• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good

Governance and Clean Government) merupakan prasyarat bagi setiap

Pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara, sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan Legitimate agar penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Fungsi pemerintahan tersebut akan dapat terselenggara dengan baik apabila terwujudnya Good Governance.

Salah satu pilar good governance adalah akuntabilitas sebagaimana dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan melalui program dan kegiatan yang telah di rencanakan secara periodik. Ini berarti bahwa akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan reviu dan evaluasi mengenai standar pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan standar-standar tersebut.

Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan reviu dan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

(2)

pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya. Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan salah satu ukuran kinerja individu maupun unit organisasi.

Tujuan tersebut dapat dilihat dalam Rencana Strategis (Renstra) organisasi, Rencana Kinerja Tahunan, dan Perjanjian Kinerja, dengan tetap berpegangan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bogor.

Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pelaksanaan setiap program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Dalam perspektif yang lain Laporan Kinerja merupakan alat kendali, penilai kinerja secara kuantitatif dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam rangka menuju perwujudan Good Governance, atau sebagai media pertanggung-jawaban Pemerintah Kabupaten Bogor terhadap masyarakat Kabupaten Bogor.

Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hal ini merupakan bagian dari Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah guna mendorong terwujudnya sebuah Kepemerintahan yang baik bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean

(3)

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 ini berisikan mengenai pencapaian program dan kegiatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor berikut indikator kinerjanya, penjelasan evaluasi dan analisis pencapaian kinerja, serta memuat perbandingan pencapaian kinerja. Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor mengacu pada :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah;

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(4)

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 13. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan dan Kedudukan Organisasi Perangkat Daerah;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 5 tahun 2014 tentang Perubahan Perda Nomor 16 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2014 Tanggal 31 Desember 2014 tentang Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor Tahun 2015; dan

17. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 10 Tahun 2015 Tanggal 2 November 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2015.

1.2 Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor

Amanah Konstitusi pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijabarkan lebih lanjut pada Pasal 2 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah provinsi, dan Daerah provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota. Lebih lanjut dalam Pasal 3 nya menegaskan bahwa daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan daerah dan masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah. Secara garis besar terdapat 3 (tiga) urusan Pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 ini, yaitu Urusan Pemerintahan Absolut, Konkuren dan Umum. Urusan pemerintahan Absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, Urusan Umum adalah

(5)

urusan yang menjadi urusan pemerintahan baik di Pusat, Provinsi atau Kabupaten/Kota, Urusan Pemerintahan Konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah sehingga inilah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Urusan Konkuren dibagi menjadi Urusan Wajib dan Urusan Pilihan. Sedangkan Urusan Wajib dibagi menjadi Pelayanan Dasar dan Non Pelayanan Dasar. Urusan pemerintahan Wajib dan menjadi Pelayanan Dasar ada 6 (enam) urusan, yaitu: pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman; ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan sosial sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 Undang-Undang Pemerintah Daerah tersebut.

Untuk melaksanakan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan, telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bogor. Perangkat Daerah Kabupaten Bogor terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah.

Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur staf Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pelaksanaan perumusan kebijakan teknis operasional, sedangkan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur penunjang Pemerintah Kabupaten Bogor, baik sebagai unit staf maupun unit lini yang terdiri dari Badan dan Kantor.

Dinas Daerah Kabupaten Bogor adalah unsur pelaksana pemerintah daerah Kabupaten Bogor yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Selain itu, kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Bogor yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan yang disebut Camat, sementara Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan yang disebut Lurah.

Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor selengkapnya disajikan dalam Gambar 1.1.

(6)

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 9 Tahun 2008

Kedudukan, tugas pokok dan fungsi masing-masing perangkat daerah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Bupati/ Wakil Bupati

Bupati Bogor mempunyai kewajiban :

1) Mempertahankan dan memelihara ketentraman Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945;

2) Memegang teguh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 3) Menghormati kedaulatan rakyat;

4) Menegakan seluruh peraturan perundangan; 5) Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat;

6) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; dan

7) Mengajukan rancangan Peraturan Daerah dan menetapkannya sebagai

BUPATI WAKIL BUPATI

SEKRETARIAT DAERAH

DINAS DAERAH SEKRETARIAT DPRD

KELURAHAN KECAMATAN LEMTEKDA

(7)

Wakil Bupati Bogor mempunyai tugas :

1) Membantu Bupati Bogor dalam melaksanakan kewajibannya;

2) Mengkoordinasikan kegiatan organisasi perangkat daerah/instansi pemerintah di daerah; dan

3) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati Bogor.

2. Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam mengkoordinasikan tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah; 2) Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;

3) Pengkoordinasian pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana, dan sarana Pemerintah Daerah;

4) Pengkoordinasian staf terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perangkat daerah dalam rangka penyelenggaraan administrasi pemerintahan;

5) Pengkoordinasian tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dalam arti mengumpulkan dan menganalisis data, merumuskan program dan petunjuk teknis serta monitoring dan evaluasi perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

6) Pengkoordinasian perumusan peraturan perundangan yang menyangkut tugas pemerintahan daerah;

7) Pengkajian kebijakan pendayagunaan aparatur, organisasi dan tata laksana serta pelayanan teknis administratif perangkat daerah;

(8) Pelaksanaan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga; dan (9) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Bogor sesuai

(8)

3. Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administratif kepada anggota DPRD. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Sekretariat DPRD mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan fasilitasi rapat DPRD;

2) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perjalanan dinas anggota DPRD;

3) Penyelenggaraan tata usaha DPRD;

4) Pengkajian produk peraturan perundangan; dan

5) Penyelenggaraan hubungan antara lembaga dan kemasyarakatan.

4. Dinas Daerah

Dinas Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang tertentu dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Dinas Daerah mempunyai fungsi :

1) Perumusan pelaksanaan kebijakan teknis operasional sesuai dengan bidang tugasnya;

2) Pemberian izin dan pelaksanaan pelayanan umum; dan

3) Pembinaan terhadap unit pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas.

Dinas Daerah pada tahun 2015, terdiri dari :

1) Dinas Kesehatan; 2) Dinas Pendidikan;

3) Dinas Bina Marga dan Pengairan;

4) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; 5) Dinas Kebersihan dan Pertamanan; 6) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;

7) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 8) Dinas Komunikasi dan Informasi;

9) Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan;

(9)

11) Dinas Pemuda dan Olahraga; 12) Dinas Pendapatan Daerah;

13) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah; 14) Dinas Pertanian dan Kehutanan;

15) Dinas Peternakan dan Perikanan;

16) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 17) Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman;

18) Dinas Tata Ruang dan Pertanahan;

5. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga Teknis Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan daerah di bidangnya. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Lemtekda mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijakan teknis sesuai bidang tugasnya; serta

2) Pelaksanaan koordinasi dan pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Lembaga Teknis Daerah tahun 2015 terdiri dari :

1) Inspektorat;

2) Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI; 3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 4) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; 5) Badan Lingkungan Hidup;

6) Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan;

7) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; 8) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 9) Badan Perizinan Terpadu;

10) Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 11) RSUD Ciawi;

12) RSUD Cibinong; 13) RSUD Leuwiliang; 14) RSUD Cileungsi

(10)

16) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah; 17) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

18) Kantor Layanan Pengadaan Barang dan Jasa.

6. Kecamatan

Kecamatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati Bogor dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan berdasarkan pelimpahan dari Bupati Bogor. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, kecamatan mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan tugas-tugas pokok kecamatan dan pembinaan kelurahan/desa;

2) Penyelenggaraan tugas-tugas ketentraman dan ketertiban wilayah; 3) Pengkoordinasian tugas-tugas pembangunan dan kemasyarakatan

yang menjadi tanggungjawab kecamatan; 4) Penyelenggaraan pelayanan umum;

5) Pengkoordinasian perangkat daerah dalam wilayah kecamatan; dan 6) Pelaksanaan upaya-upaya pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa,

kreativitas dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pembagian wilayah kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor pada tahun 2015 terdiri dari :

1) Kecamatan Babakan Madang, 2) Kecamatan Cariu,

3) Kecamatan Cibinong, 4) Kecamatan Cileungsi, 5) Kecamatan Citeureup, 6) Kecamatan Gunung Putri, 7) Kecamatan Jonggol, 8) Kecamatan Klapanunggal, 9) Kecamatan Sukamakmur, 10) Kecamatan Tanjungsari, 11) Kecamatan Bojonggede, 12) Kecamatan Ciomas,

(11)

13) Kecamatan Ciseeng, 14) Kecamatan Dramaga, 15) Kecamatan Gunung Sindur, 16) Kecamatan Kemang, 17) Kecamatan Parung, 18) Kecamatan Rancabungur, 19) Kecamatan Sukaraja, 20) Kecamatan Tajurhalang, 21) Kecamatan Caringin, 22) Kecamatan Ciampea, 23) Kecamatan Ciawi, 24) Kecamatan Cigombong, 25) Kecamatan Cijeruk, 26) Kecamatan Cisarua, 27) Kecamatan Megamendung, 28) Kecamatan Pamijahan, 29) Kecamatan Tamansari, 30) Kecamatan Tenjolaya, 31) Kecamatan Cibungbulang, 32) Kecamatan Cigudeg, 33) Kecamatan Jasinga, 34) Kecamatan Leuwiliang, 35) Kecamatan Leuwisadeng, 36) Kecamatan Nanggung, 37) Kecamatan Parung Panjang, 38) Kecamatan Rumpin,

39) Kecamatan Sukajaya, dan 40) Kecamatan Tenjo.

7. Kelurahan

Kelurahan mempunyai tugas pokok membantu Camat dalam menyelenggarakan sebagian kewenangan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan berdasarkan pelimpahan dari Camat. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kelurahan mempunyai fungsi :

(12)

1) Penyelenggaraan tugas-tugas kelurahan;

2) Penyelenggaraan tugas-tugas ketentraman dan ketertiban wilayah; 3) Pengkoordinasian tugas-tugas pembangunan dan kemasyarakatan

yang menjadi tanggungjawab kelurahan; 4) Penyelenggaraan pelayanan umum; dan

5) Pelaksanaan upaya-upaya pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa, kreativitas dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan kemasyarakatan.

Jumlah kelurahan yang ada di Kabupaten Bogor terdapat sebanyak 17 kelurahan, sebagaimana dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Kelurahan di Kabupaten Bogor Kecamatan Kelurahan 1 Cibinong 1 Pabuaran 2 Cibinong 3 Cirimekar 4 Ciriung 5 Nanggewer 6 Nanggewer Mekar 7 Sukahati 8 Tengah 9 Pakansari 10 Karadenan 11 Harapanjaya 12 Pondok Rajeg

2 Kemang 13 Atang Senjaya

3 Ciomas 14 Padasuka 4 Cisarua 15 Cisarua 5 Citeureup

16 Karang Asem Barat 17 Puspanegara Sumber : Kab. Bogor Dalam Angka 2015

1.3 Kondisi Ekonomi

Kondisi Ekonomi Kabupaten Bogor pada tahun 2015 relatif stabil bahkan mengalami peningkatan yang sangat signifikan seiring dengan tumbuhnya beberapa sektor penggerak ekonomi dan membaiknya infrastruktur penunjang ekonomi daerah. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pengembangan potensi unggulan daerah maupun sektor-sektor pergerakan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

(13)

Untuk lebih jelasnya mengenai uraian potensi unggulan daerah dan sektor-sektor penggerak nilai PDRB tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Potensi Unggulan Daerah

Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan suatu barang atau jasa yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu daerah, yang mempunyai nilai ekonomis dan daya saing tinggi serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yang diproduksi berdasarkan pertimbangan kelayakan teknis (bahan baku dan pasar), talenta masyarakat dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, dukungan infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) yang berkembang di lokasi tertentu. Kabupaten Bogor memiliki banyak sekali sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan daerah. Untuk itu potensi-potensi sumber daya alam tersebut harus selalu dikembangkan agar menjadi komoditi unggulan yang memiliki daya saing yang kuat, baik di tingkat kabupaten, regional maupun tingkat nasional bahkan internasional. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan baik yang telah berkembang maupun yang masih potensial di Kabupaten Bogor didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2014 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Komoditas Kabupaten Bogor serta hasil-hasil kajian pengembangan komoditas unggulan kecamatan oleh Bappeda Kabupaten Bogor, yang diantaranya memuat zonasi dan arah pengembangan sebagaimana tercantum pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Pengembangan Zonasi Pertanian dan Non Pertanian

Zona Kecamatan Arah Pengembangan

1 Rumpin, Cigudeg, Parung Panjang, Jasinga, Tenjo

Agrosilvopastoral, yaitu pengembangan

agroforestry yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan

2 Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan

Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan

perikanan. Pola pengembangan

komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan

3 Ciampea, Tenjojaya, Dramaga, Ciomas

Industri non-farm yang didukung dengan sektor pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan

(14)

Zona Kecamatan Arah Pengembangan

Parung, Ciseeng, Gunung Sindur UMKM, yang tetap berbasiskan pada

produk atau komoditas pertanian secara luas serta perikanan berbasis minapolitan 5 Tamansari, Cijeruk, Cigombong,

Caringin

Diversifikasi pertanian dan agroekowisata

6 Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Babakan Madang

Ekowisata yang dikerjasamakan dengan

berbagai pihak dalam rangka membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat 7 Cileungsi, Klapanunggal, Gunung

Putri, Citeureup, Cibinong, Bojonggede

Pertanian perkotaan dan industri.

Pengembangan urban agriculture bertitik tolak pada produk atau komoditas pertanian yang sudah diusahakan oleh warga. Pengembangan industri besar dikaitkan dengan ada rencana pengembangan Cibinong Raya

8 Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari, Jonggol

Lumbung pangan melalui peningkatan

dan rehabilitasi sarana dan prasarana pemukinman

Sumber : Perbup Bogor No. 38/2014 dan Perbup Bogor No. 62/2010

b. Sektor-Sektor Penggerak Nilai PDRB 1) Pertanian dan Tanaman Pangan

Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Bogor untuk dikembangkan pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi unggulan tanaman pangan, antara lain : Talas, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar. Pengembangan Talas sangat bergantung pada lokasi (spesifik lokasi). Produksi Talas tahun 2015 mencapai 8.509 ton, sentra komoditi ungulan talas di Kecamatan Cigombong dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Tamansari dan Cijeruk. Sedangkan produksi ubi kayu pada tahun 2015 mencapai 111.116 ton, sentra komoditi terdapat di Babakan Madang dan Sukaraja dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Cibungbulang, Cibinong, Citeureup, Babakan Madang dan Sukamakmur. Varietas yang telah dikembangkan adalah Varietas Darul Hidayah, Adira 4 dan Manu, dengan pertimbangan varietas tersebut mempunyai potensi hasil produksi yang cukup tinggi yaitu 50 - 100 ton/ha dengan kadar pati 25-31 %, sedangkan untuk varietas yang biasa ditanam oleh petani hanya mampu memproduksi sebesar 20 - 25 ton/ha, sehingga peluang terjadinya peningkatan produksi cukup tinggi. Komoditi unggulan tanaman pangan lainnya

(15)

putih (AC putih) dengan pertimbangan bahwa varietas ini memiliki potensi produktivitas yang relatif tinggi dan tahan terhadap penyakit boleng, dengan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Tamansari, Ciampea, Tenjolaya, Pamijahan, Cibungbulang, Leuwiliang, dan Leuwisadeng. Produksi ubi jalar yang dihasilkan selama tahun 2015 sebanyak 52.851 ton, hal ini dipengaruhi oleh jenis penggunaan varietas unggul, bantuan sarana produksi (saprodi), dan tindakan pengamanan produksi selama masa panen hingga pasca panen. Belum terbentuk sentra ubi jalar, tetapi akan diarahkan di Kecamatan Ciomas. Penumbuhan agribisnis komoditas ubi jalar dan ubi kayu telah berhasil meningkatkan nilai ekonomis produk dari umbi segar menjadi tepung halus atau tepung tapioka setelah adanya bimbingan teknis dan bantuan alat pengolahan dari Pemerintah Kabupaten Bogor. Dengan kegiatan ini diharapkan para petani dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas sekaligus dapat meningkatkan pendapatan para petani. 2) Pertanian Hortikultura

Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Bogor untuk dikembangkan pada lapangan usaha pertanian terutama komoditi unggulan hortikultura, antara lain : Jambu Biji Kristal, Pepaya, Rambutan, Manggis, Tanaman Obat, Tanaman Hias dan Nanas. Produksi Jambu Biji Kristal tahun 2015 mencapai 59.422 ton, dengan sentra komoditi unggulan diarahkan ke Kecamatan Caringin dan Tajurhalang, sedangkan lokasi pengembangan terdapat di Kecamatan Rancabungur, Tamansari, Dramaga, Cibungbulang, Cigombong, dan Pamijahan. Sentra komoditi unggulan tanaman Pepaya dikembangkan di Kecamatan Rancabungur, sedangkan wilayah pengembangan meliputi Kecamatan Sukaraja, Caringin, Jasinga, dan Cigudeg, dengan produksi mencapai 75.870 ton. Komoditas Rambutan banyak dikembangkan di Kecamatan Gunung Putri, dengan produksi mencapai 222.587 ton, sedangkan untuk komoditas Manggis pemasarannya sampai ke mancanegara seperti Hongkong dan Taiwan, juga ke negara-negara di Timur Tengah. Pengembangan Manggis telah menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Good Agricultural

(16)

Practices dalam budidayanya. Lokasi sentra komoditi unggulan terdapat

di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng dan Cigudeg, wilayah pengembangannya di Kecamatan Jasinga, dengan produksi mencapai 76.057 ton pada tahun 2015.

3) Perkebunan

Komoditi unggulan perkebunan yang dikelola masyarakat adalah : kopi, karet, pala, dan cengkeh. Produksi kopi pada tahun 2015 sebanyak 10.312,13 ton meningkat 3 (tiga) persen dari tahun 2014. Adapun sentra komoditi unggulan kopi di Kecamatan Sukamakmur, selain itu wilayah pengembangannya di Kecamatan Pamijahan, Tanjungsari, Cigudeg, dan Jasinga juga menjadi penyumbang terbesar produksi kopi. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Tanaman karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur 5 tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun. Pada tahun 2015 produksi karet rakyat sebesar 3.028,64 ton. Sentra komoditi unggulan karet adalah Kecamatan Jasinga, dimana Kecamatan Cigudeg dan Tanjungsari sebagai wilayah pengembangannya. Sedangkan sentra komoditi unggulan pala diarahkan di Kecamatan Sukajaya, sedangkan sebagai wilayah pengembangannya adalah Kecamatan Caringin, Cigombong dan Tamansari. Produksi pala pada tahun 2015 sebesar 972,81 ton, daging pala banyak digunakan sebagai bahan manisan pala baik kering maupun basah. Selain itu biji pala juga mempunyai potensi ekonomis sebagai rempah-rempah untuk obat dan bumbu dapur.

Sentra komoditi unggulan cengkeh diarahkan di Kecamatan Nanggung dengan wilayah pngembangan di Kecamatan Tanjungsari, adapun produksi cengkeh tahun 2015 sebesar 1.354,48 ton meningkat sebesar 2 (dua) persen dari tahun 2014. Sentra komoditi unggulan tanaman obat diarahkan di Kecamatan Cileungsi dengan wilayah pengembangan di Kecamatan Ciseeng dan Nanggung.

(17)

Sentra komoditi unggulan tanaman hias diarahkan di Kecamatan Tamansari dengan wilayah pengembangan meliputi Kecamatan gunungsindur dan Cijeruk.

4) Kehutanan

Belum ada komoditi kehutanan baik hasil hutan kayu maupun non kayu yang ditetapkan sebagai komoditi unggulan. Namun berdasarkan jumlah produksi di masyarakat terdapat potensi kayu rakyat yang dapat dikembangkan menjadi komoditi unggulan, yaitu kayu afrika dengan produksi 199,83 m³, kayu sengon (albizia) 718,05 m³, kayu mahoni 313,44 m³, kayu jati 37,03 m³ dan campurab 361,00 m³.

Sedangkan hasil hutan non kayu yang memiliki potensi unggulan di Kabupaten Bogor adalah jamur kayu dengan produksi 1.770,62 ton, lebah madu dengan produksi 4.089,6 liter, dan bambu dengan produksi 350.793 batang.

5) Perikanan

Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan akan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Kabupaten Bogor.

Pada tahun 2015 produksi ikan konsumsi sebanyak 112.790,38 ton dan Benih ikan konsumsi sebanyak 3.107.74,10 RE, dengan komoditi unggulan ikan lele, ikan gurame dan ikan mas. Komoditas lele dikembangkan di Kecamatan Ciseeng, Parung, Gunungsindur, Rumpin dan Ciawi. Komoditas gurame merupakan unggulan yang dikembangkan di Dramaga dan Bojonggede. Selain itu, daerah potensial lainnya adalah Ciampea, Gunungsindur, Ciseeng, Parung dan Kemang. Sedangkan komoditas ikan mas merupakan unggulan yang dikembangkan di Kecamatan Pamijahan dan Cibungbulang. Daerah potensial lainnya untuk pengembangan ikan mas adalah Ciseeng, Kemang, Parung, Ciampea dan Dramaga.

Komoditas unggulan lainnya adalah ikan hias air tawar, sentra komoditi unggulan diarahkan di Kecamatan Cibinong, Ciampea dan Citeureup,

(18)

dengan lokasi pengembangannya adalah Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Ciomas, Tajurhalang, Kemang, Tajur dan Ciseeng. Produksinya pada tahun 2015 sebesar 242.520,23 RE.

6) Peternakan

Komoditas unggulan usaha peternakan pada tahun 2015 antara lain sapi perah dengan sentra komoditi unggulan di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, dengan wilayah pengembangan di Kecamatan Ciawi, Pamijahan, Cibungbulang, Cijeruk dan Caringan.

Produksi susu Kabupaten Bogor Tahun 2015 sebesar 11.430.374 liter atau hanya mencapai 91,14% dari target sebesar 12.541.329 liter. Tidak tercapainya produksi susu ini akibat banyaknya ternak sapi perah produktif yang dijual karena ketidakmampuan peternak dalam pelunasan kredit usaha sapi perah yang telah jatuh tempo. Populasi sapi perah pada tahun 2015 sebanyak 8.029 ekor.

Pengembangan sapi perah saat ini sudah mampu melakukan diversifikasi produk yaitu selain susu juga yoghurt dan bahan makanan lainnya. Komoditas peternakan lainnya yang dikembangkan sebagai komoditas unggulan tahun 2015 adalah sapi potong dengan populasi sebanyak 43.577 ekor. Sentra komoditi unggulan terdapat di Kecamatan Jonggol dan Cariu, dengan daerah pengembangannya di Kecamatan Tanjungsari, Sukamakmur, Cileungsi, Gunungsindur, Rumpin, Cigombong dan Babakan Madang. Komoditi unggulan peternakan lainnya adalah kelinci, sentra komoditi unggulan terdapat di Kecamatan Tenjolaya. Selain untuk konsumsi, kelinci banyak dijual sebagai cindera mata yang berwisata di Gunung Salak Endah.

Kabupaten Bogor juga mampu meniningkatkan produksi konsumsi protein hewani asal ternak sebesar 5,72 gram/kapita/hari. Peningkatan konsumsi protein hewani salah satunya karena didukung oleh produksi telur yang telah mampu mencukupi kebutuhan konsumsi telur masyarakat di Kabupaten Bogor. Populasi ayam ras petelur Tahun 2015 sebanyak 4.404.665 ekor dengan produksi telur sebesar 50.997.745 kg/tahun.

(19)

Kondisi Potensi Unggulan Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Komoditas Unggulan Primer Kabupaten Bogor Tahun 2015

No Kegiatan/ Usaha/Sektor Data Jenis Komoditi Unggulan Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan 1 Usaha Tanaman

Pangan Ubi Kayu (ton) 111.116

Babakan Madang, Sukaraja, Sukamakmur Ubi Jalar (ton) 52.851 Ciomas, Dramaga

Talas (ton) 8.509 Cijeruk, Cigombong,

Tamansari

2 Usaha Hortikultura

Pepaya (ton) 75.870 Cigudeg dan Rancabungur Manggis (ton) 76.057 Leuwisadeng, Cigudeg,

Klapanunggal, Leuwiliang Jambu Biji (Kristal) (ton) 59.422 Rancabungur, Tamansari, Caringin, Pamijahan, Tajurhalang, Dramaga, Ciungbulang 3 Perkebunan

Rakyat Pala (ton) 972,81

Sukajaya, Caringin, Tamansari, Cigombong Karet (ton) 3.028,64 Jasinga, Tanjungsari,

Cigudeg

Cengkeh (ton) 1.354,48 Nanggung dan

Tanjungsari

Kopi (ton) 10.312,13 Sukamakmur

4 Usaha Perikanan a Budidaya Ikan Konsumsi dan Penangkapan di Perairan Umum Lele (ton) 82,397.10

Ciseeng, Parung, Kemang, Gunungsindur

Mas (ton)

11,165.77

Pamijahan, Cibungbulang, Ciseeng, Kemang, Parung, Ciampea, Dramaga

Gurame (ton)

5,316.81

Dramaga, Bojonggede, Ciampea, Gunungsindur, Ciseeng, Parung, Kemang b Budidaya ikan

hias Ikan hias air

tawar (RE) 242,520.23 Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Ciomas, Tajurhalang, Kemang, Tajur, Ciseeng c Pembenihan Benih Ikan Konsumsi (RE) 3,107,748.10 Parung, Ciseeng, Megamendung, Ciampea, Pamijahan, Dramaga, Rancabungur, Ciomas, Tenjolaya, Cibungbulang 5 Usaha Peternakan a Ternak Besar Sapi potong (ekor) 43,577 Jonggol, Cariu, Tanjungsari, Sukamakmur, Cileungsi, Gunungsindur, Rumpin, Cigombong, Babakan Madg Sapi perah (ekor) 8,029 Pamijahan, Cibungbulang, Cisarua, Ciawi, Mega mendung,Cijeruk,Caringin Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2015 Dinas Pertanian dan

(20)

Selanjutnya komoditi unggulan sekunder di 40 kecamatan tersaji pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Komoditi Unggulan per Kecamatan Tahun 2013-2018

No Kecamatan Komoditi unggulan Sekunder

1 Babakan Madang Aneka Minuman/Kopi/Jahe

2 Bojong Gede Aneka minuman/nata de coco

3 Caringin Alas kaki/sepatu bayi

4 Cariu Aneka Makanan

5 Ciampea Kerajinan/tas

6 Ciawi Aneka makanan/kue brownies

7 Cibinong Aneka minuman/nata de coco

8 Cibungbulang Alas Kaki

9 Cigombong Aneka Makanan

10 Cigudeg Aneka Makanan

11 Cijeruk Alas kaki

12 Cileungsi Aneka Minuman

13 Ciomas Alas kaki

14 Cisarua Aneka makanan/kue pelangi

15 Ciseeng Kerajinan Logam

16 Citeureup Kerajinan/logam

17 Dramaga Aneka minuman/minuman pala

18 Gunung Putri Kerajinan/sangkar burung

19 Gunung Sindur Aneka Makanan

20 Jasinga Kerajinan Kayu

21 Jonggol Aneka Makanan

22 Kemang Alas kaki

23 Klapa Nunggal Kerajinan/boneka

24 Leuwiliang Bahan bangunan/bata merah

25 Leuwi Sadeng Bahan bangunan/bata merah

26 Megamendung Aneka makanan/gemblong

27 Nanggung Kerajinan Logam

28 Pamijahan Aneka makanan/kue cincin

29 Parung Aneka Makanan

30 Parung Panjang Aneka Makanan

31 Rancabungur Aneka Makanan

32 Rumpin Aneka Makanan

33 Sukajaya Konveksi

34 Sukamakmur Aneka Minuman/Kopi

35 Sukaraja Aneka makanan/Olahan ubi kayu

36 Tajur Halang Aneka Makanan

37 Taman sari Alas kaki

38 Tanjung sari Kerajinan Kayu

39 Tenjo Aneka Makanan

40 Tenjolaya Aneka makanan/cincau hitam

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2015 Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2015

Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bogor, 2015

7) Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah

Sektor industri terdiri Industri Menengah Besar dan Industri Kecil Menengah. Sektor industri menengah besar didominasi oleh industri agro dan industri logam dengan nilai investasi sebesar Rp.976.824.847.670,-

(21)

dan Rp.622.879.892.378.,-. Selain unggul dalam nilai investasi, kedua industri ini juga unggul dalam jumlah unit usaha yaitu sebesar 240 unit usaha untuk industri agro dan 158 unit usaha untuk industri logam. Industri menengah besar yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri tekstil dan produk tekstil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 28.287 orang.

Potensi industri kecil menengah meliputi IKM hasil hutan dengan nilai investasi sebesar Rp.11.043.559.252,- dari 205 unit usaha, IKM agro dengan nilai investasi sebesar Rp.28.333.626.666,- dari 444 unit usaha serta IKM tekstil dan produk tekstil dengan nilai investasi sebesar Rp.16.612.173.250,- dari 405 unit usaha.

Sedangkan komoditi unggulan perdesaan industri kecil menengah (IKM) baik formal maupun non formal meliputi produk alas kaki, tas dan logam. Ketiga komoditi tersebut menjadi concern pemerintah daerah dalam pengembangannya yang meliputi beberapa kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Industri Kabupaten Bogor Tahun 2015

No Kegiatan / Usaha / Sektor Data Jenis Potensi Unggulan Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan 1 Industri Industri Besar 1 Komponen Kendaraan bermotor 407.209.465 pcs

Ciawi, Cibinong, Citeureup, Gn. Putri, Cileungsi, Sukaraja, Babakan Madang, Parung panjang

2 Peralatan Kantor

dari Logam 463.325 buah

Gunung Putri, Cileungsi, Cibinong, Citeureup

3 Kemasan kaleng 35.500 pcs Gunung Putri

4 Karoseri 165.899 buah

Cileungsi, Babakan Madang, Sukaraja, Gunung Putri, Cibinong, Klapanunggal

5 Mesin Industri 320.601 buah

Ciampea, Cibinong, Gunung Putri, Citeureup, Cijeruk, Cileungsi Klapanunggal, Ciomas 6 Karet

2.000.000 pcs

Gunung Putri, Tajurhalang, Cileungsi, Cibinong, Ciampea 1.821 ton

18.000 lembar

7 Bahan Kimia 34.460 ton Babakan madang, Cibinong

8 Air Kemasan 144.677.000

liter

Citeureup, Tamansari,

Cijujung,Sukaraja, Klapanunggal, Ciampea, Cigombong, Ciseeng, Megamendung

9 Furniture

1.440 ton

Cileungsi, Gunungputi, Babakan madang, Cioteureup, Jonggol 193.076 buah

40.000 set 2 Industri

Kecil dan Menengah

1 Konveksi/ Garment 660.000 kodi Ciampea, Caringin, Ciawi, Ciseeng 2 Sepatu, sandal

dan tas 2.272.244 kodi

Tamansari, Ciomas, Dramaga, Kemang, Cibungbulang

(22)

No Kegiatan / Usaha / Sektor Data Jenis Potensi Unggulan Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan

3 Miniatur pesawat 720 buah Cikarawang, Dramaga, 4 Meubel bambu 150 set Cariu, Cibinong

5 Anyaman bambu 33.368 pcs Rumpin, Tenjo, Tenjolaya, Cigudeg 6 Bunga kering 30.735 tangkai Leuwisadeng, Tenjolaya

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2015

8) Penggalian dan Pertambangan

Pada komoditi lapangan usaha penggalian dan pertambangan, pada umumnya sudah banyak diusahakan dengan pangsa pasar tersendiri. Namun demikian terdapat komoditi yang menjadi unggulan, antara lain : emas, perak dan andesit sebagai bahan konstruksi serta tanah liat dan batu kapur sebagai bahan baku semen. Dalam Tabel 1.6 berikut menyajikan komoditi potensi unggulan dan komoditi unggulan lapangan usaha penggalian dan pertambangan.

Tabel 1.6. Komoditi Potensi Unggulan dan Komoditi Unggulan Kelompok Lapangan Usaha Penggalian dan Pertambangan Kabupaten Bogor Tahun 2015 No Kegiatan / Usaha / Sektor Data Jenis Potensi Unggulan Produksi / Populasi Keseluruhan Lokasi Desa/Kecamatan 1 Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan (ton)

Andesit 12.251.692,57 Rumpin, Cigudeg

Pasir dan Kerikil 43.489,40 Rumpin, Caringin, Jonggol

Trass 132.624,47 Rumpin, Cigudeg, Parung

panjang, Gunungsindur Tanah Liat 2.513.155,66 Klapanunggal, Citeureup Batu Kapur 18.933.383,21 Klapanunggal, Citeureup

Tanah Urug 63.927,55 Rumpin

Andesit Lapuk 551.800,45 Rumpin, Cigudeg 2 Pertambangan Mineral Logam (kg) Emas 1.498,1172 Nanggung Perak 13.218,2332 Nanggung Galena 5.360,81 Cigudeg

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bogor, 2015

9) Pariwisata

Daya tarik wisata Kabupaten Bogor merupakan perpaduan antara karakter alamnya yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Kawasan Puncak merupakan kawasan primadona yang sampai saat ini belum tergantikan. Berdasarkan dokumen RIPPARDA 2014 pengembangan pariwisata diarahkan menjadi 5 destinasi yaitu : 1) destinasi wisata perkotaan, 2) destinasi wisata MILE dan rekreasi, 3) destinasi wisata warisan budaya dan

(23)

Jumlah wisatawan pada tahun 2015 sebanyak 5.083.214 orang. Daya tarik wisata Kabupaten Bogor menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, yaitu meliputi :

a) Daya Tarik Wisata Alam

Kawasan Puncak terletak di Selatan Bogor yang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 800-1500 m diatas permukaan laut (dpl), sehingga memiliki udara yang sejuk dan segar. Pada kawasan ini dapat dinikmati keindahan aneka obyek dan daya tarik wisata diantaranya : wisata Agro Gunung Mas, Telaga Warna, Curug Cilember, dan Taman Safari Indonesia. Selain itu banyak aktifitas wisata yang dapat dilakukan dengan

setting alam diantaranya : tea walk, menunggang kuda,

paralayang, outbond, fotografi dan lain-lain. Kawasan wisata dengan panorama alam yang indah dan berhawa sejuk tersebut telah didukung fasilitas camping ground, taman rekreasi, hutan wisata, hotel bintang dan non-bintang, tempat pertemuan dan seminar, sarana olah raga dan rumah makan/restoran.

b) Daya Tarik Wisata Buatan

Daya tarik wisata buatan dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah yang tidak memiliki potensi asli. Salah satu wisata buatan yang menjadi tujuan wisata terbesar di Kabupaten Bogor adalah Taman Safari Indonesia (TSI) di Kecamatan Cisarua Bogor. TSI merupakan taman satwa terbesar di Indonesia dengan jumlah spesies satwa asing dan lokal tidak kurang dari 1.500 spesies. Jumlah kunjungan di TSI tahun 2015 tercatat 1.249.090 orang.

Selain Taman Safari Indonesia masih banyak daya tarik wisata buatan lainnya yang tersebar di Kabupaten Bogor yaitu : Taman Wisata Matahari, Sirkuit Sentul, Taman Rekreasi Lido, Junggle Land Sentul, Wisata Desa Kampung Bambu, Kampung Wisata Cinangneng, serta Museum Mobil dan Keramik Sentul.

(24)

c) Wisata Budaya

Kabupaten Bogor memiliki berbagai atraksi seni dan budaya tradisional yang digelar dalam event Helaran secara rutin setiap tahun. Acara ini merupakan ajang atraksi seni dan budaya yang merupakan perwakilan dari masing-masing kecamatan. Objek wisata yang menjadi unggulan pada wisata budaya adalah Kampung Budaya Sindang Barang. Selain Kampung Budaya Sindang Barang, terdapat potensi wisata budaya unggulan lainnya seperti : Situs Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Adat Urug di Kecamatan Sukajaya, Bellacampa, Kampung Cina, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dan 19 Benda Cagar Budaya. Jenis daya tarik wisata di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 selengkapnya disajikan dalam Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Daya Tarik Wisata Kabupaten Bogor Tahun 2015

No Nama Obyek Wisata Lokasi Kunjungan wisatawan Wisnus Wisman Jumlah

1 Taman Safari Indonesia Cisarua 1.170.170 78.985 1.249.090

2 Talaga Warna Cisarua 9.766 679 10.445

3 Wisata Agro Gunung Mas Cisarua 758.066 - 758.066

4 Taman wisata riung Gunung Cisarua 1.394 - 1.394

5 Curug Cilember Cisarua 1.839 174 2.013

6 Taman rekreasi lido Cigombong 15.523 25 15.548

7 Wana Wisata Bodogol Cigombong 1.262 15 1.277

8 Taman Melrimba Cisarua 234 - 234

9 Wana Wisata Citamiang Cisarua 266 - 266

10 Curug Kembar/Batulayang Cisarua 256 - 256

11 Curug Cikaracak Cisarua - - -

12 Curug Panjang Megamendung - - -

13 Taman Wisata Matahari Cisarua 866.276 - 866.276

14 Wisata Desa Kampung

Bambu Cijeruk - - -

15 Curug Nangka Tamansari 69.377 15 69.392

16 Curug Sentul Paradise Babakan Madang 451.257 164 451.421

17 Buper Sukamantri Tamansari - - -

18 Pemandian Air Panas GSE Pamijahan 9.045 100 9.145

19 Curug Cigamea Pamijahan 1.956 100 2.056

20 Curug Seribu Pamijahan 4.075 50 4.125

21 Curug Ngumpet Pamijahan 5.370 55 5.425

22 Wana Wisata Buper Gunung

Bunder Pamijahan 1.698 - 1.698

23 Eko Wisata kawah ratu Pamijahan 123 - 123

24 Curug Jaksa Pamijahan - - -

25 Situs batu tulis Ciaruteun Cibungbulang 6.257 - 6.257

26 Kampung Wisata

(25)

No Nama Obyek Wisata Lokasi Kunjungan wisatawan Wisnus Wisman Jumlah

27 Goa Gudawang Cigudeg 3.524 - 3.524

28 Pemandian Air Panas Tirta

Sanita Ciseeng 167.215 1.583 168.798

29 Kampung Budaya Sindang

Barang Tamansari 975 29 1.004

30 Museum Mobil & Keramik

Sentul Citeureup 998 - 998

31 RHU (Rekreasi dan Hiburan

Umum) - - - -

32 Kebun Wisata Pasir Mukti Citeureup 86 - 86

33 TWA Gunung Pancar Babakan Madang - - -

34 Alam Fantasi/ Taman

Budaya Babakan Madang 7.986 - 7.986

35 Taman Wisata Mekarsari Cileungsi 274.484 - 274.484

36 Penangkaran Rusa/WW Giri

Jaya Tanjungsari 9.058 - 9.058

37 Wana Wisata Cipamingkis Sukamakmur - - -

38 Aldepos Tenjolaya 617 - 617

39 Wahana Curug Naga - 559 - 559

40 Wana Wisata Curug Arca - 508 - 508

41 Cibalung Happyland Cijeruk 7.002 122 7.124

42 Jungleland Babakan Madang 689.463 12.061 701.524

43 Waterpark Kingdom Cileungsi 160.378 - 160.378

44 Kampung Wisata Rumah

Joglo Ciampea 1.243 - 1.243

45 Agrowisata Bukit Hambalang Babakan Madang 20.155 - 20.155

46 Desa Wisata Kabupaten Bogor 87.476 - 87.476

Jumlah Total Kunjungan 4.892.320 103.042 5.082.838

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor 2015

1.4 Gambaran Umum Demografis

Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 berjumlah 5.459.668 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.792.907 jiwa dan penduduk perempuan 2.666.761 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar 2,41 persen dibandingkan tahun 2014.

Data sex ratio penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2015 adalah sebesar 105, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 105 orang laki-laki. Hampir di semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex ratio diatas 100, yang berarti berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Namun terdapat satu kecamatan yang nilai sex rationya di bawah 100, yaitu Kecamatan Gunung Putri sebesar 98, yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Hal ini disebabkan sebagai daerah pengembangan usaha industri besar dan

(26)

sedang, tampaknya menarik minat banyak pekerja wanita untuk bekerja dan bermukim di wilayah Kecamatan Gunung Putri.

Kondisi demografis Kabupaten Bogor sebagaimana diuraikan di atas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014-2015*) No Kecamatan 2014 (Juni) 2015*) (Juni) Laki-laki Perem- puan L+P Laki-laki Perem- puan L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Nanggung 44.805 41.841 86.646 44.955 42.006 86.961 2 Leuwiliang 61.712 57.777 119.489 62.263 58.331 120.594 3 Leuwisadeng 38.387 35.318 73.705 38.599 35.534 74.133 4 Pamijahan 71.739 67.980 139.719 72.192 68.452 140.644 5 Cibungbulang 67.588 63.696 131.284 68.096 64.215 132.311 6 Ciampea 80.231 75.839 156.070 81.059 76.670 157.729 7 Tenjolaya 29.534 28.242 57.776 29.782 28.498 58.280 8 Dramaga 54.277 53.238 107.515 54.925 53.910 108.835 9 Ciomas 85.808 82.232 168.040 87.980 84.366 172.346 10 Tamansari 51.695 48.392 100.087 52.553 49.226 101.779 11 Cijeruk 44.264 40.369 84.633 44.881 40.955 85.836 12 Cigombong 49.915 47.778 97.693 50.949 48.800 99.749 13 Caringin 62.482 59.305 121.787 63.203 60.028 123.231 14 Ciawi 57.901 54.140 112.041 58.860 55.072 113.932 15 Cisarua 62.366 58.091 120.457 63.132 58.841 121.973 16 Megamendung 54.230 49.638 103.868 54.933 50.313 105.246 17 Sukaraja 98.640 94.180 192.820 100.835 96.336 197.171 18 Babakan Madang 59.720 56.261 115.981 61.218 57.708 118.926 19 Sukamakmur 40.298 37.808 78.106 40.587 38.103 78.690 20 Cariu 23.334 23.140 46.474 23.270 23.093 46.363 21 Tanjungsari 26.163 25.374 51.537 26.244 25.470 51.714 22 Jonggol 69.056 66.797 135.853 70.504 68.240 138.744 23 Cileungsi 153.121 149.401 302.522 160.341 156.543 316.884 24 Kelapa Nunggal 56.599 53.605 110.204 58.445 55.388 113.833 25 Gunung Putri 192.309 196.457 388.766 202.428 206.924 409.352 26 Citeureup 111.597 107.088 218.685 113.812 109.283 223.095 27 Cibinong 194.999 189.088 384.087 202.428 196.057 398.115 28 Bojong Gede 148.945 142.959 291.904 156.168 149.986 306.154 29 Tajur Halang 57.437 54.944 112.381 59.258 56.722 115.980 30 Kemang 53.187 50.665 103.852 54.503 51.948 106.451 31 Ranca Bungur 27.331 25.575 52.906 27.589 25.833 53.422 32 Parung 67.155 63.154 130.309 69.322 65.232 134.554 33 Ciseeng 55.854 52.196 108.050 56.935 53.240 110.175 34 Gunung Sindur 61.321 58.361 119.682 63.352 60.332 123.684

(27)

No Kecamatan 2014 (Juni) 2015*) (Juni) Laki-laki Perem- puan L+P Laki-laki Perem- puan L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 35 Rumpin 71.079 65.689 136.768 71.785 66.382 138.167 36 Cigudeg 64.435 58.884 123.319 64.961 59.402 124.363 37 Sukajaya 29.873 27.556 57.429 29.975 27.668 57.643 38 Jasinga 49.548 46.434 95.982 49.713 46.617 96.330 39 Tenjo 36.026 33.858 69.884 36.370 34.203 70.573 40 Parung Panjang 63.413 59.425 122.838 64.872 60.834 125.706 Kab. Bogor 2.728.374 2.602.775 5.331.149 2.792.907 2.666.761 5.459.668 Sumber: BPS

Keterangan : *) BPS, Angka Proyeksi

Selanjutnya, dari piramida penduduk yang disusun berdasarkan kelompok umur 5 tahunan menunjukan bahwa penduduk di Kabupaten Bogor termasuk penduduk muda. Struktur penduduk muda biasanya diperlihatkan oleh panjang piramida kelompok umur 5-9 dan 10-14 tahun lebih panjang dari pada kelompok umur lainnya. Hal ini terlihat jelas dari Gambar 1.2. dimana bentuk piramidanya cenderung mengerucut di bagian atas. Atau dapat diartikan juga, ada kecenderungan komposisi penduduk Kabupaten Bogor di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produktif.

Gambar 1.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2015 Berdasarkan Hasil Proyeksi

Sementara itu, penggolongan usia produktif atau tidak produktif berdasarkan kriteria sebagai berikut :

(28)

1. Penduduk Usia Tidak Produktif jika persentase penduduk 0-14 tahun minimal sebanyak 40 persen dan penduduk 65 tahun ke atas tidak melebihi 5 persen dari total penduduk secara keseluruhan;

2. Penduduk Usia Produktif jika persentase penduduk yang berusia 0-14 tahun maksimal 30 persen dan penduduk yang berusia 15-64 tahun persentasenya lebih dari 60 persen.

Tabel 1.9. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bogor Tahun 2015

Kelompok Umur (tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah L+P Persentase (%) 0 - 4 291.974 278.718 570.692 10,45 5 - 9 302.644 287.791 590.435 10,81 10-14 295.535 280.277 575.812 10,55 15-19 270.170 259.460 529.630 9,70 20-24 252.700 253.359 506.059 9,27 25-29 262.132 260.059 522.191 9,56 30-34 240.645 240.241 480.886 8,81 35-39 227.070 212.605 439.675 8,05 40-44 187.893 169.493 357.386 6,55 45-49 145.541 128.375 273.916 5,02 50-54 110.751 96.592 207.343 3,80 55-59 76.945 62.811 139.756 2,56 60-64 48.426 47.756 96.182 1,76 65-69 34.129 34.397 68.526 1,26 70-74 22.908 26.219 49.127 0,90 75+ 23.444 28.608 52.052 0,95 Jumlah 2.792.907 2.666.761 5.459.668 100,00

Sumber : BPS, Proyeksi Hasil SP 2010

Dari gambaran Tabel 1.9 dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk Kabupaten Bogor merupakan penduduk usia produktif dimana penduduk usia (15-64) tahun sebanyak 65,08 persen, sedangkan penduduk usia non produktif (0-14) tahun sebanyak 31,81 persen, dan usia 65 tahun ke atas sebanyak 3,11 persen. Hal ini memberikan indikasi bahwa permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Bogor merupakan pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius.

Penghitungan penduduk usia produktif dan tidak produktif erat kaitannya dengan rasio beban ketergantungan (Burden of Dependency Ratio). Rasio beban ketergantungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk berusia 65 tahun ke atas terhadap jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa rasio ketergantungan anak di Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar 48,89 persen dan rasio ketergantungan lanjut sebesar 4,78 persen atau secara keseluruhan angka beban ketergantungan Kabupaten Bogor sebesar 53,67 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 53 penduduk yang tidak/belum produktif.

(29)

Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, dan sebagai salah satu ukuran untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah. Pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2014

Lapangan Usaha 2013 2014

Jumlah % Jumlah %

1. Pertanian 259.020 12,15 260.204 12,17

2. Pertambangan & Penggalian 53.872 2,53 68.939 3,22

3. Industri Pengolahan 545.895 25,61 553.347 25,88

4. Listrik, Gas dan Air Minum 3.432 0,16 6.955 0,33

5. Konstruksi 119.832 5,62 181.740 8,50

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 571.620 26,82 621.651 29,08 7. Transportasi & Komunikasi 122.859 5,76 108.474 5,07

8. Lembaga Keuangan 58.402 2,74 62.949 2,94

9. Jasa Sosial Kemasyarakatan 396.546 18,60 273.695 12,80

J u m l a h 2.131.478 100.00 2.137.954 100,00

Sumber : Indikator Ekonomi Daerah Tahun 2015-BPS

Secara total, jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari 2.131.478 orang pada tahun 2013 menjadi 2.137.954 orang tahun 2014 (meningkat 0,30%). Tabel di atas memperlihatkan bahwa ada 2 (dua) sektor mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sektor Transportasi dan Komunikasi serta sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan, 7 (tujuh) sektor mengalami peningkatan, yaitu sektor-sektor : Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Lembaga Keuangan. Komposisi di atas menunjukkan adanya transisi pergeseran sektor penyerapan tenaga kerja Kabupaten Bogor dari sektor Jasa, ke sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Lembaga Keuangan. Struktur pendidikan penduduk bekerja di Kabupaten Bogor secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Penduduk Bekerja Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Bogor Tahun 2013-2014

0 10 20 30 40 50 60 1. ≤ SD 2. SLTP 3. SLTA 4. PT 50.17 19.… 23.99 6.51 51.44 17.94 24.69 5.92 2013 2014

(30)

1.5 Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan kewajiban suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis organisasi yang berkaitan dengan Visi dan Misi organisasi melalui berbagai program dan kegiatan tahunan. Sistematika Laporan Kinerja Kabupaten Bogor tahun 2015 disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tatat Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Alur pikir penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2015 dan keterkaitan dengan Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) disajikan dalam Gambar 1.4.

Gambar 1.4. Alur Pikir Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015

Sumber : Hasil Analisis Tim, 2015

PEMDA KAB. BOGOR UNIT KERJA

RPJMD KAB. BOGOR 2013-2018 RENSTRA SKPD 2013 - 2018

RENJA 2015 RKPD 2015 RKA 2015 RAPBD 2015 DPA 2015 APBD 2015 JANKIN SKPD 2015 JANKIN PEMDA 2015 Laporan Kinerja SKPD 2015 LKSKPD 2015 LKPJ 2015 LKD KONSOLIDASI 2015 LAPORAN KINERJA 2015

(31)

Alur pikir pengukuran kinerja pencapaian sasaran Pemerintah Kabupaten Bogor mengikuti alur pikir sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.5.

Gambar 1.5. Alur Pikir Pengukuran Kinerja

Sumber : Hasil Analisis Tim, 2015

Adapun sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2015 dan ringkasan dari masing-masing Bab adalah sebagai berikut :

RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang Latar Belakang, Organisasi Pemerintah Kabupaten Bogor, Kondisi Ekonomi, Gambaran Umum Demografis, Sistematika Penyajian.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Berisi gambaran singkat mengenai RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 dan Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015, RPJMD menguraikan secara singkat pernyataan visi dan misi Kabupaten Bogor, Perjanjian Kinerja menguraikan sasaran strategis Kabupaten Bogor tahun 2015.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Berisi uraian hasil pencapaian kinerja 25 (dua puluh lima) penciri, pencapaian indikator makro, serta evaluasi dan analisis akuntabilitas pencapaian sasaran tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 dan akhir RPJMD termasuk didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan/ kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipasi yang akan diambil, Selain itu juga menyajikan realisasi keuangan

(32)

yang memaparkankan alokasi dan realisasi APBD, juga Prestasi yang didapatkan Pemerintah Kabupaten Bogor di tahun 2015.

BAB IV PENUTUP

Berisi tinjauan tujuan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan, permasalahan dan kendala yang terjadi serta strategi pemecahan masalahnya.

Gambar

Gambar 1.1.  Struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor  Berdasarkan  Peraturan  Daerah  Kabupaten  Bogor  Nomor  9  Tahun  2008
Tabel 1.1.  Kelurahan di Kabupaten Bogor
Tabel 1.2.  Pengembangan Zonasi Pertanian dan Non Pertanian
Tabel 1.3.   Komoditas Unggulan Primer Kabupaten Bogor Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan load shedding dengan nilai lebih kecil dari overload yang terjadi akan memberikan respon overshoot negatif, frekuensi steady state. f ss yang tercapai lebih

Berdasarkan analisis data penelitian dengan bantuan program SPSS di dapat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,675 yang menunjukkan bah- wa hubungan antara variabel

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

a) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan yang berkitan dengan

Ada tiga rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu rasio profit margin untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),