• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1947 TENTANG PERATURAN MAHKAMAH TENTARA SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1947 TENTANG PERATURAN MAHKAMAH TENTARA SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1947

TENTANG

PERATURAN MAHKAMAH TENTARA SEMENTARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

bahwa dianggap perlu menyesuaikan jalannya Pengadilan Tentara (dalam arti luas) dengan keadaan perang (bahaya perang) sekarang ini.

Mengingat:

Undang-undang Nomor 7 dan 8 tahun 1946. Peraturan Pemerintah Nomor 5-1946 dan Nomor 4-1947, pasal 22 berhubung dengan pasal IV aturan Peralihan dari Undang-undang Dasar dan Maklumat Wakil Presiden

tertanggal 16 Oktober 1945 No. X.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan Peraturan sebagai berikut:

Pasal 1

(1) Buat sementara maka tiap-tiap Pengadilan Negeri untuk daerah hukumnya merangkap menjadi Pengadilan Tentara Luar Biasa yang selanjutnya disebut Mahkamah Tentara Sementara.

(2) Dengan tidak mengurangi Peraturan ini, maka Undang-undang No. 7 dan 8 tahun 1946 berlaku bagi Mahkamah tersebut.

(3) Ketua Mahkamah Tentara Sementara mendapat pangkat Letnan Kolonel tituler: Panitera Mahkamah Tentara Sementara mendapat pangkat Kapten tituler. Satu sama lain tak mengurangi hak Presiden untuk memberikan pangkat-pangkat yang lebih tinggi.

(4) Untuk sementara daerah-hukum Mahkamah Tentara dan Mahkamah Tentara Luar Biasa diperkecil sehingga meliputi seluruh daerah-hukum Pengadilan Negeri saja yang diketuai oleh Ketua Mahkamah Tentara atau Ketua Mahkamah Tentara Luar Biasa itu.

Pasal 2

(1) Untuk sementara maka tiap-tiap Kejaksaan Pengadilan Negeri merangkap menjadi Kejaksaan Tentara untuk melayani juga perkara-perkara yang termasuk kekuasaan Pengadilan Tentara.

(2) Ketua Kejaksaan Pengadilan Negeri menjabat Jaksa Tentara dan Jaksa lainnya yang pada waktu mulai berlakunya Peraturan ini bukan seorang Jaksa Tentara, kini menjabat Jaksa Tentara Pengganti.

(3) Dalam mengurus perkara-perkara termaksud dalam ayat (1) maka antara satu dengan yang lain

(2)

satu Kejaksaan Pengadilan Negeri, tetap seperti sediakala dalam gabungannya itu.

(4) Untuk jabatan Jaksa Tentara (Pengganti) maka penjabat-penjabat baru tersebut dalam ayat (2) tadi mendapat pangkat Mayor tituler: satu sama lain tidak mengurangi hak Presiden untuk memberikan pangkat yang lebih tinggi dari itu.

Pasal 3

Suatu Pengadilan Tentara bersidang ditempat kedudukannya, kecuali jikalau berhubung dengan keadaan Negara atas ketetapan Ketuanya sidang itu harus diadakan ditempat lain di dalam daerah-hukum masing-masing.

Pasal 4

Suatu Pengadilan Tentara dapat mengadili perkara dalam sidang yang terdiri dari Ketua, Jaksa Tentara Agung atau Jaksa Tentara dan Panitera.

Pasal 5

Jaksa Tentara Agung atau Jaksa Tentara boleh membawa si terdakwa kehadapan persidangan pengadilan dengan tidak usah memperhatikan acara ("formaliteit") apapun juga.

Selanjutnya dipakai sebagai pedoman oleh Pengadilan Tentara Titel 10 Bagian I dan III H.I.R. dengan memperhatikan hal-hal yang tersebut dalam pasal 337 H.I.R. dibawah huruf A, B, C, E dan F.

Jika dianggap perlu oleh Ketua, maka ia dapat memerintahkan kepada Jaksa Tentara yang bersangkutan (Jaksa Tentara Agung bagi Mahkamah Tentara Agung) untuk menambah pemeriksaan permulaan, dengan

mengembalikan daftar perkaranya kepadanya (kepada Jaksa tersebut).

Pasal 6

(1) Jika karena sesuatu keadaan suatu perkara tak dapat dihadapkan kepada Pengadilan Tentara yang berkuasa untuk mengadilinya, perkara tersebut dapat diadili oleh Pengadilan Tentara lain yang

berdekatan, atas ketetapan Ketua Mahkamah Tentara Agung dengan persetujuan Jaksa Tentara Agung. (2) Apabila karena sesuatu hal tak ada perhubungan bagi antara Mahkamah Agung dan sesuatu Pengadilan

Tentara yang berdekatan itu, maka Pengadilan Tentara yang berdekatan itu harus mengadili perkara yang dihadapkan kepadanya.

(3)

Pasal 9

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari yang akan ditetapkan oleh Menteri Pertahanan.

Ditetapkan Di Yogyakarta, Pada Tanggal 18 Agustus 1947 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd. SOEKARNO MENTERI PERTAHANAN, Ttd. AMIR SJARIFOEDDIN Diumumkan,

Pada Tanggal 19 Agustus 1947 SEKRETARIS NEGARA,

Ttd,

(4)

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1947

TENTANG

PERATURAN MAHKAMAH TENTARA SEMENTARA

Penjelasan Umum

Berhubung dengan keadaan perang (bahaya perang) sekarang ini perlu disediakan peraturan untuk penyelesaian perkara-perkara yang lebih cepat dari yang sudah-sudah.

Menurut Peraturan ini maka dengan memakai tenaga semua Pengadilan Negeri, penyelesaian perkara-perkara yang termasuk kekuasaan Pengadilan Tentara terbagi atas banyak Pengadilan.

Kekurangan karena susunan sidang Pengadilan tersebut pada keadaan sekarang ini (yaitu seolah-olah tak memakai tenaga anggota-opopsir), dapat diperkecil sewaktu-waktu dengan kebijaksanaan, Ketua dapat mendengarkan keterangan seorang anggota Tentara sebagai ahli dalam ketentaraan, dan sebagainya. Pun hal memperluas jumlah Jaksa Tentara dapat dianggap sebagai salah satu jalan untuk mempercepat penyelesaian perkara. Untuk itu yang terbaik ialah setiap Jaksa (boasa) dijadikan Jaksa Tentara atau Jaksa Tentara Pengganti. Maka dengan demikian, dapatlah dipergunakan kecakapan dan pengalaman mereka dalam pengusutan dan penuntutan perkara.

Jalan yang ketiga ialah memberi kesempatan kepada pengadilan Tentara untuk bersidang diluar tempat dimana kedudukannya, untuk mendekati tempat dimana perkara-perkara yang harus diurusnya itu terjadi. Hal ini terutama ditujukan kepada medan pertempuran.

Meskipun disana-sini hal tersebut telah dipraktekkan oleh beberapa Mahkamah Tentara, masih dirasa perlu untuk menegaskan itu dalam suatu Undang-undang atau Peraturan Pemerintah. Satu sama lain untuk menghapuskan salah faham.

Jalan yang ke-empat untuk mencapai maksud ialah memperluas kemungkinan untuk mengadili perkara secara sumir.

Yang dimaksud oleh Peraturan ini ialah antara lain bahwa kita tak usah mengindahkan syarat-syarat yang menurut peraturan-peraturannya sampai kini masih berlaku untuk memajukan perkara (dan menyelesaikan selanjutnya) secara singkat tadi. Maka dari itu ayat D pasal 337 H.I.R. dengan sengaja tak disebut dalam pasal 5 Peraturan ini, dan dirasa cukup untuk menegaskan seperti yang tercantum dalam garis ketiga pasal 5 tersebut.

(5)

Cukup jelas.

Sesuai dengan azas tersimpul dalam pasal 4; dianggap tak perlu untuk mengangkat anggota-opsir buat Mahkamah Tentara Sementara.

Pasal 3

Jika dulu suatu Mahkamah Tentara atau Mahkamah Tentara Luar Biasa mengadakan sidang diluar tempat kedudukannya ialah berdasarkan kias daripada peraturan yang berlaku bagi Pengadilan Negeri, lihat pasal 90 R.O. Terhadap Mahkamah Tentara Agung, lihat pasal 7 ayat (2) Undang-undang No. 7-1946.

Maka sekarang dengan pasal 3 ini secara tegas hal tersebut diperbolehkan. Kebutuhan ini terutama terasa sekali pada daerah-daerah yang berdekatan dengan medan pertempuran.

Pasal 4

Sudah barang tentu sedapat mungkin suatu Pengadilan Tentara harus bersidang secara lengkap menurut peraturan-peraturan yang hingga kini berlaku. Tetapi apabila hal ini tidak mungkin maka pada waktu perang (bahaya perang) sekarang ini hendaknya dimungkinkan sidang pengadilan terdiri dari Ketua, Jaksa Tentara (Agung) dan Panitera, artinya jika perlu sama sekali tidak dengan seorang anggota-opsir (misalnya dalam hal semua anggota-opsir sesuatu Pengadilan Tentara dikirimkan kegaris depan). Pasal 4 ini tertuju pada perkara-perkara kejahatan. Terhadap perkara-perkara pelanggaran tetap berlaku pasal 20 Undang-undang No. 7-1946.

Pasal 5 Cukup terang setelah penjelasan umum diatas tadi.

Pasal 6

Ketetapan termaksud yang menunjuk Pengadilan mana yang berhak untuk mengadilinya dapat bersifat umum; tetapi mungkin pula bersifat "incidenteel", yaitu hanya berlaku buat perkara yang tertentu saja. Selanjutnya, lihat penjelasan umum.

Pasal 7, 8 dan 9 Tak membutuhkan penjelasan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : Peta Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) dan peta lokasi penelitian; Phiband untuk mengukur diameter;

PerubahanStrukturSosialEkonomidariEkonomiPertanisankeEkonomiIndustr ipadaMasyarakatDesaKubangwunguKecamatanKetangguganKabupatenBr ebesTahun 1969-2010 .Jurnal: Journal of

Sistem Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk menjaga keamanan

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: Rajagrafido Persada. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda karya.. Metode Penelitian Pendidikan

Bagi asisten praktikum dimohon yang nantinya telah diterima harap untuk konfirmasi dengan laboran NOC (mas Riesky) tentang jadwal pelaksanaan praktikum yang diasuh 4..

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD 3 Terban dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Talking Stick berbantuan lagu

Clearly, we can see how easily Macbeth betrays his close friend just for making his position as a king safer because in fact, Banquo is a great danger to him both

Teknik analisis yang diguna- kan dalam penelitian ini adalah teknik arkeo-genealogi dengan melalui bebera- pa langkah sebagai berikut: (1) melalui teknik arkeologi,