• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di sektor fisik maupun non fisik. Pembangunan adalah usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di sektor fisik maupun non fisik. Pembangunan adalah usaha"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang terus melakukan pembangunan di sektor fisik maupun non fisik. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara merata. Sebaliknya, berhasilnya pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya pembangunan nasional. Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya mulai dari perumahan, konstruksi jalan raya, gedung bertingkat, jembatan, irigasi, dan lain sebagainya.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang jasa konstruksi menyebutkan “Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi 1dan/atau pekerjaan konstruksi”. Dalam pelaksanaanya para pihak dalam pekerjaan konstruksi terdiri atas pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa Konstruksi. Sedangkan penyedia jasa

1

(2)

2 adalah Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.. Pengguna jasa dapat menunjuk wakil untuk melaksanakan kepentingannya dalam pekerjaan konstruksi. Pemilik proyek sebagai pengguna jasa menggunakan jasa kontraktor sebagai penyedia jasa untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Pemilik proyek sebagai pengguna jasa mensyaratkan suatu jaminan 2

pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan Pasal 33 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menyebutkan “ jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan atau perusahaan Asuransi dapat digunakan untuk semua jenis jaminan” Pihak yang dapat memberikan jaminan disini salah satunya adalah lembaga perbankan yaitu bank. Bank sebagai pihak penjamin akan menjamin pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Yang mana salah satu bentuk jaminan yang diberikan yaitu berbentuk Bank Garansi. Bentuk jaminan terdapat di dalam pasal 57 ayat 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang menyebutkan “Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Bank Garansi merupakan salah satu bentuk penjaminan 3utang dalam bisnis perbankan, yang merupakan salah satu bentuk layanan jasa bank kepada masyarakat yang menjadi nasabahnya. Dalam Bank Garansi, bank

2 Hasen, Seng, 2015, Manajemen Kontrak Konstruksi, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama hal 65 3

(3)

3 mengikatkan diri untuk kepentingan orang guna menjamin atau menjadi penjamin atau penanggung bagi nasabahnya.

Praktek penjaminan sudah sejak lama dilakukan oleh lembaga keuangan khususnya bank, dalam bentuk bank garansi. Dalam dunia modern sebagian besar perputaran keuangan suatu negara didominasi melalui peran perbankan. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan 4keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah penting, tidak hanya sebagai fungsi simpan pinjam, tetapi juga dalam hal mengadakan uang,penyediaan dana kegiatan usaha, investasi dan jasa-jasa keuangan lain.

Jaminan semacam ini biasanya diberikan oleh bank dengan nama bank garansi yang merupakan jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan atau badan lainnya dalam bentuk surat jaminan. Pemberian jaminan dengan maksud bahwa bentuk menjamin akan memenuhi kewajiban- kewajiban pihak yang dijamin (debitur) kepada pihak yang menerima jaminan, apabila yang dijamin kemudian hari ternyata ingkar janji/wanprestasi dalam arti tidak memenuhi kewajiban sesuai yang diperjanjikan.

Penerbitan Bank Garansi merupakan salah satu jasa layanan yang ditawarkan perbankan untuk membangun kelancaran dunia usaha khususnya usaha jasa konstruksi.

Bank dapat menunjang aktivitas bisnis tersebut dalam penerbitan Bank

4

Samsul Ramli, Garansi Bank Sebagai Jaminan Pembayaran, http://samsulramli.com/garansi-bank-sebagai-jaminan-pembayaran diakses pada tangal 15 Juni 2019

(4)

4 Garansi. Bank Garansi yang diberikan oleh bank dapat berupa jaminan penawaran, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan untuk penjaminan terlaksananya suatu proyek.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/7/UKU tertanggal 18 Maret 1991 perihal pemberian garansi oleh bank adalah bertujuan sebagai sarana memperlancar lalu lintas 5 barang dan jasa serta perdagangan surat-surat berharga serta bertujuan agar pemberian garansi oleh bank dilakukan dengan asas-asas perbankan yang sehat. Pasal 1 ayat (3) diberikan pengertian garansi, yaitu:

a. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji.

b. Garansi dalam bentuk penandata nganan kedua dan seterusnya atas surat-sura6t berharga seperti aval dan endosment dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera janji.

c. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat kewajiban finansial bagi bank.

Dasar hukum Bank Garansi, adalah perjanjian penanggungan (borgtocht) yang diatur dalam KUH Perdata pasal 1820 s/d 1850.Untuk

5 Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/7/UKU tahun 1991 Perihal Pemberian Garansi oleh Bank. 6

Desy Nurkristia Tejawati, 2012, Penyelesaian Perjanjian Bank Garansi Dalam Hukum Perbankan, Jurnal Perspektif, Volume XVII No 2 Tahun 2012

(5)

5 menjamin kelangsungan Bank Garansi, maka penanggung mempunyai “Hak

istimewa“ yang diberikan undang-undang, yaitu untuk memilih salah satu

pasal ; menggunakan pasal 1831 KUH Perdata atau pasal 1832 KUH

Perdata. Pasal 1831 KUH Perdata menyatakan “Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya”

1832 KUH Perdata berbunyi “Si penanggung tidak dapat menuntut

supaya benda-benda si berutang lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”Perbedaan dari 7kedua pasal tersebut adalah bahwa jika Bank menggunakan pasal 1831 KUH Perdata, apabila timbul cidera janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berhutang disita dan dijual terlebih dahulu. Sedangkan jika menggunakan pasal 1832 KUH Perdata, Bank wajib membayar Garansi Bank yang bersangkutan segera setelah timbul cidera janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban (klaim).

Seorang pelaku usaha dalam melakukan kegiatan tidak lain terlepas dari kepercayaan. Kepercayaan merupakan suatu alat yang sangat penting dalam aktivitas bisnisnya. Dengan terbangunnya kepercayaan pada mitra kontraknya, akan membuat pemilik modal berani meminjamkan atau menginvestasikan dananya kepada mitra bisnisnya, ataupun pemilik proyek akan berani mempercayakan programnya untuk dikerjakan oleh kontraktor

7 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Terjemahan R. Subekti dan R. Tjitrosudibio).Jakarta:

(6)

6 yang dipercayainya mampu untuk mengerjakan pembangunan proyek tersebut, seperti yang telah disepakati dalam perjanjian antara kedua belah pihak

Namun dalam prakteknya, kepercayaan saja belum cukup untuk memastikan ataupun 8menghilangkan kemungkinan resiko ketidakmampuan mitra bisnisnya yang dipercaya untuk melaksanakan prestasinya sesuai yang diperjanjikan. Dalam 9upaya meminimalisasi resiko gagalnya perwujudan prestasi dari kepercayaan tersebut pada umumnya pihak pemilik dana atau pemilik proyek akan membutuhkan jaminan (dapat berbentuk jaminan kegandaan, jaminan perorangan ataupun perjanjian garansi yang diyakini akan dapat mengatasi potensi kerugian yang dialaminya apabila kepercayaan yang diberikan tersebut pada akhirnya tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh pihak tersebut.

Peran Bank Garansi dalam penyelenggaraan proyek jasa konstruksi sangat penting mengingat Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko dan biaya yang cukup besar. Kemungkinan adanya hal yang tidak dinginkan dalam suatu perencanaan proyek seperti kegagalan pelaksanaan, keterlambatan dan segala hal yang berbentuk wanprestasi terhadap kontrak nantinya akan menimbulkan kerugian bagi pihak pengguna jasa. Sehingga untuk menjamin pekerjaan tersebut untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan waktu dan

8

Samsul Ramli, Bacaan Wajib Para Praktisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Visi Media, Jakarta Selatan, 2013, hlm 349

9

Sri Retno Widyorini, Bank Garansi Sebagai Jaminan Bagi Pihak Ketiga , Serat Acitya-Jurnal Ilmiah, Untag Semarang ,Tahun 2013

(7)

7 kualitas yang dijanjikan oleh kontraktor maka yang dibutuhkan adalah suatu jaminan berupa bank garansi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, Dalam pemberian Bank Garansi pihak Bank berkedudukan sebagai penjamin dari Pihak Nasabah, khususnya terkait penyelengaraan proyek jasa konstruksi. maka penulis dirasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“KEDUDUKAN BANK SEBAGAI PENANGGUNG DALAM BANK

GARANSI TERKAIT PELAKSANAAN PROYEK JASA

KONSTRUKSI” (Studi di Bank BRI Cabang Sampit)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kedudukan bank BRI Cabang Sampit sebagai penanggung dalam penggunaan bank garansi terkait pelaksanaan proyek jasa konstruksi ?

2. Bagaimana Tanggung jawab bank BRI Cabang Sampit sebagai penanggung apabila Tertanggung melakukan wanprestasi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kedudukan bank BRI Cabang Sampit sebagai penanggung dalam pemberian bank garansi terkait penyelenggaraan proyek jasa konstruksi

(8)

8 2. Untuk mengetahui tanggung jawab bank BRI Cabang Sampit sebagai

penanggung apabila Tertanggung melakukan wanprestasi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

memberikan pengetahuan dalam ilmu hukum perdata khususnya dalam kajian bidang hukum Bank garansi dan menjadi gambaran terkait kedudukan Bank sebagai penanggung dalam penggunaan bank garansi terkait penyelengaraan proyek jasa konstruksi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk pembaca. Dan khususnya kepada penulis mengerti tentang kedudukan Bank sebagai penanggung dalam penggunaan bank garansi terkait penyelengaraan proyek jasa konstruksi.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan pengetahuan ilmu hukum yaitu mengenai Hukum Perbankan khususnya mengenai Bagaimana kedudukan bank BRI Cabang Malang sebagai penanggung dalam penggunaan bank garansi terkait penyelenggaraan proyek jasa konstruksi

(9)

9

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai ilmu bidang hukum,

khususnya Hukum Perbankan.

2. Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan Hukum Perbankan khusunya Bank Garansi.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu pendekatan masalah dengan cara meninjau 10peraturan – peraturan yang telah diberlakukan dalam masyarakat sebagai hukum positif dengan peraturan pelaksanaannya termasuk implementasinya di lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Bank BRI Cabang Sampit JL MT Haryono, No 46, Mentawa Baru Hulu, Mentawa Baru Ketapang, Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur. Pengambilan lokasi tersebut mengingat besarnya kemungkinan penelitian dapat dilaksanakan, dan terkait dengan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dilihat dari pertimbangan kesusaian dengan latar belakang akademikpenyusun maka penelitian ini tepat dilaksanakan mengingat adanya keserasian anatara penyusun yang

(10)

10 sedang studi tentang ilmu hukum dengan pengambilan judul dan objek penelitian tersebut

3. Sumber dan Jenis

Data Penelitian ini menggunakan jenis data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi oleh peneliti. Dalam hal data primer ini informasi yang diperoleh berasal dari wawancara dengan pihak Bank BRI Cabang Sampit yang diwakili oleh Bapak Burhanuddin selaku Relatianship Manager.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan pelaksanaan dan perlindungan hak pasien, hasil penelitian sebelumnya tentang Kedudukan Bank di dalam pemberian Bank Garansi serta tanggung jawab Bank apabila terjamin melakukan wanprestasi dalam bentuk laporan, jurnal, skripsi, tesis, peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan dan mengkaji berbagai bahan hukum yang mempunyai relevansi dengan implementasi kedudukan Bank di dalam pemberian bank garansi beserta tanggung jawabnya.

4. Metode Pengumpulan data

(11)

11 Peneliti melakukan wawancara berdasarkan panduan wawancara yang telah disusun sebelum sesi wawancara berlangsung. Apabila panduan wawancara yang digunakan hanyalah bersifat pertanyaan dasar dan responden diharapkan dapat menjawab secara mengembang, maka teknikini disebut dengan wawancara mendalam (circumstantial interview). Kemudian penulis menggunakan metode ini untuk mengajukan pertanyaan kepada pihak Bank BRI Cabang Sampit.

b. Studi Kepustakaan

Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berupa Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/7/UKU Tanggal 18 Maret 1991 Tentang pemberian Bank Garansi oleh Bank dan Undang-undang no 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa, buku skripsi, thesis, dan hasil penelitian terdahulu tentang Bank garansi.

c. Studi Internet

Peneliti melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan melalui internet atau website untuk melengkapi bahan hukum lainnya, seperti Jurnal dan hasil penelitian tentang Bank Garansi.

(12)

12 Dari hasil penelitian yang sudah terkumpul seperti yang diperoleh dari lapangan dan data-data kepustakaan selanjutnya penulis menganalisa data tersebut secara deskriptif kualitatif yaitu data-data yang telah diprosesakan dianalisa dan digambarkan sedemikian rupa sehingga diperoleh sesuai kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian hukum ini terdapat sistematika penulisan dimana terdiri dari empat bab dan masing – masing terdiri dari atas sub bab. Berikut perinciannya:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan beberapa hal antara lain, yaitu Latar Belakang penggambaran masalah tentang Kedudukan Bank Dalam pemberian Bank Garansi terkait proyek jasa konstruksi, Rumusan masalah yang diambil, Tujuan penulisan dilakukannya penelitian, Manfaat penulisan penelitian, Kegunaan penulisan penelitian, Metode penulisan penelitian, dan Sistematika penulisan yang digunakan sebagai kerangka acuan dalam menyusun penelitian.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini penulis menguraikan mengenai tinjauan semua tentang teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, serta tinjauan umum mengenai Bank Garansi, tinjauan umum mengenai Tujuan, Fungsi dan Manfaat Bank Garansi, tinjauan umum mengenai

(13)

13 Pelaksanaan penerbitan Bank Garansi, dan tinjauan umum mengenai penyelesaian Bank Garansi

3. BAB III PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelian yang dilakukan peneliti selama melakukan pengamatan dan penelitian di rumah sakit, pembahasan hasil penelitian dan analisa penulis tentang bagaimana Kedudukan Bank Dalam Penggunaan Bank Garansi Terkait Pelaksanaan Proyek Jasa Konstruksi.

4. BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran terkait dengan permasalahan yang diangkat.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Trust atau percaya disini diartikan sebagai berikut: Percaya akan potensi yang dimilik oleh Eka Proma sebagai perusahaan yang ahli dalam bidang PVC yang telah

Web adalah media kolaboratif, tempat di mana kita bisa semua bertemu dan membaca dan menulis memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan

Hasil proyeksi juga menunjukkan bahwa dalam periode 2002-2010 jumlah permintaan selalu lebih besar dari produksi dalam negeri, bahkan perbedaan itu semakin melebar, sehingga

Sedangkan dalam rancangan ini penulis akan membahas mengenai penyusutan arsip keuangan karena arsip keuangan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan

Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo terbagi dalam kategori

(3) Klasifikasi Sertifikat Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan kesiapan pabrik dalam penerapan Cara

(3) Laporan realisasi penyerapan dana dan capaian output kegiatan DAK Fisik per jenis per bidang dan laporan yang memuat nilai rencana kebutuhan dana untuk penyelesaian

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 responden yaitu siswa kelas X yang berjumlah 25 orang siswa dan siswa kelas XI yang berjumlah 36 orang siswa,