• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang.

Setiap wilayah memiliki potensi wilayah yang berbeda-beda karena keadaan wilayahnya pun berbeda-beda sehingga sumberdaya alam yang ada didaerah tersebut juga berbeda-beda. Untuk mengembangkan suatu daerah pemerintah perlu melihat sumberdaya yang dimiliki, apabila sumberdaya yang dimiliki melimpah maka perkembangan wilayahnya akan cepat begitu pula sebaliknya apabila wilayah tersebut sumberdayanya sedikit maka perkembangan wilayahnya akan lambat. Tentu saja dalam melihat potensi yang ada perlu memperhatikan komoditas unggulan disetiap daerah. Hal tersebut ditujukan untuk mempermudah pemerintah dalam melihat potensi yang menjadi sektor basis didaerah tersebut. Sehingga dalam mengembangkan daerah tersebut akan lebih cepat dengan mengembangkan sektor yang menjadi unggulan didaerah yang akan dikembangkan.

Komoditi-komoditi unggulan (basis) perlu dikembangkan secara optimal karena memiliki keunggulan komparatif yang mampu meningkatkan perekonomian. Keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu komoditi dapat mendorong terciptanya keunggulan kompetitif (keunggulan bersaing) terhadap komoditi sejenis di suatu wilayah. Keunggulan-keunggulan tersebut memberikan keuntungan terhadap komoditi dalam memenangkan persaingan pasar. Semakin luas pangsa pasar dan unggul dalam persaingan atau memiliki kekuatan daya saing produk yang tinggi dipasaran memungkinkan produk tersebut mendatangkan keuntungan yang tinggi pula dari proses penjualannya (Tarigan, 2005).

Semenjak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah setiap wilayah harus mampu mengembangkan berbagai sektor yang potensial untuk meningkatkan PDRB daerah. Berbagai sektor yang potensial diupayakan untuk dikembangkan, baik oleh swasta maupun oleh pemerintah daerah itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

(2)

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Didalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud hak dalam konteks otonomi daerah adalah hak-hak daerah yang dijabarkan pada Pasal 21 dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak: 1) Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. 2) Memilih pimpinan daerah. 3) Mengelola aparatur daerah. 4) Mengelola kekayaan daerah. 5) Memungut pajak daerah dan retribusi daerah. 6) Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah. 7) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah. 8) Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah, seperti masalah kesenjangan dan isu globalisasi. Isu globalisasi ini menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada Propinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya. Percepatan pembangunan ini bertujuan agar daerah tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas,dengan tetap memperhatikan masalah pengurangan kesenjangan.

Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah. Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penetapan komoditas unggulan daerah juga harus mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah . Pengembangan suatu komoditas unggulan sebaiknya dilakukan pada daerah yang memang menunjang terhadap pengembangan komoditas tersebut, baik dari aspek tanah/alam, iklim, sosial budaya, maupun kebijakan pemerintah yang berlaku pada daerah pengembangan.

(3)

Pengembangan komoditas unggulan akan berlangsung dengan baik apabila semua aspek saling mendukung satu sama lain.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 dengan luas 5.445 Km2 atau 10,2 % dari luas wilayah propinsi Jambi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur pulau Sumatera berbatasan langsung dengan Propinsi Kepulauan Riau dan merupakan daerah hinterland segitiga pertumbuhan ekonomi Singapura-Batam-Johor (SIBAJO). Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Ibukota Muaro Sabak terdiri dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan yaitu Kecamatan Muara Sabak Timur, Kecamatan Muara Sabak barat, Kecamatan Kuala Jambi, Kecamatan Dendang, Kecamatan Mendahara, Kecamatan Mendahara Ulu, Kecamatan Geragai, Kecamatan Rantau Rasau, Kecamatan Berbak, Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti dibidang pertanian yang banyak diperuntukan untuk perkebunan seperti kelapa sawit, karet, pinang,dan lain sebagainya. Selain itu juga potensi pertambangan di kabupaten Tanjung Jabung Timur cukup melimpah seperti tambang migas yang dikelola oleh PT. Petrocina international Jabung ltd. Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki daya dukung wilayah yang baik untuk pengembangan berbagai kegiatan sosial ekonomi, kecuali keberadaan lahan gambut disekitar pesisir pantai timur.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki visi pembangunan jangka menengah untuk periode 2011-2016 yaitu “Menuju Tanjung Jabung Timur yang Sejahtera, Adil, Mandiri, Unggul, Demokratis dan Agamis (SAMUDERA)”. Sehingga untuk mewujudkan visi tersebut perlu dilakukan pengelolaan potensi wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi komoditas unggulan tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan menganalisis daya saing wilayahnya. Sehingga proses pengembangan perekonomian wilayah berdasarkan dengan melihat potensi yang ada didaerah tersebut.

(4)

Perlu adanya identifikasi mengenai komoditas unggulan daerah yaitu bahwa untuk memajukan daerah baik dari sektor sosial maupun ekonomi perlu memperhatikan potensi yang dimiliki oleh suatu daeah. Apabila suatu daerah memiliki sumberdaya maka akan cepat dalam pengembanganya begitu pula sebaliknya daerah yang potensi wilayahnya sedikit akan lambat dalam perkembangan wilayahnya. Sehingga dengan mengidetifikasi komoditas unggulan dapat juga menganalisis daya saing komoditas tersebut dengan daerah lainya, apakah akan mampu bersaing atau tidak.

Kondisi kabupaten Tanjung Jabung Timur yang baru berdiri sejak tahun 1999 dan masih banyak wilayah yang belum berkembang sehingga menarik untuk diteliti terkait “ Identifikasi daya saing komoditi unggulan kabupaten Tanjung Jabung Timur” karena dengan adanya potensi unggulan maka akan mempercepat pembangunan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

I.2. Rumusan Masalah

Kabupaten Tanjung Jabung timur merupakan kabupaten baru pada 21 Oktober 1999 yang merupakan pemekaran dari kabupaten Tanjung Jabung. Dengan adanya Undang-Undang mengenai otonomi daerah, Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan Kabupaten baru harus mampu mengurus daerahnya sendiri. Sehingga dengan pengenalan mengenai komoditas unggulan di daerah penelitian, diharapkan dapat menjadi suatu usaha peningkatan ekonomi wilayah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tanjung jabung Timur.

Dari latar belakang yang dituliskan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. bagaimana ragam dan sebaran komoditas pertanian yang dimiliki Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2. bagaimana daya saing komoditas unggulan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. bagaimana arahan kebijakan terkait komoditas unggulan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

(5)

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. mengidentifikasi ragam dan sebaran komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. mengidentifikasi daya saing komoditas unggulan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

3. menyusun arahan kebijakan pengembangan wilayah terkait dengan komoditas unggulan.

I.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam pengembangan perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Timur terutama dalam pengembanganya dengan melihat sektor-sektor komoditas unggulanya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam membuat dan meninjau kembali kebijakan dan program-program pengembangan perekonomian serta komoditi pilihan yang harus dikembangkan secara intensif demi kemajuan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

I.5. Tinjauan Pustaka dan penelitian sebelumnya

Susilo (2005) dalam penelitian mengenai komoditi unggulan di kabupaten Sragen. Mendapatkan kesimpulan bahwa yang menjadi komoditas unggulan di kabupaten Sragen untuk sektor pertanian yaitu padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, cabe, semangka, dan melon. Pada sektor perikanan yang menjadi komoditas unggulan yaitu ikan lele, nila merah, tawes, katak hijau dan gurameh. Batik tulis muebel, bata merah dan anyaman bambu merupakan komoditas unggulan di sektor industri. Dan yang terakhir yaitu komoditas unggulan sektor pariwisata yang ada di kabupaten Sragen yaitu Museum Sangiran dan gunung Kemukus. Dari tahun 1993-2003 terjadi pola perubahan keruangan terutama pada sektor pertanian, sedangkan untuk industri dan pariwisata cenderung tidak mengalami perubahan. Untuk

(6)

mengembangkan komoditas yang ada di kabupaten Sragen, pemerintah daerah menerapkan arah pengembangan yang bertujuan mengembangkan komoditas unggulan yang ada didaerah tersebut. Arah pengembanganya yaitu untuk sektor pertanian dengan cara mempertahankan lahan basah, untuk pengembangan industri arah pengembangnya yaitu dengan cara menerapkan strategi penyebaran unit usaha dan perluasan lapangan pekerjaan. Sedangakn untuk pariwisata arah pengembangnya dengan meningkatkan promosi dan usaha peningkatan kualitas sarana dan prasaranake akses transportasi ke lokasi wisata.

Riswan (2010) dalam penelitian mengenai komoditi unggulan di propinsi Kepulauan Bangka Belitung. mendapatkan kesimpulan bahwa ragam komoditas subsektor sayur-mayur, buah-buahan dan industri kecil menunjukan tidak adanya variasi jenis komoditas diantara kabupaten/ kotamadya di propinsi kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan ragam komoditas tanaman pangan, tanaman hias, perikanan budidaya, kehutanan, industri menengah, industri besar dan pertambangan menunjukan adanya variasi jenis komoditas yang ada di kabupaten/kotamadya di propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terdapat beberapa kendala yang terdapat pada beberapa sektor yang menjadi komoditas unggulan. Sektor pertanian mengalami kendala keterbatan teknologi, sektor industri dan sektor pertambangan terkendala masalah modal. Arah pengembangan yang dilakukan pemerintah propinsi kepulauan Bangka Belitung dalam komoditas pertanian yaitu masyarakat terjun langsung ke pertanian khususnya pertanian pangan.

(7)

Table 1.1. Perbandingan Skripsi dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama Judul Tujuan Lokasi Variabel Teknik

1 Susilo krisnanto Kajian dinamika pola keruangan komoditas unggulan di kabupaten Sragen tahun 1993-2003

1. Mengidentifikasi kategori (basis produksi) komoditas yang menjadi unggulan di daerah beserta dinamika sebaranya. 2. Mengetahui perbedaan

dan faktor-faktor yang mempengaruhi variasi sebaran komoditas yang menjadi unggulan di daerah penelitian.

3. Mengetahui pola keruangan dan dinamika pola keruangan dari komoditas yang menjadi unggulan di daerah penelitian.

4. Mengetahui arah pengembangan komoditas yang menjadi unggulan di Kabupaten Sragen. Kabupaten Sragen - Kondisi komoditas sektor pertanian - Sektor Industri - Sektor pariwisata - LQ (Location Qoutient) - KS (Koefisien Spesialis) 2 Riswan Septiadi Sianturi

Kajian komoditas unggulan provinsi kepulauan Bangka Belitung

1. Mengidentifikasi ragam komoditas yang dimiliki provinsi kepulauan Bangka Belitung dan

Provinsi kepulauan Bangka Belitung Produksi komoditas pertanian - LQ (Location Qoutient) - SS ( Shift Share)

(8)

menyusun pewilayahan komoditas tersebut.

2. Mengetahui ragam dan sebaran komoditas unggulan sebagai dasar pengembangan provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Mengidentifikasi daya saing komoditas unggulan yang dimiliki Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4. Menyusun arahan kebijakan pengembangan wilayah yang diterapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. - Tanaman pangan - Holtikultura - Perkebunan - Peternakan - Perikanan - Kehutanan Produkssi komoditas industri - Kecil - Menengah - Besar Pertambangan - Pewilayahan (Standar deviasi) - Analisis peta - Analisis Deskriptif - Analisis potensi dan masalah

3 Dwi Riyanto Identifikasi Daya saing Komoditas unggulan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

1. Mengidentifikasi ragam dan sebaran komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Mengidentifikasi daya saing komoditas unggulan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kabupaten Tanjung Jabung Timur Produksi komoditas pertanian - Tanaman pangan - Hortikultura - Perkebunan - Peternakan - LQ (Location Qoutient) - Analisis Deskriptif - Analisis Internal – Eksternal - Indept Interview - Analisis peta

(9)

3. Menyusun arahan kebijakan pengembangan wilayah terkait dengan komoditas unggulan.

(10)

I.5.1. Geografi dan wilayah

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi. Geography may be defined as the stydy or analysis of the locational and spatial variation of phenomena on the earth’s surface (Timothy, 2000), Menurut Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.

Menurut Haggett (1983) pendekatan utama Geografi dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Spatial analysis yang mempelajari dari variasi karakteristik dalam ruang dimana geografer mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola distribusi dan bagaimana pola-pola ini dapat dimodifikasi untuk membuat distribusi lebih merata dan efisien.

2. Ecological analysis yang menghubungkan manusia dan variabel-variabel lingkungan dan mempelajarinya bagaimana hubungan keduanya.

3. Regional Komplex analysis yang merupakan hasil dari kombinasi spatial dan ecologica analysis.

Geografi juga didefinisikan sebagai ilmu yang menguraikan tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna serta basil-basil yang diperoleh dari bumi ( Bisri,Inung 2007). Geografi mempunyai dua aspek pokok,yakni aspek fisik dan aspek manusia. Aspek fisik mempelajari mengenai keadaan fisik dari suatu daerah misalnya: bentuk lahan , jenis batuan,dll. Sedangkan aspek manusia mengambil manusia sebagai aspek pokoknya yaitu termasuk didalamnya aspek kependudukan, aspek ekonomi, aspek budaya dan masih banyak lainya yang berkaitan dengan kegiatan manusia.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

(11)

yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentukbentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan alam . Wilayah merupakan suatu area yang secara geografis dapat dianggap sebagai satu kesatuan (Muta’ali 2011).

Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, dkk et al. 1977) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogenous region), (2) wilayah nodal (nodal region) dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi tiga fase yaitu: 1). fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik. 2). fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan. 3). fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spatial approach). Konsep pada pendekatan ini pada prinsipnya adalah adanya penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Adanya perbedaan komoditas disetiap wilayah yang berbeda-beda antara wilayah yang satu denagn wilayah lainya karena perbedaan keadaan wilayah.

I.5.2. Keunggulan komparatif dan kompetitif

Menurut Tarigan (2003), keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi tersebut lebih unggul secara relatif dengan komoditi yang sama di daerah lain. Menurut Timothy J. Fik (2000) pada masa sekarang ini daerah-daerah tidak dapat berkompetisi hanya memiliki

(12)

keunggulan komparatif dalam produksi. Keunggulan spesialisasi daerah dalam produksi satu barang komoditi atau lebih yang mana bahwa dalam wilayah tersebut memiliki keunggulan khusus baik merupakan sumberdaya alam atau kondisi lingkungan/ fisik.

Menurut Tangkilisan (2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya ( Badudu, Zain 2001).

Porter (1990) melalui teori yang dikenal sebagai Porter’s Diamond berpendapat bahwa keunggulan kompetitif suatu wilayah adalah hasil dari empat pertimbangan-pertimbangan utama yaitu faktor bawaan (pemberian alam), keadaan permintaan, industri yang berhubungan dan saling mendukung, dan strategi, struktur dan persaingan perusahaan. Keunggulan kompetitif yaitu menganalisis kemampuan dari suatu daerah untuk menjual atau memasarkan produknya ke luar daerah/ luar negeri atau pasar global. Cara melihat keunggulan kompetitif yaitu dapat dilihat dari penjualan produk , apabila produk yang dihasilkan oleh suatu daerah dapat dijual atau bersaing dengan produk dari daerah lain dalam pasar global maka daerah tersebut memiliki keunggulan kompetitif.

I.5.3. Komoditas unggulan

Komoditas unggulan adalah produk yang potensial untuk dikembangkan di suatu daerah dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada didaerah tersebut serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah. Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing, berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global. Komoditas unggulan merupakan komoditi yang paling potensial atau paling menonjol dibandingkan komoditi dalam memberikan sumbangsih terhadap pendapatan daerah.

(13)

Identifikasi atas produk-produk unggulan di daerah pada dasarnya tidak bisa terlepas dari kepedulian para elite di daerah. Artinya, pemerintah daerah perlu bersungguh-sungguh menentukan arah kebijakan ekonomi regional di daerah. Pemilihan strategi pengembangan ekonomi lokal menjadi begitu krusial dalam konteks desentralisasi ekonomi dan otonomi daerah seperti sekarang. komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat (Badan Litbang pertanian ,2003).

Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan yang artinya mempunyai kontribusi yang menjanjikan pada peningkatan produksi dan pendapatan, memiliki keterkaitan kedepan yang kuat, baik secara komoditas unggulan maupun komoditas lainnya, mampu bersaing dengan produksi sejenis dari wilayah lain dipasar nasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya, memiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasok bahan baku. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya, pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai dukungan, misalnya sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan.

Komoditas unggulan perlu di utamakan sebagai sektor yang penting dalam perkembangan suatu wilayah. Karena setelah Semenjak ditetapkannya otonomi daerah, setiap wilayah harus mampu mengembangkan berbagai sektor yang potensial untuk meningkatkan PDRB daerah. Sehingga untuk menjadi mandiri suatu daerah perlu memperhatikan komoditas-komoditas yang menjadi unggulan di daerah tersebut yang memberikan sumbangsih terhadap PDRB yang cukup besar, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan program-program khusus terkait dengan peningkatan komoditas unggulan yang akan mempercepat pembangunan daerah.

(14)

I.5.4. Daya saing

Daya saing adalah kemampuan suatu negara untuk mencapai pertumbuan PDB per kapita yang tinggi terus-menerus (World Economic Forum, Global Competitiveness Report, 1996). Daya saing dapat dibedakan menjadi berbagai tingkatan yaitu daya saing nasional dan daya saing daerah, sebenarnya kedua daya saing tersebut mempunyai arti yang sama, namun hanya pada skala daerahnya yang berbeda. Daya saing nasional merupakan kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan perekonomian yang tinggi dan berkelanjutan (World Economic Forum, dalam Christanto et al, 2011).

Pada tingkat wilayah atau daerah di dalam suatu negara, konsep dayasaing daerah menurut yang didefinisikan oleh Departemen Perdagangan dan Industri Inggris (UK-DTI), adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Dari dua konsep definisi dayasaing yang telah diuraikan di depan baik dayasaing nasional maupun dayasaing suatu wilayah pada prinsipnya memiliki substansi atau esensi yang sama. Perbedaan yang ada hanya pada cakupan wilayah yang dikajinya saja. Pengapdosian konsep dayasaing nasional ke dalam konsep dayasaing daerah atau wilayah adalah sangat relevan untuk dilakukan. Namun memang dalam pelaksanaannya perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.

Porter (1990) menyatakan bahwa konsep daya saing yang dapat diterapkan pada level nasional adalah “produktifitas” yang didefinisikan oleh Porter sebagai nilai output yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Menurut porter dalam Teori Berlian Porter ada 4 faktor yang saling terkait dalam daya saing wilayah yaitu : (1) Kondisi Faktor (Input), (2) Kondisi Permintaan, (3) Strategi perusahaan, struktur dan persaingan dan (4) Industri terkait dan pendukung, Selain itu terdapat pengaruh dari pemerintah dan peluang-peluang perubahan.

Dong Sung Cho (2000), melengkapi teori Porter tentang model daya saing berlian (diamond), menurut Dong Sung Cho model tersebut tidak relefan diterapkan dalam ekonomi skala kecil, karena variabel domestik dalam model tersebut sangat terbatas dan lebih dominan membahas variabel-variabel internasional untuk

(15)

meningkatkan daya saing yang dalam hal ini adalah daya saing negara. Sedangkan bagaimana daya saing negara dapat diciptakan oleh daya saing daerah dengan karakteristik khusus tidak tercakup didalam model Porter, selain itu model Porter lebih menyoroti faktor-faktor fisik. Dong-Sung Cho untuk melengkapi model Porter dengan menambahkan empat faktor yaitu faktor manusia (Human Factor) , yang terdiri dari : (1) Pekerja (workers), (2) Politik dan Birokrat (3) Profesional dan (4) Wirausaha.

1.5.5. Commodity Chain

Rantai komoditas (commodity Chain) adalah proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengumpulkan sumber daya atau bahan baku kemudian mengubahnya menjadi barang atau komoditas dan, akhirnya, mendistribusikannya kepada konsumen. Rantai komoditas adalah salah satu metafora tentang hubungan antara produksi , distribusi dan konsumsi barang ( Watts , 1999).

Analisis Rantai komoditas mengidentifikasi para aktor dan proses yang berkontribusi terhadap asal usul produk yang dikonsumsi oleh pasar , seperti bahan , makanan atau barang konsumsi mentah. Dengan demikian , rantai komoditas termasuk urutan operasi mulai dari ekstraksi bahan baku , perakitan barang setengah jadi , untuk distribusi ke pasar konsumsi.

Analisis seperti rantai kompleks agen dan proses mempertimbangkan beberapa perspektif :

1. Perspektif Transaksional : Identifikasi arus dan transaksi yang menciptakan mereka . Hal ini terutama menyangkut proses pengambilan keputusan dalam pendirian dan manajemen rantai komoditas .

2. Perspektif komparatif : Menilai daya saing relatif dari unsur rantai komoditas dalam hal nilai tambah .

3. Perspektif Fungsional : Mengidentifikasi proses fisik yang terlibat dalam peredaran barang , termasuk keterbatasan kapasitas dalam distribusi , yaitu modal , intermodal dan efektivitas terminal .

(16)

Analisis rantai komoditas , tergantung pada perspektif , dapat mempertimbangkan beberapa faktor :

1. Asal dan tujuan .

Masalah dasar penawaran dan permintaan yang mengungkapkan keunggulan komparatif , preferensi lokasional dan ukuran pasar . Sebuah rantai komoditas umumnya diselenggarakan sebagai urutan asal / tujuan pasang sampai tujuan dianggap lokasi konsumsi akhir . Untuk produk yang kompleks , banyak asal-usul , tahap perantara dan tujuan menyiratkan konsep rantai komoditas global . Perantara lokasi di mana kegiatan seperti pergudangan juga perlu dipertimbangkan.

2. Biaya fungsi

Mengevaluasi biaya yang dikeluarkan untuk serangkaian kegiatan yang terjadi sepanjang rantai komoditas seperti biaya pengadaan , biaya produksi , biaya distribusi dan biaya ritel .

3. Muat Unit

Mempertimbangkan bagaimana materi mengalir dalam rantai komoditas yang beredar , sering berhubungan dengan betapa rapuhnya , tahan lama atau berharganya suatu produk . Hal ini lebih dari sekedar isu containerization , tetapi juga di mana cara unit beban kemas digunakan. 4. Modal dan intermoda

Rantai transportasi yang digunakan untuk menampung rantai komoditas dalam hal mode , terminal dan freight forwarder.

5. Peraturan dan kepemilikan

Seperangkat aturan dan peraturan yang terkait dengan peredaran barang dalam rantai komoditas , termasuk kepatuhan . Juga mempertimbangkan sifat dan tingkat kontrol perusahaan pelayaran memiliki lebih dari rantai komoditas yang mereka gunakan melalui perjanjian , merger dan aliansi .

(17)

Berhubungan dengan penyedia layanan logistik , terutama dengan produsen dan pengecer . Dalam banyak kasus , kegiatan distribusi yang disubkontrakkan.

7. Nilai tambah

Pertimbangan apakah rantai komoditas memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai tambah . Ini adalah tujuan strategis penting karena nilai tambah yang terkait dengan margin keuntungan . Organisasi rantai komoditas sehingga berusaha untuk meningkatkan nilai tambah melalui strategi lokasional dan organisasi.

Semakin panjang Rantai komoditi akan merugikan para petani, karena semakin banyak tangan yang menyalurkan komoditi dari tangan petani (produsen) ke konsumen. Analisis rantai komoditi mengidentifikasi bagaimana suatu barang dari proses produk, distribusi, dan sampai ke konsumen.

I.6. Kerangka Penelitian

Penelitian ini di awali dengan mengidentifikasi ragam komoditi yang terdapat di kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk mengetahui jenis-jenis komoditi yang ada dan sebaran komoditi tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui komoditi unggulan (keunggulan komparatif). Dalam analisis komoditi unggulan di sektor pertanian dapat diukur melalui hasil produksi dari komoditas di setiap subsektor pertanian (tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) di masing-masing kecamatan di daerah penelitian. Kriteria dan kebijakan pemerintah kabupaten terhadap komoditi yang diunggulkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan komoditi unggulan.

Selanjutnya pegkajian mengenai daya saing (keunggulan kompetitif) dari setiap komoditi yang di unggulan setiap sektornya dinilai menggunakan analisis Internal – Eksternal yaitu melalui indikator : kekuatan ( ketersediaan lahan, ketersediaan tenaga kerja, kontribusi terhadap daerah, ketersediaan pasar, faktor budaya, lokasi strategis, status kepemilikan lahan), kelemahan ( bibit tanaman lokal, teknologi tradisional, modal terbatas, produktivitas rendah, kualitas hasil,

(18)

biaya usaha), peluang (permintaan produk tinggi, kemungkinan perluasan lahan, akses / infrastruktur, banyak pengepul sehingga terjadi persaingan harga), ancaman (perubahan cuaca, alih fungsi lahan, ancaman produk pesaing, masalah transportasi), yang disajikan dalam matriks daya saing komoditas unggulan.

Hasil penelitian mengenai daya saing (keunggulan kompetitif) dan keunggulan komparatif ini yang akan dijadikan bahan dalam perumusan arahan kebijakan untuk pengembangan wilayah terkait dengan pengembangan komoditas yang menjadi unggulan.

(19)

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian Kebijakan Pemda/Dinas terkait komoditi pertanian daerah Analisis Location Quotien Analisis Deskriptif - Tanaman pangan - Holtikultura - Perkebunan - Peternakan - Perikanan - Kehutanan

Ragam dan sebaran komoditas Potensi Komoditi pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Komoditas unggulan Komoditas non

unggulan

Arahan kebijakan terhadap komoditi unggulan Analisis Internal

– Eksternal Indept Interview

Daya Saing komoditi unggulan

Kebijakan pembangunan dan Tata Ruang wilayah Kabupaten Tanjung

(20)

1.7. Batasan Penelitian

Wilayah adalah ruang yang merupakan satu kesatuan geografis beserta unsur yang terkait dan sistemnya berdasarkan aspek administrasi dan aspek fungsional ( UU No.26 tahun 2007).

Keunggulan Komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditi dibandingkan yang lainya.

Keunggulan Kompetitif adalah kemampuan suatu daerah atau wilayah untuk menjual atau memasarkan produknya keluar derah.

Komoditi Unggulan adalah suatu komoditi yang paling potensial atau paling menonjol dibandingkan komoditi lainya.

Daya Saing adalah suatu kemampuan untuk bersaing agar mendapatkan peningkatan dalam pendapatan maupun pertumbuhan.

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusiauntuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Tanaman Pangan adalah segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein.

Holtikultura adalah tanaman yang dibudidayakan dikebun atau pekarangan. Perkebunan adalah kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainya dalam ekosistem yang sesuia.

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak.

Gambar

Table 1.1. Perbandingan Skripsi dengan Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian Kebijakan Pemda/Dinas terkait komoditi pertanian daerah  Analisis Location Quotien  Analisis Deskriptif -  Tanaman pangan  -  Holtikultura -  Perkebunan -  Peternakan -  Perikanan -  Kehutanan

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada rumusan tujuan penelitian ini, yakni mengetahui efektivitas Teknik L-Bato untuk penerampilan menulis teks opini sudah tercapai dan dapat dibuktikan bahwa Teknik

Berkat taufik, hidayah dan inayah Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Praktik Jual Beli Ikan Asin di Pasar Sentra Antasari

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa The Gambir Anom Hotel Resort and Convention Surakarta merupakan hotel yang sangat potensial dalam menarik tamu, terlihat dari arsitektur

Berdasarkan hasil analisis regresi nominal menggunakan fungsi hubung cloglog untuk model regresi logistik nominal, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu fungsi hubung cloglog

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sistem pengawasan dengan produktivitas kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan

Identitas dan Rekam Jejak Research Group (berisi nama Research Grup, judul penelitian, kerjasama yang telah ada, kegiatan yang pernah dilakukan dan dana penelitian yang

menerapkan interpretasi kemometrik terhadap spektrum FTIR untuk membentuk diagram kontrol model otentikasi pada kombinasi komposisi asli Tensigard (obat bahan alam penurun

Dalam penelitianya dapat disimpulkan bahwa subyek khitbah menurut Jama’ah Tabligh adalah laki-laki yang baligh, hal-hal yang dapat dilihat ketika khitbah adalah