• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung. 1. Perencanaan instalasi pipa eksplorasi minyak dan gas bumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung. 1. Perencanaan instalasi pipa eksplorasi minyak dan gas bumi."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jenis Perencanaan Instalasi Pipa

2.1.1 Perencanaan Instalasi Pipa di Luar Gedung

Pada perencanaan instalasi pipa diluar gedung, fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air tetapi dapat berupa oli / minyak mentah, gas bumi dan cairan kimia. Sistem Perencanaan instalasi pipa di luar gedung dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Perencanaan instalasi pipa eksplorasi minyak dan gas bumi. 2. Perencanaan instalasi pipa PDAM.

3. Perencanaan instalasi pipa pada industri kimia.

2.1.2 Sistem Perencanaan Instalasi Pipa di Dalam Gedung

Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing harus dilakukan bersamaan disesuaikan dengan tahap-tahap perencanaan dan perancangan gedung dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian kontruksi gedung dan bidang pekerjaan lain yang terdapat dalam gedung tersebut, seperti pengkondisian udara, listrik dan lain-lain.

(2)

Sistem perencanaan instalasi pipa dalam gedung dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Perencanaan sistem plambing berupa instalasi pipa air bersih, instalasi pipa buangan, instalasi pipa air kotor dan instalasi air hujan.

2. Perencanaan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran. 3. Perencanaan sistem pengkondisian udara model sentral.

2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih 2.2.1 Sistem Sambungan Langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih, misalnya instalasi dari pipa utama di bawah jalan dari perusahaan air minum. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan, ukuran pipa cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung Sumber : Pedoman Ahli Pemasangan Pipa

(3)

2.2.2 Sistem Tangki Atap

Sistem tangki atap merupakan alternatif pengganti dari sistem sambungan langsung yang oleh berbagai alasan tidak dapat ditetapkan. Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah ( dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah ), kemudian dipompakan ke suatau tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.

Gambar 2.2 Sistem Tangki Atap Sumber : Pedoman Ahli Pemasangan Pipa

Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke lantai atap. Biasanya dalam keadaan normal, pompa cadangan ini dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kerusakan atau kesulitan dapat segera diketahui. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak tangki atap yang didasarkan atas jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan yang

(4)

menuntut tekanan kerja tertinggi. Dengan menetapkan tinggi muka air terendah dari dasar tangki, maka tinggi tangki dari tanah dapat ditentukan.

Pompa mempunyai peranan yang sangat penting dan mutlak dalam mekanisme penyediaan dan pendistribusian air bersih. Fungsi utama pompa adalah memindahkan air dari suatu tempat ke tempat yang lebih tinggi. Pompa yang bekerja memindahkan air dari tangki bawah ke tangki atas disebut dengan pompa angkat, selanjutnya dialirkan secara gravitasi ketempat yang memerlukan air. Adapun pompa yang digunakan adalah :

a Pompa sentrifugal

Pada sistem plambing pompa ini dipasang untuk mengambil air dari tangki bawah tanah dan mengalirkannya ke tangki atap, sehingga sering disebut pompa angkat. Untuk menghidupkan dan mematikan pompa secara otomatis digunakanlah floating contactor.Cara kerja dari alat ini sebagai berikut : Kabel positif (+) dari panel listrik dihubungkan dengan floating contactor yang terlihat di roof tank kemudian dari floating contactor dihubungkan kembali ke pompa. Sedangkan kabel negatif langsung dihubungkan ke pompa. Pada floating contactor terdapat pelampung untuk mendeteksi tinggi rendahnya permukaan air pada tangki atap. Ketika permukaan air rendah pelampung menarik tali yang dihubungkan ke floating contactor sehingga aliran listrik tersambung dan pompa segera bekerja. Pompa akan berhenti bekerja apabila ketinggian permukaan maksimal, sehingga floating contactor akan memutuskan arus listrik ke pompa.

(5)

Gambar 2.3 Floating Contactor

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

Gambar 2.4 Pompa Sentrifugal dan Pompa Diffuser Sumber : Pompa dan Kompresor

Gambar 2.5 Pompa Sentrifugal Sumber : Pompa dan Kompresor

(6)

b Pompa Submersible

Pompa jenis ini biasanya digunakan untuk sumur-sumur dalam, dimana motor listrik terpasang langsung pada rumah pompa dan merupakan suatu konstruksi terpadu. Penyambungan keatas hanya dengan pipa ke luar dan kabel penghantar daya listrik. Pipa keluar ini berfungsi pula sebagai tempat pompa bergantung.

Gambar 2.6 Pompa Submersible Sumber : Pompa dan Kompresor

2.2.3 Sistem Tangki Tekan

Sistem tangki tekan juga merupakan alternatif pengganti pada sistem sambungan langsung ( sama halnya dengan sistem tangki atap ). Dalam sistem ini air yang ditampung dalam tangki bawah di pompakan kedalam suatu bejana tertutup dimana udara di dalamnya terkompresi. Kemudian air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi gedung. Pompa yang bekerja secara otomatis

(7)

diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup dan membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Untuk melayani kebutuhan air yang besar diperlukan tangki tekan yang besar pula.

Gambar 2.7 Sistem Tangki Tekan

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

2.3 Kendala pada sistem Air Bersih

Pencemaran dapat terjadi pada sistem penyediaan air bersih itu yang berasal dari luar, seperti kotoran tikus dan serangga maupun yang berasal dari bahan dan alat plambing itu sendiri.

Pencegahan terjadinya pencemaran pada air bersih, yaitu : 1. Larangan hubungan pintas

Hubungan pintas merupakan hubungan fisik antara dua sistem pipa berbeda, satu sistem pipa untuk air bersih dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak

(8)

diketahui kualitasnya. Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam dalam air kotor atau bahan lain yang tercemar.

2. Pencegahan aliran balik

Aliran balik disebabkan oleh terjadinya efek siphon-balik dapat juga disebut mempunyai hubungan pintas. Efek siphon-balik adalah tejadinya aliran masuk kedalam pipa air minum dari air bekas, air tercemar, dari peralatan atau tangki, disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa.

Gambar 2.8 Contoh terjadinya arus balik Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

Pencegahan arus balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan aliran balik.

a. Celah udara

Celah udara dalam suatu sistem penyediaan adalah ruang bebas berisi udara bebas antara bagian terendah dari lubang atau keran yang akan mengisi air kedalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka air meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing tersebut. Dalam keadaan tertentu

(9)

udara tidak dapat dijaga, maka air kotor yang terisap kembali dalam perpipaan air bersih.

b. Penahan aliran balik

Beberapa peralatan plambing tidak dapat diberikan celah udara, oleh alasan penggunaannya atau konstruksi, maupun oleh alasan estetis atau arsitektur, maka alat pencegah arus balik harus dipasang seperti pemecah vakum, yang mencegah efek siphon-balik dengan cara otomatis memasukkan udara kedalam pipa penyediaan air apabila terjadi tekanan negatif didalam sistem pipa. Peralatan-peralatan plambing yang harus dipasang pemecah vakum adalah katup gelontor untuk kloset dan peturasan, katup bola untuk tangki gelontor, bidet pancuran mandi yang tidak terpasang tetap, keran air untuk selang, mesin cuci, penyiraman tanaman.

3. Pukulan air

Bila air dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas akan meningkat dengan tajam dan menimbulkan tekanan yang merambat dengan kecepatan tertentu dan kemudian dapat dipantulkan kembali ke tempat semula. Pukulan air dapat mengurangi umur kerja peralatan plambing dan sistem pipa. Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan sebagai berikut :

a. Tempat dimana katup dibuka/ditutup secara mendadak.

b. Tekanan, kecepatan dan temperatur air dalam pipa selalu tinggi. c. Banyaknya jalur keatas dan kebawah dalam sistem pipa.

(10)

Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dengan cara-cara sebagai berikut : Memasang katup gerbang dengan konstruksi khusus.

Menghindari tekanan kerja dan kecepatan aliran yang selalu tinggi. Menggunakan dua katup-bola-pelampung pada tangki air.

Memasang rongga udara dan alat mencegah pukulan.

Gambar 2.9 Peredam pukulan air

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

2.4 Sistem Pembuangan 2.4.1 Sistem Pembuangan Air

Sistem pembuangan air adalah menyalurkan air buangan secara gravitasi mulai dari setiap alat plambing pada setiap lantai ke pipa air buangan tegak. Sistem air buangan ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Sistem Air kotor dan air bekas

Air buangan water closet dan urinoir disebut air kotor yang dialirkan ke septic tank.

(11)

Air buangan dari lavatory/wastafel dan floor drain disebut air bekas yang dialirkan kesaluran drainage

2. Sistem pembuangan air hujan

Sistem pembuangan air hujan dari atap gedung, penyalurannya direncanakan melalui saringan atap (Roof Drain) yang diteruskan melalui talang tegak kemudian dialirkan ke halaman dan menuju ke sumur resapan. Luapan dari sumur resapan dialirkan kesaluran utama halaman. Sistem pembuangan air hujan halaman melalui pipa saluran tertutup dialirkan ke riol jalan setempat.

2.4.2 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran

Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk itu pipa pembuangan harus mempunyai kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan.

Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa sehingga bagian atas yang kosong cukup untuk mengalirkan udara.

Sebagai pedoman umum kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu per diameter pipanya ( dalam mm). Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 1,2 m/detik. Kalau kurang kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya kalau terlalu cepat akan menimbulkan gejolak tekanan dalam pipa, sehingga dapat

(12)

merusak fungsi air penutup dalam perangkap alat plambing. Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak, walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm.

Tabel 2.1 Kemiringan pipa pembuangan horisontal

Diameter Pipa (mm) Kemiringan Minimum (mm)

< 75 1/50

75-100 1/100

2.4.3 Bak Penampung dan Pompa Pembuangan

Hasil buangan yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol umum dimasukkan terlebih dahulu kedalam penampung dan kemudian dialirkan keluar dengan pompa. Ada berbagai macam bak penampung, misalnya bak penampung air kotor, bak penampung air bekas dari bak cuci, bak penampung air rembesan pada lantai bawah tanah dan sebagainya. Jika gedung tersebut menggunakan sistem pembuangan campuran, maka cukup disediakan satu bak penampung untuk semua air buangan (kecuali air hujan).

Bak penampungan ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak membocorkan gas dan bau, dan dilengkapi dengan pipa vent. Bak penampung ini tidak boleh dibuat sehingga salah satu dindingnya merupakan dinding pemisah dengan bak penampung air bersih. Bak penampung ini harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan pipa vent.

(13)

a Sistem resapan (septic tank)

Fungsinya adalah menampung dan mengedapkan kotoran, tidak menggunakan bahan kimia.

Gambar 2.10 Septic tank

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing b Sistem pengolahan limbah/Sewege Trestment Plant (STP)

Pada sistem ini air kotor dan air buangan diproses secara kimia dan setelah memenuhi syarat tidak mencemarkan lingkungan selanjutnya dipompakan kesaluran kota.

Gambar 2.11 Sewage Treatment Plant Sumber : Water Installation and Drainage System

(14)

Untuk mengalirkan hasil pembuangan diperlukan pompa pembuangan yang dapat dibagi menurut penggunaannya, yaitu :

a Pompa air kotor

Karena air kotor mengandung bagian padat, maka digunakanlah jenis pompa yang dapat menghancurkan bagian padat tersebut.

b Pompa drainase

Pompa ini digunakan untuk memompakan air bekas yang sangat sedikit mengadung bagian kotoran padat.

c Pompa penguras (bilge pump)

Pompa ini untuk menguras air buangan yang tidak mengandung bagian kotoran yang padat, misalnya rembesan air pada lantai bawah tanah.

2.5 Instalasi pipa ventilasi (pipa vent)

Pipa vent merupakan bagian terpenting dari suatu sistem pembuangan, terutama untuk gedung-gedung bertingkat dan pemasangan pipa ini bertujuan untuk :

1. Menjaga sekat perangkap dari efek siphon atau tekanan. 2. Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan. 3. Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.

Pipa vent terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tujuannya, jenis pipa ven yang utama adalah :

a Vent tunggal, pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan

(15)

b Vent lup, pipa ini melayani dua atau lebih alat plambing dan disambungkan

pada vent pipa tegak.

c Vent pipa tegak, merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, diatas

cabang mendatar pipa buangan tertinggi. Persyaratan untuk pipa vent, yaitu :

1. Kemiringan pipa vent

Pipa vent harus dibuat dengan kemiringan cukup agar air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalirkan secara gravitasi kembali ke pipa pembuangan. 2. Cabang pada pipa vent

Pipa vent untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan pada bagian tertinggi dari penampang pipa secara vertikal.

3. Letak bagian mendatar pipa vent

Dari tempat sambungan pipa vent dengan cabang mendatar pipa air buangan, harus dibuat tegak sekurang-kurangnya 150 mm diatas muka air alat plambing tertinggi yang dilayani vent tersebut, sebelum dibelokkan mendatar.

4. Ujung pipa vent

Ujung pipa vent harus terbuka keudara, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

5. Penentuan ukuran pipa vent

Secara umum ukuran pipa vent harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam buku “Pedoman Plambing Indonesia 1979” atau standart terbaru yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang.

(16)

a Ukuran pipa vent lup minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang pipa mendatar pipa air buangan atau pipa tegak Vent yang disambungkan. Ukuran Pipa Vent pelepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan yang dilayani.

b Ukuran pipa vent tegak tidak boleh kurang dari pipa ukuran pipa tegak air buangan yang dilayani dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.

c Ukuran pipa vent tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter pipa alat plambing yang dilayani.

2.6 Peralatan Plambing

Alat Plambing adalah semua peralatan yang dipasang didalam maupun diluar gedung untuk menyediakan air bersih dan untuk mengeluarkan air kotor maupun air buangan.

Alat Plambing mempunyai karakteristik sendiri dan berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal ini perbedaan tersebut antara lain :

Fungsi yang sama hanya berbeda macam dan bentuknya

Perbedaan alat pengontrol penyediaan air yaitu jenis katup gelontor dan katup kran

Perbedaan para pengguna yang memakainya alat plambing yaitu untuk pelayanan umum dan pemakaian pribadi.

(17)

Bahan yang digunakan untuk alat plambing harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

Tidak menyerap air atau sedikit sekali Mudah dibersihkan

Tidak berkarat dan mudah aus Relatif mudah dibuat

Mudah dipasang

Bahan yang banyak dipergunakan adalah porselen, besi atau baja yang dilapisi email, plastik dan baja tahan karat, ada juga yang terbuat dari bahan kayu.

2.6.1 Peralatan saniter

Peralatan saniter umumnya terbuat dari bahan porselen atau keramik, karena sifat dari bahan ini ditinjau dari segi sanitasi baik dan juga biaya pembuatannya relatif lebih murah.

Tabel 2.2 Plumbing Fixtures dan standar peletakannya

Sumber : Pedoman Plambing Indonesia

Plumbing Fixtures Standar peletakan (dihitung dari lantai) Water Closet 30 – 40 cm Urinal 60 – 100 cm Shower 160 – 180 cm Lavatory Basin 120 – 140 cm Kitchen Sink 120 – 140 cm Bath Cup 40 - 50 cm Keran 40 - 50 cm

(18)

Standar perletakan diatas dapat lebih tinggi, disesuaikan dengan peruntukkannya. Yang termasuk didalam peralatan saniter adalah :

1. Kloset

Kloset merupakan peralatn saniter yang paling banyak dipergunakan dan selalu ada pada setiap toilet. Fungsi dari kloset adalah untuk membuang hajat besar maupun kecil.

Gambar 2.12. Macam-macam kloset

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing 2.Peturasan

Peralatan ini hanya diperuntukan untuk toilet pria, kegunaannya adalah untuk membuang hajat kecil.

Gambar 2.13 Macam-macam Peturasan Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

(19)

3. Bak Cuci Tangan

Alat ini keberadaannya tidak hanya didalam toilet saja tetapi bisa juga berada diluar toilet umumnya alat ini ada pada restaurant atau area lain yang membutuhkan.

Gambar 2.14 Bak Cuci Tangan

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing 4. Floor Drain

Adalah lubang drainese yang dilengkapi dengan saringan yang dapat diangkat agar air ini tidak tergenang.

Gambar 2.15 Floor Drain Sumber : Essential Building and Equipment

(20)

5. Roof Drain

Fungsinya sama dengan floor drain tetapi peletakannya diperuntukan di lantai atap agar air hujan yang jatuh diatap gedung tidak tergenang dipasang pada lubang masuk talang tegak dan harus menonjol diatas permukaan atap.

Gambar 2.16 Roof Drain Sumber : Essential Building and Equipment

2.6.2 Fitting Saniter

Fitting saniter yang biasa digunakan adalah : 1. Keran air, terdiri dari :

a Keran air dengan sistem buka- tutup secara manual. b Keran air yang dapat dibuka dan tertutup sendiri.

c Keran air yang lajunya diatur oleh ketinggian muka air, yaitu katup pelampung.

Gambar 2.17 Keran air

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing 2. Katup gelontor

(21)

Gambar 2.18 Katup gelontor

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

3. Tangki gelontor

Fungsinya menampung air untuk digelontor. Dapat bekerja secara manual maupun automatik, yang bekerja dalam jangka waktu tertentu.

Gambar 2.19 Tangki gelontor Sumber : Essential Building and Equipment 4. Perangkap

Fungsinya untuk menghambat bau tidak sedap dan masukya binatang ke alat saniter.

(22)

Gambar 2.20 Perangkap

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

5. Pancuran mandi 6. Pancuran minum

2.6.3 Peralatan Plambing Lainnya

Selain peralatan diatas masih terdapat peralatan plambing lainnya, yaitu : 1. Penghancur sampah

2. Mesin cuci piring 3. Mesin cuci 4. Kloset hemat air

(23)

2.7 Peralatan Instalasi Pipa

Peralatan dalam suatu sistem instalasi pipa secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pipa

2. Flens (Flanges) 3. Sambungan (fitting) 4. Katup (valve)

5. Gantungan pipa (hanger) 6. Peralatan lainnya.

2.7.1 Pipa

Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan fluida, baik itu cair maupun gas, dalam menentukan jenis pipa yang akan dipergunakan harus diperhatikan jenis fluida yang dialirkan, juga tekanan yang dibutuhkan serta tekanan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar pipa.

Dalam Pembuatannya secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Pembuatan pipa tanpa sambungan (simless type) 2. Pembuatan pipa dengan sambungan (pengelasan)

Pada umumnya pipa yang digunakan pada instalasi didalam gedung adalah pipa PVC, pipa GIP atau pipa black steel.

1. Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) digunakan untuk : Instalasi air kotor

(24)

Instalasi air buangan Instalasi pipa vent

Kadang digunakan juga untuk distribusi air bersih

Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa PVC tahan terhadap karat, dan viskositas permukaan bagian dalamnya tinggi.

2. Pipa GIP (Galvanized Iron Pipe) dapat menahan tekanan lebih tinggi digunakan untuk instalasi pipa distribusi air bersih, kadang digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

3. Pipa Black Steel, digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

2.7.2 Flens

Dipasang pada ujung pipa berguna sebagai penyambung pipa yang satu dengan yang lain dengan memakai baut dan mur, banyak dipergunakan pada sambungan yang tidak permanen agar mudah diperbaiki atau diganti.

Gambar 2.21 Flens

(25)

2.7.3 Sambungan

Sambungan pada pipa dapat dibagi menjadi empat cara yaitu: 1. Sambungan flens (flange)

Flens ini dilaskan ke ujung pipa untuk digunakan sebagai penyambung pipa yang satu dengan pipa yang lain. Pada flens ini terdapat lubang sebagai tempat baut dan murnya. Flens biasanya digunakan pada penyambungan yang tidak permanen, agar mudah dilepas untuk diperbaiki atau diganti.

2. Sambungan las

Sambungan las biasanya digunakan untuk pipa yang diameternya berukuran lebih dari 50 mm dan sifatnya permanen.

3. Sambungan ulir

Sambungan ulir biasanya digunakan untuk pipa yang diameternya berukuran kurang dari 50 mm.

4. Sambungan Lem

(26)

Gambar 2.22 Simbol Sambungan Sumber : Plambing

Macam-macam sambungan/fitting :

1. Elbow

Elbow digunakan untuk menyambung pipa bila terjadi belokan, elbow dibagi atas empat jenis yang didasarkan atas sudut belok.

(27)

Gambar 2.23 Macam-macam Elbow Sumber : Plambing

2. Shocket

Berfungsi untuk menyambung dua buah pipa yang mempunyai diameter yang sama. Untuk jenis ini terdapat 3 macam bentuk untuk jenis pipa yang berlainan.

Shocked untuk pipa PVC menggunakan lem dalam penyambungannya

Gambar 2.24 Shocket untuk PVC Sumber : Plambing

Shocked untuk GIP menggunakan drat/ulir dalam penyambungannya

Gambar 2.25 Shocked untuk GIP Sumber : Plambing

(28)

Gambar 2.26 Shocked untuk Black Steel Pipe Sumber : Plambing

3. Reducer

Alat ini berguna untuk menyambung dua buah pipa yang berbeda diameternya.

Gambar 2.27 Reducer Sumber : Plambing

4. Tee

Dipergunakan bila terjadi persimpangan yang terjadi pada pendistribusian air bersih atau penyatuan saluran pada instalasi pipa air buangan, untuk pendistribusian air bersih biasanya digunakan tee yang standar sedangkan untuk instalasi pipa air kotor dan air buangan memakai Tee-Y.

d1=d2=d3 d1=d2≠d3

Tee jenis standar Tee jenis Y Gambar 2.28 Jenis Tee

(29)

5. Penutup pipa (plug)

Fungsinya sebagai pemutus ujung pipa.

Gambar 2.29 Penutup Sumber : Plambing

2.7.4 Katup (valve)

Ada berbagai macam katup yang dapat digunakan dalam sistem perpipaan. Untuk sistem plambing biasanya menggunakan katup sebagai berikut :

1. Katup sorong (Gate valve)

Katup ini mempunyai fungsi untuk menutup dan membuka instalasi pipa bila diperlukan, seperti bila ada kerusakan atau perbaikan, sehingga tidak perlu mematikan seluruh instalasi, katup ini biasanya dipasang pada pipa cabang dan sedekat mungkin dengan pipa utamanya (main pipe).

Gambar 2.30 Gate Valve Sumber : Plambing

(30)

2. Katup searah (Check Valve)

Katup ini digunakan untuk aliran searah sehingga dapat mencegah arus balik dari air yang telah dipompakan pada saat aliran listrik mati.

Gambar 2.31 Check Valve Sumber : Plambing

3. Foot Valve

Katup ini mempunyai fungsi sama dengan katup searah tetapi ditambah dengan penyaring dan dipasang pada ujung suction pipe.

Gambar 2.32 Foot Valve Sumber : Plambing

4. Globe Valve

Katup ini mempunyai fungsi sama dengan Gate Valve, fungsinya untuk mengatur atau membatasi laju aliran pada pipa cabang.

(31)

Gambar 2.33 Globe Valve Sumber : Plambing

5. Main Control Valve

Katup ini mempunyai fungsi untuk mengontrol aliran secara umum sebelum disalurkan ke pipa-pipa cabang pada masing-masing lantai.

Gambar 2.34 Main control valve Sumber : Plambing

(32)

Keterangan :

1. Membrane 6. Body drain plug

2. Drain cock on top cap 7. Reversible seat seal 3. High pressure top cap 8. High pressure body 4. Nuts, bolts and screws 9. Pilot circuit connection 5. Replaceable streamlined seat 10. Pilot circuit connection 6. Safety Valve

Katup ini mempunyai fungsi untuk melepaskan tekanan yang berlebihan pada pipa kerja, pada penggunaannya katup ini di pasang sebelum gate valve.

Gambar 2.35 Safety Valve Sumber : Plambing

2.7.5 Gantungan Pipa (Hanger)

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penggantung pipa, yaitu: 1. Berat Pipa

Berat pipa yang harus diperhatikan selain pipa itu sendiri juga meliputi berat perlengkapannya, seperti katup dan bahan isolasi serta isi pipa tersebut. Pada instalasi pipa-pipa tertentu ada kemungkinan orang akan berdiri di atas pipa

(33)

untuk pemeriksaan atau perbaikan perlengkapan pipa tersebut atau pipa lain di sebelahnya, sehingga perlu di pertimbangkan berat rata-rata manusia.

2. Jenis Pipa

Jarak antara penggantung dan penumpu bergantung pada jenis bahan pipa, karena adanya perbedaan lenturan.

3. Mencegah Perambatan Getaran

Pipa yang berhubungan dengan mesin atau peralatan yang bergerak atau berputar dapat meneruskan getaran mesin atau peralatan tersebut keruangan lain. Penggantung atau penumpu sebaiknya dapat mencegah perambatan getaran semacam ini.

4. Ekspansi Pipa

Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya perubahan panjang pipa yang diakibatkan oleh perubahan temperatur pipa.

5. Jarak antar Pipa

Jarak minimum antar pipa ± 25 mm. Jarak ini untuk memungkinkan penggunaan alat, pemasangan isolasi atau penutup pipa yang lain, pengecatan dan pekerjaan perawatan umumnya.

6. Pertimbangan untuk pekerjaan lainnya

Perlu diperhatikan ruang disekitar pipa untuk pekerjaan lainnya, seperti saluran udara, pipa rak kabel dan sebagainya.

7. Penggantung pipa pada pipa lainnya.

Pipa tidak boleh digantungkan pada pipa lainnya karena dapat menimbulkan kerusakan pada pipa di atasnya.

(34)

8. Baut penggantung pipa

Baut ini harus dipasang vertikal dengan baik. 9. Lokasi pengantung

Penggantung atau penumpu pipa harus dipasang pada tempat-tempat berikut : a Sekitar katup dan sambungan ekspansi.

b Belokan pipa mendatar. c Dasar pipa tegak. d Cabang pipa.

(35)

2.7.6 Peralatan Lainnya

Peralatan lain yang terdapat pada instalasi pipa antara lain : 1. Flexible Joint

Flexible joint mempunyai fungsi untuk meredam getaran yang terjadi akibat bekerjanya pompa agar tidak merusak sambungan pada instalasi pipa, diletakan sebelum dan sesudah pompa.

Gambar 2.37 Flexible Joint Sumber : Plambing

2. Strainner

Strainner mempunyai fungsi sebagai penyaring air, yang dipasang pada suction pipe sebelum masuk kedalam pompa.

Gambar 2.38 Strainer Sumber : Plambing

3. Pipe support

Digunakan sebagai penyangga pipa diatas tanah

Gambar 2.39 Pipe Support Sumber : Plambing

(36)

4. Manometer

Manometer mempunyai fungsi untuk melihat besarnya tekanan air yang

dialirkan.

2.8 Perhitungan Diameter Pipa Cabang

Menentukan diameter pipa mempunyai tujuan agar laju aliran yang mengalir didalam pipa dapat mencapai laju aliran yang dibutuhkan alat plambing, dalam hal ini diameter pipa harus ditentukan dahulu dari jenis alat plambing yang dilayani oleh pipa tersebut.

Laju aliran air yang diijinkan yaitu (1,8 ÷ 2,4)m/s, digunakan dalam menentukan diameter pipa yang akan digunakan. Untuk mengetahui laju aliran yang dibutuhkan oleh alat plambing perlu diketahui lebih dahulu jenis alat plambing yang digunakan, setelah itu baru kita dapat tentukan nilai beban unit alat plambing untuk perkiraan pertama kita ambil kecepatan air mula-mula adalah 2 m/s dan berdasarkan metode kecepatan ijin, besarnya kecepatan antara (1,8 ÷ 2,4)m/s. Setelah diameter pipa yang didapat disesuaikan dengan diameter pipa yang ada dipasaran dan kita koreksi ulang untuk mendapatkan kecepatan aliran antara (1,8 ÷ 2,4)m/s.

Adanya pembatasan ini bertujuan agar alat plambing yang digunakan tidak cepat rusak dan menjaga aliran dalam pipa tetap laminer.

Untuk mencari diameter pipa dapat menggunakan langkah-langkah berikut : 1. Menentukan besar beban unit alat plambing/ Water Supply Fixture Unit

(37)

2. Asumsi kecepatan aliran antara (1,8 ÷ 2,4)m/s

3. Didapat diameter pipa sesungguhnya dengan menggunakan rumus : Q = A. V 1 A = Π 4 1 D2 D = π A 4 Dimana : Q = Debit air (m3/s) A = Luas pipa (m2) D = Diameter pipa (mm) V = Kecepatan aliran air (m/s)

4. Setelah diameter pipa sesungguhnya didapat, tentukan diameter yang digunakan sesuai dengan diameter pipa yang ada dipasaran, yaitu :

Tabel 2.3 Diameter nominal pipa

mm inchi mm inchi 15 20 25 32 40 50 65 75 ½ ¾ 1 1 ¼ 1 ½ 2 2 ½ 3 100 125 150 200 250 300 400 4 5 6 8 10 12 16

5. Dengan diameter yang diambil sesuai dengan yang ada dipasaran, dimana kecepatan aliran harus berada antara (1,8 – 2,4)m/s .

1

(38)

Tabel 2.4 Unit Beban Alat Plambing Jenis

Alat Plambing

Jenis Penyediaan Air

Unit Alat Plambing Keterangan Untuk pribadi Untuk Umum Kloset Kloset Peturasan Peturasan Terbuka Peturasan Terbuka Bak Cuci (kecil) Bak Cuci Tangan Bak Cuci Tangan (untuk kamar operasi) Bak Mandi Rendam Pancuran Mandi Pancuran Mandi Satuan Kamar Mandi Satuan Kamar Mandi Bak Cuci Bersama Bak Cuci Pel Bak Cuci Dapur Bak Cuci Piring Bak Cuci Pakaian Pancuran Air Minum Pemanas Air Katup Gelontor Tangki Gelontor Katup Gelontor Katup Gelontor Tangki Gelontor Keran Keran Keran

Keran Pencampur Air Keran Pencampur Air Keran Pencampur Air Kloset Dengan Katup Kloset Dengan Tangki Untuk Tiap Keran Keran

Keran Keran Keran

Keran Air Minum Katup Bola 6 3 - - - 0.5 1 - 2 2 2 8 6 - 3 2 - 3 - - 10 5 10 5 3 1 2 3 4 4 - - - 2 4 4 5 - 2 2 Untuk umum, Hotel, restoran

Sumber : Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing hal 68

- alat plambing untuk pribadi dimaksudkan pada pemakaian tidak terlalu sering - alat plambing untuk umum dimaksudkan pada pemakaian cukup sering.

Dari macam alat plambing tersebut terdapat jumlah beban yang sudah menjadi standarisasi dalam setiap unit alat plambing yang dinamakan WSFU (Water Supply Fixture Unit)

Kloset mempunyai beban unit 10 Lavatory basin mempunyai beban unit 2 Keran mempunyai beban unit 5

(39)

Tabel 2.5 Laju Aliran Air

Sistem Penyediaan Tangki Gelontor Sistem Penyediaan Katup Gelontor Beban Water Supply Fixtures Unit (WSFU) Kebutuhan Beban Water Supply Fixtures Unit (WSFU) Kebutuhan Gpm Liter/s Gpm liter/s 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 25 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 120 140 160 180 200 250 300 400 500 750 1000 1250 1500 2000 2500 3000 4000 5000 3,0 5,0 6,5 8,0 9,4 10,7 11,8 12,8 13,7 14,6 16,0 17,0 18,0 18,8 19,6 21,5 23,3 24,9 26,3 27,7 29,1 32,0 35,0 38,0 41,0 43,5 48,0 52,5 57,0 61,0 65,0 75,0 85,0 105,0 124,0 170,0 208,0 239,.0 269,0 325,0 380,0 433,0 525,0 593,0 0,19 0,32 0,41 0,51 0,59 0,68 0,74 0,81 0,86 0,92 1,01 1,07 1,14 1,19 1,24 1,36 1,47 1,57 1,66 1,76 1,84 2,02 2,21 2,40 2,59 2,74 3,03 3,31 3,60 3,85 4,10 4,73 5,36 6,62 7,82 10,73 13,12 15,08 16,97 20,50 23,97 27,32 33,12 37,41 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 25 30 35 40 45 50 60 70 80 90 100 120 140 160 180 200 250 300 400 500 750 1000 1250 1500 2000 2500 3000 4000 5000 15,0 17,4 19,8 22,2 24,6 27,0 28,6 30,2 31,8 33,4 35,0 38,0 42,0 44,0 46,0 48,0 50,0 54,0 58,0 61,2 64,3 67,5 73,0 77,0 81,0 85,5 90,0 101,0 108,0 143,0 157,0 177,0 208,0 239,0 269,0 325,0 380,0 433,0 525,0 593,0 0,95 1,10 1,25 1,40 1,55 1,70 1,80 1,91 2,01 2,11 2,21 2,40 2,65 2,78 2,90 3,03 3,15 3,43 3,66 3,86 4,06 4,26 4,61 4,81 5,14 5,39 5,68 6,37 6,81 8,01 9,02 11,17 13,12 15,08 16,97 20,50 23,97 27,32 33,12 37,41 Sumber : Pedoman Plambing Indonesia, hal 70

(40)

2.9 Tangki Penyimpanan Air

Kebutuhan akan air pada gedung ini cukup banyak, sehingga membutuhkan suatu tangki penyimpanan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan instalasi plambing ini dibuat tangki penyimpanan bahan tanah dan atap.

2.9.1 Kapasitas Air Bersih

Untuk menentukan kebutuhan air bersih harus diketahui jumlah penghuni pada gedung ini. Mengingat pemakaian gedung ini hanya sebatas asrama penampungan jamaah haji, yang waktu pemakaiannya pada musim haji maka diasumsikan kebutuhan air berdasarkan kebutuhan.

Perhitungan kebutuhan air pada gedung asrama. Diketahui luas gedung

Jumlah Lantai

Luas effektif gedung 60% dari luas lantai

Setiap orang memerlukan 5 m2 dari luas lantai efektif.

Untuk pemakaian rata-rata per orang setiap hari dalam asrama dibutuhkan 120 liter (didapat dari perancangan dan pemeliharaan sistem plambing hal 48). Jumlah tersebut perlu ditambahkan 20% untuk mengatasi kebocoran dan keperluan lain-lain, maka perhitungannya sebagai berikut :

Untuk mengatasi kebakaran perlu ditambahkan sebesar 500 GPM atau 1875 l/menit x 30 menit = 56250 liter.

(41)

Dimana : 30 menit = Waktu yang diperlukan bantuan dari dinas kebakaran maksimal 30 menit setelah terjadi kebakaran.

500 GPM = Dari NFPA. Jadi total kebutuhan air, Qd

Diasumsikan pemakaian air dalam satu hari 8 jam, didapat

Qh =

T Qd 2

Sedangkan kapasitas pompa dinas (Qs) diperkirakan dua per tiga dari pemakaian rata-rata perjam.

Qs = xQh

3 2

3

2.9.2 Volume Tangki Bawah ( Ground Water Reservoir)

Dengan diketahui kapasitas air maka dapat dihitung volume tangki bawah tanah (GWR), untuk menampung air yang akan di distribusikan keseluruh lantai.

Vr = Qd-QsT 4 Dimana

Vr : Volume tangki bawah tanah (m3) Qd : Kapasitas air per hari (m3) Qs : Laju aliran pipa dinas (m3/jam) T : Waktu pemakaian (jam)

2

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 68 3

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 97 4

(42)

2.9.3 Volume Tangki Atap

Untuk mendapatkan volume tangki atap, harus diketahui kebutuhan air pada jam puncak dan kebutuhan air pada menit puncak. Untuk menampung kelebihan puncak, dan biasanya disediakan kapasitas cukup untuk jangka panjang. Waktu kebutuhan puncak tersebut yaitu sekitar 30 menit.

Kebutuhan air pada jam puncak, Qh maks Qh maks = C1 x Qh 5

Dimana :

Qh maks : Kebutuhan air pada jam puncak (m3/jam) C1 : Konstanta (1,5-2)

Qh : Pemakaian air rata-rata per jam (m3/jam)

Qh =

T Qd

Kebutuhan air pada menit puncak, Qm maks

Qm maks = C2 x       60 h Q 6 Dimana :

Qm maks : Kebutuhan air pada menit puncak (m3/menit) C2 : Konstanta (3-4)

Volume efektif tangki atap,VE

VE = (Qm maks – Qh maks) Tp + (Qpu x Tpu ) 7

5

Perancangan dan pemeliharaan Sistem Plambing, hal 69 6

(43)

Dimana :

VE : Volume tangki atap (m3)

Tp : Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)

Qpu : Kapasitas pompa pengisi (diusahakan sebesar Qm maks )(m3/menit) Tpu : Waktu pompa angkat (menit)

2.10 Perhitungan Tekanan

Secara umum dapat ditentukan bahwa tekanan standart yang digunakan adalah 1,0 kg/cm2. Dengan kata lain permukaan air terendah pada tangki atap harus mempunyai ketinggian minimal 10 m dari alat plambing yang bersangkutan. Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam permukaan air. Tekanan air yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat kerusakkan peralatan plambing dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air.

Untuk itu perlu adanya batasan tekanan dalam perencanaan sistem air bersih adapun batasan tersebut berkisar antara 1-4 atmatau 101337-405348 N/m2. Dengan memperhatikan hal diatas maka untuk mengalirkan air ke lantai yang teratas dibantu dengan pompa booster. Diasumsikan tekanan pompa booster

sebesar 1 kg/cm2 atau 101337 N/m2. Sedangkan untuk lantai 2 dan 1 dialirkan secara gravitasi.

Untuk mencari tekanan setiap lantai digunakan rumus : P= ρ x g x h 8

8

(44)

P = Tekanan (N/m2)

ρ = Kerapatan air (998,2 kg/m3) g = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2) h = Tinggi potensial (m)

2.11 Perhitungan Tebal Pipa

Untuk mencari tebal pipa digunakan persamaan sebagai berikut :

t = σ X PxD 2 + C 9 Dimana : t = Tebal pipa (cm)

P = Tekanan dalam pipa (kg/cm2)

σ = Tegangan tarik yang diijinkan (kg/cm2) C = Konstanta (cm)

2.12 Perhitungan Kapasitas Head Total dan Daya Pompa

Pompa yang digunakan dalam sistem plumbing biasanya ada dua macam yaitu pompa Delivery dan Pompa Booster.

2.12.1 Pompa Delivery

Pompa delivery yang terletak pada rumah pompa diatas tangki bawah (GWR). Kapasitas pompa harus dapat memenuhi kebutuhan dari seluruh alat plambing yang digunakan untuk itu pompa yang digunakan adalah pompa yang sesuai dengan kebutuhan air pada jam puncak (Qhmax)

(45)

Gambar 2.40 Skema Instalasi Pompa Sumber : Piping System

Perhitungan head pompa yang akan digunakan adalah berdasarkan persamaan :

g V H H H a p 2 2 + ∆ + = 10 Dimana :

H = Head total pompa (m) Ha = Head statis (m)

∆Hp = Perbedaan Head Tekanan (m)

g V

2 2

= Head kecepatan pada lubang keluar pipa(m)

2.12.2 Head Statis

Head Statis adalah perbedaan ketinggian muka air sisi keluar dan tinggi muka air isap dengan persamaan berikut :

Ha = Z2 – Z1

Dimana : Z1 = Ketinggian pada titik 1

Z2 = Ketinggian pada titik 2 Sehingga 10 Roof Tank GWR Z1 Z2 P1 P2

(46)

2.12.3 Perbedaan Head Tekanan

Perbedaan head tekanan adalah perbedaan tekanan yang disisi isap yang dapat dilihat dengan persamaan sebagai berikut :

∆Hp = γ

1

2 p

p

Dimana : P1 = Tekanan pada sisi isap P2 = Tekanan Pada sisi keluar γ = Berat Jenis zat cair

2.12.4 Kerugian Head (Hi)

Kerugian Head (Hi) merupakan hambatan-hambatan yang dialami air sepanjang jalur pipa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : hi = hf + he + hc xgxD Lxv f hf 2 2 = 11 xg V K he 2 2 Σ = 12 xg V x Cc hc 2 1 1 2       − = 13 Dimana :

hf = Head kerugian gesek dalam pipa (m)

11

Mekanika Fluida jilid I, hal 202 12

(47)

hi = Kerugian pada peralatan plambing (m) hc = Kerugian penyempitan pipa (m) f = Faktor gesekan

L = Panjang pipa lurus (m) d = Diameter pipa

g = Percepatan gravitasi

Sebelum mencari head harus diketahui terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran laminer atau aliran turbulen dengan menggunakan bilangan Reynolds : µ vxd = Re 14 Dimana: Re = Bilangan reynolds v = kecepatan aliran (m/s) d = Diameter pipa (mm)

µ = Viskositas Kinetik air = ± 1,007 x 10-6 m2/s pada suhu 20oC Re < 2300, aliran bersifat laminer.

Re > 4000, aliran bersifat turbulen.

Re = 2300 – 4000, terdapat daerah transisi dimana aliran dapat bersifat

laminer atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan aliran.

14

(48)

Aliran bersifat turbulen maka untuk menghitung kerugian gesek dalam pipa digunakan rumus : g v x D L fx hf 2 2 = Dimana:

hf = kerugian gesek pipa lurus (m)

f = 0,020 + D 0005 , 0 (Formula Darcy)

L = Panjang total pipa (m) v = Kecepatan aliran (m/s) D = Diameter pipa (m)

g = Percepatan gravitasi (m/s2)

2.12.5 Head Kerugian dalam Jalur Pipa

Kerugian dalam jalur pipa adalah kerugian belokan yang berupa kerugian pada Gate Valve, Tee, Check Valve, Strainer dan Flexible Joint

Untuk menghitung semua kerugian tersebut digunakan rumus :

xg v K he 2 2 = 15 Dimana :

he = Kerugian dalam jalur pipa

K = Faktor untuk sambungan dan belokan (lihat Tabel 2.6)

(49)

Tabel 2.6 Koefisien Kerugian Tinggi Tekan

Lengkapan K

Katup Bola 10,0

Katup Sudut 5,0

Katub Gerbang 0,19

Katub Searah ayun 2,5

T-Standart 1,8

Suku Standart 0,9

Sumber : Mekanika Fluida I, hal 212

Untuk kerugian peralatan plambing (he) harus diketahui besarnya nilai kerugian total (ΣK)

2.12.6 Head kerugian reducer pada pipa

Head kerugian reducer berupa kerugian penyempitan pada pipa, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

g v C h c c 2 1 1 2 2       − = Dimana :

hc = Head kerugian reducer (m) Cc = Koefisien penyempitan untuk air Setelah diperoleh semua maka hi dapat diperoleh :

(50)

2.12.7 Daya Pompa

Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha, sedangkan daya pompa adalah besarnya energi persatuan waktu atau kecepatan melakukan kerja. Jenis daya di bagi menjadi :

1. Daya hidrolik (daya pompa teoritis) adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah zat cair

2. Daya penggerak (driver) adalah daya poros dibagi dengan effisiensi mekanis (effisiensi transmisi)

3. Daya poros pompa adalah daya untuk mengatasi kerugian daya yang dibutuhkan oleh poros yang sesungguhnya adalah lebih besar dari pada daya hidrolik, Besarnya daya poros sesungguhnya adalah sama dengan effisiensi pompa

Setelah didapat besarnya head pompa angkat, kemudian dihitung besarnya daya pompa dengan menggunakan rumus :

p xgxQxH Pw η ρ = 16 Dimana :

Pw = Daya Pompa (Watt)

ρ = Kerapatan Air (998 kg/m3)

η = Efesiensi Pompa (%) Q = Kapasitas pompa (m3/s) H = Head Pompa (m)

(51)

Untuk mencari efesiensi pompa (ηp) digunakan grafik

Gambar 2.41 Grafik ηp, ns dan Q Sumber : Pompa dan Kompresor

Untuk menjalankan pompa tersebut dibutuhkan motor penggerak pompa maka daya listrik yang dipakai untuk menjalankan motor pompa tersebut adalah

Pp =

p Pw

η 17

Untuk menghitung daya motor dipergunakan rumus :

Pmotor = trans x pp η α) 1 ( +

Dimana : Pp = Daya Poros

α = Faktor Cadangan (0,15)

ηtrans = Effisiensi Transmisi (0,9)

17

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung  Sumber : Pedoman Ahli Pemasangan Pipa
Gambar 2.2 Sistem Tangki Atap    Sumber : Pedoman Ahli Pemasangan Pipa
Gambar 2.3 Floating Contactor
Gambar 2.6 Pompa Submersible   Sumber : Pompa dan Kompresor
+7

Referensi

Dokumen terkait