• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5  

A. Perancangan

Perancangan adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip dengan tujuan untuk menginformasikan hasil analisa kedalam bentuk yang memudahkan mengimplementasikan (Kadir, 2003: 54).

Sedangkan pengertian perancangan menurut Al-bahra Bin Ladjamuddin dalam bukunya “Analisis dan Desain Informasi” adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik (2005: 39).

Berdasarkan dua definisi perancangan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perancangan adalah penggambaran dan perencanaan yang kemudian diterjemahkan ke dalam sebuah konsep rancangan sebagai pemecahan suatu masalah.

B. Game

Game atau permainan dalam bahasa Indonesia adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik, menurut Kimpraswil (As’adi Muhammad, 2009: 26).

Menurut Joan Freeman dan Utami Munandar dalam buku karya Andang Ismail “Education Games” pengertian game adalah suatu aktifitas yang

(2)

membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional (2009: 27).

C. Android

1. Definisi Android

Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat seluler layar sentuh seperti telepon pintar dan komputer tablet. Menurut Teguh Arifianto dalam bukunya “Membuat Interface Aplikasi Android Lebih Keren dengan LWIT”, android merupakan perangkat bergerak pada sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis linux (2011 : 1).

Sedangkan menurut Stephanus Hermawan S. dalam bukunya “Mudah Membuat Aplikasi Android”, Android merupakan mobile OS (Operating System) yang tumbuh ditengah OS lainnya yang berkembang dewasa ini. OS lainnya seperti Windows Mobile, i-Phone OS, Symbian, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, OS yang ada ini berjalan dengan memprioritaskan aplikasi inti yang dibangun sendiri tanpa melihat potensi yang cukup besar dari aplikasi pihak ketiga. Oleh karena itu, adanya keterbatasan dari aplikasi pihak ketiga untuk mendapatkan data asli ponsel, berkomunikasi antar proses serta keterbatasan distribusi aplikasi pihak ketiga untuk platform mereka (2011: 1).

2. Perkembangan Sistem Operasi Android

Sistem pada android berkembang sesuai versi keluarannya dan uniknya, nama sistem android tersebut menggunakan nama-nama makanan hidangan penutup (dessert). Dalam perkembangannnya android telah banyak mengalami

(3)

perkembangan dalam beberapa segi, berikut adalah beberapa versi yang dikeluarkan android :

a. Android Beta

Pertama kali dirilis pada 5 November 2007, kemudian Software Development Kit (SDK) dirilis oleh Google pada 12 November 2007. b. Android 1.0 Astro

Pertama kali dirilis pada 23 September 2008. Sebenarnya versi pertama ini akan dinamai dengan nama “Astro” tapi karena hak cipta dan trendmark nama “Astro” tidak jadi disematkan pada versi pertama OS Android ini dan ponsel pertama yang menggunakan OS ini adalah HTC Dream.

c. Android 1.1 Bender

Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1. Android versi ini dilengkapi dengan pembaruan estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search (pencarian suara), pengiriman pesan dengan Gmail, dan pemberitahuan email.

d. Android 1.5 Cupcake

Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler dengan menggunakan Android dan SDK (Software Development Kit) dengan versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera, mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari telepon, dukungan Bluetooth A2DP, kemampuan terhubung secara otomatis ke headset

(4)

Bluetooth, animasi layar, dan keyboard pada layar yang dapat disesuaikan dengan system.

e. Android 1.6 Donut

Dirilis pada September 2009 dengan menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN. Fitur lainnya adalah galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus, kamera, camcorder dan galeri yang dintegrasikan, CDMA / EVDO, 802.1x, VPNs, kemudian support layar dengan resolusi WVGA.

f. Android 2.0/2.1 Éclair

Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair), perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan flash untuk kamera 3,2 MP, digital Zoom, dan Bluetooth 2.1. Beberapa versi update-nya antara lain Android v2.0 kemudian Android v2.0.2 dan yang terakhir adalah Android v2.1.

g. Android 2.2 Froyo (Froze Yogurt)

Pada 20 Mei 2010, Android versi 2.2 (Froyo) diluncurkan. Perubahan-perubahan umumnya terhadap versi-versi sebelumnya antara lain dukungan Adobe Flash 10.1, kecepatan kinerja dan aplikasi 2 sampai 5 kali lebih cepat, intergrasi V8 JavaScript engine yang dipakai Google Chrome yang mempercepat kemampuan rendering pada browser,

(5)

pemasangan aplikasi dalam SD Card, kemampuan WiFi Hotspot portabel, dan kemampuan auto update dalam aplikasi Android Market. h. Android 2.3 Gingerbread

Pada 1 Desember 2010 Google kembali meluncurkan versi terbarunya yaitu Android versi 2.3 (Gingerbread). Pada versi ini terdapat peningkatan manajemen daya, kontrol melalui aplikasi, penggunaan multiple kamera, peningkatan performa serta penambahan sensor seperti gyroscope.

Perubahan-perubahan umum yang didapat dari Android versi ini antara lain peningkatan kemampuan permainan (gaming), peningkatan fungsi copy paste, layar antar muka (User Interface) didesain ulang, dukungan format video VP8 dan WebM, efek audio baru (reverb, equalization, headphone virtualization, dan bass boost), dukungan kemampuan Near Field Communication (NFC), dan dukungan jumlah kamera yang lebih dari satu.

i. Android 3.0/3.1 Honeycomb

Versi ini berbeda dengan versi-versi sebelumnya. Android Honeycomb dirancang khusus untuk PC Tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User Interface pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk tablet. Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat dengan menjalankan Honeycomb adalah Motorola Xoom. SDK diluncurkan Februari 2011.

(6)

j. Android 4.0 ICS (Ice Cream Sandwich)

Diumumkan pada tanggal 19 Oktober 2011, membawa fitur Honeycomb untuk smartphone dan menambahkan fitur baru termasuk membuka kunci dengan pengenalan wajah, jaringan data pemantauan penggunaan dan kontrol, terpadu kontak jaringan sosial, perangkat tambahan fotografi, mencari email secara offline, dan berbagi informasi dengan menggunakan NFC (Near Field Communication).

k. Android 4.1 Jelly Bean

Android Jelly Bean yang diluncurkan pada acara Google I/O lalu membawa sejumlah keunggulan dan fitur baru. Penambahan baru diantaranya meningkatkan input keyboard, desain baru fitur pencarian, UI yang baru dan pencarian melalui Voice Search yang lebih cepat. Salah satu kemampuan versi Android ini adalah dapat mengetahui cuaca, lalulintas, ataupun hasil pertandingan olahraga dengan aplikasi Google Now. Sistem Android Jelly Bean 4.1 muncul pertama kali dalam tablet Assus, yakni Google Nexus 7.

l. Android 4.2 Jelly Bean

Google berencana merilis Jelly Bean 4.2 pada sebuah acara di New York City pada 29 Oktober 2012, tapi dibatalkan karena Badai Sandy. Jelly Bean 4.2 didasarkan pada kernel Linux 3.4.0, dan pertama kali digunakan pada Nexus 4LG dan Nexus 10 Samsung, yang dirilis pada 13 November 2012.

(7)

m. Android 4.3 Jelly Bean

Google merilis Jelly Bean 4.3 pada 24 Juli 2013 di San Francisco. Kebanyakan perangkat Nexus menerima pembaruan dengan segera. Nexus 7 generasi kedua adalah perangkat pertama yang menggunakan sistem operasi ini. Sebuah pembaruan minor dirilis pada tanggal 22 Agustus 2013.

n. Android 4.4 KitKat

Dirilis oleh Google pada 3 September 2013. Meskipun pada awalnya di bawah nama sandi "Key Lime Pie" ("KLP"), nama itu berubah karena "sangat sedikit orang benar-benar tahu rasa key lime pie". Beberapa blogger teknologi juga mengharapkan rilis "Key Lime Pie" menjadi

Android 5. KitKat memulai debutnya pada Google Nexus 5 pada

tanggal 31 Oktober 2013, dan dioptimalkan untuk berjalan pada rentang

yang lebih besar dari perangkat dari versi Android sebelumnya, memiliki 512 MB RAM sebagai minimum yang disarankan; perbaikan-perbaikan yang dikenal sebagai "Proyek langsing" internal di Google.

o. Android 5.0 Lollipop

Diresmikan pada 25 Juni 2014 saat Google I / O, dan tersedia secara resmi melalui over-the-air (OTA) update pada tanggal 12 November 2014, untuk memilih perangkat yang menjalankan distribusi Android dilayani oleh Google (seperti perangkat Nexus dan Google Play edition). Kode sumbernya dibuat tersedia pada 3 November 2014.

Salah satu perubahan yang paling menonjol dalam rilis Lollipop adalah user interface yang didesain ulang dan dibangun dengan yang

(8)

dalam bahasa desain disebut sebagai "material design". Perubahan lain termasuk perbaikan pemberitahuan, yang dapat diakses dari lockscreen dan ditampilkan pada banner di bagian atas screen. Google juga membuat perubahan internal untuk platform, dengan Android Runtime (ART) secara resmi menggantikan Dalvik untuk meningkatkan kinerja aplikasi, dan dengan perubahan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan baterai, yang dikenal secara internal sebagai Project Volta.

D. Wayang

1. Definisi Wayang

Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

(9)

Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam pewayangan sengaja diciptakan para budayawan Indonesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk memperkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar-benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. G.A.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.

2. Asal Usul Wayang

Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya

(10)

orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.

Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur-nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya dengan cerita asli versi In-dia, adalah

(11)

Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 11160).

Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawayang” dan “aringgit” yang maksudnya adalah pertunjukan wayang.

Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K. A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia halaman 987.

Kata “wayang” diduga berasal dari kata “wewayangan”, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada.

Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita-cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk

(12)

wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjurnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem, yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di Pulau Jawa.

Menurut Sir Stamford Raffles, Letnan Gubernur Jenderal Inggris yang pernah berkuasa atas Pulau Jawa pada abad ke-17, dalam bukunya History of Java,

(13)

nama-nama kerajaan dalam pewayangan terletak di Pulau Jawa, terutama di Jawa Tengah. Mandura, terletak di Pulau Madura sebelah barat. Dwarawati, terletak di daerah Pati, Jawa Tengah. Mandraka, terletak di sekitar Tegal dan Pekalongan. Banjarjunut, terletak di sekitar Kebumen. Talkanda, terletak di daerah Banjarnegara. Indrakila, terletak di sekitar Jepara. Pringgodani, terletak di utara Pegunungan Dieng. Amarta, terletak di daerah Tanah Tinggi Dieng. Astina terletak di barat laut kota Yogyakarta sekarang.

3. Jenis-jenis Wayang

Di Indonesia banyak sekali jenis wayang yang dikenal masyarakat. Berikut adalah beberapa jenis wayang terkenal di Indonesia:

a. Wayang Beber

Adalah wayang yang berupa selembar kertas atau kain yang berukuran sekitar 80 cm X 1200 cm, yang digambari dengan beberapa adegan lakon wayang tertentu. Satu gulung wayang beber biasanya terdiri atas 16 adegan. Pada saat pergelaran bagian gambar yang menampilkan adegan lakon itu dibuka dari gulungannya, dan sang Dalang menceritakan kisah yang terlukis dalam setiap adegan itu. Wayang Beber pada umumnya menceritakan kisah Panji. Jenis wayang ini oleh sebagian orang dianggap yang paling tua, tetapi sebagian lainnya mengatakan Wayang kulitlah yang paling mula diciptakan orang di Pulau Jawa. Sampai tahun 1986, masih ada dua orang juru sungging (pelukis) Wayang beber. Yang satu tinggal di Surakarta, di kampung Kadipiro, namanya Hadisuwamo. Sedangkan yang seorang lagi bernama Musyafiq, tinggal di Surabaya.

(14)

b. Wayang Kulit Purwa

Merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Wayang Kulit Purwa mengambil cerita dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Peraga wayang yang dimainkan oleh seorang dalang terbuat dari lembaran kulit kerbau (atau sapi) yang dipahat menurut bentuk tokoh wayang dan kemudian disungging dengan warna warni yang mencerminkan perlambang karakter dari sang Tokoh. Agar lembaran wayang itu tidak lemas, digunakan “kerangka penguat” yang membuatnya kaku. Kerangka itu disebut cempurit, terbuat dari tanduk kerbau atau kulit penyu.

Jenis wayang ini tersebar hampir di seluruh Jawa dan daerah transmigrasi, bahkan juga di Suriname di benua Amerika bagian selatan. Pergelaran Wayang Kulit Purwa diiringi dengan seperangkat gamelan sedangkan penyanyi wanita yang menyanyikan gending-gending tertentu, disebut pesinden atau waranggana. Antara dalang, pesinden, gamelan di satu sisi dan penonton di sisi lain dibatasi oleh sebuah layar kain berukuran sekitar 125 cm X 600 cm, yang disebut kelir. Di atas dalang dipasang lampu yang disebut blencong. Dengan memainkan wayang di sinar blencong, penonton di balik kelir dapat menyaksikan gerak bayangan wayang itu. Dalam bahasa Jawa, wayang atau wewayangan memang berarti bayangan.

Semula pergelaran Wayang Kulit selalu dilakukan pada malam hari, semalam suntuk. Karena itulah diperlukan alat penerangan, semacam lampu minyak yang disebut blencong. Baru mulai tahun 1930-an

(15)

beberapa dalang mulai mempergelarkan Wayang Kulit Purwa pada siang hari. Kemudian, sejak tahun 1955-an beberapa orang dalang muda memprakarsai pemampatan waktu pergelaran menjadi hanya sekitar empat jam. Upaya memampatkan pergelaran wayang menjadi empat jam atau kurang ini, terutama hanya untuk melayani para wisatawan manca negara yang umumnya tidak betah menonton pertunjukan seni yang berlama-lama. Usaha beberapa orang dalang untuk memasyarakatkan Wayang Kulit Purwa dengan mengindonesiakan bahasa pengantarnya pernah dicoba, tetapi gagal.

c. Wayang Golek Sunda

Wayang yang menggunakan peraga wayang berbentuk boneka-boneka kecil, dengan semacam cempurit untuk pegangan tangan Ki Dalang. Sama dengan Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda pun menggunakan induk cerita dari serial Ramayana dan Mahabarata. Pergelaran Wayang Golek Sunda juga diiringi oleh seperangkat gamelan, lengkap dengan pesindennya. Bedanya, Wayang Golek Sunda tidak menggunakan kelir sehingga penonton dapat langsung melihat para tokoh wayang yang diperagakan ki dalang, bukan hanya bayangannya. Jenis wayang ini tersebar hampir di seluruh Jawa Barat. Selain Wayang Golek Purwa Sunda, masyarakat Jawa Barat juga mengenal Wayang Golek Pakuan yang menceritakan berbagai legenda dan sejarah Tanah Pasundan.

(16)

d. Wayang Golek Menak

Wayang Golek Menak yang juga disebut Wayang Tengul, juga menggunakan peraga wayang berbentuk boneka kecil. Selain berupa golek, Wayang Menak juga ada yang dirupakan dalam bentuk kulit. Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipa, seorang dalang dari Baturetno, Surakarta, pada zaman pemerintahan Mangkunegoro VII. Induk ceritanya bukan diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan dari Kitab Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab, pada masa perjuangan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Walaupun tokoh ceritanya sebenarnya orang Arab, peraga Wayang Golek Menak diberi pakaian mirip dengan Wayang Kulit Purwa, antara lain dengan memberinya kuluk, sumping, jamang, dsb, walaupun jubah dan sorban Arab juga digunakan.

e. Wayang Klitik

Wayang yang terbuat dari kayu pipih yang dibentuk dan disungging menyerupai Wayang Kulit Purwa. Hanya bagian tangan peraga wayang itu bukan dari kayu pipih melainkan terbuat dari kulit, agar lebih awet dan ringan menggerakkannya. Pada Wayang Klitik, cempuritnya merupakan kelanjutan dari bahan kayu pembuatan wayangnya. Wayang ini diciptakan orang pada tahun 1648. Pementasan Wayang Klitik juga diiringi oleh gamelan dan pesinden, tetapi tanpa menggunakan kelir sehingga penonton dapat melihat secara langsung.

(17)

f. Wayang Krucil

Wayang Krucil sering dianggap sama dengan Wayang Klitik. Anggapan itu disebabkan karena Wayang Krucil juga terbuat dari kayu pipih. Yang berbeda benar adalah induk cerita yang diambil untuk lakon-lakonnya. Wayang Krucil mengambil lakon dari cerita Damarwulan, bukan dari Ramayana atau Mahabarata. Baik Wayang Krucil maupun Wayang Klitik, saat ini sudah hampir punah.

g. Wayang Orang

Wayang Orang adalah seni drama tari yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Dari segi cerita. Wayang Orang adalah perwujudan drama tari dari Wayang Kulit Purwa. Pada mulanya, yakni pertengahan abad ke-18, semua penari Wayang Orang adalah penari pria, tidak ada penari wanita. Jadi agak mirip dengan pertunjukan ludruk di Jawa Timur dewasa ini.

Dalam berbagai buku mengenai budaya wayang disebutkan. Wayang Orang diciptakan oleh Kangjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I (1757-1795). Para pemainnya waktu itu terdiri atas abdi dalem istana. Pertama kali Wayang Orang itu dipentaskan secara terbatas pada tahun 1760. Namun, baru pada pemerintahan Mangkunegara V pertunjukan Wayang Orang itu lebih memasyarakat, walaupun masih tetap terbatas dinikmati oleh kerabat keraton dan para pegawainya. Pemasyarakatan seni Wayang Orang hampir bersamaan waktunya dengan lahirnya drama tari Langendriyan.

(18)

Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944) kesenian Wayang Orang mulai diperkenalkan pada masyarakat di luar tembok keraton. Usaha memasyarakatkan kesenian ini makin pesat ketika Sunan Paku Buwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukan Wayang Orang bagi masyarakat umum di Balekambang, Taman Sri Wedari, dan di Pasar Malam yang diselenggarakan di alun-alun. Para pemainnya pun, bukan lagi hanya para abdi dalem, melainkan juga orang-orang di luar keraton yang berbakat menari.

Penyelenggaraan pertunjukan Wayang Orang secara komersial baru dimulai pada tahun 1922. Mulanya, dengan tujuan mengumpulkan dana bagi konggres kebudayaan. Kemudian pada tahun 1932, pertama kali Wayang Orang masuk dalam siaran radio, yaitu Solosche Radio Vereeniging, yang mendapat sambutan hebat dari masyarakat.

Wayang Orang juga menyebar ke Yogyakarta. Pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII (1877-1921) keraton Yogyakarta dua kali mempergelarkan pementasan Wayang Orang untuk tontonan kerabat keraton. Waktu itu lakonnya adalah Sri Suwela dan Pregiwa - Pregiwati. Wayang Orang di Yogyakarta ini disebut Wayang Wong Mataraman. Pakaian para penari Wayang Orang pada awalnya masih amat sederhana, tidak jauh berbeda dengan pakaian adat keraton sehari-hari, hanya ditambah dengan selendang tari. Baru pada zaman Mangkunegara VI (1881-1896), penari Wayang Orang mengenakan irah-irahan terbuat dari kulit ditatah apik, kemudian disungging dengan perada.

(19)

Sejalan dengan perkembangan Wayang Orang, terciptalah gerak-gerak tari baru yang diciptakan oleh para seniman pakar tari keraton. Gerak tari baru itu antara lain adalah sembahan, sabetan, lumaksono, ngombak banyu, dan srisig. Karena ternyata kesenian Wayang Orang mendapat sambutan hangat dari masyarakat, bermunculanlah berbagai perkumpulan Wayang Orang; mula-mula dengan status amatir, kemudian menjadi profesional.

Perkumpulan Wayang orang yang cukup tua dan terkenal, di antaranya Wayang Orang (WO) Sriwedari di Surakarta dan WO Ngesti Pandawa di Semarang. Wayang Orang Sriwedari merupakan kelompok budaya komersial yang pertama dalam bidang seni Wayang Orang. Didirikan tahun 1911, perkumpulan Wayang Orang ini mengadakan pentas secara tetap di ‘kebon raja’ yakni taman hiburan umum milik Keraton Kasunanan Surakarta.

Patut juga dicatat peranan masyarakat keturunan Cina di Surakarta dan Malang, yang aktif mengembangkan kesenian Wayang Orang. Mereka tergabung dalam perkumpulan kesenian PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta) yang secara berkala mengadakan latihan tari dan pada waktu-waktu tertentu mengadakan pementasan untuk pengumpulan dana dan amal.

Perkembangan seni Wayang Orang di Surakarta lebih bersifat populer dibandingkan di Yogyakarta. Kreasi seniman Surakarta untuk melengkapi pakaian tari Wayang Orang. mengarah pada "glamour" dengan kemewahan tata panggung. Untuk pemeran tokoh wayang

(20)

bambangan seperti Aijuna, Abimanyu, dan sejenisnya, digunakan penari wanita. Sedangkan di Yogyakarta tetap mempertahankan penari pria.

Di Jakarta, pada tahun 1960-1990, pernah pula berdiri beberapa perkumpulan Wayang Orang, di antaranya Sri Sabda Utama, Ngesti Budaya, Ngesti Wandawa, Cahya Kawedar, Adi Luhung, Ngesti Widada, Panca Murti, dan yang paling lama bertahan Bharata. Pentas seni Wayang Orang juga melahirkan seniman-seniman tari yang menonjol, antara lain Sastradirun, Rusman, Darsi, dan Surana dari Surakarta; Sastrasabda dan Nartasabda dari Semarang; Samsu dan Kies Slamet dari Jakarta.

E. Gatotkaca

Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Harimbi berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna. Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatotkaca (bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi" (http://www.wikipedia.org/wiki/Gatotkaca)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dikelas VIII E SMP Negeri 3 Sumber Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan instrumen penelitian berupa

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan pH susu dengan jumlah sel somatik yang digunakan sebagai parameter mastitis subklinik, baik menggunakan penghitungan se-

Model interaksi multiplikatif yang telah banyak digunakan untuk menjelaskan pengaruh interaksi genotipe dengan lingkungan dan juga biasa digunakan untuk analisis

Penelitian 12 pulau kecil terluar Indonesia ditinjau dari proses sekuritisasi dan lingkungan hidup bersifat kualitatif dengan menggunakan metode content analysis atau analisis

Dari hasil analisis data yang telah di- lakukan, terdapat beberapa saran yang bisa dijadikan masukan bagi calon investor, calon perusahaan, dan bagi peneliti

Hasil dari proses identifikasi risiko di BTPN terdapat tiga risiko utama dengan macam risikonya yang terkait, pertama yaitu risiko kredit antara lain risiko pinjaman, risiko

Pada penelitian ini terjadi perubahan dalam komunikasi interpersonal antara suami dan istri yang mengalami baby blues syndrome pasca kelahiran anak pertama, perubahan itu

Pada dasarnya sistem manual dalam mengolah data memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengolahan data perhitungan tapi tidak dapat diandalkan untuk mengolah data yang