• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar dapat memahami penerapan pola hidup sehat serta pemahaman mengenai paradigma sehat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar dapat memahami penerapan pola hidup sehat serta pemahaman mengenai paradigma sehat."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola hidup sehat merupakan suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan juga olahraga. Pengertian pola hidup sehat sendiri dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan suatu pola atau gaya hidup yang diterapkan seseorang dalam kesehariannya. Karena disebut sebagai pola hidup sehat maka pola ini mengutamakan aspek kesehatan dalam penerapannya. Pola hidup sehat juga erat kaitannya dengan hal-hal yang menjadikan tubuh sehat seperti makanan yang dikonsumsi setiap hari, olahraga yang rutin, serta gaya hidup yang dapat menunjang tubuh menjadi sehat dan bugar.Pola hidup sehat juga bisa diartikan sebagai suatu perencanaan yang dilakukan untuk tujuan mencapai kualitas hidup yang sehat dan terhindar dari segala jenis penyakit.(1) Pola hidup sehat dalam konteks ini tentunya berkaitan dengan paradigma sehat. paradigma sehat merupakan model atau cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor dan multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.(2)

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar dapat memahami penerapan pola hidup sehat serta pemahaman mengenai paradigma sehat.

II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Masalah

Pola hidup sehat sangat berkaitan dengan konsep sehat-sakit dan juga paradigma kesehatan. Definisi sehat sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat

(2)

tanda-tanda penyakit atau kelainan (White, 1977). Terdapat 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, yaitu pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan.(3) Dalam menjelasakan konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit, para ahli biasanya menggunakan segitiga epidemiologi. Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan antara host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan). Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara host, agent dan environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat. Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang kadang untuk penyakit tertentu penyebabnya tidak diketahui. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu benda biotis dan abiotis. Benda biotis merupakan bibit penyakit yang berasal dari benda hidup atau mikroorganisme dan menyebabkan penyakit karena infeksi, contohnya raja singa. Benda abiotis merupakan agent yang berasal dari benda tak hidup/ mati, contohnya tumor payudara. Penyebab penyakit abiotis sendiri dikelompokkan menjadi 4 :

- Agen nutrisi berupa kelebihan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.

- Agen kimiawi berupa panas, dingin, radiasi, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.

- Agen fisik dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes, uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu, sengatan matahari dan lainnya. - Agen mekanik berkaitan dengan aktivitas manusia berupa gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (penjamu). Pada skenario kasus muntaber, agennya berupa bakteri Vibrio cholera. Host atau pejamu merupakan vektor yang mendapat penyakit, yaitu manusia. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik masing-masing yang dimiliki individu antara lain :

- Keturunan

- Umur menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-anak, tumor pada usia pertengahan serta osterophorosis pada usia lanjut,

(3)

- Jenis kelamin menyebabkan adanya perbedaan penyakit pada pria dan wanita. Seperti penyakit sifilis pada pria dan keputihan pada wanita.

- Ras pada hubungannya dengan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro.

- Status perkawinan

- Pekerjaan memiliki hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis dan lainnya.

- Kebiasaan hidup yang buruk akan menyebabkan penyakit pada diri individu. Pada skenario yang telah kami bahas host-nya berada pada tubuh manusia, warga sekitar Telagasari. Disebabkan oleh kebiasaan hidup yang kurang tertata dimana pola hidup bersih masyarakat masih rendah dan masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan.

Environment atau lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan keadaan dinamis dan seimbang yang disebut hemotasis dan lingkungan eksternal yang merupakan keadaan di luar tubuh manusia. Lingkungan eksternal sendiri terdiri dari tiga komponen :

- Lingkungan fisik

Bersifat abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasai dan lain lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat seperti kekurangan persediaan air bersih pada msuim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare dimana mana

- Lingkungan biologik

Bersifat biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vector penyakit atau pejamu. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi keseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.

- Lingkungan sosial

Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standard an gaya hidup, pekerjaan, kehidupan bermasyarakat, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literature, cerita, lagu dan

(4)

sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, depresi dan lainnya.(3)

2.2 Puskesmas

Pembangunan puskesmas mulai dirintis sejak tahun 1979 di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada dalam suatu kecamatan, maka salah satu puskesmas tesebut ditunjuk sebagai penanggung jawab dan disebut dengan nama puskesmas pembina, sedangkan puskesmas yang berada ditingkat kelurahan atau desa lebih dikenal dengan sebutan puskesmas pembantu.(4)

Beberapa definisi puskesmas antara lain: a) dr. Azrul Azwar, MPH (1980)

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi funfsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat Dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.(4)

b) Departemen Kesehatan RI (1987)

Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu diwilayah kerjanya.(4)

c) Departemen Kesehatan RI (1991)

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.(4)

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.

Dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya, puskesmas mempunyai 3 fungsi pokok, yaitu:

(5)

b) Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.(4)

Dalam kaitannya dengan kasus yang sedang dibahas, penerapan fungsi-fungsi puskesmas sangat penting dalam perilaku sehari-hari warga. Berdasarkan gambar yang terdapat didalam kasus, warga masih belum mengetahui bagaimana perilaku hidup sehat dan dapat dilihat bahwa warga masih membuang kotoran tidak pada tempatnya sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit menular serta lingkungan yang tidak sehat. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah peran serta fungsi puskesmas sudah berjalan baik atau belum menjangkau warga. Dalam menjalankan peranan serta fungsinya, puskesmas tidak bisa hanya mengandalkan dokter serta perawat yang ada, tetapi juga harus bekerjasama dengan organisasi atau instansi terkait agar fungsi pokok puskesmas dapat bejalan dengan baik dan menyentuh warga.

2.3 Visi Indonesia Sehat

Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 ditentukan oleh visi pembangunan kesehatan tiap provinsi dan kabupaten/kota. Visi Indonesia Sehat merupakan program untuk mewujudkan paradigma sehat, yaitu gambaran, prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang. Indonesia sehat 2010 merupakan gambaran rakyat Indonesia pada masa yang akan datang yang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan yang sehat serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Beberapa contoh perilaku yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat, dan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.(5) Sedangkan indikator yang menentukan kesehatan lingkungan antara lain:

(6)

Ditandai dengan ketersediaannya air bersih, adanya fasilitas jamban, kesesuaian luas lantai dnegan jumlah penghuni, serta terjangkaunya perilaku kesehatan masing-masing individu.

 Akses terhadap Air Minum

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjado dua kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri atas air minum kemasan, ledeng, sumur terlindung dan air hujan. Sedangkan sumber air tidak terlindung terdiri atas sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan sebagainya.

 Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir Kotoran (Tinja)

Sumber air minum seringkali menajdi sumber pencemar penyakit yang ditularkan melalui perantara air (water borne disease). Oleh karena itu, perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan kakus, lubang galian sampah/limbah, serta sumber-sumber pengotor lainnya.

 Fasilitas Tempat Buang Air Besar

Keberadaaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada kehidupan masyarakat. Kotoran yang dibuang sembarangan akan menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit serta lingkungan tidak sehat. oleh sebab itu pengadaan fasilitas pebuangan air besar seperti MCK da toilet umum sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan sehat.(5)

Sedangkan dalam Visi Indonesia Sehat 2015, Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs (millennium development goals/MDGs) salah satunya yaitu mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan. Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman. Sasaran MDGs yang lain yaitu menurunkan angka kelaparan (kuang gizi) menjadi setengahnya (50 persen) di tahun 2015 dibanding tahun 1996. Kemudian menurunkan angka kematian bayi dan balita, juga menjadi setengahnya dibanding tahun 1996. Menurunkan angka kematian ibu, mengendalikan penularan penyakit menular, khususnya TBC dan HIV, sehingga pada tahun 2015 nanti jumlahnya tidak meningkat lagi tetapi justru menurun.(6)

(7)

Melihat kasus yang terjadi, perlu dilakukan peninjauan dan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan. Pengadaan fasilitas penunjang kesehatan seperti MCK, toilet umum dan air bersih juga sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Untuk dapat merubah konsep berpikir masyarakat harus ditanamkan paaradigma sehat yang nantinya akan menjadi acuan dasar masyarakat dalam berperilaku dan bersikap. Sehingga diharapkan masyarakat memahami dengan benar bagaimana perilaku hidup sehat dan penerapannya serta dapat mengerti dengan baik konsep sehat-sakit sehingga tujuan utama nantinya akan tercapai yaitu terwujudnya Visi Indonesia Sehat.

2.4 Promosi Kesehatan

Beberapa definisi promosi kesehatan telah dikemukakan, salah satunya definisi Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup. Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab pada sektor kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).(7) Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu, tetapi juga perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat.. WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat. Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian, sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan

(8)

sosial untuk meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).(7) Dalam pelaksanaan promosi kesehatan, sasaran promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi 3, yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.

- Sasaran primer

Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya. Masyarakat umum,yang mempunyai latar belakang yang heterogen seperti disebutkan di atas, merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Akan tetapi dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya.

- Sasaran sekunder

Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya.1 Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya.

- Sasaran tertier

Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupati atau pejabat pemerintah setempat. Misalnya di daerah yang sangat kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh sebab itu kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat setempat ini sebagai sasaran tertier. Bupati atau camat dapat menganggarkan

(9)

melalui APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut, misalnya.(7)

Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi kesehatan, yaitu:

1. membangun kebijakan kesehatan publik

2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan 3. memberdayakan masyarakat

4. mengembangkan kemampuan personal 5. berorientasi pada layanan kesehatan 6. promote social responbility of health

7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social

8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan 9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat. 10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

Pada realitasnya, area-area promosi kesehatan itu harus dilakukan dengan menekankan pada prioritas supaya pelaksanaannya lebih terarah, efektif dan tepat sehingga tujuan dari promosi kesehatan tercapai dan tepat sasaran.(7)

Sasaran promosi kesehatan dalam hal ini ada 3, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tertier. Untuk mecapai sasaran tersebut, perlu dilakukan penyuluhan lintas sektoral terhadap masyarakat agar masyarakat benar-benar memahami pola hidup sehat serta konsep sehat-sakit dan juga sekaligus mengajak warga untuk ikut berperan serta dalam menjalankan Visi Indonesia Sehat. Yang menjadi sasaran awal dari promosi kesehatan adalah keluarga, hal ini dapat dinilai dari tingkat gizi keluarga dan juga kesehatan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya. Jika gizi keluarga kurang baik dan lingkungan tempat tinggal sehat, maka akan mudah timbul penyakit menular yang bisa saja dibawa oleh vektor misalnya seperti muntaber, diare, dan sebagainya.

2.5 Pengetahuan Sikap Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang. Pendekatan perubahan perilaku bertujuan mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat sehingga mereka mengadopsi

(10)

gaya hidup sehat. orang-orang yang menggunakan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal paling baik dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang guna mengadopsi gaya hidup sehat yang mereka anjurkan. Contoh penggunaan pendekatan perubahan perilaku antara lain mengajari orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minuman alkohol, mendorong orang melakukan kegiatan olahraga, memeliharakesehatan gigi dan mengonsumsi makanan yang baik.(8) Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hubungan Pengetahuan Sikap Perilaku yaitu:

 Pendekatan Pendidikan

Pendekatan pendidikan lebih dikenal dengan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan memastikan pengetahuan mengenai perilaku kesehatan sudah tersampaikan dengan baik berdasarkan informasi yang ada. Pendekatan ini menyajikan informasi mengenai kesehatan dan membantu individu menggali sikap sehingga mampu membuat keputusan sendiri. Program pendidikan kesehatan sekolah misalnya menekankan upaya membantu murid mempelajari keterampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuan saja.

 Pendekatan Berpusat pada Klien (masyarakat)

Tujuan pendekatan ini adalah bekerja dengan kalien (masyarakat) agar dapat membantu mengidentifikasi apa yang seharusnya mereka ketahui dan lakukan. Promotor berperan sebagai fasilitator membantu individu memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan supaya memungkinkan terjadi perubahan. Klien dihargai sebagai individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, kemampuan berkontribusi, dan memiliki hak absolut untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.  Pendekatan Perubahan Sosial

Kecenderungan terjadi perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Tujuan pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam upayanya mendukung keadaan yang sehat. Pendekatan ini pada prinsipnya mengubah masyarakat, bukan perilaku setiap individu. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen pada

(11)

penempatan kesehatan dalam agenda politik diberbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan sehari-hari individu yang tinggal ditempat itu.(8)

Untuk mewujudkan dan menerapkan pola hidup sehat sangat diperlukan pemahaman mengenai Pengetahuan Sikap Perilaku karena pemahaman inilah yang nantinya akan membawa pola pikir kita secara lebih terarah dan terbuka akan pentingnya pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan menjadi landasan utama dalam perubahan perilaku tersebut, dengan memberikan pengetahuan yang benar dan sesuai kepada masyarakat tentunya akan mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih baik sehingga dapat memahami pentinya pola perilaku sehat bagi kesehatan individu ataupun lingkungan. Setelah memahami pengetahuan dengan baik, hal tersebut akan mulai menjadi acuan dalam penentuan sikap masyarakat sehari-hari dan dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang sebelumnya tidak memahami pola hidup sehat menjadi sadar akan pentingnya pola hidup sedhat demin kesehatan individu maupun lingkungannya agar terhidar dari penyakit menular dan sebagainya.

III PENUTUP

Kesimpulan

Pola hidup sehat dalam masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat. Dilihat dari kasus yang sedang dibahas, peranan puskesmas masih belum tercapai karena masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat, masyarakat masih membuang kotoran tidak pada tempatnya dan tidak dapat menjaga kebersihan lingkungannya sehingga menimbulkan penyakit menular. Pengetahuan sikap dan perilaku mempunyai hubungan yang sangat erat dalam mewujudkan pola hidup sehat. Selain itu tindakan promosi kesehatan juga berperan dalam menentukan sasaran yang akan ditujui. Sasaran promosi kesehatan terbagi menjadi 3 yaitu sasaran primer, sekunder, dan tertier. Pada kasus terjadi ketidakseimbangan antara host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) sehingga menimbulkan penyakit dan masalah kesehatan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ardel, Donald B. Pola Hidup Sehat. Bandung: Citra Adtya Bakti; 1997; hal 82 2. Siswanto Hadi. Paradigma Sehat Indonesia. Jakarta: EGC; 2003; hal 86 3. Bustan M. Indikator Indonesia Sehat. Jakarta: Rineka Cipta; 2000; hal 67-9 4. Effendi N. Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 1998; hal 161-3

5. Effendy F. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika; 2009; hal 78-81

6. Syafrudin. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media; 2009; hal 31 7. Maulana H. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2009; hal 5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa Customer experience dan brand trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty, sehingga hal tersebut berarti

4. Guru piket berbagi tugas, ada yang mengawasi dalam mushalla, memeriksa ke lokal, dan menagarahkan anak mengambil wudhu. Pengawasan sebagai upaya yang dilakukan guru

Dengan banyaknya persaingan jual beli mobil hendaknya pemilik mempunyai persediaan mobil yang ditampilkan (dipajang) lebih bagus dari pada yang dimiliki pesaingnya, hal ini

- Anak dapat mengklasifikasikan binatang berkaki 4 sebanyak 3 - Anak dapat menyusun kata menjadi kalimat “sapi-makan-rumput” - Anak dapat menghitung gambar sapi (1-10).. -

Dari sumber penelitian sebelumnya, yakni dari Benny (2002) yang mengembangkan model manajemen risiko untuk asuransi contractors’ all risks (CAR) dan Adi (2003) yang mengkaji

Hasil penelitian Pandey (2011) menyatakan model inquiry training lebih baik digunakan dalam mengajar fisika karena memberikan efek yang sangat baik jika dibandingkan dengan

Asam kojat (5-hidroksi-2-hidroksimetil-1,4-piron) adalah metabolit sekunder yang banyak diproduksi oleh spesies jamur dari genus Aspergillus dan Penicillium melalui

1) tugas kelompok yang berkaitan dengan materi kurikulum dan GBPP; 2) Mengelompokan materi atau bahan ajar berdasarkan alokasi per- semester. Bacaan lebih lanjut:..