Kriteria Pasien Masuk ICU Kriteria Pasien Masuk ICU
♦
♦ Pasien Prioritas 1Pasien Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi int
terapi intensif ensif sepertseperti dukungan / bantuai dukungan / bantuan ventilan ventilasi, infussi, infus, obat-ob, obat-obatanatan vasoaktif kontinue, dan lain-lainnya.
vasoaktif kontinue, dan lain-lainnya. Contoh :
Contoh :
-- PaPasisien en gagagagal nl nafafas as ololeh eh sesebabab ab apapapunpun -- PaPasisien gen gagagal al sisirkrkululasasi oi oleleh seh sebabab apb apapapunun -- PPaassiieen n ssyyook k sseeptptiicc
-- PaPasisien en papascsca a bebedadah h kakardirdiototororasasikik
♦
♦ Pasien Prioritas 2Pasien Prioritas 2
Pas
Pasien ien ini ini memmemerlerlukaukan n pelpelayaayanan nan pempemantantauaauan n cancanggiggih h dardari i ICUICU, , jenjenisis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera.
pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera. Contoh :
Contoh :
-- PaPasisien en papascsca pa pemembebedadahahan mn mayayoror
-- PaPasisien yang menen yang menderderitita a pepenyanyakikit dasat dasar r jajantuntung, pang, paru ataru atau u giginjnjal akual akutt dan berat.
dan berat.
♦
♦ Pasien Prioritas 3Pasien Prioritas 3
Pa
Pasisien en jejeninis s inini i sasakikit t krkrititis is dadan n titidadak k ststababil il didimamana na ststatatus us kekesesehahatatann seb
sebeluelumnymnya, a, penpenyakyakit it yanyang g menmendasdasariarinya nya ataatau u penypenyakiakit t akuakutnytnya a baibaikk masin
masing-masig-masing ng atau atau kombikombinasinynasinyaa sangat sangat menguramengurangi ngi kemungkemungkinankinan kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU.
kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh :
Contoh :
-- PPasasiien denen dengagan n kekegagananasasan n memettasasttatatik diik disesertrtai peai penynyululit init infefeksksii pe
periricacardrdiaial l tetempmpononadade e atatau au susumbmbatatan an jajalalan n nanafafas s atatau au papasisienen men
menderderita ita penypenyakakit it janjantuntung g ataatau u parparu u terterminminal al disdisertertai ai komkompliplikaskasii penyakit akut berat.
penyakit akut berat.
-- PaPasisien prioen prioriritatas s 3 3 mumungkngkin mendin mendapapat terat terapapi i inintetensnsif untif untuk menguk mengatatasasii peny
penyakakit it akuakut t tettetapi api usausaha ha terterapi api mungmungkin kin tidtidak ak samsampai pai melmelakuakukankan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.
Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi perawatan ICU :
perawatan ICU :
Semua pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atauSemua pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atau pr
prototekseksi i jajalalan n nanafafas s (g(gueuededel/l/mamayoyo,e,ememergergensnsi i trtrakakheheosostotomi mi atatauau intubasi)
intubasi)
Pasien-pasien pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu :Pasien-pasien pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu : 1.
1. OperaOperasi lamsi lama > 6 ja > 6 jam dan/am dan/atau batau beresikeresiko perdao perdarahanrahan 2.
2. BeBereresisiko tingko tinggi gi (A(ASA SA ≥ ≥ 3 3 sesepepertrti i : : hihipopoalalbumbuminin, , ananememia ia beberarat,t, gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif)
gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif) 3.
3. RiwRiwayaayat t henthenti i janjantung (cartung (cardiadiac c arrarrestest), ), hiphipoksoksemiemia, a, ataatau u aspaspirairasisi pneumonia selama operasi.
pneumonia selama operasi.
Semua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmiaSemua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmia yang memerlukan monitoring invasive
yang memerlukan monitoring invasive 1.
1. PaPasisien-en-papasisien sen syoyokk 2.
2. PasPasienien-pa-pasiesien pascn pasca resua resusitsitasiasi
PasPasienien-pa-pasiesien n yanyang g memmemerlerlukaukan n monmonitoitoring ring hemhemodiodinamnamik ik invinvasiasiveve seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.
seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.
Pasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dariPasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dari Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap :
Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap : 1.
1. PaPasisien-en-papasisien traen traumumatatic braic brain injin injururi (TBi (TBI) denI) dengagan n GCGCS S < 8 < 8 dadann atau disertai trauma facial (masalah airway).
atau disertai trauma facial (masalah airway). 2.
2. PasPasienien-pa-pasiesien n cercerebrebrovaovaskuskuler disealer disease se (st(strokroke) dengae) dengan n GCS < GCS < 88 atau disertai dengan pneumonia.
atau disertai dengan pneumonia. 3
3.. AAssiiddoossiis s mmeettaabboolliic c beberraat t ((dedehhiidrdraassii, , kkeettoossiiss, , iintntookkssiikkaassii,, pankreatitis akut)
pankreatitis akut) 4.
4. PasiPasien-pasien-pasien multen multiple triple trauma deauma dengan syongan syok (anemk (anemia beraia berat)t) 5.
5. PasiPasien-pasien-pasien yang men yang memenuhemenuhi kriti kriteria speria spesis beesis berat : HR > 9rat : HR > 90, RR >0, RR > 25 hipo/
25 hipo/ hiperthipertermia atau ermia atau leukoleukositositosis atau sis atau lekolekopenia dengan penia dengan satusatu tanda disfungsi organ :
tanda disfungsi organ :
Gangguan Gangguan koagulasi koagulasi / / hemostasehemostase
Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)
Trauma paru akut (ARDS / ALI) Trauma paru akut (ARDS / ALI)
Peningkatan kadar ureum / kreatininPeningkatan kadar ureum / kreatinin
HipotensiHipotensi
Pasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karenaPasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karena ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter konsultan ICU).
Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi perawatan ICU :
perawatan ICU :
Semua pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atauSemua pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atau pr
prototekseksi i jajalalan n nanafafas s (g(gueuededel/l/mamayoyo,e,ememergergensnsi i trtrakakheheosostotomi mi atatauau intubasi)
intubasi)
Pasien-pasien pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu :Pasien-pasien pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu : 1.
1. OperaOperasi lamsi lama > 6 ja > 6 jam dan/am dan/atau batau beresikeresiko perdao perdarahanrahan 2.
2. BeBereresisiko tingko tinggi gi (A(ASA SA ≥ ≥ 3 3 sesepepertrti i : : hihipopoalalbumbuminin, , ananememia ia beberarat,t, gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif)
gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif) 3.
3. RiwRiwayaayat t henthenti i janjantung (cartung (cardiadiac c arrarrestest), ), hiphipoksoksemiemia, a, ataatau u aspaspirairasisi pneumonia selama operasi.
pneumonia selama operasi.
Semua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmiaSemua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmia yang memerlukan monitoring invasive
yang memerlukan monitoring invasive 1.
1. PaPasisien-en-papasisien sen syoyokk 2.
2. PasPasienien-pa-pasiesien pascn pasca resua resusitsitasiasi
PasPasienien-pa-pasiesien n yanyang g memmemerlerlukaukan n monmonitoitoring ring hemhemodiodinamnamik ik invinvasiasiveve seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.
seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.
Pasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dariPasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dari Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap :
Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap : 1.
1. PaPasisien-en-papasisien traen traumumatatic braic brain injin injururi (TBi (TBI) denI) dengagan n GCGCS S < 8 < 8 dadann atau disertai trauma facial (masalah airway).
atau disertai trauma facial (masalah airway). 2.
2. PasPasienien-pa-pasiesien n cercerebrebrovaovaskuskuler disealer disease se (st(strokroke) dengae) dengan n GCS < GCS < 88 atau disertai dengan pneumonia.
atau disertai dengan pneumonia. 3
3.. AAssiiddoossiis s mmeettaabboolliic c beberraat t ((dedehhiidrdraassii, , kkeettoossiiss, , iintntookkssiikkaassii,, pankreatitis akut)
pankreatitis akut) 4.
4. PasiPasien-pasien-pasien multen multiple triple trauma deauma dengan syongan syok (anemk (anemia beraia berat)t) 5.
5. PasiPasien-pasien-pasien yang men yang memenuhemenuhi kriti kriteria speria spesis beesis berat : HR > 9rat : HR > 90, RR >0, RR > 25 hipo/
25 hipo/ hiperthipertermia atau ermia atau leukoleukositositosis atau sis atau lekolekopenia dengan penia dengan satusatu tanda disfungsi organ :
tanda disfungsi organ :
Gangguan Gangguan koagulasi koagulasi / / hemostasehemostase
Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)
Trauma paru akut (ARDS / ALI) Trauma paru akut (ARDS / ALI)
Peningkatan kadar ureum / kreatininPeningkatan kadar ureum / kreatinin
HipotensiHipotensi
Pasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karenaPasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karena ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter konsultan ICU).
Be
Bebeberarapa pa cocontntoh oh lalaininnynya a kakasusus-s-kakaus us papasisien en yayang ng memememenunuhihi perawatan ICU :
perawatan ICU :
-- MuMultlti i sysyststem em (>(>1) 1) ororgagan n fafaililure ure (h(hemematatolologogy, y, kakardrdioiovavaskskululerer, , paparu,ru, ginjal, otak dan hati)
ginjal, otak dan hati)
-- RespirRespiratory atory failfailure / ure / dysfundysfunctioctionn
-- EksaseEksaserbasi arbasi akut dari gkut dari gagal giagal ginjal krnjal kronikonik -- Drug ovDrug overdose erdose (alko(alkohol, pahol, parasetrasetamol)amol) -- GastGastrointerointestinal stinal hemorrhemorrhage)hage)
-- DiaDiabetbetic ketoic ketoacacidoidosissis -- KriKrisis sis hiphipertertensiensi
-- SSeepspsiiss
-- HIV / AIHIV / AIDS dan kDS dan kelainelainan yang an yang berhububerhubunganngan
♦
♦ Pengecualian / Kriteria EksklusiPengecualian / Kriteria Eksklusi
Pas
Pasien ien berberikuikut t tidtidak ak masmasuk uk krikriterteria ia masmasuk uk ICU ICU dan dan hanyhanya a dapdapat at masmasukuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa atas persetujuan dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa atas persetujuan kepala ICU. Bila perlu pasien-pasien tersebut harus dikeluarkan dari ICU kepala ICU. Bila perlu pasien-pasien tersebut harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2 dan agar fasilitas yang terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2 dan 3.
3.
Contoh : Contoh : 1.
1. Pasien yang mengalami brain deathPasien yang mengalami brain death pasien-pasien seperti ini dapatpasien-pasien seperti ini dapat dim
dimasuasukan kan ke ke ICU ICU bilbila a mermereka eka potpotensensial ial dondonor or orgorgan, an, tettetapi api hanhanyaya unt
untuk uk tujtujuan uan menmenunjunjang ang fungfungsi-si-funfungsi gsi orgorgan an semsemententara ara menmenunggungguu donasi organ.
donasi organ. 2.
2. PaPasisienen-p-pasasieien n yayang ng mamasusuk k prprioioriritatas s 1,1,2,2,3 3 tetetatapi pi memenonolalak k teterarapipi tu
tunjnjanangagan n hihidudup p yayang ng agagreresisif f dadan n hahanynya a dedemi mi “p“pererawawatatan an yayangng nyaman” saja, Ini tidak menyingkirkan pasien dengan dengan perintah nyaman” saja, Ini tidak menyingkirkan pasien dengan dengan perintah “DNR”
“DNR” (Do Not Resusitation). Sesungguhnya pasien-pasien ini mungkin(Do Not Resusitation). Sesungguhnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
meningkatkan kemungkinan survivalnya. 3.
3. PasiPasien daen dalam lam keadakeadaan vean vegetatgetataif aif permapermanen.nen. 4.
4. PaPasisien en yayang ng sesecacara ra fifisisiolologogis is ststababil il yayang ng sesecacara ra ststatatisistitik k reresisikokonynyaa rendah untuk memerlukan terapi ICU.
rendah untuk memerlukan terapi ICU. Contoh :
Contoh :
-- PaPasisien en papascsca ba bededah ah vavaskskululer er yayang ng ststababilil
-- PaPasisien en didiababetetik ik keketotoacacididososis is tatanpa npa kokomplmplikikasasii -- KKeerraaccununaan on obbaat t tteettaappi i ssaaddaarr
-- CCononccususioion n (c(cididerera a ootatak k riringngaan)n) -- GGagagaal l jjananttunung g kokongngesestitif f riringngaann
Pasien-pasien seperti ini lebih disukai dimasukan ke suatu unit intermediet untuk terapi definitif dan atau observasi.
PROSEDUR PASIEN MASUK RUANG ICU
Pasien-pasien yang dikonsulkan untuk dapat dirawat di ICU
Seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Dokter jaga ICU melapor kepada konsulen ICU mengenai konsul pasien untuk masuk ICU tersebut
Memenuhi salah satu kriteria inklusi dan disetujui oleh
konsulen ICU
Pasien dapat dirawat di ICU
Bila pasien yang memenuhi kriteria inklusi lebih dari satu sedangkan tempat yang tersedia tidak mencukupi, dilakukan seleksi berdasarkan skala
prioritas
Kepala ICU berhak untuk mengubah skala prioritas pasien sesuai dengan kebutuhan.
HIPOGLIKEMIA GDS < 45
Tx :
1. Beri D 50 % 50 cc atau D 40 % 50 cc
2. Maintenance dengan D 5% bila pasien belum menerima D 5%, kalau sudah menerima D 5% maintenance D 10%
3. Cari penyebab dan atasi penyebab hipoglikemia
4. Bila pasien tidak sadar dan tidak ada akses vena beri glucagon I m atau S C 0,5 – 1 mg
Bila Hipoglikemia terjadi berulang
1. Injeksi D 50% vokus IV ulan, tingkatkan tetesan D 5% aau D 10% sebagai maintenance.
2. Injeksi 0,5 – 1 mgglulengan In atau SC
CAIRAN
TBW ( Total Body Wath ) Laki-laki = 60% X BB
Laki-laki tua dan wanita = 50 % X BB Wanita tua = 40% X BB
IWL dewasa = 15 cc/kg BB/ hari
Anak = { 30 – (tahun) } cc / kg BB / hari
KEBUTUHAN CAIRAN ANAK
4 – 2 – 1 / jam rumus cth BB = 25 kg 4 X 10 = 40 cc 2 X 10 = 20 cc 1 X 5 = 5 cc 60 cc K = 2,5 mg / kg BB / hari Na = 3 mg / kg BB / hari
KEBUTUHAN CAIRAN DEWASA
Air = 25 – 40 cc /kg BB / hari K = 1 mg / kg BB / hari
KEBUTUHAN EXTRA
• Demam ( 12 % tiap 10 C > 370 C • Hiperventilasi
• Suhu lingkungan tinggi • Aktivitas extrim
• Setiap kehilangan abnormal (misal diare , policeria)
PENURUNAN KEBUTUHAN
• Hipoteria ( 12 % tiap 10 C < 370 C • Ke sangat tinggi
• Oligleria atau anuria
• Hampir tidak ada aktifitas
• Retensi cairan misal : gagal jantung, gagal ginjal. •
HIPONATREMIA
Kadar Na < 135 mg / L
VES rendah (diare) - Atasi dulu hiporolemianya
- Infus NaCL 3 % pada pasien dengan gejala simptomatik - infus NaCL isotonik bila tanpa gejala
VES Normal (SIADH) - Pasien simtomatik : kombinasi purasemide + NaCL 3% - Pasien asimtomatik : saline isotonik
VES tinggi (CRF / AKFI, DC, Sitosis) - asimtomatik : funsemid divolsis - simtomatik : furesemid + NaC> 3%
Warning :
1. Kenaikan Na jangan melebihi 0,5 mg / jam 2. Kadar Na plasma tidak > 130 mg /L
3. Keduanya untuk cegah encephalopathi demyelinisasi
HIPERNATREMIA
Na > 145 mg / L
Hipernatremia Hiporolemia
♦ Koreksi dulu hiporolemianya ((NaCL, RL, RA, kolooid) ♦ Langkah berikutnya mengganti defisit Caloan
Rumus CD = 0,6 X BB X { (klaserum / 140 ) – 1}
♦ Dengan cairan hipotonik
mis : - KAEN – I B - D 5 ½ S - D 5 ¼ S
♦ Penggantian cairan jangan agresif bahaya edema otako (48-72 jam)
HIPERNA HIPERVOLEMIA
♦ Pemberian furasemid – diuresit
♦ Produk urine yang dikeluarkan diganti dengan D 5% ♦ Beri vasopresin 5 – 10 unit SC tiap 6 – 8 jam
DIABETES INSIPIDUS
♦ Kehilangan cairan mendekati air murni
♦ Strategi penggantian hanya ditujukan untuk mengganti alfisit cairan bebas saja
Rumus CD : 0,6 X BB X { (Na plasma / 140) – 1 } Selama (48 – 72 jam)
Catatan :
Na > 160 vitabilitas, anoreksia, ataksia kran Na > 180 koma, stupor / kejang
DKA
♦ >> pada type I
♦ Defisiensi insuline atu resisten terhadap insuline ♦ Muncul karena infeksi, pembedahan, trauma
♦ Dehidrasi intra seluler, hiperkalemi, hiponatremi, asidosis metabolik, depresi,
kontraktilitas, miokard
Tx :
♦ Oksigen 8 – 10 lpm via airm
♦ RI bolus (0,1 Li / kg BB) Ivatau 10 L intravena bolus dilanjutkan dengan stary
insulin 0,1 Li / kg BB /jam
♦ Cek GDS tiap jam bila :
1. Penurunan GDS < 10 % atau bila amnion gap dan PH tidak berubah naikkan kecepatan insuline 2 X lipat.
2. Bila GDS < 250 mg / dL, turunkan kel insuline 2 – 3 Li /jam beri D 5% 100 cc/ jam
3. Ganti kehilangan cairan dengan NaCL 0,9 selanjutnya dengan D 5 ½ NS
Kehilangan cairan bisa sampai 4-9 L - Beri 1-2 L NaCL secara cepat
- Selanjutnya 1 L / jam untul 1 jam 500 cc/jam, untul 1-2 jam dan kemudian 200-300 cc/jam sampai defisit cairan terkoreksi.
- Hati-hati pada pasien tua dan riwayat penyakit jantung. 4. Penggantian elektrolit (K +, Mg 2+, +04)
Bila K + Shum < 3 mg / L beri K+ 40 Mg/jam K < 4 Mg /L beri K +30 meg / jam
K < 5 Mg /L beri K +20 meg / jam
K > 5 mg /L tidak diberi K +
5. Pertimbangkan pemberian bikarbonast (1 mg / kg BB) bolus IV pelan, bila PH < 7 dan hemodinamidik tidak stabil atau muncul aritmia.
HONK
Trigger infeksi dehidrasi, MI stroke, truma pembedahan. Biasanya pada type R. DM
GDS > 500 mg / dL Hipovolemin (5-10 L)
Hipokslemia , hipernshemia, hipophrsfatemia, hipomgnesemia seringnya anniogap normal
TX
Oksigenasi O2 8-10 lpm dengan NRK
Penggantian cairan dengan segera akan menurunkan gula darah sampai 50% dalam beberapa jam
- 1 jam pertama beri 1,5 L NS - 2-3 jam berikutnya beri 1 L NS
- Setelah 3 jam pertama, beri 0,5-1 L NS / jam
- Hati-hati pemberian NS bila perlu monitoring dengan CUP terutama pada pasien geriatrik.
Beri RI 10 Li IV bolus kemudian lanjutkan dengan (0,1 Li / kg BB/ jam), bila : - GIPS tidak berubah dalam 2-4 jam, naikkan kel insuline 2 x Lipatoys
- Titrasi kel pemberian insulin, bola kader GDS < 250 mg / dL dan fungsi kerdiak, elektrolit dalam batas normal.
Cek GDS dan elektrolit tiap jam sebagai petunjuk pemberian insulin
Star infus
- Type 1 DM (wanita) 0,5 Li / jam - Type 1 DM (pria) 1 Li / jam
- Type 2 DM (wanita/pria) 1 Li / jam
GDS Infus Change Tolak ment
< 70 Stop 30 menit Beri D 40 15 – 20 cc Cek GDS setelah 30 menit, ulangi D 40 bila
GDS < 70 70 – 120 - 0,3 Li / jam -121 – 180 No. Change -181 – 240 + 0,3 Li / jam -241 – 300 + 0,6 Li / jam -> 300 + 0,1 Li / jam
-Pasien pulang sudah menerima D 5 100 cc / jam selama mendapat terapi insuline.
HEMATOLOGI
Guidelines pemberian RI segera infus (50 Li / 500cc NS atau via sharing pump pasien tidak menderita DKA
EBV ♂ = 70 X BB (kg) Cth BB = 50 kg EBV = 70 X 50 = 3500 cc EBV ♀ = 65 X BB (kg) Tranfusi WB = ΔHb X BB X 6 PRC = Δ Hb X BB X 3 Cth = bila Hb pasien 6 g / dL BB = 50 kg Target l + b 9 g /dL WB = ( 9 – 6 ) X 50 X 6 = 3 X 300 = 900 cc
Tranfusi trombosit tiap 1 unit trombosit
Akan meningkatkan angka trombosit pasien 5.000 – 10.000 /mL
Tiap 4-6 kantong darah yang ditranfusi cek kadar kalsium pasien, bila perlu bisa diberikan :
- Kalsium glukorat ( 30 mg/ kg BB)
- Bisa juga kalsium klorid (10 mg / kg BB) IV pelan Tranfusi Albumine
Δ Alb X BB X 0,8 = ... gram
Tetesan harus pelan-pelan, paling tidak clh 4-5 jam
Tx Reaksi tranfusi Akut (Hemolitis) 1. Stop tranfusi
2. Cek ulang 3. Bila Hipotensi
4. Pertahankan urine output minimal ½ cc / kg bb / jam bila perlu beri firosemid 40 mg IV bolus atau manitol 12,5 -50 gram IV pelan-pelan.
5. Pertimbangkan pemberian defenhidramin 25 – 50 mg IV bolus atau hidrocortison 50 – 100 mg IV
6. Hati-hati adanya DIC
Tanda-tanda Reaksi Hemolitik 1. Cemas
2. Agitasi 3. Nyeri dada
4. Nyeri pinggang 5. Nyeri kepala 6. Dyspneu
7. Menggigil tanda spesifik
Tanda non spesifik 1. Demam
2. Hipotensi
3. Pendarahan tidak tahu sebabnya (DIC) 4. hemoglobinuria
Reaksi tranfusi Non hemolitik Tanda-tanda : 1. Cemas 2. Pruritus 3. Dispneu ringan 4. Demam 5. Flushing 6. Takikardi
7. Hives (rasa gatal dengan bintik-bintik merah yang bengkak) 8. Hipotensi ringan
Terapi :
1. Stop tranfusi
2. Pastikan bukan karena reaksi transfusi hemolitik
3. Bila hanya ada utikaria atau hives berikan de fendhidramin 25 - 50 mg IV dan hidrocortison 50- 100 mg IV.
tranfusi tetap bisa diberikan dengan tetesan pelan
4. Bila sebelumnya ada riwayat panas dan alergi bila ditranfusi boleh pretreament dengan asetaminapen 650 mg oral dan antihistamin.
HIPERTENSI KRISIS
Hipertensi krisis dibagi 2 yaitu Hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi
Definisi :
Hipertensi Krisis yaitu peningkatan yang kritis dari tekanan darah dimana TDD > 120 mmHg TDS > 240 mmHg
Hipertensi Emergensi : bila terdapat kerusakan akut sedang berlangsung dari target organ memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam, menggunakan obat intra vena dan diberikan di ruang ICU.
Hipertensi urgensi : bila terget organ tidak terkena, memerlukan penurunan segera tekanan darah tapi dalam waktu 24-48 jam
Target organ CNS, cardiovaskuler, renal. Gejala :
1. Neurologik : headache, neusea, vomiting, gangguan visual, confusi, kejang, kelemahan.
2. Cardiovaskuler: anginapectoris, dispneu, palpitasi, fatigue 3. Renal : kelemahan umum, oliguria, poliuria, hematuri
Penemuan Fisik
1. Vital Sign
- Hipertensi - Takikardi
2. Fundus copi
- Grad I : narrowed arterivenosus ratio - Grad II : focal arteriolar spasm
- Grad III : hemorraghes and exudates - Gead IV : papiledema
3. Cardiovaskuler
- Diaphoresis
- Juguler vein distention - Pulmonary rales
- Third heart sound - Murmur
- Pericardial friction rub - Pulse defisit
4. Renal - edema - oliguria - Hematuria 5. Neurologic - Alterations in sensorium - Focal neurologic deficits
TERAPI
A. Hipertensi Emergensi
Tujuan utama turunkan tekanan darah segera tetapi bertahap biasanya 20-25 % penurunan MAP atau reduksi tekanan diastolikmenjadi 100-110 mmHg TDS tidak dibawah 150mmHg dalam beberapa menit atau jam tergantung situasi klinis. Penurunan tekanan darah selanjutnya secara gradual dalam periode 24 – 72 jam atau lebih.
1. SNP (sodium nitropuside) 0,25 – 10 μg/Kg bb/menit dimulai dengan dosis yang paling rendah evaluasi dosis tiap 5 menit dalam periode 1-2 jam. Onset 1-2 menit, durasi 1-10 menit setelah infus obat distop. Bila tekanan darah terkontrol, SNP dapat distop dalam 24 – 48 jam diganti dengan obat antihipertensi oral.
2. NTG (nitrogliserin), dosis awal 10 μg / menit atau rentang dosis 0,5 – 10
μg / Kg bb / menit, onset 1-2 menit durasi 10 menit
3. Diltiazem, dosis 20 mg bolus IV kemudian 10 mg / jam, onset 1-3 menit durasi 1-3 menit.
B. Hipertensi Urgensi
Tidak ada terapi yang spesipik untuk keadaan ini. Pada hipertensi yang berat memrlukan terapi kombinasi. Obat yang umum dipakai termasuk nifedipin, kaptropil, atau ACE – inhibitor, klonidin, labetolol oral. Setelah pemberian obat, pasien dimonitor di ruang emergensi 1 – 2 jam untuk meyakinkan respom terhadap obat yang diberikan dan efek sampingnya. Dianjurkan follow up 24-48 jam kemudian untuk pengobatan selanjutnya.
GAGAL NAFAS
Definisi : Suatu sindroma pada sistem respirasi dimana salah satu atau keduanya dari fungsi pertukaran gas : oksigenesi dan eliminasi CO2 mengalami kegagalan.
Klasifikasi
A. Gagal Nafas Type I (hipoksemia) ditandai dengan PaO2 < 60 mmHg dengan
PaCO2 normal atau rendah merupakan bentuk umum dari gagal nafas dan dapat
dihubungkan dengam semua penyakit paru akut yang secara umum melingkupi pengisian cairan atau kolapsnya alveoli .
Contoh : edema paru kardiogenik atau non kardiogenik pneumonia, perdarahan paru
B. Gagal Nafas type II (hiperkapnia) ditandai dengan PaCO2 > 50 mmHg hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal nafas hiperkapnia
Kedua type gagal nafas dapat bersifat akut dan kronis.
Perbedaan antara gagal nafas akut dan kronis
Gagal nafas hiperkapnia akut berkembang dari beberapa menit sampai beberapa jam Ph biasanya < 7,3 .
Gagal nafas kronis berkembang dalam beberapa hari atau lebih lama sehingga terjadi kompensasi oleh ginjal dan terjadi peningkatan level bikarbonat sehingga pH biasanya sudah menurun.
Perbedaan antara hipoksemia akut dan kronis tidak dapat dibaca berdasarkan analisa gas darah. Petunjuk klinis hipoksemia kronis seperti polisetemia atau corpulmonale, menyokong gangguan sudah lama.
Kriteria Diagnosis 1. Pa O2 < 60 mmHg Pa CO2 > 50 mmHg 2. Role of fifty Pa O2 < 50 mmHg Pa CO2 > 50 mmHg
3. PaO2 / FiO2 = .< 200 – ARDS
.< 300 – ALI Kriteria Pontopidan Kriteria Normal Monitoring ketat O2 Physical Tx Intubasi ventilasi trakeostomi Mekanik RR (mnt) 12 - 25 25 - 35 12 - 25 VC (cc / kg bb) 70 - 30 30 - 15 <15 Inspiratory force (cm H2O) 100 - 50 50 - 25 <25
Aa DO2 (mmHg) Pa O2 (mmHg) 100 – 75 (air) 200 - 70 (Mask O2) <70 (Mask O2) Ventilasi VD / VT 0,3 – 0,4 0,4 – 0,6 > 0,6 Pa CO2 (mmHg) 35 - 40 45 - 60 > 60 ETIOLOGI
A. Gagal nafas Type I (hipoksemia)
- Bronchitis kronis dan emfisema (PPOK) - Pneumonia
- Edema paru - Fibrosis paru
- Penyakit jantung kongenital yang sianosis - Bronchiectasis
- ARDS - Asma
- Pneumotoraks
- Sindroma enboli lemak
- penyakit paru granulamatosus
B. Gagal nafas Type II (Hiperkapnia)
- Bronchitis kronis dan enfisema (PPOK) - Asma berat
- Overdosis obat - Polineuropati
- Gangguan otot primer
- Trauma kapitis dan trauma medula spinalis cervical - Keracunan
- Miastenia gravis - Poliomilitis
- GBS
Manifestasi Klinis Hiperkapnia Hipoksemia Somnolen Letargi Koma Asterixis Restlessness / gelisah Tremor Nyeri Kepala Pepil edema An sietas Takikardia Diaporesis Aritmia
Perubahan Status Mental Confusi Sianosis Hipertensi Hipotensi Kejang Asidosis laktat
EVALUASI VENTILASI / BREATHING Look / Lihat
- Takipneu, cuping hidung - Perubahan status mental - Pengembangan dada - Kesimetrisan dada - Paralisis otot nafas - Sianosis
- Distensi vena leher
Listen / Dengar
- Keluhan penderita
- Suara nafas menurun / hilang - Stridor / wheezing
Feel / Raba
- Emfisema subkutan - Krepitasi
- Deviasi trakea
- Perkusi : sonor, hipersonor / redup
Pemeriksaan Penunjang - Pulse Oksimeter
- CO2 detektor
- Chest X-Ray
- Analisa gas darah
TERAPI
Hipoksemia merupakan hal besar yang harus diatasi untuk fungsi organ. Oleh karena itu objek pertama terapi gagal nafas adalah mengembalikan dan atau mencegah hipoksia jaringan. Hiperkapnia yang tidak disertai dengan hipoksemia umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan mungkin tidak mengancam fungsi organ kecuali disertai adanya asidosis berat.
Beberapa ahli percaya bahwa hiperkapnia dapat ditoleransi sampai pH < 7,2 mmHg. Penatalaksanaan yang tepat terhadap penyakit yang mendasari gagal nafas merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan gagal nafas.
Pasien dengan gagal nafas akut umumnya dirawat di ruangan ICU. Pasien gagal nafas kronis dapat dirawat di rumah dengan suplemen oksigen dan atau menggunakan ventilator sampai penyakit dasarnya teratasi.
TUJUAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK
1. Optimalisasi pertukaran gas dan menurunkan “Work of breathing” - Penyebab pulmonal
- Penyebab non pulmonal
Evaluasi Breathing Look, Listen, feel Kriteria Pontopidan Bebaskan jalan nafas Manual
Dengan Alat
Intubasi / Surgical air way
Tidak adekwat Adekwat
Bantuan Ventilasi + O
2
Pertahankan jalan nafas + O
2. Kontrol eliminasi CO2
- Tekanan intra kranial (TIK) meningkat 3. Menurunkan kerja Jantung
- Gagal Jantung 4. Profilaksis
- Pasca bedah operasi besar dan atau dengan perdarahan banyak.
Pengaturan setting awal
- Volume tidal : 6 – 10 cc / kgbb - Frekuensi : 12 – 20 kali / menit - Menit Volume : Vt X F
- FIO2 : 100 %
- I : E : 1 : 2 / 1 : 3 - PEEP : 2,5 – 5 cm H2O
- Mode : CMV – PCV / VCV
Monitoring setelah dipasang ventilator 1. Penderita - Air way - Breathing - Cirkulasi - Disability / brain 2. Ventilator - Tubing / Konektor - Humidifier - Setting - Alarm - Fungsi
Komplikasi Pemakaian Ventilator Baro trauma
Volume trauma Inpeksi – Sepsis
Alat-alat (Mal fungsi, kontaminasi) Penyapihan dari ventilator (weaning)
Penyapihan bertahap
Bila memungkinkan secepatnya disapih Pertimbangan :
- Otot nafas makin kuat
- Memenuhi kriteria (kebalikan dan kriteria pasang ventilator) Metoda
- CMV ACV SIMV + PS CPAP T. PIECE ekstubasi - Perlu observasi ketat
STATUS ASMATIKUS
Definisi : serangan asma yang sangat berat yang tidak berespon dengan terapi obat-obat asma yang biasa digunakan
Pemeriksaan Klinik a. Gejala klinik
1. Sesak nafas
2. Pernafasan lebih enak dalam keadaan posisi tegak 3. Cemas
4. Fatique b. Pemeriksaan fisik
1. Paru-paru : Wheezing ekspirasi, takipnue (RR > 30 X/mnt) penggunaan otot-otot bantu pernapasan, peningkatan I : E > I : 3
2. Kardiovaskuler : Takikardi (HR > 120 X /mnt), Pulsus paradoksus (> 15 mmHg ),
Laboratorium
1. Test fungsi paru tidak memungkinkan karena keadaan pasien yang sesak berat 2. Analisa gas darah, untuk menilai keadaan hipoksemia dan status asam basa 3. Rontgen torak : Hiperekspandid paru, evaluasi tanda-tanda baro trauma
Diagnosis Diferensial
1. Obstruksi saluran nafas bagian atas (karena tumor, benda asing) 2. Laringospasme
3. PPOK
4. gagal jantung kiri (edema baru).
TERAPI
1. O2 nasal kanul 2-3 lpm
2. Albuterol 2,5 mg (0,5 cc larutan 0,5 % + NaCL 2,5 cc), via nebulizer tiap 20 mnt (3 X pemberian) kemudian tiap jam. Alternatif β agonist salbotamol 5 – 10 mg + 2,5 cc NaCL berikan tiap 2 – 4 jam, bila keadaan lebih berat dapat diberikan tiap
jam atau tiap 20mnt dapat diberikan secara kontinue via nebulizer sampai dosis 20-25 mg dalam 1 jam. Keduanya efektif bila O2 flow ratenya 6-8 lpm, dan minimum reservoir volume tempat nebu 2-4 cc.
3. Alternatif bila β agonist tidak responsif gunakan ipratropium bromida 0,25 – 0,5 mg tiap 20 mnt (3 X pemberian) selanjutnya tiap 4-6 jam via nebulizer.
4. Metilprednisolon 40 -125 mg IV bolus tiap 6 jam jika responsif, turunkan dosis 60-80 mg dalam 4 dosis perhari.
5. Antibiotik : kontroversi, kebanyakan pencetus asma karna viral, berikan bila : demam, leukositosis, netrofilia dalam sputum, pneumonia atau bila ada sinusitis akut.
6. Bila tidak responsif dengan β agonist, antikolinergik, kortikosteroid, berikan MgSO4 1 – 2 g IV bolus dalam 20 menit.
7. Atasi dehidrasi dengan RL, Asering, NaCL. 8. Bila gagal nafas :
Intubasi ventilator Setting awal : - TV 4-8 CC / kg bb - RR 8-20 X / menit - CMV - P plat < 30 cm H20 - Tanpa PEEP - I : E = 1 : 3, 1 : 4 atau 1 : 5 - F iO2 %
Bila ada AGD :
START CMV (A/C), PCV or VCV, V
T4-8 mL/kg, Pplat < 30 cm
H2O, rate 8-20/min, TI 1 s, PEEP 5 cm H2O, S FIO21.0
↓ FIO 2 ↑ FIO 2 ↓rate ↓VT ↑V T SpO 2 pH Pplat < 25 cm H2O Pplat < 30 cm H2O ↑rate Auto PEE P Administer Bronchodilators Auto PEE P
STATUS EPILEPTIKUS Definisi :
Kejang terus menerus, paling sedikit selama 30 menit, dalam 2 periode kejang tanpa disertai perbaikan kesadaran, kejang umumnya bersifat general tonik – klonik (grand mal).
Etiologi
A. Trauma kepala akut ataupun riwayat trauma kepala sebelumnya B. Infark otak (baik akut ataupun riwayat)
C. ICH, SDH, SAH D. Tumor otak
E. Infeksi CNS (meningitis, encepalitis, abses otak). F. Hipertensi encepalopati
G. Penyebab metabolik : obat atau alkohol withdrawal, hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperosmolaritas, hepatik encepalopatik, sepsis. H. Penyebab keracunan : salisilat, tiopilin, lidocain, meperidin, pinisilin, siklik anti
depresan, kokain. I. Epilepsi idiopatik
J. Kasus yang lebih jarang : Human imuno defesiensi, lupus serebriti, infeksi virus, degeneratif CNS
Laboratorium
- Glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin, fungsi hepar - Test darah lengkap, trombosit
- Test koagulasi : protrombin dan partial trombo plastin times - Analisa gas darah
- Kadar obat antidepresan dalam darah - CT Scan
- MRI - EEG
PROTOKOL TERAPI
A. Pertahankan ventilasi dan perfusi
1. Amankan jalan nafas, ventilasi dengan bag – Valve mask, bila perlu intubasi
2. Berikan oksigen 100% via NRM, ventilator, tergantung kondisi klinis. 3. Monitor tanda-tanda vital, EKG kontinue dan pulse oksimetri
4. Pasang intra Vena line (infus) ambil sampel darah untuk uji lab
B. Pertimbangkan hipoglikemia sbg penyebab kejang
1. Injeksi 50 cc dextrosa 40 % atau 50% sebelumnya diberikan dulu tiamin 100 mg IV. Pada anak berikan dextrosa 25% 2 cc /kgbb
2. ambil sampel darah untuk uji kadar glukosa
C. Hentikan kejang
1. Lora zepam, obat pilihan pertama anti kejang dosis 0,1 mg/kgbb IV jangan lebih cepat dari 2 mg / menit dalam pemberiannya. Durasi 4 jam, sukses mengatasi kejang 65 %.
2. Alternatif diazepam, dosis 0,15 – 0,3 mg/kgbb IV jangan lebih cepat dari 5 mg mnt. Bisa diberikan via rektal 0,2 0 0,5 mg/kgbb. Du rasi optimal 20 mnt, sukses mengatasi kejang 56%. Efek depresi nafas lebih kuat daripada lorazepam.
3. Bila masih kejang, beri phenitoin dewasa 15 – 20 mg/kgbb IV dengan kecepatan < 50 mg /mnt. Anak 1 mg /kgbb/mnt. Hati-hati infus jangan dicanpur gula. Pemberian terlalu cepat menyebabkan hipotensi, disritmia monitor dengan EKG.
4. Bila setelah pemberian phenitoin 20 mg/kgbb masih kejang, beri phenitoin extra 5 mg / kgbb samapi dosis max 30 mg/kgbb IV
5. Bila masih kejang beri thiopental 3 – 5 mg / kgbb IV. Intubasi pasien, pasang ventilator untuk bantuan nafas tahap lanjut.
6. Bila terjadi kejang refrakter :
- Thiopental 3 – 5 mg / Kgbb IV, lanjut dengan 1 – 3 mg /kgbb/jam, bila masih kejang beri lagi 3 – 5 mg/ kgbb IV lanjut dengan 10 mg / kgbb / jam atau lebih. Kontrol status hemodinamik.
- Midazolam dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, lamjut 0,05-0.2 mg/kgbb/jam, titrasi sampai kejang teratasi
- Propofol dosis 1-5 mg/kgbb IV, lanjut 1-15 mg/kgbb/jam, titrasi sampai kejang teratasi
D. Atasi penyebab dari status epileptikus
1. Koreksi faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya nilai ambang kejang : Koreksi poksemia, koreksi gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia), turunkan suhu pasien bila febris.
2. Terapi faktor-faktor pencetus misalnya: stroke, disritmia jantung, uremia, meningitis dll
Komplikasi Status Epileptikus : A. Neurologik
- Trauma neuronal
- Terganggunya sistem otonom misalnya hipersekresi saluran nafas atas dan bawah - Bronkhokonstriiksi B. Respirasi - Hipoxemia - Hiperkapnia - Pneumonitis Aspirasi
- Edema paru nonkardiagenik - Gagal nafas
C. Kardiovaskuler
- Disritmia jantung (karena hipoksemia, pemakaian obat antikejang atau sebab lain)
- Hipotensi
D. Ginjal & Metabolik - Rabdomiolisis
- Gagal ginjal mioglobinuria
- Gangguan elektrolit terutama hiperkalemia - Asidosis laktat
- Hipo / hiperglikemia - Hipertermia
E. DIC, Ortopedic injury (jarang)
GAGAL GINJAL AKUT
Terminologi
A. Gagal Ginjal akut
1. penurunan secara tiba-tiba fungsi filtrasi glomerulus dengan disertai retensi produk nitrogen.
2. Manifestasinya berupa peningkatan creatinin > 0,5 mg/ dl atau peningkatan > 50% dari nilai awal.
B. Gagal ginjal aligori : gagal ginjal akut dengan urin output < 400 cc/hari atau < 20 cc / jam
C. Gagal ginjal non oliguri
1. Gagal ginjal akut dengan urine output > 400 cc / hari
2. Prognosis lebih baik dibandingkan dengan gagal ginjal oligori
D. Konsentrasi kreatinin serum merupakan indikator terbaik dalam menilai fungsi ginjal. Berkorelasi terbalik dengan fungsi filtrasi glomerulus.
E. Serum urea nitrogen (BUN)
- Merupakan indikator yang umum pada fungsi ginjal
- Nilainya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemakaian kartikosteroid, tetrasiklin, perdarahan gastrointestinal.
KLASIFIKASI
A. Gagal ginjal
1. Karena penurunan volume vaskuler
- Kehilangan darah / plasma : trauma, perdarahan lainnya.
- Kehilangan cairan ekstraseluler : Luka bakar, peritonitis, pankreatitis, obstruksi usus, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, sirosis hati.
- Gastrointestinal: diare, muntah, NGT
- Kehilangan lewat ginjal : KAD, manitol, diabetes insipidus, hipokalemi, hiperkalsemi.
- Kehilangan lewat kulit : keringat, luka bakar, dermatitis exfoliatif. 2. Karena penurunan curah jantung
AMI, shock kardiogenik, temponade perikardial, enboli paru, mesin CPB, disritmia.
3. Obstruksi pembuluh darah renal : oklusi, konstriksi, embolli, trombosis, vaskulitis, atherosklerosis, diseksi aorta abdominalis.
4. Kegagalan pengaturan pembuluh darah renal : - ACE-Inhibitor, prostaglandin
- Sepsis
- Hepatorenal sindrom (hipotensi, oligori, gagal fungsi hepar)
B .
Gagal ginjal Renal
- ATN
- Toksin (aminoglikosida, logam berat)
- Rabdomiolisis, hemolisis, trauma kepala, reaksi transfusi.
- Kehamilan (eklamsi, perdarahan uteri, abortus sepsis, enboli air ketuban) - Nephritis intertisial (infeksi, limphoma, sarcoidosis, pinicilin, rifampisin,
sulfa, vankomicin, quinolon, cephalosporin, eritromisin, etambutol, asiklovir, tiazid, furosemid, NSAID, H2 –bloker, phenobarbital, phenitoin, alupurinol, interferon, alfa-metildopa.
- Kerusakan glomerulus
C .
Gagal ginjal Post Renal
1. Sumbatan intrarenal : batu, bekuan darah, nekrosis papiler, kristal, tumor. 2. Sumbatan extra ureteral : keganasan endrometriosis, proses retroperitoneal. 3. Sumbatan saluran kencing bagian bawah : striktura uretra, prostat (BPH), masa
vesika urinaria, neurogenic bledder.
Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas darah.
Urine : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis.
Pemeriksaan Klinis
Anamnesa : Perlu ditanyakan segala kemungkinan etiologi
Pemeriksaan Fisik : tensi, nadi, turgor kulit, tekanan vena sentral, serta ada tidaknya hipotensi ortostatik
Diagnosa Diferensial
GGA Prarenal GGA Renal
Protenuria - +
Oliguri +++ +++
Berat Jenis Urine 1.020 1.002 – 1.012
Sedimen Urine Normal, hialin atau granular
Silender sel epitel
Osmolaritas urine (mmol/L) > 500 < 350
Na Urine (mmol / L) < 20 > 20
BUN : creatinin (plasma) > 10 : 1 < 15 : 1
PROTOKOL PENANGANAN GAGAL GINJAL AKUT
OLIGURIA
( < 0,5 cc / kgBB/jam) UKUR MAP
General Intensif Care Unit
RSUD Ciamis Kabupaten Ciamis
Challenge Test
- CVP < 3 mmHg th / cairan - CVP > 7 mmHg challenge Test - CVP 3-7 mmHg loading cairan 200 cc UKUR LAGI CVP NILAI KONTAKTILITASNilai CVP :
1
Cm
H
2O
=
0,7
mmHg
1
mmHg
=
1,3
cm
H
2O
6
mmHg
=
7,8
cm
H
2O
10
mmHg
=
13,6 cm H
2O
Bila Nilai CVP :
- < 7,8
cm H
2O
………..
Loading cairan 200
cc
- 7,8
cm H
2O
- 13,6 cm H
2O …..
Loading cairan 100
cc
- > 13,6
cm H
2O
………
Loading cairan 50 cc
Setelah 10 menit lihat responnya
Bila kenaikan CVP :
< 2
...
Hypovolemik
2 – 5
...
Normovolemik
> 5
...
Hypervolemik
Dopamin “dosis renal” 1-4 μg /kgbb/mnt, diharapkan akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah ginjal dan splanik dengan demikian terjadi peningkatan aliran darah ke ginjal dan glomerulus filtration rate.
Terapi hiperkalenia :
1. Kalsium gulkonat (15-20mg/kgbb IV) atau kalsium klorida (5-10 /kgbb IV) diberikan selama 2-5 mnt.
2. Natrium bikarbonat (50-100 meq IV pelan)
3. Regulaer insulin 10 unit IV diserta dg pemberian 1-2 ampul glukosa 40% atau 50%.
Bila terjadi asidosis metabolik berikan natrium bikarbonat 1 meq /kgbb bila kadar bikarbonat < 15 meq /L.
Indikasi Hemodialisa :
1. Oliguri (urine output < 400 cc/24 jam atau < 5 cc /kgbb/24 jam) 2. Anuri selama 12 jam
3. Kadar ureum > 200
4. Kadar kalium > 6,5 meq /L
5. Asidosis metabolik berat (pH < 7,2)
6. Edema paru berat yang tidak berespon dengan terapi diuretik 7. Uremik encepalopati
8. Uremik perikarditis 9. Uremik neuropati
TX Funsemid 400 mg bolus IV lanjut dengan infus 10-20 mg / jam - Asidosis metabolik
Berikan natrium bilarbonat 1 meq / kgbb (40-80 meq /dL) bila kadar bilarbonat < 15 meq /L Komplikasi A. Metabolik - Asidosis metabolik - Hiperkalesmia - Hiponatremia - Hiperphospatemia - Hiperurisemia - Hipokalsemia - Hiphmagnesemia
- Gangguan keseimbangan air dan garam - Status katabolik
B. Kardiovaskuler
- Volume uverload, edema paru kardiogenetik - Edema paru uremik
- Perikarditis - Hipertensi
- Disritmia jantung
C. Neurologik
- Sindroma urnik : gangguan neuropsikiatrik, asterixis, miolilonus, hiperefleksia, koma
- Defek neurologik fokal, kejang
D. Gastromtestinal - Perdarahan
- Mual, muntah, anorexia, malnutrisi - Gastritis, pankreatitis, ileus
E. Hematologik
- Kuogulopati, disfungsi plateklat - Anenmia
F. Infeksi
- Imunosupresa
- Meningkatnya resiko Sepsis
SEPSIS DAN SYOK SEPTIK
Definisi :
I. Stadium 1 : SIRS ( Systemic Inflammatory Response Syndrom) bila ditemukan 2 atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1. Suhu > 38o C atau < 36o C
2. HR > 90 X / mnt
3. RR > 20 X / mnt atau Pa CO2 < 32 mmHg
4. Angka leukosit (AL) > 12000 atau < 4.000 /μL atau > 10% dalam bentuk imatur.
II. Stadium 2 : Sepsis adalah SIRS + bukti adanya Fokal infeksi atau ditemukannya kultur kuman yang positif.
III. Stadium 3 : Sepsis Berat sepsis + adanya disfungsi organ, hipotensi, atau hipoperfusi (asidosis laktat, oliguri, hipoxemia, perubahan kesadaran yang akut)
IV. Stadium 4 : Syok Septik Sepsis + hipotensi (meskipun sudah diberikan resusitasi cairan) + hipoperfusi.
Hipotensi adalah TDS < 90 mmHg atau penurunan TDS > 40 % dari nilai base line tanpa ada penyebab lain dari hipotensi.
Epidemiologi
- Di ICU SIRS terjadi sekitar 40-80 % - 25% berkembang menjadi Sepsis
- 15-20% berkembang menjadi Sepsis berat - 5% berkembang menjadi Syok Septik
Etiologi A. Infeksi
1. Bakteri :
- Gram negatif bacil - Gram Posistif cocus - Bakteri anaerobik - Mikrobakterial 2. Virus - CMV - Herpes - Hepatitis A,B, C - Virus Influensa - Epstain – barr virus - Dengue 3. Jamur - Disseminated Candida - Blastomyces - Cocci diodes - Histoplasma - Aspergillus - Pneumocystis Carinii 4. Parasit - Toxoplasmosis - Malaria