• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan kurikulum di Indonesia, matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan kurikulum di Indonesia, matematika"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan kurikulum di Indonesia, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi sorotan dalam dunia pendidikan terus mengalami pembaharuan. Pembaharuan tersebut terjadi pada setiap komponen pembelajaran matematika salah satunya ialah bahan ajar.

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar begitu penting baik bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Guru akan kesulitan dalam meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dan interaktif jika tanpa disertai bahan ajar, begitu juga bagi siswa tanpa adanya bahan ajar siswa akan kesulitan dalam belajar.

Bahan ajar berupa buku siswa yang digunakan sebagai buku wajib di sekolah sudah mulai menuntut siswa lebih aktif karena dalam kegiatan pembelajarannya diterapkan pendekatan saintifik, namun materi yang disajikan pada setiap kegiatan pembelajaran masih sulit dimengerti oleh siswa. Selain itu pada umumnya pembelajaran matematika di sekolah cenderung terfokus pada ketercapaian target materi berdasarkan kurikulum, bukan pada pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2017: 194) diketahui bahwa guru dan siswa hanya menggunakan buku paket yang siap pakai sebagai rujukan, bahkan 74% siswa hanya memiliki buku paket sebagai rujukan untuk pembelajaran. Buku paket yang digunakan tidak sesuai dengan

(2)

kebutuhan dan karakteristik siswa di pesantren Daar Al Uluum Kisaran tersebut. Menurut siswa materi yang dalam buku paket terlalu rumit untuk dipahami, tulisan dalam buku kurang menarik perhatian siswa, serta penyampaian isi dan kemasan dalam buku paket tidak disukai oleh siswa.

Menurut Nasution (2016:50) bahwa bahan ajar (buku pegangan) yang digunakan siswa dalam pembelajaran tidak menuntut student centered. Bahan ajar yang digunakan masih minim dan dirancang untuk dipasarkan secara luas, gaya penulisan naratif dan tidak komunikatif, sangat padat, tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca. Sehingga, siswa masih kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat pada bahan ajar (buku pegangan) yang digunakan.

Selaras dengan hal tersebut berdasarkan data yang diperoleh melalui angket siswa di kelas X SMAN 11 Muaro Jambi dapat diketahui bahwa, siswa kurang senang saat belajar matematika dan kurang menyerap materi pelajaran ketika beracuan pada buku yang ditunjukan melalui persentase secara berturut turut sebesar 47,6% dan 48,80% yang termasuk ke dalam kategori kurang baik, hal ini dikarenakan siswa kesulitan memahami materi dalam buku, bahasa yang digunakan dalam buku sulit untuk dipahami siswa, gambar-gambar yang disajikan dalam buku tidak menarik dan tidak mendorong siswa untuk belajar, sehingga pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan buku tersebut selain membuat siswa kurang senang dalam pembelajaran matematika, siswa juga menjadi tidak aktif, dan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada pendidik.

Menurut Dewi, dkk (2017:195) salah satu bahan ajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam memahami materi serta penyajian materi tetap sesuai

(3)

dengan kompetensi yang ingin dicapai, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efesien adalah modul. Menurut Daryanto (2013:9) modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, dan di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana serta didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang ingin dicapai.

Aspek yang harus diperhatikan pada modul antara lain tingkat keterbacaan modul dan visualisasi modul. Dalam pengembangan modul tingkat keterbacaan modul harus sangat diperhatikan, artinya sajian modul harus memperhatikan kemudahan bahasa yaitu bahasa sederhana dengan kalimatnya pendek dan kata yang digunakan mudah dimengerti siswa, tidak berbelit menggunakan kata-kata yang sudah biasa dipakai sehari-hari serta sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Sementara, visualisasi modul bertujuan untuk membantu modul yang abstrak. Maksudnya dengan pemberian gambar, bagan, grafik, skema, ilustrasi dan lain-lain yang bertujuan untuk memperjelas dan mendukung uraian materi modul yang abstrak sehingga mempermudah siswa dalam memahami setiap materi modul (Warsita 2011:116). Melalui visualisasi modul ini materi yang bersifat abstrak terutama konsep matematika yang bersifat abstrak, akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru matematika di SMAN 11 Muaro Jambi bahwa sebelumnya tidak ada modul, guru hanya menggunakan buku paket dalam kegiatan pembelajaran dan dalam proses pembelajaran siswa kesulitan dalam memahami materi ajar karena materi pembelajaran yang ada pada buku dimulai dengan penjelasan konsep yang tidak

(4)

dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari siswa sehingga matematika sendiri bagi siswa merupakan sesuatu yang abstrak, kemudian diikuti dengan menunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengerjakan soal-soal sehingga menyebabkan siswa tidak mampu untuk memecahkan persoalan yang diberikan kepadanya terutama jika persoalan yang diberikan berbeda dengan contoh serta hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sehingga, diperlukan modul pembelajaran yang membantu siswa dalam memahami materi dengan menyajikan permasalahan dalam kehidupan nyata, supaya siswa merasa senang saat belajar karena mengetahui manfaat dari materi ajar tersebut serta agar siswa mampu memecahkan permasalahan yang diberikan kepadanya. Maka dipilih model Problem Based Learning dalam mengembangkan modul, Menurut Arends dalam Afandi, dkk (2013: 25) model Problem Based Learning merupakan pengajaran berdasarkan masalah dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud menyusun pengetahuan siswa sendiri, mengembangkan inquiri, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Modul yang digunakan akan lebih menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred), dengan diterapkan langkah-langkah model Problem Based Learning dalam materi pada modul dimana pembelajaran yang disajikan berlandaskan pada permasalahan diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam memecahkan permasalahan yang bekaitan dengan kehidupan nyata.

(5)

Adapun seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modul yang biasanya disajikan dalam bentuk cetak bertransformasi ke dalam bentuk elektronik yang dikenal dengan istilah modul elektronik, modul digital atau modul virtual. Dengan adanya modul elektronik lebih memudahkan siswa dalam belajar mandiri, penyajian uraian materi lebih menarik, dan interaktif, penyajian latihan soal dalam modul elektronik disertai dengan penilaian secara langsung setelah penyelesaian soal sehingga dapat memudahkan siswa maupun guru dalam mengetahui pencapaian kompetensinya, yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Modul elektronik merupakan bentuk penyajian bahan belajar yang disusun secara sistematis dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format elektronik yang didalamnya memuat animasi, audio, navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif dengan desain program tersebut. Dengan adanya modul elektronik yang melibatkan audio, visual, sound, movie, tersebut maka pengguna akan lebih mudah memahami materi yang disajikan dalam modul. Sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran yang baik (Sugianto dkk, 2013:102)

Dari angket kebutuhan yang diberikan pada siswa di kelas X SMAN 11 Muaro Jambi diperoleh bahwa siswa senang dan tertarik untuk belajar menggunakan bahan ajar seperti modul yang disajikan dalam bentuk elektronik yang ditunjukkan melaui persentase sebesar 79,8% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik, hal ini dikarenakan bahan ajar yang disajikan dalam bentuk elektronik dapat digunakan kapanpun dan dimanapun serta penyajiannya yang lebih menarik.

(6)

Secara holistik modul elektronik berbasis Problem Based Learning ini merupakan modul pembelajaran yang disajikan dalam bentuk elektronik dimana penyajian materi pada modul didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning yang berlandaskan pada permasalahan nyata. Diharapkan dapat merangsang siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dan pengalaman yang telah siswa miliki sebelumnya, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, meningkatkan pemahaman siswa terhadap masalah, dan siswa dapat belajar dengan mandiri.

Dalam pengembangan e-modul berbasis problem based learning digunakan software adobe flash proffesional CS5.5. Adobe flash merupakan sebuah program yang dirancang khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan bitmap yang interaktif dan dinamis (Atiaturrahmaniah dan Doni, 2017:3). e-Modul yang akan dikembangkan memuat teks, bagan, gambar, tombol, audio dan animasi yang memiliki format APK sehingga dapat digunakan pada android.

Adapun salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan di kelas X IPA ialah fungsi. Materi fungsi banyak diaplikasikan dalam kehidupan nyata dan bidang ilmu lain misalnya pada bidang kajian ekonomi untuk mempelajari fungsi permintaan dan penawaran dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Desain e-Modul Berbasis Problem Based Learning Dengan Menggunakan Adobe Flash Pada Materi Fungsi Kelas X SMA”

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana produk e-modul berbasis Problem Based Learning dengan menggunakan adobe flash pada materi fungsi kelas X SMA dihasilkan? 2. Bagaimana kualitas produk e-modul berbasis Problem Based Learning

dengan menggunakan adobe flash pada materi fungsi kelas X SMA ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan keefektifan?

1.3 Tujuan Pengembangan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan pengembangan ini adalah:

1. Untuk menghasilkan produk e-modul berbasis Problem Based Learning dengan menggunakan adobe flash pada materi fungsi kelas X SMA.

2. Untuk mengetahui kualitas produk e-modul berbasis Problem Based Learning dengan menggunakan adobe flash pada materi fungsi kelas X SMA yang ditinjau dari kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

1.4 Spesifikasi Pengembangan

Spesifikasi produk yang diharapkan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. e-Modul dikembangkan dengan software adobe flash professional CS5.5.

(8)

2. e-Modul yang dikembagkan dalam penelitian ini memuat teks, gambar, bagan, tombol, animasi, audio, movie yang mempermudah siswa untuk memahami materi.

3. e-Modul yang dikembangkan memiliki format APK sehingga dapat dioperasikan pada android dengan menginstal aplikasi e-modul serta Adobe AIR.

4. e-Modul yang dikembangkan digunakan secara offline.

5. e-Modul yang dihasilkan melalui tahapan model pengembangan ADDIE.

6. e-Modul menggunakan model Problem Based Learning dalam penyusunan materi.

7. e-Modul memuat contoh soal yang mengacu permasalahan autentik. 8. e-Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini memenuhi

karakteristik Problem Based Learning yang meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antardisiplin, serta penyelidikan autentik.

9. e-Modul dikembangkan terdiri dari judul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, kompetensi yang akan dicapai, peta konsep, kegiatan belajar yang berisi uraian materi, latihan/uji kompetensi sebagai alat evaluasi serta kunci jawaban (Prastowo, 2014:214). Modul ini dikemas dalam bentuk elektronik, praktis, dan ekonomis.

(9)

10. e-Modul yang dikembangkan memenuhi karakteristik modul menurut Daryanto (2013:9-11) diantaranya self lnstruction, self contained, stand alone, adaptif, user friendly.

11. e-Modul yang dikembangkan memenuhi elemen mutu modul menurut Daryanto (2013:13) yang meliputi format, organisasi, daya tarik, ukuran, huruf, spasi.

12. e-Modul yang dikembangkan lebih menarik dan interaktif. Dikatakan interaktif karena e-modul yang dikembangkan lebih merangsang siswa untuk menjawab soal-soal yang diberikan, karena terdapat umpan balik berupa benar atau salah terhadap jawaban siswa, serta diakhir latihan terdapat skor/nilai yang diperoleh siswa.

1.5 Pentingnya Pengembangan

Manfaat pengembangan yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendidik dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkatkan kualitas pembelajaran matematika serta dapat menambah pengetahuan baru tentang inovasi pembelajaran.

2. Bagi siswa dapat memotivasi dan membantu dalam belajar, baik secara mandiri ataupun dengan bimbingan guru, dapat meningkatkan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar, serta untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi fungsi. 3. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai bahan ajar yang inovatif dan

(10)

4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan siswa. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.6.1 Asumsi Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini yaitu e-modul berbasis Problem Based Learning pada materi fungsi kelas X dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sekolah yang dituju memiliki kendala sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti.

2. Lingkungan sekolah yang cukup kondusif untuk dijadikan tempat penelitian, serta ketersediaan sumber daya teknologi yang dimiliki siswa yaitu android.

1.6.2 Keterbatasan Pengembangan

Agar pengembangan ini lebih berfokus dan tidak terlalu luas pembahasanya maka penulis memberikan batasan pengembangan adapun batasan pengembangan yang dibahas adalah:

1. Peneliti memfokuskan penelitiannya pada materi operasi aljabar pada fungsi, fungsi komposisi, dan fungsi invers.

2. e-Modul dikembangkan menggunakan aplikasi adobe flash

professional CS5.5 yang dioperasikan melalui laptop yang telah terinstal aplikasi adobe flash professional CS5.5. e-Modul yang

(11)

dikembangkan dalam penelitian ini memiliki format APK sehingga modul dapat dioperasikan pada android.

1.7 Definisi Istilah 1. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.

3. e-Modul

e-Modul merupakan bentuk penyajian bahan ajar yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran tertentu, yang disajikan dalam format elektronik, yang dilengkapi dengan penyajian teks, gambar, bagan, tombol, animasi, audio dan movie untuk memperkaya pengalaman belajar siswa dan menjadi alternatif bahan ajar yang baik. 4. Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran pada masalah autentik yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Cairan tersebut kemudian didinginkan dan dititrasi menggunakan HCl sampai larutan menjadi kuning jerami lalu menambahkan 3 tetes PP maka larutan menjadi merah dan cairan

Pembelajaran yang dilakukan perlu melatihkan keterampilan-keterampilan sains sehingga peserta didik terbiasa melakukan hal-halyang berhubungan dengan kegiatan seperti:

Tes serologik tidak digunakan secara rutin dan luas untuk diagnosa infeksi traktus genitalis Chlamydial kecuali untuk LGV, oleh karena dijumpai prevalensi antibodi pada

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media massa adalah segala bentuk media atau sarana komunikasi yang menyalur- kan dan mempublikasikan berita kepada

Dana Desa diharapkan dapat memberi tambahan energi bagi Desa dalam melakukan pembangunan dan pemberdayaan Desa, menuju Desa yang kuat, maju dan mandiri. Begitu penting

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara panjang stek dan konsentrasi ZPT memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan stek

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa dengan melakukan pemberian angket kecerdasan

Analisa XRD (X-Ray Diffraction) bertujuan untuk melihat senyawa kimia dan struktur kristal yang terdapat di dalam sampel beserta komposisinya. Pada penelitian ini