• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DEWAN REDAKSI JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FANGERAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR DEWAN REDAKSI JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA FANGERAI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA “FANGERAI”

Penanggung Jawab

Agnes Renostini Harefa

Editor Ahli

Muhammad Fitri Rahmadana (UNIMED)

T. Ahmad Heli (UISU Medan)

Jamulia Malau (STIE Surya Nusantara)

Muklasin (Univ. Atmajaya Jakarta)

Devi Yendrianof (STMIK Kaputama)

Elizama Zebua (IKIP Gunungsitoli)

Pemimpin Umum

Amin Otomi Harefa

Pimpinan Redaksi

Sadiana Lase

Sekretaris Redaksi

Ratna Natalia Mendrofa

Dewan Redaksi

Netti Kariani Mendrofa

Yakin Niat Telaumbanua

Ramaeli Lase

Yulisman Zega

Tata Usaha

Fanni Kristiyanti Zendratὂ

Alamat Redaksi/Diterbitkan oleh:

Prodi Pendidikan Matematika IKIP Gunungsitoli

Jl. Yos Sudarso No. 118/E-S Gunungsitoli Nias

(2)

DAFTAR ISI

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SMP SWASTA BNKP SIMON Netti Kariani Mendrofa

Hal : 1-9

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSONS UNTUK MENINGKATKANKREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SMP NEGERI 1 BOTOMUZOI Yakin Niat Telaumbanua

Hal : 10-18

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION SISWA

SMP NEGERI 2 GUNUNGSITOLI BARAT Amin Otoni Harefa

Hal : 19-27

PENERAPAN METODE RESITASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP NEGERI 4 MANDREHE UTARA

Sadiana Lase Hal : 28-35

UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM

BASED INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP NEGERI 2 LAHEWA

Ratna Natalia Mendrofa Hal : 36-43

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH SMP NEGERI 2 TUHEMBERUA Integrasi Anugerah Bate’e

Hal : 44-51

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE

SCRIPT SMP NEGERI 1 MORO’O Amin Otoni Harefa

(3)

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR

MATEMATIKA SISWA SMP SWASTA BNKP SIMON

Netti Kariani Mendrofa

Abstrak

Pendekatan problem posing adalah perumusan atau pembuatan masalah/soal sendiri oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan. Pendekatan Problem Posing dapat dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Ada unsur–unsur dasar dalam Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur-unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar angota dan evaluasi proses kelompok.

Tujuan penelitian: (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman konsep matematika dengan menerapkan pendekatan Problem Posing di SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan hasil belajar siswa terhadap peningkatan pemahaman konsep matematika dengan penerapan pendekatan Probelm Posingdi SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018. (3) Membuktikan secara signifikan kualitas proses pembelajaran terhadap peningkatan pemahaman konsep melalui pendekatan Problem Posingdi SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018. (4) Membuktikan secara signifikan rata-rata hasil belajar terhadap peningkatan pemahaman konsep melalui pendekatan Problem Posingdi SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018.

Upaya meningkatkan kemampuan matematika guru perlu mempersiapkan dan memilih cara penyampaian materi matematika kepada siswa. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian materi, juga agar setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pemelajaran matematika yang optimal. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang efektif, diperlukan beberapa kecakapan guru untuk memilihkan suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran.

Kata Kunci: Pendekatan Problem Posing, Pemahaman Konsep Siswa, dan Proses Pembelajaran.

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses mental yang melibatkan proses berpikir dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman sehingga adanya perubahan perilaku. Belajar bukan hanya kegiatan yang mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Di sekolah proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu, ketidakmampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran akan mengakibatkan kurangnya efektif suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di sekolah. Matematika digunakan sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain dan dalam kehidupan kerja. Selain itu, matematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan

(4)

Jurnal Pendidikan Matematika ‘Fangerai’

2 | V o l . 3 N o . 1 J u l i 2 0 1 8

pengetahuan lain. Secara formal pelajaran matematika diberikan kepada siswa dengan tujuan mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi kehidupan yang selalu berkembang melalui pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efesien dan efektif. Namun kenyataannya sampai saat ini hasil belajar matematika masih belum mencapai hasil yang diharapkan disebabkan karena siswa masih banyak yang beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit karena mempelajarinya dibutuhkan kemauan, kemampuan dan kecerdasan tertentu.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan matematika guru perlu mempersiapkan dan memilih cara penyampaian materi matematika kepada siswa. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian materi, juga agar setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pemelajaran matematika yang optimal. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika yang efektif, diperlukan beberapa kecakapan guru untuk memilihkan suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu.

Oleh sebab itu, pemilihan pendekatan pembelajaran perlu didasarkan pada kesesuaian dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh siswa. Sehingga pembelajaran tersebut dapat menstimulus siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai permasalahan baik dalam pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam keseluruhan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mendapat permasalahan dan perhatian yang serius dalam pengajaranya. Matematika salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai sebag peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan untuk bekal terjun dan bersosialisasi di masyarakat. Misalnya orang yang telah mempelajari matematika diharapkan bisa menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi.

Kemampuan siswa yang rendah dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan pemahaman konsep tentunya menjadi masalah dalam pembelajaran matematika. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi dari materi matematika. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Pemahaman terhadap suatu konsep sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Selain itu, siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih

(5)

bervariasi. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Swasta BNKP Simon pada tanggal 20 Maret 2017, ditemukan beberapa hal sebagai berikut: berdasarkan hasil pengamatan saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, yaitu: kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif, siswa tidak bisa menyelesaikan/ memecahkan masalah/soal, sebagian siswa mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung, guru mata pelajaran jarang memberi latihan, siswa segan bertanya, siswa tidak mengerti penjelasan guru.

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ditemukan beberapa masalah di antranya: kurangnya buku referensi, latihan yang diberikan oleh guru tidak bisa dipecahkan oleh siswa, siswa tidak belajar di rumah untuk persiapan dalam proses pembelajaran, siswa tidak menanyakan yang kurang dimengerti. Ditambah lagi dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa ditemukan beberapa hal, yaitu:siswa segan bertanya, sebagian siswa tidak mengerti penjelasan guru, cara guru menyampaikan materi kurang menyenangkan, siswa tidak memiliki buku Paket.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep adalah Problem Posing. Menurut Herdian (2009: 12) problem posing merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Problem Posing adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola pikir matematis. Menurut Silver, beberapa aktivitas Problem Posing bermanfaat pada perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak terhadap konsep-konsep penting matematika. Pendekatan Problem Posing juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis (Haerul, 2008).

Dalam penelitian ini diterapkan pendekatan Problem Posing untuk menyajikan materi kubus dan balok di Kelas VIII-A SMP Swasta BNKP Simon. Peneliti memilih pendekatan Problem Posing karena proses pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Posing siswa dituntut untuk berpikir lebih kritis dan logis dalam mempelajari konsep-konsep relasi. Hal ini sangat diperlukan karena kemampuan awal siswa masih rendah. Selain itu, media yang digunakan juga bentuk relasi yang digambar pada kertas manila atau dengan menghunjuk beberapa orang siswa maju kedepan dan membentuk relasi, mengingat sarana dan prasaran yang masih kurang di sekolah tersebut.

Berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa pada ujian akhir semester seperti ini sangat memprihatinkan.Oleh karena itu permasalahan ini perlu diteliti guna mencari solusi dalam pemecahannya demi kredibilitas mutu lulusan. Agar tercapainya mutu lulusan yang handal

(6)

Jurnal Pendidikan Matematika ‘Fangerai’

4 | V o l . 3 N o . 1 J u l i 2 0 1 8

maka perlu diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar, dengan menerapkan pendekatan Problem Posing dalam pembelajaran kooperatif sesuai dengan KTSP. Dengan demikian maka perlu diadakan pendekatan dalam penyampaian materi serta mengajak siswa dalam menemukan masalah serta memecahkan masalah dalam matematika khususnya dalam pemahaman konsep matematika.

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Adapun objek tindakan (objek penelitian) dalam penelitian ini adalah sebagai penerapan pendekatan Problem Posingdalam proses pembelajaran, Peningkatan pemahaman konsep siswa dengan penerapan pendekatan Problem Posing, Peningkatan hasil belajar siswa dengan adanya peningkatan pemahaman konsep matematika melalui pendekatan Problem Posing. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran matematika. Peneliti sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran sedangkan guru mata pelajaran matematika berperan sebagai pengamat.

Setting penelitian

Lokasi penelitian SMPSwasta BNKP Simon, yang terletak di Desa Sogae’adu Kecamatan SogaeaduKabupaten Nias. Dan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-Asemestergenap SMPSwasta BNKP Simon tahun pelajaran 2017/2018, yang berjumlah 22 orang.

Data Penelitian

Ada dua jenis data dalam penelitian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data dalam penelitian ini berbentuk angka-angka sehingga tergolong data kuantitatif. Data ini diperoleh peneliti langsung dari sampel penelitian.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian:(1) lembar observasi, terdiri dari (a) lembar observasi dalam proses pembelajaran responden guru, (b) lembar observasi yang siswa aktif dalam proses pembelajaran, (c) lembar obeservasi untuk siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran, (2) tes hasil belajar, (3)wawancara (4) angket: (a) angket kualitas pembelajaran, (b) angket pemahaman konsep siswa dan (5) dokumentasi. Tes yang digunakan divalidasikan kepada validator atau guru-guru yang sudah berpengalaman. Selanjutnya di uji cobakan di SMP Negeri 2 Sogae’adu Tahun Pembelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 30 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus pertama terdiri dari 2 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan peneliti menerapkan pendekatan Problem Posing, dimana langkah-langkah kegiatan pembelajran tercantum dalam RPP. Selama siklus pertama berlangsung guru mata pelajaran matematika sebagai pengamat mengisi lembaran pengamatan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

(7)

yang dilakukan dan akhirnya pada pertemuan terakhir siklus pertama diadakan evaluasi berupa tes hasil belajar. Dari tes hasil belajar tersebut tergambar sejauh mana daya pikir siswa dalam menyelesaikan soal tes tersebut.

Dengan mengevaluasi hasil pelaksanaan siklus pertama, jika ternyata masih belum mencapai mencapai hasil maksimum (75%) sebagaimana yang diharapkan sebelumnya, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan tidak terabaikan langkah-langkah pada siklus pertama.

Pada pertemuan 1 siklus I, proses pelaksanaan pembelajaran masih belum sesuai dengan yang diharapkan terutama dalam menerapkan pendekatan problem posing. Hal ini dikarenakan Menurut pengamat peneliti belum menyampaikan materi prasarat, peneliti masih belum mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti masih kurang mendetail, peneliti masih kurang dalam menggunakan pendekatan problem posing, peneliti masih kurang dalam penggunaan media pembelajaran dan waktu, tekanan dan variasi suara peneliti masih belum teratur, peneliti masih kurang dalam membimbing siswa dalam menjelaskan kembali materi, teknik pengajuan pertanyaan yang dilakukan peneliti masih kurang, peneliti masih belum melakukan evaluasi setelah selesai proses pembelajaran, peneliti masih kurang dalam teknik pemberian penghargaan kepada individu, peneliti masih kurang dalam menyimpulkan materi pembelajaran, peneliti masih kurang dalam menarik perhatian siswa terhadap materi yang disampikan.belum memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah, peneliti masih kurang dalam menutup proses pembelajaran, Peneliti masih kurang dalam memotivasi siswa untuk presentasi, teknik mengajukan pertanyaan yang dilakukan peneliti masih kurang,siswa kurang tertarik dengan model pembelajaran yang berlangsung.

Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil observasi proses pembelajaran responden guru yaitu 1,87 yang masih tergolong kategori kurang. Pada pertemuan pertama ini juga ditemukan banyak siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Demikian juga dengan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dimana rata-rata minat siswa hanya 2,13, rata-rata perhatian siswa hanya 2,18, rata-rata partisipasi siswa hanya 2,22, dan rata-rata presentasi siswa hanya 2,27. Berdasarkan hasil observasi, persentase siswa yang tidak terlibat aktif mencapai 15 % dikarenakan masih banyak siswa yang kurang tertarik dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi beberapa kelemahan pada pertemuan ini, ada beberapa cara yang dilakukan peneliti, antara lain: membina komunikasi yang baik dengan siswa, memberi perhatian yang lebih banyak kepada siswa (berisik, mengerjakan tugas lain, mengantuk, keluar masuk kelas, melamun dan mengganggu siswa lain), memberikan pujian/penilaian secara individu kepada siswa yang lebih aktif, memberikan contoh-contoh soal yang menarik yang ada disekitar lingkungan sekolah serta bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk mengawasi dan mengarahkan siswa, peneliti menyimpulkan materi yang telah disampaikan agar siswa dapat mengambil inti dari materi tersebut, Setelah selesai proses pembelajaran peneliti memberikan

(8)

Jurnal Pendidikan Matematika ‘Fangerai’

6 | V o l . 3 N o . 1 J u l i 2 0 1 8

tugas dirumah agar siswa lebih terlatih dalam mengerjakan soal-soal, peneliti Berupaya untuk menutup proses pembelajaran dengan memberikan penguatan kepada siswa agar lebih giat dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran responden guru diperoleh rata-rata 2,62 tergolong kategori cukup. Hal ini menunjukkan adanya sedikit peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya, namun menurut pengamat, peneliti masih kurang cara penjelasan materi, penggunaan media, penggunaan waktu, tekanan atau variasi suara, kemampuan membimbing siswa, pemberian pertanyaan, kemampuan melakukan evaluasi, pemberian penghargaan, cara menyimpulkan materi, serta masih kurang dalam pemberian tugas baru. Demikian pula halnya dengan rata-rata keaktifan siswa yang mulai terlihat ada peningkatan dimana rata-rata minat siswa mencapai 2,5, rata-rata perhatian siswa 2,40, rata-rata partisipasi siswa 2,45, dan rata-rata presentasi siswa 2,59. Artinya siswa yang tertarik dalam model pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran meningkat. Jumlah siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran juga mengalami penurunan yaitu 9,54% yang artinya siswa sudah mulai bisa mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing.

Meskipun adanya peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya namun masih ada hal yang perlu diperbaiki, Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa upaya perbaikan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya adalah:

1) Meningkatkan/mengupayakan semaksimal mungkin penguasaan kelas, dan kemampuan menggunakan media, serta penggunaan waktu seefesien mungkin.

2) Memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan kepada siswa agar lebih mudah dipahami.

3) Memperbaiki cara menyimpulkan dan memberikan penegasan terhadap hal-hal yang dianggap penting agar siswa dapat lebih fokus.

4) Memberikan perhatian lebih kepada siswa yang masih belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

5) Berupa semaksimal mungkin menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat mengikuti model pembelajaran yang sedang berlangsung

6) Selalu memberikan tugas dirumah kepada siswa agar siswa belajar dirumah.

7) Setelah selesai proses pembelajaran peneliti harus melaksanakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi yang telah dipelajari.

Siklus I terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Setelah pertemuan 2, peneliti mengadakan tes hasil belajar, memberikan angket kualitas pembelajaran dan serta melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah diikuti selama dua kali pertemuan.

Pada akhir siklus I diperoleh persentase pengamatan hasil observasi proses pembelajaran responden guru dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 2 yaitu 58,66% . Demikian juga rata-rata persentase siswa yang tidak terlibat aktif setelah dikurangi 100% dari

(9)

pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 2 adalah 87,73%. Sedangkan untuk siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 2 diperoleh rata-rata persentase adalah 58,66%. Hasil angket kualitas pembelajaran pada siklus I mencapai 68,66% tergolong kategori cukup. Rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 71,18, tergolong kategori cukup dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 68,18%. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa diperoleh informasi bahwa beberapa siswa merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan menguasai materi pelajaran. Demikian juga dalam memecahkan masalah, sebagian siswa masih merasa sulit. Namun, ini menjadikan siswa terlatih dan tertantang untuk belajar lebih baik lagi, demikian juga soal-soal evaluasi sebagian siswa masih merasa sulit dalam mengerjakannya. Namun siswa tetap merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran karena siswa lebih aktif untuk bertanya, menanggapi dan menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan oleh guru.

Dari refleksi siklus I ternyata target yang diharapkan belum tercapai. Oleh sebab itu maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian dilanjutkan pada siklus II. Untuk mengatasi beberapa kelemahan pada siklus I maka ada beberapa upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II, antara lain: Berusaha melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik lagi sesuai dengan langkah-langkah pendekatan problem posing, mengoptimalkan penggunaan waktu, mengelola kegiatan siswa dengan baik, memotivasi siswa agar lebih aktif dan kreatif untuk berpikir dalam pemecahan masalah serta berupaya memberikan penilaian kepada siswa baik secara individu maupun kelompok bagi yang berprestasi. Peneliti optimis bahwa proses pembelajaran pada siklus II akan lebih baik karena peneliti yang bertindak sebagai guru dan juga siswa sudah mulai terbiasa dengan pendekatan problem posing Terlebih lagi siswa sudah lebih mengenal peneliti yang bertindak sebagai guru sehingga lebih akrab dan tidak segan.

Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran responden guru diperoleh rata-rata 3,12 tergolong kategori baik. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan proses pembelajaran di kelas sudah baik meskipun masih belum maksimal. Hasil observasi untuk siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran justru meningkat, dimana rata-rata minat siswa mencapai 3,09, rata-rata perhatian siswa mencapai 3,27, rata-rata partisipasi siswa mencapai 3,31, dan rata-rata presentasi siswa mencapai 3,22. Hasil observasi untuk siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran semakin menurun yakni 7,27%.

Untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi, peneliti berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan kelemahan-kelemahan sebelumnya terutama dalam hal pengelolaan kegiatan siswa dan membimbing siswa dalam belajar masih kurang.

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2 siklus II ini menunjukkan hasil yang semakin baik. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran responden guru diperoleh rata-rata 3,43 tergolong kategori baik. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dengan penerapan pendekatan problem posing sudah baik. Berdasarkan bahwa hasil observasi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran juga semakin meningkat dimana rata-rata

(10)

Jurnal Pendidikan Matematika ‘Fangerai’

8 | V o l . 3 N o . 1 J u l i 2 0 1 8

minat siswa mencapai 3,5, rata-rata perhatian siswa mencapai 3,59, rata-rata psrtisipasi mencapai 3,63, dan rata-rata presentasi mencapai 3,68. Berdasarkan siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran juga semakin berkurang yakni 4,54%.

Siklus II terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Setelah pertemuan 2 ini peneliti mengadakan tes hasil belajar, memberikan angket kualitas pembelajaran serta melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah diikuti pada siklus II.

Pada akhir siklus II diperoleh rata-rata persentase hasil observasi proses pembelajaran responden guru pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 82,02%. Demikian juga rata-rata persentase siswa yang terlibat aktif pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 85,36%. Sedangkan untuk observasi siswa yang tidak terlibat aktif setelah dikurangi 100% adalah 94,10%. Hasil angket kualitas pembelajaran pada siklus II mencapai 92 %. Rata-rata hasil belajar pada siklus II adalah 80,34 dan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 86,36%. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa diperoleh informasi bahwa siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran matematika. Siswa tertantang untuk mencari dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Hal ini berdampak positif pada soal-soal evaluasi yang dapat diselesaikan siswa dengan baik.

Berdasarkan refleksi siklus II ternyata hasilnya sudah mencapai target yang diharapkan. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa :

(1) Proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem posing tergolong baik. (2) Rata-rata hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan problem posing tergolong

baik.

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang siswa peneliti memperoleh informasi bahwa siswa sangat senang mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan problem posing yang dilaksanakan oleh peneliti sehingga rata-rata hasil belajar mereka baik. Dari refleksi siklus II ternyata target yang diharapkan sudah tercapai. Oleh sebab itu maka peneliti menyimpulkan bahwa minat dan hasil belajar matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing sudah baik.

KESIMPULAN

1. Proses pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan problem posing SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018, rata-rata pada siklus I adalah 68,66% tergolong (kriteria baik) dan pada akhir siklus II adalah 92% tergolong (kriteria baik).

2. Pemahaman konsep siswa melalui penerapan pendekatan problem posing SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018, pada akhir siklus I adalah 59,35% tergolong (kriteria sedang) dan pada siklus II adalah 81,29%, tergolong (kriteria tinggi).

(11)

3. Hasil belajar matematika baik melalui pendekatan problem posing SMP Swasta BNKP Simon Tahun Pelajaran 2017/2018, rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 71,18 tergolong (kriteria baik) dengan presentasen ketuntasan 68,18% (tidak tuntas), dan pada siklus II adalah 80,34 tergolong (kriteria baik) dengan presentase ketuntasan 86,36% (tuntas) dan simpangan baku 8,73.

REFERENSI

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Dimyati dan Mudjiono ,2006, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cipta, Jakarta

Djamara, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, 2010, Strategi Belajar Mengajar, PT Rineka Cipta, Jakarta

Hamdani, 2011, Strategi BelajarMengajar, CV PustakaSetia, Bandung Hamalik,

Harefa, Amin Otoni, 2011, Diktat Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Gunungsitoli, diktat tidak diterbitkan, Gunungsitoli.

Istarani, 2011, 58 Model Pembelajaran Inovatif, Mediapersada, Medan

Nuharini Dewi, Wahyuni Tri, 2008, Matematika Konsep dan Aplikasinya, PT, Madju Medan Cipta, Medan

Oemark Hamalik, 2011, proses belajar mengajar, diterbitkan oleh PT bumi aksara. Suprijono,Agus, 2009,Cooperative Learning. Pustaka belajar, Surabaya

Telaumbanua, Melinus, 2010, Diktat Statistika Matematika 2, Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Gunungsitoli, diktat tidak diterbitkan, Gunungsitoli. Uno, Hamzah, 2009, Model Pembelajaran, Bumi aksara, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tri Tunggal Maha Kudus, Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus karena atas berkat, hikmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat

biopsikososial harusnya digunakan dalam melakukan penanganan LBP kronis dan pemberian latihan pada pasien merupakan rekomendasi terbaik, akan tetapi pada prakteknya

Bagi guru, sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru bidang studi matematika untuk menggunakan penerapan model Quantum Teaching sehingga dapat menvariasikan model

Pemilihan chemical untuk proses pengolahan air limbah penambangan di PT Bara Anugrah Sejahtera tidak hanya melihat faktor keberhasilan chemical menurunkan TSS saja

Pada  sistem  operasi  berbasis  UNIX  semacam  Linux,  FreeBSD,  OpenBSD  setiap  proses  memiliki  berbagai  properti  seperti  nomor  proses,  pemilik  proses, 

Pengawasan yang dilakukan Dinas Pendidikan mengenai dana yang bersumber dari sumbangan masyarakat hanya berupa laporan penggunaan dana tersebut pada awal tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar membaca menulis melaksanakan pembelajaran seperti dengan siswa reguler yang lain baik dari segi tujuan,

Peran guru mata pelajaran fiqh dalam membimbing siswa dan siswi di MTsN 3 Kota Banjarmasin dalam shalat fardhu salah satunya adalah sebagai pembimbing. Seorang guru