• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRINING 12 VARIETAS/GALUR GANDUM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRINING 12 VARIETAS/GALUR GANDUM TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SKRINING 12 VARIETAS/GALUR GANDUM TERHADAP

HAMA DAN PENYAKIT

Nurnina Nonci, Amran Muis, dan Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Selama masa pertumbuhannya, tanaman gandum tidak lepas dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), dalam hal ini hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 12 varietas/galur gandum terhadap hama dan penyakit. Penelitian dilaksanakan di Malino pada MT. 2012. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit dilakukan pada umur tanaman 30, 60, dan 90 HST. Hasil penelitian menunjukkan, hanya penyakit bercak daun Helminthosporium yang ditemukan selama pertanaman dengan intensitas serangan yang bervariasi pada setiap materi uji. Varietas Dewata, Menemen, Ali Bey, dan Basri Bey menunjukkan reaksi tahan terhadap penyakit bercak daun Helminthosporium. Hama pengorok daun Liriomyza spp. dan stink bugs dominan ditemukan menyerang pertanaman. Populasi pengorok daun terendah ditemukan pada varietas Menemen (11,7 ekor/5 ayunan ganda), sedangkan persentase biji hampa terendah akibat stink bugs ditemukan pada galur Oasis/SKA UZ//4* BCN yakni 30,2%. Hasil panen tertingi diperoleh pada galur Oasis/SKA UZ//4*BCN dengan rata-rata 0,93 t/ha, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh galur HP1744 dengan rata-rata 0,39 t/ha.

Kata kunci: varietas/galur gandum, hama, penyakit.

PENDAHULUN

Gandum merupakan bahan makan pokok bagi penduduk di sejumlah Negara, terutama negara-negara penghasil gandum. Telah diketahui gandum adalah bahan utama dalam pembuatan makanan roti, mie, biskuit, pudding, es krim, macaroni, dan beberapa jenis kue. Selain sebagai pagan, gandum juga sebagai pakan ternak dan sebagai bahan industri. Sampai saat ini pemerintah masih mengimpor semua kebutuhan gandum di Indonesia, padahal banyak wilayah di Indonesia yang memenuhi syarat untuk budidaya gandum. Pemerintah telah mengupayakan peningkatan areal tanam gandum melalui pemasyarakatan tanam gandum (Maspary 2010).

Sejumlah kendala dihadapi dalam budidaya tanaman gandum, mulai dari masalah sosial ekonomi termasuk dalam sosialisasi budidaya tanaman gandum hingga masalah abiotik dan biotik. Seperti tanaman lainnya, gandum juga tidak lepas dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dalam hal ini adalah hama dan penyakit. Beberapa jenis hama dan penyakit utama pada tanaman gandum yang telah dilaporkan yaitu: beberapa jenis aphis, stink bugs, ulat grayak, cutworms, penggerek batang, cereal leaf beetle, thrips, lalat hessian, wheat stem maggot, sawfly, white

(2)

grubs, wireworms, keong, slugs, belalang, jengkrik, dan mites (Prescott et al. 2012). Juga dilaporkan beberapa jenis penyakit utama yaitu: penyakit karat, penyakit Karnal Bunt, dan penyakit bercak daun Helminthosporium (Prescott et al. 2012). Penyakit bercak daun Helminthosporium merupakan penyakit yang serius pada tanaman gandum terutama pada daerah panas di Asia Selatan (Sharma and Duveiller 2003). Kehilangan hasil akibat serangan penyakit ini bervariasi namun signifikan, bisa mencapai 20% di tingkat petani (Duveiller and Gilchrist 1994 dalam Sharma and Duveiller 2003).

Johnson and Townsend (2012) mengemukakan bahwa dibawah kondisi lingkungan yang sesuai, beberapa serangga dapat menyebabkan kehilangan hasil gandum secara signifikan. Beberapa diantaranya merusak langsung ke malai atau bagian tanaman lainnya sehingga biji jatuh ke tanah. Untungnya, kemungkinan terjadinya serangan berat dapat ditekan dengan penerapan pengelolaan yang baik.

Menghadapi masalah OPT tersebut, perlu dilakukan pengendalian yang tepat yaitu Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHT), baik dengan cara bercocok tanam, fisik, mekanik, biologi, maupun cara kimia. Skrining Varietas/galur gandum merupakan langkah awal yang mendukung cara pengendalian yang mengarah pada ketahanan varietas/galur tahan hama dan penyakit. Sesuai uraian diatas maka pada peneliian ini melihat ketahanan varietas/galur gandum yang mendapat serangan hama dan penyakit yang tinggi atau rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 12 varietas/galur gandum terhadap hama dan penyaki

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Malino kabupaten Gowa Sulawesi Selatan yang berlangsung dari April hingga Agustus 2012. Materi yang diuji berasal dari Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Luas plot setiap perlakuan adalah 1,5 x 5 m. Materi yang akan diuji ditanam sebanyak 6 baris setiap plot dengan jarak antar barisan 25 cm. Jarak antar plot 50 cm. Sebagai pembanding, ditanam varietas Selayar dan Dewata. Inokulasi hama dan penyakit dibiarkan terjadi secara alami. Pertanaman dipupuk dengan 300 kg Urea/ha, 200 kg Ponska/ha, dan 100 kg KCl/ha. Setengah dosis Urea, Ponska dan seluruh dosis KCl diberikan pada saat

(3)

Paramater yang akan diamati adalah:

Jenis hama dan persentase kerusakan bulir. Intensitas serangan penyakit

Hasil panen.

Pengamatan terhadap hama dan penyakit dilakukan pada 30, 60, dan 90 hari setelah tanam (HST). Untuk penyakit yang disebabkan oleh Helminthosporium sp., skoring penyakit dilakukan berdasarkan nilai skala seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai skala dan reaksi varietas/galur gandum terhadap Helminthosporium sp.

Skala (Areal daun terinfeksi) Reaksi

1 Tidak ada serangan R

2 < 1% R 3 1-5% R 4 6-10% R 5 11-15% MR 6 16-25% MR 7 26-50% MS 8 51-75% MS 9 76-100% S

Hasil pembacaan skala ditransformasi ke persentase serangan penyakit dengan menggunakan rumus:

∑ (n x v)

P = --- x 100% Z x N

P = Persentase serangan penyakit n = jumlah sampel pada setiap kategori v = nilai pada setiap kategori

Z = nilai skala tertinggi

N = jumlah sampel keseluruhan.

Pengamatan terhadap pengorok daun digunakan jaring serangga dengan 5 kali ayunan ganda pada setiap plot. Sedangkan kerusakan akibat stink bugs diketahui dengan menghitung persentase biji rusak pada 10 rumpun contoh yang ditentukan secara acak perplot. Rumpun contoh diambil sesaat sebelum panen dan dibawa ke laboratorium untuk diamati. Persentase serangan stink bug dihitung dengan menggunakan rumus :

(4)

a

P = --- x 100% b

P = Persentase kerusakan bulir a = jumlah bulir hampa

b = jumlah bulir keseluruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap penyakit yang menyerang menunjukkan bahwa selama masa pertumbuhan tanaman, hanya penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sativum ditemukan di lapangan dengan persentase serangan yang bervariasi pada setiap materi uji (Gambar 1 dan Tabel 2). Sedangkan penyakit lainnya seperti penyakit karat tidak ditemukan selama penelitian berlangsung.

Prescott et al. (2012) mengemukakan bahwa gejala serangan penyakit bercak daun Helminthosporium ditandai dengan adanya lesion pada daun yang berbentuk oval dan umumnya berwarna coklat tua. Infeksi pertama diawali pada daun bagian bawah dan seterusnya menyerang daun bagian di atas. Serangan yang terjadi pada awal pertanaman didukung dengan kondisi cuaca yang memungkinkan untuk perkembangannya, akan menyebabkan gugurnya daun dan berkurangnya hasil panen serta membuat biji berkerut.

(5)

Tabel 2. Persentase serangan Helminthosporium sativum pada 12 galur/varietas di Malino, MT. 2012.

Varietas/Galur Persentase serangan H. sativum Reaksi

60 HST 90 HST Dewata Menemen Ali Bey Basri Bey G-18 H-21 OASIS/STAUZ//4*BCN LAJ330/2*M088 Selayar G-21 RABE/2*M088 HP1744 1,00 a 1,00 a 1,33 a 1,67 a 1,67 a 2,33 a 2,67 a 4,00 a 5,33 a 6,00 ab 15,00 b 55,00 c 6,67 a 10,00 a 10,00 a 10,00 a 11,67 ab 15,00 ab 15,00 ab 20,00 bc 15,00 ab 20,00 bc 26,67 c 68,33 d R R R R MR MR MR MR MR MR MS MS Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%.

R=Resistant, MR=Moderately Resistant, MS=Moderately Susceptible.

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 12 varietas/galur yang diuji, terdapat 4 varietas/galur yang menunjukkan reaksi tahan (R) terhadap penyakit bercak daun Helminthosporium yaitu: Dewata, Menemen, Ali Bey, dan Basri Bey, 6 varietas/galur bereaksi agak tahan (MR), yaitu: G-18, H-21, OASIS/STAUZ//4*BCN, LAJ330/2*M088, Selayar, dan G-21, serta 2 galur yang bereaksi agak rentan (MS), yakni RABE/2*M088 dan HP1744.

Hasil pengamatan terhadap hama yang merusak pada fase vegetative ditemukan beberapa jenis hama antara lain: belalang, wereng, ulat grayak (Mithymna separata), dan pengorok daun (Liriomyza spp.). Serangga hama pengorok daun dan gejala serangannya tertera pada Gambar 2 dan 3.

(6)

Gambar 2. Serangga hama pengorok daun gandum, Liriomyza spp. A. Larva, B. Pupa, C dan D. Imago. (Foto: Amran Muis)

Gambar 3. Gejala serangan pengorok daun Liriomyza spp. (Foto: Amran Muis)

Pengamatan yang dilakukan pada 30 HST ditemukan kerusakan daun gandum oleh pengorok daun yang cukup tinggi. Rata-rata populasi pengorok daun antara 11,67 ekor (Menemen) sampai 31,67 ekor/galur (HP1744) (Tabel 3). Sedangkan hama-hama lain populasinya rendah. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa populasi pengorok daun pada varietas Menemen tidak berbeda nyata dengan varietas/galur lainnya kecuali dengan galur HP1744 pada (Tabel 3). Pengamatan yang dilakukan pada fase generatif ditemukan hama antara lain: belalang, ulat grayak (Mithymna separate), pengorok daun (Liriomyza spp.), dan hama pengisap (Stink Bug). Hama pengisap ini (Gambar 4) ditemukan dengan populasi yang tinggi dan

A

C

B

(7)

tergantung pada kepadatan serangga, kondisi cuaca, serta lama periode pertumbuhan tanaman. Selanjutnya dikatakan pula bahwa kerugian yang diakibatkan terutama terhadap kualitas tepung.

Hama-hama lain yang ditemukan seperti Mithymna separate, populasi dan serangannya rendah karena populasi parasitoid larva (Apanteles sp.) juga tinggi (Gambar 5). Apanteles sp. adalah parasitoid larva berbagai jenis ordo Lepidoptera dengan kemampuan memangsa yang bervariasi tergantung dari inangnya (Whitfield et al. 2001).

Gambar 4. Hama-hama stink bugs yang ditemukan pada tanaman gandum di Malino. (Foto: Amran Muis)

Gambar 5. Seekor larva M. separata yang terparasit oleh parasitoid (Foto: Amran Muis)

Hasil analisis statistika terhadap persentase biji hampa menunjukkan bahwa persentase biji hampa terendah ditemukan pada galur Oasis / SKA UZ//4* BCN (30,15%) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya walaupun tidak berbeda nyata

(8)

dengan galur G-21. Sedangkan persentase biji hampa tertinggi ditunjukkan oleh Dewata (77,53%) (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata populasi Liriomyza spp, persentase biji hampa, dan hasil gandum. Malino, MT. 2012 Varietas/Galur Populasi Liriomyza spp. (ekor/5 ayunan ganda) Persentase biji hampa (%) Hasil (t/ha) Menemen Basri Bey LAJ3302 / 2* MO88 G-21 Ali Bey H-21 G-18

Oasis / SKA UZ//4* BCN Selayar Dewata RABE / 2*MO88 HP1744 11,7 a 15,0 a 15,7 a 15,7 a 15,7 a 16,3 ab 19,3 ab 20,3 ab 20,6 ab 23,3 ab 24,0 ab 31,7 b 53,4 bcd 60,0 cd 63,8 cde 35,4 ab 65,9 cde 58,6 cde 51,5 bc 30,2 a 59,1 cde 77,5 e 63,3 cde 70,7 de 0,68 b 0,74 ab 0,43 cd 0,69 b 0,74 ab 0,62 bc 0,77 ab 0,93 a 0,60 bc 0,45 dc 0,48 dc 0,39 d Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%.

Pada Tabel 3 nampak pula bahwa hasil panen tertingi diperoleh pada galur Oasis/ SKAUZ//4* BCN dengan rata-rata 0,93 t/ha dan berbeda nyata dengan varietas pembanding Selayar dan Dewata, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh galur HP1744 dengan rata-rata 0,39 t/ha. Bila dilihat secara keseluruhan, hasil panen yang diperoleh tersebut cukup rendah. Hal ini disebabkan karena tingginya serangan hama dan penyakit selama penelitian berlangsung.

KESIMPULAN

Varietas Menemen, Ali Bey, Basri Bey, dan galur Oasis/ SKAUZ//4* BCN berpotensi untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut karena intensitas penyakit bercak daun Helminthosporium dan populasi hama pengorok daun pada keempat varietas/galur tersebut rendah. Hasil panen keempat varietas/galur lebih tinggi dibanding dengan varietas pembanding Selayar dan Dewata.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, D.W. and L. Townsend. 2012. A comprehensive guide to wheat management in Kentucky. The University of Kentucky. College of Agriculture.

http://www.uky.edu/Ag/GrainCrops/ID125Section8.html [1 Desember 2012].

Maspary. 2010. Budidaya gandum di Indonesia. http://www.gerbangpertanian.com/

2010/05/budidaya-gandum-di-indonesia.html. [1 Desember 2012].

Prescott, J.M., P. A. Burnett, E. E. Saari, J. Ranson, J. Bowman, W. de Milliano, R. P. Singh, and G. Bekele. 2012. Wheat Diseases and Pests: a guide for field identification. International Maize and Wheat Improvement Center. CIMMYT Mexico. http://wheat.pw.usda.gov/ggpages/wheatpests.html [8 Nopember 2012].

Sharma, R.C. and E. Duveiller. 2003. Selection index for improving Helminthosporium leaf blight resistance, maturity, and kernel weight in spring wheat. Crop Sci. 43:2031-2036.

Whitfield,J.B., S.A. Cameron, S.R. Rami´Rez, K.Roesch, S. Messinger, O.M. Taylor, and D. Cole. 2001. Review of the Apanteles species (Hymenoptera: Braconidae) attacking Lepidoptera in Bombus (Fervidobombus) (Hymenoptera: Apidae) colonies in the New World, with description of a new species from South America. Ann. Entomol. Soc. Am. 94(6):851-857.

Gambar

Gambar 2. Serangga hama pengorok daun gandum, Liriomyza spp.
Gambar 4. Hama-hama stink bugs yang ditemukan pada tanaman gandum                               di Malino

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3, penilaian kinerja 360 derajat mengakomodasi proses evaluasi kognitif terhadap penilaian kinerja yang dialami individu karena

Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang masih minim, sehingga

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan, maka dapat didefinisikan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan

Dengan perubahan arah manajemen zakat secara nasional dalam regulasi Undang-Undang Nomoe 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, sanksi perpajakan dan kondisi lingkungan

besar (Aoi, 2000). Oleh karena itu sudah sewajarnya pemerintah memperhatikan keber- adaan serat alam untuk diberdayakan lebih lanjut dalam rangka membangun industri

Pada mata kuliah yang diajarkan di perkuliahan teori, dalam hal ini SKI, Fisika, Mekatronika, dan juga Otomasi Industri, apakah mahasiswa sudah pernah diajarkan mengenai

berusaha melihat orientasi dari penggunaan produk perbankan syariah, apakah orientasi tersebut merupakan orientasi yang bersifat keagamaan ( religious ), yaitu