• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI PELAYANAN AIR BERSIH PERMUKIMAN PESISIR UTARA LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI PELAYANAN AIR BERSIH PERMUKIMAN PESISIR UTARA LAMONGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pelayanan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan, Adapun metode yang digunakan adalah dengan analisis regresi spasial dengan GWR dan analisis deskriptif untuk memperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pelayanan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan.Berdasarkan hasil GWR diperoleh 6 variabel yang signifikan mempengaruhi, yaitu 2 variabel yang berpengaruh secara global, yaitu X7 jumlah sumber air bersih dan X11 kelerengan sumber air bersih, serta variabel yang berpengaruh secara lokal yaitu X3 kepadatan penduduk, X4 alokasi dana peningkatan prasarana air bersih, X6 jarak sumber produksi air bersih perpipaan terhadap lokasi permukiman tiap Kelurahan/Desa, dan X10 debit sumber air bersih. Dari hasil analisis deskriptif melalui kondisi eksisting, studi literatur, dan hasil penelitian GWR diperoleh faktor yang mempengaruhi distribusi pelayanan air bersih yaitu alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam peningkatan akses terhadap air bersih, kepadatan penduduk tinggi pada permukiman padat nelayan dan perkampungan pesisir Utara Lamongan, jarak permukiman (wilayah pelayanan) terhadap bangunan pengolahan sumber air bersih, jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih, debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa, kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih

Kata Kunci—air bersih, distribusi pelayanan, permukiman pesisir.

I. PENDAHULUAN

ERMUKIMAN pesisir Utara Lamongan merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan laut. kawasan yang terletak di sepanjang pantai pesisir dengankepadatanbangunansangattinggidanterkonsentrasi di sepanjangpantai, prasaranadansaranasangatterbatas, terutama yang berada di dalam areal permukiman. Potensiterhadappengembanganperumahansangatbesar,

namunkarenasebagianbesarmasyarakatnyamenghendakibertem pattinggal di dekatpantai, akibatnya timbulkawasankumuh [1].Penanganan infrastruktur sektor air bersih pada prinsipnya diutamakan bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap air bersih, terutama pada daerah-daerah rawan air, permukiman kumuh, nelayan dan daerah tertinggal [2].Pesisir Utara Lamongan berada di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan brondong dan Kecamatan Paciran yang terdiri dari 16

Kelurahan/Desa di dalamnya.Berikut merupakan peta wilayah penelitian studi.

Dalam rumusan strategi pengembangan infrastruktur air bersih di Kabupaten Lamongan, dalam SPPIP Kabupaten Lamongan terdapat kelemahan peningkatan distribusi pelayanan yaitu terkait dengan, jarak antara sumber air bakudenganwilayahpelayanan relatifjauh, kapasitasproduksi air belummencukupikebutuhan, tingkatkebocorantinggi, pengelola air minumtidaksehat [3], serta sumber-sumber-sumber air yang ada baik dari sungai maupun mata air belum mendapat pengelolaan secara terpadu terutama untuk memenuhi kebutuhan air minum, kurangnya pengelolaan air bersih dan pendistribusiannya kepada masyarakat, dan peraturanyang menyangkut kelestarian sumber daya air yang ada di masih kurang di berlakukan [4].Kelemahan tersebut seharusnya dapat diminimalkan karena pelayanan distribusi air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan telah dikelola oleh PDAM unit Brondong dan Paciran serta PU Cipta Karya melalui pembangunan HIPPAM Desa.

Karena letaknya berada di pesisir, sebagian besar masyarakat menggunakan sumur air dangkal pada kedalaman 2-3 meteryang memiliki kualitas air asin/payau untuk kegiatan MCK, sedangkan untuk keperluan masak dan minum masyarakat membeli air isi ulang berupa galon ataupun

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DISTRIBUSI

PELAYANAN AIR BERSIH PERMUKIMAN

PESISIR UTARA LAMONGAN

1

Evlina Noviyanti, dan2Rulli Pratiwi Setiawan

Program Studi Perencaan Wilayah dan Kota, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

e-mail:rulli.setiawan@urplan.its.ac.id

(2)

membeli dari orang yang menjajakan secara keliling air bersih berupa jerigen-jerigen, serta membeli kepada rumah tangga yang telah terlayani oleh PDAM.

PDAM melayani 4 dari 16 Kelurahan/Desa di permukiman pesisir Utara Lamongan yaitu Brondong (501 KK dari 3.514 KK),Blimbing (447 KK dari 4.371 KK), Kandangsemangkon (6 KK dari 2.008 KK), dan Sedayulawas (9 KK dari 3.279 KK), (unit PDAM Brondong-Paciran, 2013).

Berdasarkan fakta tersebut, maka dilakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap distribusi pelayanan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan.

II. METODEPENELITIAN

A. Kebutuhan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Metode Penelitian yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan adalahmenggunakan rumus perhitungan kebutuhan air bersih sebagai berikut:

Keterangan:

X: Jumlah Penduduk (Jiwa)

Y: Jumlah kebutuhan air bersih untuk domestic berdasarkan kategori wilayah (liter/orang/hari)

Z: Presentase pelayanan air bersih, yaitu 100% dari jumlah penduduk

B. Cakupan Pelayanan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Indikator cakupan pelayanan dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

1. Jumlah penduduk terlayani dibandingkan dengan total jumlah penduduk kota

2. Luas jangkauan pelayanan dibandingkan dengan luas wilayah kota.

Dalam penelitian ini penentuan cakupan pelayanan menggunakan alternatif pertama karena selain datanya yang tersedia, juga sesuai dengan aspek operasional berdasarkan Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999. Rumus perhitungan cakupan pelayanan air bersih sebagai berikut:

Jumlah Penduduk Terlayani Jaringan Perpipaan Air Bersih

Jumlah Penduduk Eksisting

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Cakupan Pelayanan Air Bersih Permukiman Peisisr Utara Lamongan

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi cakupan pelayanan air bersih permukiman pesisir Utara Lamongan adalah dengan analisis regresi spasial dengan GWR dan analisis deskriptif

Model GWR adalah suatu teknik yang membawa kerangka dari model regresi sederhana menjadi model regresi yang terboboti. Diharapkan dengan menggunakan alat analisis

regresi spasial dengan GWR akan diperoleh variabel-variabel yang benar-benar mempengaruhi sesuai dengan karakteristik tiap Kelurahan/Desa. Pengujian yang dilakukan untuk menentukan kevalidan model regresi yaitu:

1. Regresi OLS

Dengan melihat secara serentak variabel yang diduga mempengaruhi cakupan pelayanan air bersih dengan melihat nilai yang signifikan, dengan menggunakan alpha 20 %

2. Metode Stepwise

Metode stepwise merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan model terbaik dalam analisis regresi. Secara umum metode ini masuk dalam kategori metode dengan seleksi yaitu metode yang melakukan seleksi variabel independen yang masuk ke dalam model sesuai dengan kriteria/prosedurnya 3. Pemeriksaan Heterokedastisitas H0 : 2 2 2 2 2 1

...

n

(residual identik)

H1 : minimal ada satu

2

2

i

(residual tidak identik)

Statistik uji :

1

ˆ

ˆ

1 2 1 2

 

p

n

e

e

p

e

e

F

n i i i n i i hitung

Daerah penolakan : Tolak H0, jika Fhitung> Fα(p,n-p-1)

Pengujiannya dilakukan dengan cara meregresikan absolute residualdengan variabel independent, jika ada variabel

independent yang signifikanmaka varians residual

cenderungtidak homogen dengan menggunakan Uji Gletser. 4. Pemeriksaan Autokorelasi

Salah satu pengujian yang digunakan untuk mendeteksi kasus autokorelasi adalah uji Durbin-Watson, dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 :

0

(Residual Independen) H1 :

0

(Residual Tidak Independen)

Statistik uji :

  

n i i n i i i

e

e

e

d

1 2 2 2 1

)

(

Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan d hasil pengujian dengan nilai dU (nilai batas bawah dari tabel

Durbin-Watson) dan nilai dL (nilai batas atas dari tabel

Durbin-Watson), jika tingkat signifikansi adalah α berlaku

aturan pengambilan keputusan sebagai berikut. L

d

d

: tolak H0

)

4

(

d

L

d

: tolak H0

)

4

(

U U

d

d

d

: gagal tolak H0

Kebutuhan air bersih domestik=X x Y x Z

X100 % (4)

(3) (1)

(3)

5. Uji asumsi multikolinieritas 2

1

1

k k

R

VIF

Dimana

R

k2merupakan koefisien determinasi xj dengan

variabel prediktor lainnya.Jika nilai VIF> 10 menunjukkan adanya kasus multicollinearity.

6. Asumsi residual berdistribusi normal

Pengujian asumsi residual berdistribusi normal standar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai uji, salah satunya adalah uji Kolmogorov-Smirnov.Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.

normal) usi berdistrib tidak (residual ) ( ) ( : H normal) usi berdistrib (residual ) ( ) ( : H 0 1 0 0   FF F F  

Statistik Uji : sup () 0()

F F

Dn

Keputusan : tolak H0 jika

D

D

,n dimana :

= nilai kritis untuk uji Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh dari tabel

Kolmogorov-Smirnov satu sampel

Fn(

) = nilai distribusi kumulatif residual

F0(

) = nilai disribusi kumulatif distribusi normal

residual 7. Uji efek spasial

Uji efek spasial dilakukan untuk mengetahui adanya efek spasial secara dependensi atau heterogeniti. Uji dependensi dilakukan dengan uji Moran’s I dimana H0:I0(tidak ada autokorelasi antar lokasi) dan H1:I0(ada autokorelasi antar lokasi). Statistik uji Moran’s I adalah sebagai berikut [4]. H0 :

0

(tidak ada dependensi spasial)

H1 :

0

(terdapat dependensi spasial)

) ( ) ( I V I E I z 

Tolak H0jika ZZ2, dimana I

N S

 

W

e

, N merupakan jumlah observasi, W merupakan matriks pembobot spasial, dan S merupakan faktor standarisasi yang sama dengan penjumlahan seluruh elemen matriks pembobot.

Uji heterogeniti spasial dilakukan dengan uji Breusch Pagan dimana 2 2 2 2 2 1 0:   n  H  (homoskedastisitas) dan 2 2 1minimaladasatu i 

H (heteroskedastisitas). Statistik

uji adalah sebagai berikut [10].

2 ) , ( ~ ) 2 / 1 ( k BPfZ(ZZ)1Zf

Tolak H0 jika BP(2,k)dimana elemen matriks f adalah

          1 2 2  i i

f dan Z merupakan matriks berukuran

) 1 ( 

k

n berupa vektor yang sudah dinormal-standarkan untuk setiap observasi.

8. Regresi spasial dengan GWR

GWR merupakan pengembangan dari model regresi dimana setiap parameter dihitung pada setiap titik lokasi, sehingga setiap titik lokasi geografis mempunyai nilai parameter regresi yang berbeda-beda. Model GWR merupakan pengembangan dari model regresi global dimana ide dasarnya diambil dari regresi non parametrik[5]. Persamaan (9) merupakan model GWR untuk setiap lokasi.

i ik p k i i k i i i u v u v x y  

  1 0( , ) ( , ) ) ,

(ui vi adalah titik koordinat longitude dan lattitude lokasi ke-i, k(ui,vi)merupakan koefisien regresi variabel prediktor ke-k untuk lokasi ke-i.

Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis deskriptif untuk proses menjadi faktor, sehingga variabel yang dihasilkan akan lebih bermakna maksud dan artinya dengan melakukan proses terkait dengan kondisi eksisting, studi literatur dan hasil penelitian (regresi spasial), sehingga akan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pelayanan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan.

III. HASILDANDISKUSI

A. Kebutuhan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Dari perhitungan kebutuhan domestik air bersih pada 16 kelurahan pesisir Utara Lamongan, dibutuhkan 78,71 lt/dt air bersih, berdasarkan jumlah penduduk, serta standart Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah Propinsi Jawa Timur,pada kategori pedesaan dan ibu kota kecamatan dengan konsumsi air 60 lt/org/hari, sehingga dihasilkan kebutuhan air bersih permukiman pesisir Utara Lamongan seperti pada Grafik 1.

Grafik 1.

Kebutuhan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Sumber: Analisis, 2013

Jika dilihat dari tingkat kebocoran air bersih eksisting, maka kebutuhan air bersih 103,82 lt/dt. Dalam tabel di bawah ini terdapat jumlah masing-masing kebutuhan air bersih berdasarkan kebutuhan air bersih serta kapasitas terpasang terkait sumber air bersih yang ada di permukiman pesisir Utara Lamongan. 0 2 4 6 8 10 12 14 Br o n d o n g Se d ay u la w as La b u h an Lo h gu n g K an d an gse m an … K ra n ji Tu n gg u l K em an tr en Si d o ke la r Bl im b in g Pa ci ra n Ba n ja rw ati Pa lo h W er u W er u lo r Si d o ku m p u l Kebutuhan Air (lt/dt) (9) (7) (8) (6) (5)

(4)

Tabel 1.

Pengelola Pelayanan Air Bersih, Kebutuhan Air Bersih, dan Jumlah Kapasitas Terpasang Masing-Masing Kelurahan/Desa

Pengelola Kelurahan/Desa Kebutuhan Berdasarkan Penambahan Kapasitas Terhadap Kebocoran Air Jumlah Kapasitas Debit Sumber Air (lt/dt) PDAM Brondong 12,64 20 Sedayulawas 12,97 Blimbing 15,91 Kandangsemangkon 6,90 Sub Total 48,42 20 HIPPAM Labuhan 5,58 3 Lohgun 2,83 2 Banjarwati 7,23 2 Tunggul 4,13 3 Weru Komplek: 8,77 10 a. Paloh 1,13 b. Weru 4,10 c. Werulor 1,42 d. Sidokumpul 2,12 Sub Total 28,54 20 Konvensional Kranji 6,57 0 Kemantren 4,43 Paciran 14,27 Sidokelar 1,59 Sub Total 26,86 0 TOTAL 103,82 40

B. Cakupan Pelayanan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Cakupan pelayanan air bersih permukiman pesisir utara lamongan dari hasil perhitungan dari pelayanan yang diberikan oleh PDAM pada Kelurahan/Desa Sedayulawas sebesar 0,25%, Brondong 14,53%, Blimbing 10,29%, dan Kandangsemangkon 0,32%. Untuk cakupan pelayanan HIPPAM Desa Desa Lohgung 38,83%, Labuhan 45,99%, Tunggul 26,50%, Banjarwati 63,36%, dan Weru Komplek (Paloh, Werulor, Weru dan Sidokumpul) sebesar 20,88%. Untuk Kelurahan/Desa yang tidak memperoleh pelayanan keduanya yaitu Kranji, Kemantren, Paciran dan Sidokelar cakupan pelayanan sebesar 0%.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Cakupan Pelayanan Air Bersih Permukiman Peisisr Utara Lamongan

Berdasarkan hasil analisa cakupan pelayanan sebelumnya, akan menjadi input dalam proses GWR, yang digunakan sebagai variabel respon yaitu variabel yang mempengaruhi variabel prdiktor yaitu variabel yang diduga mempengaruhi distribusi pelayanan air bersih permukiman pesisir Utara Lamongan. Berikut adalalah tabel terkait variabel respon dan prediktor yang akan digunakan dalam analisa GWR.

Tabel 2.

Variabel yang Diduga Mempengaruhi Distribusi Pelayanan Air Bersih Permukiman Pesisir Utara Lamongan

Variabel Respon dan Prediktor

Variabel yang Diduga Mempengaruhi Distribusi Pelayanan Air Bersih Perpipaan

Y1 Cakupan pelayanan air bersih perpipaan kelurahan/Desa

X1 Luas permukiman (Ha)

Variabel Respon dan Prediktor

Variabel yang Diduga Mempengaruhi Distribusi Pelayanan Air Bersih Perpipaan X2 Jumlah tahapan penduduk prasejahtera (sangat miskin)

dan sejahtera I (miskin) (KK) X3 Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

X4 Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih

X5 Ketinggian wilayah pelayanan

X6 Jarak sumber produksi air bersih perpipaan terhadap

lokasi permukiman tiap Kelurahan/Desa (meter) X7 Jumlah sumber air bersih potensial pada tiap

kelurahan/desa dalam pemenuhan pelayanan air bersih X8 Jumlah Persebaran permukiman

X9 Tarif pelayanan air bersih/bulan (rupiah)

X10 Debit Sumber Air Bersih (lt/dt)

X11 Kelerengan Sumber Air Bersih

1. Regresi Linier

Berdasarkan data yang ada dilakukan pengujian untuk menentukan model terbaik dengan regresi stepwise sehingga didapatkan enam variabel prediktor yang berpengaruh yaitu X3, X4, X6, X7, X10 dan X11.Hasil dari pengujian secara serentak dari model regresi stepwise ini menyatakan bahwa secara serentak variabel prediktor tersebut berpengaruh terhadap model regresi karena nilai signifikansi yang kurang dari α = 20%

2. Uji residual berdistribusi normal

Grafik 2.

Grafik Plot Berdistribusi Normal

10 5 0 -5 -10 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 RESI1 P e rc e n t Mean -1.88738E-15 StDev 4.954 N 16 KS 0.094 P-Value >0.150

Probability Plot of RESI1

Normal

Berdasarkan hasil grafik plot diatas, mengindikasikan bahwa data yang digunakan telah berdistribusi normal, dan dapat dilanjutkan pada tahap uji efek spasial.

3. Uji Efek Spasial

Hasil dari pengujian efek spasial distibusi pelayanan air bersih permukiman pesisir Utara Lamongan memiliki aspek lokasi secara heterogeniti hal tersebut ditunjukkan oleh hasil pengujian dengan Breusch-Pagan testlebih kecil daritoleransi kesalahan 20%. Nilai Uji Moran’s I yang lebih besar dari 20% mengindikasikan bahwa distribusi pelayanan air bersih tidak terjadi berdasarkan dependensi antar Kelurahan/Desa (Tabel 3.).Hasil uji Breusch-Pagan yang signifikan sehinggs pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan berbasis titik.

Tabel 3.

Nilai Signifikansi Uji efek Spasial Pengujian Nilai Signifikansi

Breusch-Pagan

*

0.0903

(5)

4. Model GWR

Fungsi pembobot yang digunakan adalah fungsi pembobot yang diperoleh dari Gaussian Adaptive yaitu pada AIC yaitu 92,00665 karena terkait dengan eror, pada adaptive Gaussian AIC yang dihasilkan minimumdan nilai R yang dihasilkan 2 maksimum yaitu 0.9707974.

5. Menentukan Model Terbaik antara GWR dan regresi Stepwise

Tabel 4.

Perbandingan Model Stepwise dan GWR Kriteria Regresi Stepwise GWR

R2 93,15% 97,07%

SSE 368,07 156,94

Hal tersebut ditunjukkan karena nilai R2 atau nilai koefisien determinasi model GWR lebih besar daripada model regresi stepwise. Nilai R2 pada model GWR adalah sebesar 97,07%; artinya model GWR mampu menjelaskan 97,07% variabel-variabel yang berpengaruh terkait dengan pendistribusian air bersih yang ada di permukiman pesisir Utara Lamongan lebih baik dari pada model regresi stepwise yang hanya mampu menjelaskan sebesar 93,15% variabel-variabel yang berpengaruh terkait dengan pendistribusian air bersih yang ada di permukiman pesisir Utara Lamongan. Selain itu model GWR lebih baik daripada model regresi stepwise karena nilai SSE yang dihasilkan oleh model GWR lebih kecil daripada nilai SSE yang dihasilkan oleh regresi stepwise. Nilai SSE model GWR sebesar 156,9407sementara nilai SSE model regresi stepwise adalah sebesar 368,0765.

Tabel 5.

Variabel-Variabel Signifikan dalam Model GWR per Kelurahan/Desa Kelurahan/Desa Variabel Berpengaruh Kelurahan

/Desa Variabel Berpengaruh Brondong X3,X4,X6,X7,X10,X11 Tunggul X3,X4,X7,X10,X11 Sedayulawas X3,X4,X6,X7,X10,X11 Banjarwati X4, X7,X10, X11 Lohgung X3,X4,X6,X7,X10,X11 Kemantren X4, X7,X11 Labuhan X3,X4,X6,X7,X10,X11 Sidokelar X7, X11 Kandangseman gkon X3,X4,X6,X7,X10,X11 Weru X7, X11 Kranji X3,X4,X7,X10,X11 Sidokumpul X7, X11 Blimbing X4, X6,X7,X10,X11 Warulor X7, X11 Paciran X3,X4,X6,X7,X10,X11 Paloh X7, X11 Sumber: Analisa,2013

43

,

1

452 , 6 ; 1 , 0

t

Keterangan: X3 : Kepadatan Penduduk

X4 : Alokasi dana peningkatan pelayanan air bersih

X6 : Jarak sumber air bersih perpipaan terhadap lokasi permukiman X7 : Jumlah sumber air bersih

X10 : Debit sumber air bersih X11 : Kelerengan sumber air bersih

Dari hasil GWR yang diperoleh, diperoleh variabel secara global dan lokal yang signifikan berpengaruh, dimana variabel global yang selalu ada untuk setiap masing-masing Kelurahan/Desa yaitu variabel X7 jumlah sumber air bersih dan X11 kelerengan sumber air bersih. Variabel yang secara signifikan berpengaruh secara lokal adalah X3 kepadatan penduduk, X4 alokasi dana peningkatan pelayanan air bersih,

X6 jarak sumber air bersih perpipaan terhadap lokasi permukiman, X10 debit sumber air bersih.

Tabel 6.

Pengelompokan Kelurahan/Desa Berdasarkan Kesamaan Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pelayanan Air Bersih Permukiman

Pesisir Utara Lamongan Kelurahan/

Desa

Faktor yang Mempengaruhi

Blimbing a) Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam peningkatan akses terhadap air bersih

b) Jarak permukiman (wilayah pelayanan) terhadap bangunan pengolahan sumber air bersih

c) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

d) Debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa

e) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih. Brondong, Sedayulawas, Lohgung, Labuhan, Kandangsema ngkon, Paciran

a) Kepadatan penduduk tinggi pada permukiman padat nelayan dan perkampungan pesisir Utara Lamongan b) Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam

peningkatan akses terhadap air bersih

c) Jarak permukiman (wilayah pelayanan) terhadap bangunan pengolahan sumber air bersih

d) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

e) Debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa

f) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih. Sidokelar,

Weru, Paloh, Sidokumpul, Weru Lor

a) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

b) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih. Kranji,

Tunggul

a) Kepadatan penduduk tinggi pada permukiman padat nelayan dan perkampungan pesisir Utara Lamongan b) Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam

peningkatan akses terhadap air bersih

c) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

d) Debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa

e) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih. Banjarwati a) Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam

(6)

Kelurahan/ Desa

Faktor yang Mempengaruhi

b) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

c) Debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa

d) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih. Kemantren a) Alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam

peningkatan akses terhadap air bersih

b) Jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih.

c) Kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih Sumber:Analisa, 2013

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Kebutuhan air bersih di permukiman pesisir Utara Lamongan sebesar 103,82 lt/dt dan kapasitas terpasang 40 lt/dt, yang mengindikasikan bahwa kebutuhan tersebut belum terpenuhi karena minimnya kapasitas terpasang yang ada.

2. Cakupan pelayanan PDAM pada kelurahan Blimbing, Brondong, Sedayulawas, dan Kandangsemangkon yaitu <15%. Cakupan pelayanan oleh HIPPAM Desa yaitu Weru Komplek, Lohgung, Labuhan, Tunggul, Banjarwati yaitu antara 20-65%. Sedangkan Paciran, Kranji, Kemantren dan Sidokelar tidak memperoleh pelayanan yang dikelola oleh HIPPAM ataupun PDAM sehingga cakupan pelayanan 0%.

3. Dari hasil GWR diperloeh 2 variabel yang berpengaruh secara global dan 4 variabel yang berpengaruh secara lokal.

4. Berdasakan analisis dekriptif faktor-faktor yang berpengaruh terkait distribusi pelayanan air bersih yaitu kepadatan penduduk tinggi pada permukiman padat nelayan dan perkampungan pesisir Utara Lamongan, alokasi dana peningkatan prasarana air bersih dalam peningkatan akses terhadap air bersih, jarak permukiman (wilayah pelayanan) terhadap bangunan pengolahan sumber air bersih, jumlah sumber air yang menjadi prioritas masyarakat untuk peningkatan pelayanan air bersih, debit sumber air bersih terkait kebutuhan air bersih masing-masing Kelurahan/Desa serta kondisi kelerengan sumber air bersih terhadap wilayah pelayanan yang membutuhkan distribusi air bersih.

DAFTARPUSTAKA

[1] Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Cipta Karya. 2007. Masterplan

Kawasan Permukiman (RP4D) Kabupaten Lamongan 2007. Lamongan:

Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Cipta Karya

[2] Kodoatie, Robert J. 2005. Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Belajar: Yogyakarta

[3] Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Cipta Karya. 2012. Strategi

Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Lamongan. Lamongan: Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang

dan Cipta Karya

[4] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabuapaten Lamongan Tahun 2011-2031, Lamongan:

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan [5] Draper, N.R dan Smith, H.,“Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua,”

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, (1992).

[6] Anselin, L., “Spatial Econometrics: Methods and Models,”Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, (1988).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Memberikan pencerahan tentang fungsi dan makna ogoh-ogoh melalui media cetak maupun media eletronik; Pemerintah Kota Denpasar perlu memperketat aturan mengenai

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Data yang diharapkan melalui observasi adalah berbagai kegiatan yang dilaksanakan dengan pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan termasuk observasi ter hadap fasilitas kegiatan

Pada hari ini, Selasa tanggal dua puluh tiga bulan Juli tahun dua ribu tiga belas pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB bertempat di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang