• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN

DENGAN ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrom)

OLEH KELOMPOK VIII : 1. CLARA P. K. WOLOR 2. DORCE MEYLAN

3. LUSYANTY PAONGANAN 4. MARLIN BRIGITA

(2)

PROGRAM SI KEPERAWATAN STIK STELLA MARIS MAKASSAR

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan cinta-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan dapat selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula kami haturkan limpah terima kasih buat dosen

pembimbing mata kuliah keperawatan gawat darurat, dan juga berkat kerja sama semua pihak khusunya teman- teman kelompok VIII.

Kami menyadari bahwa makalah masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan partisipasi dan dukungan dari saudara/I dalam upaya penyempurnaan makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan terima kasih dan minta maaf jika ada kata atau sesuatu hal yang kurang berkenan di hati saudara/i sekalian.

(3)

Penulis Kelompok VIII

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1TUJUAN PENULISAN Tujuan umum :

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit ARDS pada pasien dengan gawat darurat

Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit ARDS

(4)

c. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara segera pada pasien ARDS

1.2 METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah asuhan keperawatan terhadap penyakit hipertensi pada lansia ini penulis menggunakan metode:

1.Studi pustaka

Mempelajari literature-literatur yang brkaitan dengan hipertensi dari buku- buku. 2. Internet

Mengumpulkan data-data terbaru tentang penyakit hipertensi dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan makalah ini disusun secara sistematis dalam 4 bab, yaitu:

Bab 1 : Pendahuluan yang berisi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab 2 : Tinjauan teoritis yang terdiri dari; pengertian, etiologi, patofisiologi manifestasi klinik, dan penatalaksanaan.

Bab 3: Asuhan keperawatan yang terdiri dari; pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, discharge planning dan evaluasi.

(5)
(6)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. PENGERTIAN

Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.

2. ETIOLOGI

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian

berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.

FAKTOR RESIKO

1. Trauma langsung pada paru • Pneumoni virus,bakteri,fungal • Contusio paru

(7)

• Inhalasi asap berlebih • Inhalasi toksin

• Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama 2. Trauma tidak langsung

• Sepsis • Shock • DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation) • Pankreatitis • Uremia • Overdosis Obat

• Idiophatic (tidak diketahui) • Bedah Cardiobaypass yang lama • Transfusi darah yang banyak

• PIH (Pregnand Induced Hipertension) • Peningkatan TIK

• Terapi radiasi

(8)
(9)

1. Peningkatan jumlah pernapasan

2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis 3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan

5. PENATALAKSANAAN MEDIK Tujuan Terapi :

• Support pernapasan

• Mengobati penyebab jika mungkin • Mencegah komplikasi.

TERAPI :

• Intubasi untuk pemasangan ETT

• Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.

• Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator

• Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :

• Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.

• Antibiotik untuk mengatasi infeksi

• Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru.

(10)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan Keperawatan pada kasus Gawat Darurat dengan pasien yang mengalami ARDS, berbeda dengan pemberian ASKEP pada Konsep Medikal Bedah.

Dalam mengkaji pasien Gawat Darurat dengan kasus ARDS, harus dilakukan dengan sistematis mulai dari:

• A: Airway ( Jalan Napas)

Pengkajian :

Pada pasien yang mengalami ARDS, jalan napasnya akan mengalami gangguan/obstruksi. Ini biasa diakibatkan / disebabkan karena adanya penumpukan secret yang diakibatkan oleh peningkatan secret pulmonal.

Perhatikan tanda-tanda medis yang mungkin muncul seperti dispneu, dan adanya batuk dengan atau tanpa sputum.

Diagnose :

1) Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan secret pulmonal.

Intervensi :

a. Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan memanggil namanya.

R/ mengetahui tingkat kesadaran pasien, pakah masih dalam tahap unrespon, pain, voice, dan alert.

(11)

R/ bantuan segera dapat membantu mempercepat pertolongan.

c. Beri posisi terlentang pada permukaan rata yang tidak keras, kedua lengan pasien disamping tubuhnya.

R/ mengantisipasi trauma servikal, posisi yang tepat dan lingkungan yang nyaman dapat penolong dan korban dalam melakukan tindakan.

d. Berikan pertolongan dengan nafas bantuan dengan cara berlutut sejajar dengan bahu pasien.

R/ posisi yang nyaman bagi penolong dapat mempermudah dalam memberikan tindakan. e. Buka jalan napas dengan tekhnik tengadahkan kepala, topang dagu untuk membuka jalan

napas, jari tengah, jari manis dan kelengking bias digunakan untuk menopang dagu sedangkan jari telunjuk untuk mengeluarkan benda asing yang ada dalam mulut.

R/ memastikan tidak ada obstruksi pada jalan napas sehingga pasien dapat bernapas dengan baik.

Evaluasi :

1. Tampak Tidak ada sumbatan(secret) pada jalan napas. 2. Pasien mampu mempertahankan kepatenan jalan napas.

• B: Breathing (Pernapasan)

Pengkajian :

Dalam mengkaji breathing/pernapasan pasien gawat darurat dengan ARDS, kita akan menjumpai pasien mengalami sesak dan irama pernapasannya tidak teratur. Ini dikarenakan karena adanya peningkatan secret pada organ paru. Akan kita jumpai pula takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernapasan dan suara napas tambahan (ronchi).

(12)

Diagnose :

2) Gangguan perukaran gas b/d penumpukan cairan di alveoli, alveolar hipoventilasi.

3) Ketidak efektifan pola napas b/d pertukaran gas tidak adekuat, penurunan kemampuan untuk oksigenasi.

Intervensi :

a. Kaji pernapasan pasien dengan mendekatkan telinga diatas mulut/ hidung pasien sambil memepertahankan pembukaan jalan napas.

R/ mengetahui ada tidaknya pernapasan.

b. Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya dada pasien R/ mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.

c. Auskultasi udara yang keluar waktu ekspirasi, merasakan adanya aliran udara. R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.

d. Berikan napas bantuandengan cara :

- Mulut ke mulut; penolong memijat hidung pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk, penolong memberikan nafas penuh.

R/ memastikan udara yang diberikan dapat masuk secara maksimal.

- Mulut ke hidung; pada pasien yang tidak mungkin dilakukan ventilasi melalui mulut, penolong manarik napas dalam, menutup hidung pasien dengan bibir penolong dan menghembuskan kedalam hidung.

(13)

- Setelah itu observasi kembali naik turunnya dada, mendengar dan merasakan udara yang keluar pada waktu ekshalasi.

R/ mengetahui keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertolongan awal pernapasan/ ventilasi awal 2 kali.

Evaluasi :

1. Tampak Pasien tidak lagi mengalami sesak. 2. Tampak irama pernapasan pasien kembali teratur.

3. Tampak pasien tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan. 4. Terdengar tidak adanya suara tambahan.

• C: Circulation (Sirkulasi)

Pengkajian :

Karena adanya gangguan / masalah pada organ paru, maka akan terjadi penurunan balik vena (cardio-pulmoner). Yang kemudian akan menyebabkan penurunan curah jantung. Sehingga dalam mengobservasi Tekanan Darah, akan didapatkan hasil pasien mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Tekanan darah yang rendah ini, akan menyebabkan darah sulit sampai pada pembuluh darah/jaringan-jaringan perifer. Sehingga tidak jarang kita akan mendapati pasien yang

mengalami cianosis. Tidak jarang pula, kita akan mendapati pasien mengalami edema.

(14)

Diagnose :

4) Resiko Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung.

Intervensi :

a. Tentukan ada tidaknya denyut nadi yang dilakukan pada arteri carotis.

R/ Perabaan dilakukan untuk mengetahui apakah jantung masih berkontraksi atau sudah terjadi henti jantung. Bila denyut nadi ada dan pernapasan tidak ada maka pertolongan pernapasan dilakukan 2 x nafas awal (1,5 – 2 detik setiap nafas) kemudian 12 x/ mnt pertolongan pernapasan, bila pernapasan tetap tidak ada maka lakukan kompresi dada luar.

b. Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang hal- hal yang terjadi dan peralatan yang di butuhkan.

R/ informasi yang diperoleh akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya sehingga pertolongannya akan lebih mudah.

c. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke paru- paru dan di ikuti dengan ventilasi.

R/ kompresi dada luar akan menstimulus jantung untuk berkontraksi.

Evaluasi :

1. Tekanan darah kembali pada nilai 120/80 mmHg. 2. Tampak tidak adanya sianosis.

(15)

Tehknik kompresi :

1. posisi tangan yang tepat pada saat kompresi dengan jari telunjuk dan jari tengah menentukan batas bawah iga pasien.

2. Jari telunjuk diletakan disebelahnya pada bagian bawah sternum. Bagian telapak tangan yang dekat dengan kepala pasien diletakkan di bagia bawah sternum. 3. Tangan yang lain di letakkan diatas tangan yang berada pada sternum sehingga

kedua tangan berada pada posisi sejajar. Jari- jari dapat di luruskan atau menilang tapi tidak boleh menyentuh dada.

4. Kompresi yang tepat; siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu penolong berada pada posisi langsung diatas tangan sehinnga setiap penekanan kompresi dada luar di lakukan lurus kebawah dada sternum.

5. Tekanan kompresi dilepaskan agar darah tidak mengalir kedalam jantung., biarkan dada kembali ke posisi normal, waktu yang digunakan untuk kompresi dan pelepasan harus sama.

6. Tangan tidak boleh di angkat dari dada atau diubah posisinya.

• D: Disability (Kesadaran)

Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan kesadaran. Ini mungkin diakibatkan transport oksigen ke otak yang kurang/tidak mencukupi (menurunya curah jantung hipotensi). Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jarinagn otak. Pada pasien ARDS kesdaran memang mungkin akan menurun tetapi GCSnya masih sekitar 12-14. Sehingga kita lebih memprioritaskan pernapasan dan pemompaan jantungnya. Karena apabila pernapsan dan pemompaan

jantungnya sudah tertangani dengan baik maka secara otomatis kesadarnnya akan membaik(GCS 15).

(16)

• E: Exposure (Pengkajian Secara Menyeluruh)

Setelah kita mengkaji secara menyeluruh dan sistematis mulai dari airway, breathing, circulation, dan disability, sekarang kita mengkaji secara menyeluruh untuk melihat apakah ada organ laen yang mengalami gangguan. Sehingga kita dapat cepat memberikan perawatan.

BAB IV

PENUTUP

(17)

ARDS merupakan suatu keadaan darurat dimana terjadi

Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang

menyebar dikedua belah paru, yang memerlukan langkah diagnostic dan terapi yang tepat dan cepat. Berbagai penyakit lain atau kelainan, baik intra pulmoner maupun ekstrapulmoner, dapat menyebabkan terjadi kelainan ini. Untuk dapat memberikan terapi yang tepat pada penderita ARDS pemahaman mengenai patofisiologinya adalah sangat penting.

2. SARAN

Untuk menangani kasus gawat darurat dengan masalah ARDS Hal yang perlu dilakukan adalah :

a. Tekankan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah pernapasan yang dialami.

b. Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan dan kenyaman penolong dan korban.

c. Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan serebral yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit maka akan menyebabkan kematian biologis.

d. Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan untuk membantu menyelamatkan nyawa korban.

e. Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Krisanty , paula. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta.

Prof. Dr. Bakta, Made. I, SpSD(KHOM). (1999). Gawat Darurat di bidang Penyakit Dalam. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta .

Carpenito,Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Hudak, Gall0. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta. http/: www. Google. Com. Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan ARDS.

Referensi

Dokumen terkait