• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PELAMINAN DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI TENTANG PELAMINAN DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PELAMINAN DI KECAMATAN

KOTA BARU KOTA JAMBI

Oleh :

DASTATY MAYDAYUSI NIM. 16654 / 2010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015

(2)
(3)

STUDI TENTANG PELAMINAN DI KECAMATAN

KOTA BARU KOTA JAMBI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaminan Jambi yang meliputi nama bagian pelaminan, warna, motif dan teknik sulaman, teknik pemasangan, makna pelaminan dan Inovasi pada pelaminan tersebut. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) bagian-bagian pelaminan yaitu tingkatan jenjang, tiang, atap, tawing, ombak-ombak, lidah-lidah, kembang telor, payung kuning, buah butun, kampek dan pagar tenggalung. 2) Warna pelaminan kuning, merah, hitam dan hijau. 3) motif yng digunakan menggunakan motif alam yang dihiasin dengan teknik sulaman benang emas. 4) teknik pemasangan pelaminan meliputi kerangka pelaminan sampai memasang hiasannya.5) makna bagian-bagian pelaminan ini melambangkan status sosial seseorang. 6) Inovasi yang terjadi pada pelaminan Jambi yang dahulunya hanya untuk pengantin sekarang sudah terpasang yang kiri kanannya untuk tempat duduk kedua orang tua pengantin.

ABSTRACT

This study aimed to describe the aisle Jambi which includes the name of the aisle section, colors, motifs and embroidery techniques, installation techniques, meaning the aisle and Innovation at the altar. This research is descriptive qualitative. Selection techniques informants in this study using snowball sampling technique. Data collection techniques using observation, interviews and documentation. Results of the study revealed that the results of the study revealed that: 1) parts of the aisle that the level ladder, pole, roof, tawing, waves, tongues, egg flower, yellow umbrella, fruit butun, kampek and tenggalung fence. 2) yellow wedding colors, red, black and green. 3) motif used dihiasin using natural motifs with gold thread embroidery technique. 4) installation techniques aisle to aisle include installing decorative frame. a5) the meaning of the parts of this altar symbolizes one's social status. 6) Innovation happens at the altar of Jambi that was formerly attached one now been installed three which left his right to sit where both parents of the bride.

(4)

STUDI TENTANG PELAMINAN DIKECAMATAN

KOTA BARU KOTA JAMBI Dastaty Maydayusi1, Yasnidawati2, Adriani2

Program Studi Pendidikan Tata Busana FT Universitas Negeri Padang Email : Dez-Dezta@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aimed to describe the aisle Jambi which includes the name of the aisle section, colors, motifs and embroidery techniques, installation techniques, meaning the aisle and Innovation at the altar. This research is descriptive qualitative. Selection techniques informants in this study using snowball sampling technique. Data collection techniques using observation, interviews and documentation. Results of the study revealed that the results of the study revealed that: 1) parts of the aisle that the level ladder, pole, roof, tawing, waves, tongues, egg flower, yellow umbrella, fruit butun, kampek and tenggalung fence. 2) yellow wedding colors, red, black and green. 3) motif used dihiasin using natural motifs with gold thread embroidery technique. 4) installation techniques aisle to aisle include installing decorative frame. a5) the meaning of the parts of this altar symbolizes one's social status. 6) Innovation happens at the altar of Jambi that was formerly attached one now been installed three which left his right to sit where both parents of the bride.

Kata Kunci: Pelaminan, Jambi.

A. Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang memiliki adat dan kebudayaan berbeda-beda. Masing-masing adat dan kebudayaan di tiap daerah mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri. Keberagaman budaya nusantara ini merupakan warisan dari leluhur bangsa Indonesia yang harus di lestarikan.

Ciri khas tersebut terlihat pada pakaian tradisional, pelaminan, seni, musik, tari maupun bahasa daerah, semuanya sudah mengalami perubahan dan pergeseran bentuk sehingga tidak nampak lagi tradisi budayanya. Salah

(5)

satu perubahan dan pergeseran bentuk budaya tersebut dapat dilihat pada pelaminan tradisional yang mulai mengalamin perubahan. Pelaminan tradisional pada hakikatnya mencerminkan kultur budaya nenek moyang dimasa lampau. Makna pada pelaminan tradisional terbentuk karena adanya tradisi yang dijalankan oleh nenek moyang kita. Adanya perubahan pelaminan tradisional ikut menggeserkan makna yang terkandung didalamnya.

Adanya perkembangan zaman menimbulkan perubahan pada pelaminan tradisional di Kota Jambi. Perubahan tersebut dilihat pada bentuk dan dekorasinya. Adapun bentuk pelaminan di Kota Jambi yang mengalami perubahan terletak pada tempat duduk besanding pengantin, dahulunya bentuk pelaminan tradisional di Kota jambi pada saat pelaksanaan perkawinan hanya untuk pengantin, sedangkan pada saat sekarang pelaminan bagain sisi kiri dan kanan adalah tempat duduk orang pengantin. Pada zaman dulu orang tua pihak pengantin bertugas menyambut tamu, sedangkan sekarang kedua orang tua pengantin berdiri dipelaminan untuk mendampingi kedua pihak pengantin untuk menerima ucapan dari para tamu .

Pada dasarnya dekorasi pelaminan tradisional di Kota Jambi masih menggunakan motif-motif alam seperti flora ( Motif melati. Tampuk manggis dan matahari), motif tersebut disulam dengan menggunakan sulaman benang emas, sedangkan sekarang motif yang digunakan masih menggunakan motif Flora seperti motif melati, tampuk manggis dan matahari. Tetapi motif ini tidak disulam dengan benang emas melainkan dengan bordiran.

(6)

Untuk warna yang ada pada pelaminan menggunakan warna-warna yang cendrung lagi berkembang seperti ungu, pink, biru dan lai-lain. Begitu juga dengan cara pemasangan pelaminan, sekarang lebih banyak menggunakan alat-alat yang praktis seperti memakai besi.

Perubahan ini dapat dilihat dari warna dan dekorasi yang digunakan, masyarakat lebih cendrung menggunakan warna dan hiasanya yang lebih menojol dan lebih menarik. Terjadi perubahan ini ditakutkan makna pada pelaminan tradisional tersebut akan mengikuti pergeseran dan jika dibiarkan kekhasan pelaminan tradisional di Kota Jambi akan mengalami kemunduran atau bahkan hilang oleh pergeseran zaman. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi pelestarian pelaminan dikota Jambi, dimasa masyarakat yang akan mendatang. Karena generasi sekarang hanya mengetahui bentuk pelaminan di Kota Jambi seperti pelaminan sekarang bukan pelaminan yang asli.

Pelaminan menurut Zuraima (1983:60) “ Pelaminan merupakan tempat duduk sepasang pengantin waktu bersanding yang pada umumnya terletak pada ruang tengah. Ditambah lagi oleh Anwar ( 1986:202) “pelaminan adalah tempat pengantin dipersandingkan pada waktu upacara perkawinan”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelaminan adalah tempat duduk sepasang pengantin pada saat melaksanakan upacara pernikahan.

Pada pelaminan tradisional ini terdiri dari bagian- bagian dari pelaminan Putra Ratno Atau mahligasari menurut Zuraimah (1983: 60 )

(7)

mengatakan bahwa bagian-bagian pelaminan tradisional di Kota Jambi terdiri dari:

“ (1) sepasang kursi besar (kursi panjang), diletakkan diatas papan bersusun Yang terdiri dari tiga tingkatan (tiga tangga), (2) tiga tangga ini dialas dengan permadani berkeliling dihiasin dengan rumbai, rumbai atau kembang keranjang,bantal bersulam, (3) diatap dengan kayu yang dilapisi dengan aneka warna sutera diberi rumbai (jumbai ombak-Ombak), (4) didepan pelaminan, diletakkan cerana tempat sirih, nasi kunyit dan panggang ayam dan sepasang lilin yang diletakkan diatas cerana kecil khusus tempat lilin”.

Dari pendapat diatas dapat djelaskan bahwa pelaminan Putra Ratno ini mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari tingkatan tangga, rumbai-rumbai, bantal sulam. Warna termasuk unsur desain yang sangat menonjol. Dengan adanya warna, suatu benda dapat dilihat keindahnya. Menurut Pulukadang (1985:35) “ Warna memegang peran penting dalam hal hias menghias karena warna sebagai daya tarik suatu benda”. Sedangkan menurut Afif ( 2011: 14) mengatakan bahwa “Warna dapat menunjukan sifat,karakter dan citra yang berbeda dengan memiliki variasi warna yang sangat banyak misalnya warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, dan warna menyala”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa warna sangat berperan penting sebagai daya tarik suatu benda dan citra yang berbeda dengan memiliki variasi warna yang sangat banyak seperti warna biru, ungu, hitam dan orange. Warna pada pelaminan Putra Ratno terdapat warna kuning, merah dan hijau yang memberi kesan indah dan menarik perhatian. Motif merupakan hal mendasar yang dapat menciptakan kerajinan sehingga

(8)

memberi keindahan. Menurut Rosma (1997:123)" motif merupakan corak atau pola yang terdapat pada bidang kain yang telah diberi gambar”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpukan bahwa motif merupakan pola atau corak yang dibuat dalam sebuah rancangan yang terdapat pada bidang kain yang akan diberi gambar atau desain ragam hias. Berdasarkan pendapat tersebut pelaminan Putra Ratno motif yang digunakan menggunakan motif naturalis seperti motif daun pucuk kangkung , kembang bunga matahari dan lainnya. Motif tersebut dibalut menggunakan teknik sulaman melekatkan benang emas. Menurut Leigh (1989:26) “ Sulaman benang emas adalah sulaman dalam penerapannya menggunakan dua jenis benang yaitu benang emas dan benang katun yang senada dimana dipakai untuk menahan benang emas pada permukaan kain.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan sulaman benang emas adalah teknik menghias kain yang dikerjakan dengan menempelkan benang emas dengan tusuk balut yang menggunakan dua benang yang senada dengan jahit ikat pada semua permukaan motif yang membuat hiasan berbentuk garis bersambung. Pelaminan tradisional di Kota Jambi memiliki tahap-tahap. Adapun beberapa tahap yang harus dilakukan untuk pemasangan pelaminan tradisional ini. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak H.Azra’i Ismail pada tanggal 26 Oktober 2014 mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut :

“ 1) Pasangkan kotak dasar atau kotak yang besar yang terletak dibawah sebagai fungsi tangga naik. 2)Selanjutnya pasangkan kotak kedua untuk pasang tiang pelaminan. 3)Pasangkan Kotak Ketiga dan diatas kotak ketiga baru ada tempat duduk. 4) Setelah kerangka

(9)

pelaminan ini selesai selanjutnya dipasang tiang yang terdiri dari 4 tiang atau 8 tiang. 5)Memasang kayu penanggah diatas. 6)Pasang bubung limas. 7)Tawing bagian atas, tawing sudut kiri dan sudut kanan dan tawing tengah. 8)Pemasangan tirai-tirai. 9)Balut tiang dengan kain bersulam. 10)Kain penjaringan kiri, kanan dan belakang. 11)Pasang hiasan bagian tengah ini terpasang baru dipasang hiasan dikotak yang tiga, kotak tiga tingkat ini berfungsi sebagai tangga naik ketempat duduk kedua penganten. 12)Setelah semua terpasang baru dipasang hiasan lainya seperti kembang telur, kiri kanan, tempuk bantal dan lain-lainnya”.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa teknik pemasangan pelaminan memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan untuk tercapainya pemasangan pelaminan sesuai dengan tujuan dan kegunaanya.

Pelaminan memiliki makna sesuai dengan bentuk, warna dan hiasan yang dipakai pada pelaminan tersebut. Jadi dalam pelaminan Putra Ratno makna yang terkandung dalam bentuk dan bagian-bagian pelaminan yang mengandung unsur dan lambang atau symbol yang memiliki makna.

Pelaminan Jambi merupakan suatu khas budaya Jambi yang juga mengalami perkembangan seiring dengan perubahan zaman sekarang. Menurut Stephen Robbins (1994) yang di akses pada tanggal 25 November 2014 mengatakan bahwa” Inovasi adalah sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa”. Inovasi pelaminan yang terjadi pada saat sekarang ini terletak pada bentuk, bagian pelaminan dan hiasan dekorasinya yang sudah banyak mengalamin perubahan

(10)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kota Baru yang merupakan bagian dari Kota Jambi. Penelitian dilakukan di setiap wilayah Kecamatan Kota Baru yang terdapat di Kota Baru yaitu Kelurahan Simpang 3 Sipin, Kelurahan Mayang, Kelurahan Beliung.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara yang diperlukan dalam penelitian ini yang berjudul Studi Tentang Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Jambi. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi, gambar dan foto yang berhubungan dengan penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah ninik mamak dan pemangku adat seperti kepada Bapak Herman Basir sebagia wakil ketua adat, Nyimas Mastura sebagia ninek mamak, Ismail sebagai ketua adat, rini sebagai karyawan museum serta pengusaha dan pengerajin rias pengantin di Kecamatan Kota baru Bapak Raden Asnawi, Evi dan Eka Hartati. Data dianalisa dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitin ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi

Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan panduan wawancara dan panduan observasi. Teknik analisis data berupa model interaktif dengan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan reverensi, dan auditing.

(11)

C. Pembahasan

Propinsi Jambi Ibu kotanya Jambi yang letak geografis Kota Jambi adalah Kota Jambi sebelah Utara Barat, Selatan, Timur dan berbatas dengan Kabupaten Muaro Jambi, dengan kata lain Kota Jambi ini wilayahnya dikelilingin oleh Kabupaten Muaro Jambi. Tempat penelitian yang peneliti lakukan di Kota Jambi salah satunya Di Kecamatan Kota Baru.

Berdasarkan temuan penelitian maka dilakukan pembahasan dengan mengemukakan kemungkinan alasan yang terkait dengan teori-teori.

1. Nama Bagian-Bagian Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.

Pelaminan Putra Ratno mempunyai nama bagian-bagian dari pelaminan yaitu :a.) Tingkatan tangga, tingkatan ini terdiri dari 7,5 dan 3. b.) Tiang, tiang ini terdiri dari tiang 4 dan tiang delapan tergantung banyaknya tingkatan yang digunakan. c.) Atap atau bubung limas yang melambangkan rukun islam. d.) Ombak-ombak yang diletakan memanjang yang terdiri dari beberapa lapisan dengan jarak tertentu, e) Payung kuning, f.) Kembang telor yang zaman dahulu digunakan sebagai cendra mata, g.) Buah butun yang terbuat dari kaca, h.)Lidah-lidah, i.) Pagar tenggalung yang terbuat dari kesatu satuan kain yang di lilit, J.) Kampek yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. k.) Tawing yang terdiri dari tawing kanan, tawing tengah dan tawing kiri.

Hal ini disesuai menurut Zuraimah (1983: 60 ) mengatakan bahwa bagian-bagian pelaminan tradisional di Kota Jambi terdiri dari :

(12)

“ (1) sepasang kursi besar (kursi panjang), diletakkan diatas papan bersusun Yang terdiri dari tiga tingkatan (tiga tangga), (2) tiga tangga ini dialas dengan permadani berkeliling dihiasin dengan rumbai, rumbai atau kembang keranjang,bantal bersulam, (3) diatap dengan kayu yang dilapisi dengan aneka warna sutera diberi rumbai (jumbai ombak-Ombak), (4) didepan pelaminan, diletakkan cerana tempat sirih, nasi kunyit dan panggang ayam dan sepasang lilin yang diletakkan diatas cerana kecil khusus tempat lilin”.

Pada hasil penemuan penelitian dan kajian teori pada nama bagian-bagian pelamina Putra Ratno. Ada beberapa nama pelaminan yang tidak disebutkan didalam teori, tapi ditemukan didalam penelitian seperti buah butun, pagar tenggalung dan tawing.

2. Warna Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi

Pada pelaminan Putra Ratno warna yang ditemukan adalah warna merah, warna kuning, biru dan hitam. Tetapi masyarakat lebih cendrung menggunakan warna kuning dan merah. Hal in disesuaikan Menurut Pulukadang (1985:40) “ didalam memadukan warna dapat digunakan warna-warna analog (yang mempunyai persamaan warna) dan juga warna kontras atau komplementar tergantung kesan yang diinginkan. Sedangkan menurut Afif ( 2011: 14) mengatakan bahwa “Warna dapat menunjukan sifat,karakter dan citra yang berbeda dengan memiliki variasi warna yang sangat banyak misalnya warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna gelap dan warna menyala”.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa warna-warna yang terdapat pada pelaminan lebih cendrung menggunakan warna

(13)

merah dan kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti seperti merah dan hijau, ungu dan putih, sehingga dapat memiliki variasi warna yang sangat banyak.

3. Motif dan Teknik Sulaman Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Motif sulaman yang digunakan pada pelaminan Jambi menggunakan motif alam seperti motif melati,motif matahari, motif rebung, motif kangkung dan motif tampok manggis. Hal ini disesuaikan Menurut Rosma (1997:123)" motif merupakan corak atau pola yang terdapat pada bidang kain yang telah diberi gambar”.

Teknik sulaman yang digunakan menggunakan teknik sulaman benang emas. Hal ini disesuaikan Menurut Leigh (1989:26) “ Sulaman benang emas adalah sulaman dalam penerapannya menggunakan dua jenis benang yaitu benang emas dan benang katun yang senada diman dipakai untuk menahan benang emas pada permukaan kain.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa motif yang terdapat pada pelaminan Putra Ratno yaitu motif alam seperti motif melati,motif matahari, motif rebung, motif kangkung dan motif tampok manggis. Motif-motif ini dihiasin dengan menggunakan teknik sulaman lekapan benang yang dibuat untuk hiasan berbentuk garis yang bersinambungan. 4. Teknik Pemasangan Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Kota

Jambi

Adapun teknik yang harus dilakukan untuk membuat pelaminan Jambi ini terdiri dari beberapa tahap yaitu :

(14)

a. Persiapkan kerangka Pelaminan, kerangka pelaminan ini terdiri

dari pemasangan tangga, pemasangan tiang yang sesuai dengan jumlah tangga yang digunakan, setalah itu pemasangan atap.

b. Setalah kerangka tersebut siap, selanjutnya kerangka itu ditutupi dengan hiasan-hiasan seperti ombak-ombak, lidah-lidah, tawing dan lain sebagainya yang membuat pelaminan itu lebih indah dan menarik.

Hal ini disesuaikan dengan hasil wawancara dengan Bapak H.Azra’i Ismail pada tanggal 26 Oktober 2014 mengatakan bahwa tahap-tahap tersebut diuraikan sebagai berikut :

“ 1) Pasangkan kotak dasar atau kotak yang besar yang terletak dibawah sebagai fungsi tangga naik. 2)Selanjutnya pasangkan kotak kedua untuk pasang tiang pelaminan. 3)Pasangkan Kotak Ketiga dan diatas kotak ketiga baru ada tempat duduk. 4) Setelah kerangka pelaminan ini selesai selanjutnya dipasang tiang yang terdiri dari 4 tiang atau 8 tiang. 5)Memasang kayu penanggah diatas. 6)Pasang bubung limas. 7)Tawing bagian atas, tawing sudut kiri dan sudut kanan dan tawing tengah. 8)Pemasangan tirai-tirai. 9)Balut tiang dengan kain bersulam. 10)Kain penjaringan kiri, kanan dan belakang. 11)Pasang hiasan bagian tengah ini terpasang baru dipasang hiasan dikotak yang tiga, kotak tiga tingkat ini berfungsi sebagai tangga naik ketempat duduk kedua penganten. 12)Setelah semua terpasang baru dipasang hiasan lainya seperti kembang telur, kiri kanan, tempuk bantal dan lain-lainnya”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaminan Putra Ratno memiliki tahap-tahap pemasangan yaitu membuat kerangka pelaminannya terlebih dahulu seperti Tangga, tiang dan Atap. Setelah

(15)

itu kerangka tersebut dibalut dengan hiasan-hiasan seperti ombak-ombak, lidah-lidah dan kembang-kembang lainnya.

5. Makna Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi

Seperti halnya pelaminan pada saat merayakan pesta perkawinan memiliki makna sesuai dengan bentuk, warna dan hiasan yang dipakai pada pelaminan tersebut. Jadi dalam pelaminan Putra Ratno memiliki makna yang terkandung dalam bentuk dan bagian-bagian pelaminan yang mengandung unsur dan lambang atau symbol yang memiliki makna. Hal ini dijelaskan oleh Herman Basir yang mengatakan

“Bagian pelaminan itu ada 2 tingkatan misalnya untuk rakyat biasa 3 tingkat, untuk orang besar 5 tingkat. Sedangkan tiang yang digunakan sesuai dengan tingkatan untuk tingkat 3 menggunakan tiang 4, untuk tingkat 7 menggunakan tiang 8. Buah butun terbuat dari semacam gelas kaca yang artinya memakna kemakmuran, kembang telor yang dulu merupakan cendara hati dari pengantin.

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa makna dari bagian-bagian pelaminan seperti tingkat 3 digunakan untuk rakyat biasa, untuk seorang bangsawan menggunanakan 7 tingkat. Tiang yang digunakan juga harus sesuai dengan tingkatan, tingkat 3 menggunakan tiang 4 dan tingkat 7 menggunakan tiang 8. Ada bagaian pelaminan yang masih memiliki makna yaitu buah butun yang melambangkan kemakmuran dan kembang telor yang dahulu digunakan sebagai cindera hati dari pengantin.

6. Inovasi Pelaminan Di Kecamatan Kota Baru Kota Jambi

Dilihat dari perkembangannya pelaminan Jambi mengalamin Inovasi baru. Terlihat dari bentuk, warna dan dekorasi pelaminan seperti bentuk pelaminan Jambi yang tradisional hanya ada tempat duduk untuk

(16)

pengantin sedangkan sekarang kiri dan kanannya untuk kedua orang tua . Dekorasi pada pelaminan asli Jambi hanya terdiri dari payung kuning dan kembang telor, sekarang dekorasinya telah dipenuhi dengan kembang-kembang agar kelihatan lebih indah dan menarik. Ada juga bagian pelaminan yang diganti seperti tawing bagian tengah yang diganti dengan hiasan bunga.

Hal ini disesuaikan Menurut Stephen Robbins (1994) yang di akses pada tanggal 25 November 2014, mengatakan bahwa” inovasi adalah sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa”.

D. Simpulan dan Saran

Berdasarkan temuan peneliti dilapangan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagian pelaminan di Kecamatan Kota Baru terdiri dari tangga, tiang, atap, tawing, kembang telor, buah butun, ombak-ombak, kampek, lidah-lidah, payung kuning dan pagar tenggalung. Warna yang digunakan pada pelaminan ini menggunakan warna merah, kuning, hitam dan biru. Motif yang digunakan pada pelaminan menggunakan motif alam yang disulam dengan menggunakan sulaman benang emas.

Pemasangan pelaminan ini harus membuat kerangka terlebih dahulu, setelah kerangka siap selanjutnya pemasangan hias-hiasan pada pelaminan seperti ombak-ombak dan lidah-lidah. Pada Bagian pelaminan ini memiliki makna seperti jumlah tingkatan tangga disesuaikan dengan status seseorang, jumlah tiang yang dibuat sesuai dengan jumlah tingkatan

(17)

tangga dan buah butun yang melambangkan arti kemakmuran. Inovasi yang terjadi pada pelaminan Jambi ini dapat terlihat dari segi bentuk pelaminannya, dan hiasan yang digunakan lebih banyak menggunakan ukir-ukiran dari pada sulaman.

Pelaminan trandisional ini telah banyak mengalamin inovasi. diharapkan kepada pengusaha rias pengantin agar tetap melestarikan pelaminan Jambi agar masyarakat lebih mengenal pelaminan Jambi yang merupakan ciri khas melayu Jambi. Kepada pemerintah Kota Jambi ikut membantu melestarikan pelaminan Jambi agar pelaminan jambi tidak hilang karena perkembangan zaman sekarang dan pengusaha rias pengantin dapat mengadakan kerja sama dengan Ninek Mamak, sehingga pelaminan Jambi yang di hasilkan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya. Kalaupun di lakukan modifikasi di harapkan tidak menghilangkan ciri khas dari pelaminan tersebut.

\

Catatan : artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing 1 Dra. Yasnidawati, M.Pd dan Pembimbing II Dra. Adriani, M.Pd.

(18)

E. Daftar Pustaka

https://ml.scribd.com/doc/.../Pengertian-Inovasi-Menurut-Para-Ah

Ibrahim, Anwar 1984. Arti Lambang Dan Fungsi Tata Rias Pengantin Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat. DEPDIKBUD : Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

Leigh, Barbara 1989. Seni Kerajinan The Craftsof Aceh. Jakarta. PT. Djambatan

Pulakadang, Roesbani (1985). Keterampil Menghias Kain. Angkasa: Bandung

Zuraima 1983. Seni Hias Pakaian Adat Wanita dan Pakaian Pengantin Wanita Jambi. DEPDIKBUD. Proyek Pengembangan Kesenian Jambi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat alat pengering dengan kolektor surya pelat datar yang menggunakan air sebagai media penyimpan panas untuk

Kesalahan peresepan dalam hal penulisan resep meliputi resep yang tidak dapat dibaca, penulisan singkatan yang ambigu atau memiliki dwi makna, kurangnya penulisan

Umum yang ditunjuk oleh Undang-undang. Dalam ketentuan pasal 1869 KUH Perdata hanya mengatur apa yang dinamakan Akta Otentik, tetapi pasal tersebut yang dimaksud

4315/LS-BJ/2018 Pembayaran Honor Tenaga Promosi Kesehatan Bagian Bulan Agustus s/d Oktober 2018 Melalui Kegiatan Pelayanan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas

Hasil anali- sis dari pemanfaatan instrumen ini telah menunjukkan bahwa tingkat pemberdayaan masyarakat pada wilayah kerja puskesmas di Depok umumnya lebih banyak yang memenuhi

Hasil penelitian me- nunjukkan bahwa desa dengan partisipasi masyarakat tinggi lebih banyak yang melampaui target CDR ≥ 70% daripada desa dengan partisipasi masyarakat rendah..

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sari buah sirsak dapat dijadikan sediaan minuman berbentuk granul efervesen yang diterima oleh panelis dan stabil sampai