakan
hutang dibandingkan sub sektor lain, sehingga dapat menjadi masalah bagi perusahaan karena mempengaruhi investor untuk menginvestasi dananya.
Struktur modal dapat diukur dengan
Debt to Equity Ratio (DER) dikarenakan DER menggambarkan besarnya proporsi antara total hutang (total debt) dan total modal sendiri. DER merupakan kemampuan perusahaan dalam membayarkan hutang dengan melihat modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Dimana total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang).
Berikut ini adalah rata-rata struktur modal (DER) dari Sektor Industri Dasar & Kimia periode 2011-2014.
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio (DER)
Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI
NO SUB SEKTOR JUMLAH EMITEN DER RATA-RATA 2011 2012 2013 2014 1 KERAMIK, PORSELIN & KACA 6 1,59 1,16 1,33 1,29 1,34 2 KIMIA 9 0,74 1,19 1,71 1,87 1,38 3 LOGAM & SEJENISNYA 14 2,07 1,73 2,15 2,16 2.02 4 PAKAN TERNAK 4 1,21 1,29 1,36 1,59 1,36 5 PLASTIK & KEMASAN 10 0,9 0,97 2,72 2,86 1,86 6 PULP & KERTAS 7 1,43 1,49 1,58 1,63 1,53 7 SEMEN 3 0,32 0,36 0,42 0,5 0,4
Dari Tabel 1.1 menunjukkan nilai
rata-rata Debt Equity Ratio (DER) yang
tertinggi dari semua sub sektor yaitu pada sub sektor logam & sejenisnya sebesar 2,02. DER yang tinggi menunjukkan perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai modal.
Disisi lain frekuensi perdagangan perusahaan logam dan sejenisnya pada tahun 2011 terhitung 1.076.023 kali, tahun 2012 terhitung 577.015 kali, tahun 2013 terhitung 715.070 kali dan di tahun 2014 terhitung 824.742 kali. Saham yang mempunyai frekuensi perdagangan besar dikarenakan transaksi saham perusahaan yang sangat aktif, hal ini disebabkan karena minat
investor untuk berinvestasi di suatu
perusahaan sangat tinggi. Struktur modal yang berasal dari hutang yang tinggi cenderung akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi.
3
Menurut Sawir (2005) kebijakan
struktur modal melibatkan trade off theory
antara resiko dan pengembalian, penggunaan lebih banyak hutang akan meningkatkan resiko yang ditanggung oleh para pemegang saham. Menurut Brigham dan Houston (2011) struktur modal yang optimal dalam suatu rentang nilai 50 persen hutang dan 50 persen ekuitas atau sama dengan satu. Namun perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya mencerminkan bahwa perusahaan ini lebih banyak menggunakan dana dari hutang untuk aktivitas investasinya dari pada
modal sendiri. Hal ini membuktikan
perusahaan ini memiliki resiko yang tinggi terhadap investor.
Investor cenderung akan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki struktur modal yang kurang dari 1 yang artinya perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan hutang, karena akan memperkecil risiko dimasa yang
akan datang karena investor menilai
perusahaan itu baik kalau hutangnya lebih
kecil dari pada modal sendiri dan
pengembalian perusahaan cukup untuk bayar hutang kepada pemegang saham. Semakin tinggi DER menggambarkan bahwa resiko yang dimiliki perusahaan cukup tinggi karena perusahaan dalam kegiatan operasionalnya relatif tergantung menggunakan hutang dan perusahaan berkewajiban untuk membayar bunga hutang oleh sebab itu para investor
cenderung menghindari saham-saham yang mempunyai nilai DER yang tinggi.
Didalam penelitian ini variabel
independen digunakan adalah profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan hal ini dikarenakan pada pemetaan penelitian terdahulu diperoleh fenomena gap dari hasil penelitian dan juga keempat variabel tersebut berdasarkan teori adalah variabel yang paling dekat yang dapat mempengaruhi struktur modal.
Berdasarkan latar belakang
permasalahan dan penelitian terdahulu yang telah ada dimana terdapat perbedaan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang
dengan judul “Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Sub Sektor Industri Logam dan Sejenisnya Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014”. 1.2 Perumusan masalah
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas
terhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI (Periode 2011-2014)?
2 Bagaimana pengaruh struktur
aktivaterhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI (Periode 2011-2014) ?
3 Bagaimana pengaruh ukuran
4
perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI (Periode 2011-2014) ?
4 Bagaimana pengaruh pertumbuhan
penjualanterhadap struktur modal pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI (Periode 2011-2014) ?
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Struktur modal
Riyanto (2008) menjelaskan bahwa struktur modal adalah perbandingan antara besaran modal sendiri dengan modal yang berasal dari pihak eksternal perusahaan atau hutang. Menurut Sawir (2005), struktur modal adalah pendanaan jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Struktur modal merupakan rasio untuk melihat besaran hutang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Struktur modal yang memiliki rasio lebih dari 1 menunjukkan bahwa hutang atau kewajiban perusahaan tersebut lebih besar daripada total aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Para investor biasanya kurang berminat untuk berinvestasi pada perusahaan yang mempunyai rasio DER lebih dari satu. Hal tersebut karena rasio DER menunjukkan resiko yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar DER, maka semakin besar resiko perusahaan tersebut.
2.2. Komponen Struktur Modal
Husnan (2004) menjelaskan bahwa
struktur modal perusahaan memiliki
beberapa komponen modal yaitu seperti :
1. Hutang Jangka Panjang
Jumlah hutang di dalam neraca menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto,2008) ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, pada umumnya pinjaman atau hutang jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.
Utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan hutang jangka panjang dengan tempo pembayaran lebih dari satu tahun, biasanya 5-20 tahun. Pinjaman hutang jangka panjang dapat
berupa pinjaman berjangka (pinjaman
dilakukan untuk mendanai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli peralatan dan mesin) dan penerbitan obligasi (hutang yang didapat melalui penjualan surat-surat obligasi, pada surat obligasi ditentukan nilai nominal, bunga pertahun, dan jangka waktu pelunasan obligasi tersebut.
2. Modal Sendiri
Sundjaja et al (2002) menyatakan
bahwa, “modal sendiri/equity capital adalah
dana jangka panjang perusahaan yang
5
(pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham
biasa) serta laba ditahan”. Modal
sendiri/ekuitas modal yang didapat atau berasal dari perusahaan itu sendiri, berasal dari pengembalian bagian, peserta atau pemilik. Modal sendiri merupakan modal dalam suatu perusahaan yang dipertahankan untuk mengurangi segala resiko usaha maupun resiko lainnya yang menyebabkan kerugian.
2.3.Telaah Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
1. Profitabilitas
Pada kegiatan operasional suatu perusahaan, perusahaan pasti mengharapkan keuntungan. Karena dengan keuntungan yang dimiliki perusahaan, perusahaan akan dapat melangsungkan kegiatan usahanya. Untuk
melanjutkan operasionalnya, perusahaan
harus menentukan penggunaan dana sendiri yang dimiliki perusahaan atau menggunakan dana dari luar perusahaan atau hutang. Sesuai
dengan teori pecking order, Perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi
atau profit yang tinggi cenderung
penggunaan hutang relatif kecil.
Dalam penelitian Santika dan
Sudiyanto (2011) profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ferdiansyah dan Isnuhardi (2013) semakin tinggi profitabilitas perusahaan
maka hutang yang digunakan dalam kegiatan pendanaan semakin kecil. Nugrahaini dan
Sampurno (2012) Return on Aset (ROA)
berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh
profitabilitas terhadap struktur modal
perusahaan sebagai berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan (DER)
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang mempunyai aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan
hutang dalam jumlah besar hal ini
disebabkan perusahaan yang beskala besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, aset tetap yang besar dapat digunakan sebagai
jaminan perusahaan (Sartono, 2010).
Sedangkan menurut balancing theory,
perusahaan dengan struktur aktiva yang besar kebangkrutan (pailit) yang didapat cenderung relatif rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang lebih rendah.
Penelitian Liem (2013) yang hasilnya adalah struktur aktiva berpengaruh positif
terhadap struktur modal pada industry
consumer goods yang terdaftar di BEI
periode 2007-2012. Sejalan dengan
penelitian Furi dan Saifudin (2012) struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.
6
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut:
H2 : Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal Perusahaan (DER)
3. Ukuran Perusahaan
Semakin besar ukuran sebuah
perusahaan akan memudahkannya untuk memperoleh dana dari luar perusahaan. Hal tersebut dikarenakan aset yang besar yang dimiliki perusahaan tersebut memberikan kepercayaan bagi para investor untuk menginvestasikan dananya. Begitu pula para kreditur untuk memberikan dana hutang kepada perusahaan tersebut. Sehingga ukuran sebuah perusahaan akan mempengaruhi besarnya hutang yang diperoleh perusahaan dan juga mempengaruhi besarnya kebutuhan hutang perusahaan tersebut. Sejalan dengan
teori trade-off, semakin besar ukuran suatu
perusahaan maka penggunaan hutang juga semakin besar.
Penelitian yang dilakukan Putri
(2012) ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Sesuai dengan Liem (2013) dan Ridloah (2010)
mengatakan hal yang sama bahwa size
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut:
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal Perusahaan (DER)
4. Pertumbuhan Penjualan
Perusahaan dengan pertumbuhan
penjualan yang tinggi maka cenderungan penggunaan hutang sebagai dana eksternal lebih besar dibandingkan perusahaan yang
tingkat penjualannya rendah. Teori trade off
menjelaskan apabila manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menggunakan hutang lebih
besar daripada pengorbanannya, maka
perusahaan sebaiknya menggunakan
pendanaan secara eksternal.
Pertumbuhan penjualan dengan
tingkat yang tinggi akan diikuti dengan peningkatan dana yang digunakan untuk pembiayaan ekspansi. Penelitian Santika dan Sudiyanto (2011), dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam penelitiannya ditemukan bahwa Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut:
H4 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal Perusahaan (DER)
7 Kerangka Pemikiran Teoritis
3. METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia yaitu sebanyak 14
perusahaan. (Sumber dari www.idx.co.id)
Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini, digunakan sampling jenuh. Menurut sekaran
(2006) sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel, atau peneliti yang sengaja ingin membuat generalisasi
dengan kesalahan yang kecil. Istilah
sampling jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang lengkap. Dalam penelitian ini menggunakan data panel, dimana data panel tersebut merupakan
gabungan dari data time series (antar waktu)
dan data cross section (Shocrol,2011). Data
dan informasi tersebut diperoleh melalui
Indonesian Stock Exchange (IDX) yang didapatkan melalui pojok Bursa Efek Indonesia dan Web-side www.idx.co.id periode 2011-2014 khususnya perusahaan logam dan sejenisnya.
4. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Dependen (Y)
Struktur Modal
Struktur Modal dapat diukur dengan perbandingan total hutang jangka panjang
atas modal sendiri perusahaan
(Riyanto,2008). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Struktur Modal (Debt to Equity Ratio/DER)
yang merupakan rasio untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui
total hutang dan total modal sendiri (equity).
Formula dari struktur modal adalah :
b. Variabel Independen (X)
1. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba melalui
operasionalnya menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sartono (2010) Pengukuran Profitabilitas dalam
penelitian ini menggunakan Return on Aset
(ROA). 𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 Pertumbuhan Penjualan Struktur Aktiva Ukuran Perusahaan Struktur Modal Profitabilitas
8
Formulanya:
2. Struktur Aktiva
Menurut Riyanto (2008), Struktur
aktiva merupakan pertimbangan atau
perbandingan antara aktiva lancar maupun aktiva tetap
Formulanya:
3. Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran perusahaan diproksikan
dengan total aktiva yang di miliki
perusahaan, kemudian ditransformasikan ke dalam logaritma natural. Variabel ini dirumuskan oleh (Seftianne dan Handayani, 2011)
Formulanya adalah:
4. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan merupakan peningkatan penjualan sekarang dibanding dengan tahun sebelumnya (Nugrahaini dan Sampurno, 2012).
Formulanya adalah :
5. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Pengujian Normalitas
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas (Sudah Normal)
Variabel Penelitian
Probability Alpha Kesimpulan
Debt Equity to Ratio
0,102 0,05 Normal
Return on Aset 0,259 0,05 Normal
Struktur Aktiva 0,381 0,05 Normal
Size 0,085 0,05 Normal
Pertumbuhan Penjualan
0,529 0,05 Normal
Dari tabel 1 diatas dilihat bahwa setelah dilakukan uji normalitas semua variabel telah berdistribusi normal sehingga variabel-variabel tersebut dapat digunakan untuk pengujian tahap selanjutnya.
2. Hasil Pengujian Multikolinearitas
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinearitas
Korelasi
Coefficient
Correlation
Cut Off Kesimpulan
ROA - SA -0,378626 < 0,80 Tidak Terjadi ROA – SIZE -0,337064 < 0,80 Tidak Terjadi ROA – PP 0,074174 < 0,80 Tidak Terjadi SA - SIZE 0,413787 < 0,80 Tidak Terjadi SA - PP -0,093532 < 0,80 Tidak Terjadi SIZE - PP 0,093129 < 0,80 Tidak Terjadi
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa semua variabel independen yang ada didalam penelitian ini memiliki koefisien korelasi dibawah 0.80, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak tejadi gejala multikolinearitas terhadap semua variabel independen penelitian. 𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝐴𝑇 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑖𝑧𝑒 = log 𝑁𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡− 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡.1 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡.1 𝑆𝐴 = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
9
3. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Tabel 3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.838110 Probability 0.626031
Obs*R-squared
12.46034 Probability 0.569385
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat
dilihat bahwa nilai probability observasi
r-square yang dihasilkan adalah sebesar 0.569385, hal ini menunjukkan bahwa nilai
probability yang dihasilkan < dari alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang ada didalam model regresi terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
4. Hasil Pengujian Autokorelasi
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Log likelihood -100.6985 F-statistic 0.838110
Durbin-Watson stat
1.254645 Prob(F-statistic)
0.626031
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi yang telah dilakukan diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,254645. Hasil yang diperoleh tersebut telah berada diantara dua kuadran. Temuan tersebut mengisyaratkan
bahwa hasil pengujian autokorelasi
menunjukkan -2≤ 1,254645 ≤ 2 sehingga
dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang akan dibentuk kedalam model persamaan regresi berganda terbebas dari gejala autokorelasi sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.
b. Hipotesis
Setelah seluruh variabel telah berdistribusi normal dan telah terbebas dari seluruh gejala yang ada pada asusmsi klasik maka tahap pengujian hipotesis telah dapat
dilakukan. Proses pengujian dilakukan
dengan mengunakan bantuan progran eviews. Berdasarkan pada pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat dibawah ini:
Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis
Variabel Koefisien
Regresi Prob Alpha Kesimpulan
(Constanta) 2,562875 - - - ROA -0,120854 0,0001 0,05 Signifikan SA -3,022561 0,0573 0,05 Tidak Signifikan SIZE 0,020128 0,8951 0,05 Tidak Signifikan PP 0,622442 0,3855 0,05 Tidak Signifikan F-Prob 0,001548
R-Square 0,285874
Pada tabel 5 diatas terlihat bahwa masing-masing variabel penelitian telah memiliki koefisien regresi. Dari hasil olahan yang ditampilkan pada tabel diatas, dibentuk persamaan regresi berganda seperti yang terlihat dibawah ini:
Y = 2,562875 – 0,120854x1 – 3,022561x2 +
0,020128x3 + 0,622442x4
Persamaan regresi diatas dapat
dijelaskan bahwa:
1. Konstanta sebesar 2.562875, artinya
jika ROA (X1), SA (X2), SIZE (X3)
dan PP (X4) nilainya 0, maka struktur
10
2. Koefesien regresi variabel ROA (X1)
sebesar –0,120854 artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan ROA mengalami kenaikan 1%, maka struktur modal (Y) akan
mengalami penurunan sebesar
0,120854 kali. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara ROA dengan struktur modal
3. Koefesien regresi variabel SA (X2)
sebesar –3.022561 artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan SA mengalami kenaikan 1%, maka struktur modal (Y) akan
mengalami penurunan sebesar
3.022561 kali. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara SA dengan struktur modal
4. Koefesien regresi variabel SIZE (X3)
sebesar 0.020128 artinya jika
variabel independen lain nilainya
tetap dan SIZE mengalami kenaikan
1%, maka struktur modal (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar
0.020128 kali. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara SIZE dengan struktur
modal
5. Koefesien regresi variabel PP (X4)
sebesar 0.622442 artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan PP mengalami kenaikan
1%, maka struktur modal (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar
0.622442 kali. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara PP dengan struktur modal
6. PEMBAHASAN PENELITIAN a. Pengaruh Return On Asset (ROA)
Terhadap Struktur Modal (DER)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pertama statistik yang telah dibentuk
diketahui bahwa profitabilitas yang diukur
dengan return on aset memiliki koefesien
regresi bertanda negatif sebesar -0,120854 dengan tingkat probability hasil pengujian t-statistik sebesar 0,0001. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai probability sebesar
0,0001<alpha 0,05 maka keputusannya Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa return on aset (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Temuan yang diperoleh pada
tahapan pengujian hipotesis pertama
konsisten dengan penelitian Santika dan Sudiyanto (2011) yang menemukan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Penelitian
lainnya dilakukan oleh Liem (2013)
membuktikan bahwa adanya pengaruh yang negatif signifikan antara ROA dengan
11
struktur modal pada industri consumer goods
yang terdaftar di BEI.
Hasil yang diperoleh dalam pengujian ini konsisten dengan teori maupun hipotesis yang digunakan, dimana temuan tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau ROA akan mendorong menurunnya porsi struktur modal perusahaan yang dilihat
dari hutang. Peningkatan laba tentu
memperbesar cash flow yang masuk ke
dalam perusahaan, keadaan tersebut tentu
menciptakan surplus dana yang akan
digunakan untuk kegiatan operasional bagi perusahaan, akibatnya ketergantungan atau kebutuhan perusahaan terhadap sumber dana dari kreditur tentu akan semakin berkurang.
b. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal (DER)
Pengujian hipotesis kedua dilakukan
menggunakan variabel struktur aktiva
diperoleh nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar -3,022561 dengan tingkat
probability hasil pengujian t-statistik sebesar 0,0573. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai probability sebesar 0,0573
>alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini didukung
oleh hasil penelitian yang dilakukan
Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengujian hipotesis kedua tidak konsisten dengan uraian teori maupun hipotesis yang
diajukan. Hal tersebut dikarenakan,
perusahaan belum efektif dalampengelolahan aktiva perusahaan, dimana aktiva yang dimiliki perusahaan dikelola dengan kurang baik dan tidak dapat meningkatkan hasil
produksi, sehingga perusahaan akan
memperoleh tingkat penjualan yang rendah
dan perusahaan akan mendapatkan
pendapatan yang kurang banyak. Hal ini membuat perusahaan memiliki dana internal yang lebih kecil sehingga perusahaan akan
menambah ketergantungan untuk
menggunakan dana eksternal berupa hutang untuk membiayai kebutuhan perusahaan.
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) Terhadap Struktur Modal (DER)
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan
menggunakan variabel size (ukuran
perusahaan) diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,020128 dengan tingkat probability hasil pengujian t-statistik sebesar 0,8951. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai probability sebesar
0,8951 >alpha 0,05 maka keputusannya
adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa size (ukuran
perusahaan) tidak berpengaruh signifikan
12
perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Firnanti (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengujian ketiga tidak konsisten dengan uraian teori yang ada. Namun pada penelitian ini ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal dimungkinkan
perusahaan memiliki jumlah aset lancar yang lebih banyak dibandingkan jumlah aset tetap. Sehingga banyaknya jumlah aset tidak
menjadikan kreditur tertarik untuk
memberikan pinjaman modal. Sehingga harapan kreditur mendapatkan jaminan hutang atas jumlah aset yang dimiliki perusahaan semakin kecil. Hal ini bisa
menjadi sinyal bagi kreditur bahwa
perusahaan tidak cukup mampu untuk mengembalikan hutang saat jatuh tempo. keadaan ukuran perusahaan atau total aset yang dimiliki perusahaan tidak menjadi
jaminan untuk melakukan penggunaan
hutang yang lebih besar.
d. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (DER)
Pengujian hipotesis keempat
dilakukan menggunakan variabel
pertumbuhan penjualan diperoleh nilai
koefisien regresi bertanda positif sebesar
0,622442 dengan tingkat probability hasil
pengujian t-statistik sebesar 0,3855. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai
probability sebesar 0,3855 >alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang mendukung hasil
penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan Ridloah (2010), menemukan
bahwa pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal.
Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengujian hipotesis keempat tidak konsisten dengan uraian teori yang diajukan. Di dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa perusahaan logam dan sejenisnya memiliki pertumbuhan penjualan yang rendah, namun tingkat hutang yang digunakan perusahaan masih tinggi. Kondisi ini dapat terjadi karena manajemen menggunakan tingkat hutang yang tinggi sebagai pendanaan investasi perusahaan kedepannya disebabkan keuntungan yang didapat dari penjualan rendah, jika tingkat
penjualan rendah artinya keuntungan
perusahaan juga rendah. Hal ini
menggambarkan bahwa keuntungan
penjualan yang rendah tidak dapat
membiayai untuk investasi perusahaan
13
agar kegiatan operasional perusahaan bisa berjalan dengan lancar.
KESIMPULAN
Berdasarakan pada hasil penelitian hipotesis yang telah diakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal (DER) perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014 sedangkan
struktur aktiva, ukuran perusahaan (size) dan
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal (DER) perusahaan sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014.
SARAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data maka penulis mengajukan beberapa saran yang dapat memberikan manfaat positif bagi peneliti selanjutnya, yaitu:
1. Disarankan untuk memperpanjang jumlah
tahun atau periode pengambilan serta memperbesar jumlah sampel yang akan
di ikutsertakan kedalam tahapan
pengolahan data sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat dan konsisten.
2. Disarankan untuk menambah variabel
independen lainnya yang juga
mempengaruhi struktur modal (DER)
seperti risko bisnis, kepemilikan
manajerial, kebijakan deviden, maupun variabel lainnya, saran tersebut penting dilakukan untuk meningkatkan akurasi hasil yang akn diperoleh dimasa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Brigham dan Houston. 2011. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta
Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Manajemen
Keuangan (Teori dan Soal Jawab). Alfabeta, Bandung.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akutansi Volume 12 Nomor 2. STIE Trisakti Ferdiansyah dan Isnurhadi. 2013.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Volume 11 Nomor 2. Universitas Sriwijaya, Palembang
Furi dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi Volume 1 Nomor 2. Universitas Semarang, Semarang Husnan, saud. 2004. Manajemen Keuangan
Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). BPFE, Yogyakarta
14
Liem, Halim Jemmi. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
pada Industri Consumer Goods yang
Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Volume 1 Nomor 2. Universitas Surabaya
Nugrahani Sarsa Meta dan Sampurno R. Djoko. 2012. Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Likuiditas,
Pertumbuhan Penjualan, Ukuran
Perusahaan dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Struktur Modal (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2010). Volume 1 Nomor
1.Universitas Diponegoro, Semarang.
Putri. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur
Aktiva dan Ukuran Perusahaan
terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Jurnal Manajemen Volume 1
Nomor 1. Universitas Negeri Padang, Padang.
Ridloah, Siti. 2010. Faktor Penentu Struktur
Modal: Studi Empirik pada
Perusahaan Multifinansial. Jurnal
Dinamika Manajemen Vol 1 No 2. Jakarta
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian.2002.
Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat. Prenhalindo, Jakarta
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta, BPFE
Santika dan Sudiyanto. 2011. Menentukan
Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Volume 3 Nomor 2. Universitas Stikubank, Semarang
Sartono, Agus. 2010. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta
Seftianne dan Handayani Ratih. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akutansi Vol 13 No 1
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi penelitian
bisnis. Salemba Empat. Jakarta
Shochrol, R. Ajija, dkk. 2011. Cara Cerdas
Menguasai Eviews. Salemba Empat, Jakarta
Sugioyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta