• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Dan Peralatan Plambing 2.1.1 Definisi Sistem Plambing dan Alat Plambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Dan Peralatan Plambing 2.1.1 Definisi Sistem Plambing dan Alat Plambing"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Dan Peralatan Plambing

2.1.1 Definisi Sistem Plambing dan Alat Plambing

Dalam proses pembangunan sebuah gedung, perencanaan ataupun perancangan sistem plambing harus berjalan bersamaan dan bersesuaian dengan tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri. Hal ini dikarenakan keduanya memang merupakan kesatuan yang tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kesesuaian diantara keduanya.

Sistem plambing sendiri merupakan sistem penyediaan air bersih dari sistem peyaluran air buangan termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung (SNI. 03-6481-2000).

Di dalam sistem plambing, dikenal adanya istilah peralatan plambing atau alat plambing. Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), istilah peralatan plambing meliputi :

1. Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum 2. Peralatan untuk pembuangan dan ven

3. Peralatan saniter (plumbing fixtures)

Bahan untuk peralatan plambing, terutama bahan untuk pipa, dibagi menjadi dua yaitu bahan logam dan non-logam. Pipa logam terbagi lagi menjadi dua yaitu yang mengandung besi seperti stainless steel dan chrome steel serta yang tidak mengandung besi, contohnya pipa yang berlebihan aluminium. Sedangkan untuk pipa non-logam antara lain yang terbuat dari plastik, keramik dan gelas.

(2)

membutuhkan perbaikan yang sering (frequent repairs) atau penggantian peralatan utama (major replacement).

2.1.2 Fungsi Sistem Plambing

Fungsi dari sistem plambing menurut (Simangunsong, 2003) antara lain : 1. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan

tekanan yang cukup

2. Menyalurkan air kotor (air bekas pakai) dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian gedung atau lingkungannya

Fungsi pertama, berkaitan dengan penyediaan air bersih, dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih. Dulunya, sistem ini bertujuan untuk menyediakan air bersih yang cukup berlebihan. Namun, karena adanya pembatasan penggunaan jumlah air karena keterbatasan sumber air bersih serta guna mendukung upaya penghematan energi, maka tujuan ini bergeser menjadi seperti di atas.

Sedangkan fungsi kedua, yaitu berkaitan dengan pembuangan air kotor, dilakukan oleh sistem pembuangan dan ven.

2.1.3 Peralatan Saniter

Peralatan saniter merupakan peralatan dalam sistem penyaluran air buangan pada suatu gedung yang dipasang untuk menjaga kesehatan penghuninya. Menurut (Nielsen, 1982) peralatan saniter tersebut harus terbuat dari :

1. Bahan yang tidak dapat mengoksidasi (nonoxidizing materials) 2. Bahan yang tidak dapat menyerap (nonabsorbent materials)

3. Bahan dengan permukaan yang halus, kedap air (impervious) dan tahan terhadap korosi serta abrasi

(3)

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk peralatan saniter menurut (Townsend & Sunaryo, 1986) diantaranya yaitu keramik. Barang-barang yang terbuat dari keramik, termasuk peralatan saniter, pada umumnya mempunyai kualitas yang bagus, mudah dicetak, mempunyai kekuatan yang cukup besar, berpermukaan halus, mudah dibersihkan sehingga tidak ada kotoran atau kuman yang melekat di atasnya. Berikut ini salah satu kloset berbahan keramik seperti nampak pada gambar di bawah ini.

Selain itu (Noerbambang & Morimura, 1993) juga menyatakan bahwa bahan untuk peralatan saniter yang sangat populer untuk saat ini adalah porselen atau keramik. Sebab, selain biaya pembuatannya tergolong cukup murah ditinjau dari segi sanitasipun juga sangat baik.

Berikut ini adalah beberapa jenis peralatan saniter yaitu : 1. Kloset (Water Closet)

Hingga saat ini, terdapat berbagai jenis kloset yang pemilihannya dapat disesuaikan dengan peruntukannya agar persyaratan kenyamanan dan keamanan pengguna dapat terpenuhi. Sebagai contoh, untuk pemakaian di taman kanak-kanak (nursery schools) atau institusi lain terutama untuk anak-anak usia dibawah 6 tahun, direkomendasikan untuk menggunakan kloset junior models dengan tinggi 250 hingga 330 mm agar tidak menimbulkan bahaya (hazard)

Gambar 2.1 Kloset jongkok berbahan keramik

(4)

Jika ditinjaun dari kontruksinya, kloset terbagi menjadi beberapa tipe. Salah satunya yaitu tipe siphon seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Kontruksi jalannya air buangan pada tipe ini memang lebih rumit dibandingkan tipe lainnya seperti tipe wash down ataupun wash out. Kontruksi kloset tipe ini sedikit menunda aliran air buangan sehingga timbul efek siphon. Namun kelebihannya yaitu jumlah air yang ditahan dalam mengkuk sebagai “sekat” lebih banyak, dan juga muka airnya lebih tinggi dibanding tipe wash down sehingga tidak begitu menimbulkan bau seperti tipe lainnya. Selain itu, tipe ini tidak membutuhkan banyak air penggelontor seperti tipe siphon jet dan juga tidak memerlukan air dengan tekanan tinggi seperti tipe blow out yang sering menyebabkan suara berisik (Noerbambang & Morimra, 1993).

Gambar 2.3 Water Closet Tipe Siphon

2. Lavatory

(5)

Seperti yang ditulis oleh (Demske, 1975) tipe lavatory yang paling populer diantaranya yaitu Flush-mount, Self-rimming dan Under-the-counter digunakan di rumah-rumah di Eropa dan Amerika. Tipe-tipe tersebut umumnya dipasang menempel pada suatu meja (counter) yang dibagian bawahnya digunakan sebagai tempat penyimpanan. Sedangkan, untuk di Indonesia sendiri lebih banyak menggunakan tipe Wall-hung, seperti yang ada pada apartemen, hotel, mall, rumah, sekolah, perkantoran, dan sebagainya. Lavatory dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Lavatory

3. Sink

(6)

Gambar 2.5 Sink dengan Satu Bak

4. Shower Stalls

Shower stalls tidak lain adalah pancuran air yang dipasang pada dinding kamar mandi dengan ketinggian tertentu. Salah satu keuntungan menggunakan shower stalls yaitu luas ruangan atau kamar mandi yang dibutuhkan akan jauh lebih kecil sehingga dapat menghemat tempat (Damske, 1975). Sekarang ini telah banyak digunakan shower stalls yang disambung dengan pipa fleksibel (hand shower) sehingga memberikan keleluasaan lebih bagi penggunanya. Namun penggunaan hand shower dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kemungkinan aliran balik, sehingga harusnya dilengkapi dengan pemutus vakum dalam pemasangannya (Noerbambang & Morimura, 1993).

2.1.4 Fitting Saniter

Beberapa jenis fitting saniter antara lain : 1. Keran Air

Beberapa jenis keran air beserta contoh tempat pemasangannya yaitu : a. Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah, misalnya

yang dipasang pada sink, shower, bak mandi, dan sebagainya b. Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya

untuk lavatory.

(7)

Gambar 2.6 Faucet atau Keran Air

2. Katup Gelontor

(8)

Gambar 2.7 Katup Gelontor (Flush Valve) dan Pemecah Vakum

1. Tangki Gelontor

Tangki ini berfungsi untuk menampung sementara air bersih yang umumnya akan digunakan pada kloset ataupun peturasan. Biasanya tangki gelontor terbuat dari porselen atau plastik. Terdapat dua jenis tangki gelontor, yaitu tangki gelontor atas dan tangki gelontor bawah. Tangki gelontor atas biasanya membutuhkan waktu lama untuk mengisi kembali tangki yaitu sekitar 3 menit, sehingga jenis ini kurang cocok digunakan untuk kloset umum. Sedangkan untuk tangki gelontor rendah, suara yang ditimbulkan memang tidak sebising cara penggelontoran lainnya. Hanya saja untuk penggunaannya pada kloset tipe siphon perlu diatur agar masih ada air yang mengalir pada akhir penggelontoran untuk mengisi kembali sekat air pada kloset (Noerbambang & Morimura, 1993).

2.1.5 Perlengkapan Plambing lainnya Beserta Fungsinya

Dalam merencanakan suatu sistem perpipaan dalam gedung perlu diketahui beberapa perlengkapan dalam sistem plambing yang sering digunakan. Beberapa diantaranya yaitu :

(9)

Alat ini berfungsi untuk mencegah aliran balik (backflow) dalam pipa. Pemecah vakum (Gambar 2.8) akan secara otomatis memasukkan udara ke dalam pipa apabila terjadi tekanan negatif yang sering kali disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa.

Gambar 2.8 Pelepas Vakum

2. Rongga udara

Fungsi adanya rongga atau celah udara ini adalah untuk mencegah pukulan air yang terjadi apabila aliran air dihentikan secara tiba-tiba, seperti misalnya dengan menggunakan kran atau katup air. Pukulan air yang terjadi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan plambing.

3. Interceptor

(10)

alat plambing sejenis dan berfungsi memisahkan lemak atau minyak yang ada pada air buangan.

4. Perangkap

Alat ini berfungsi untuk mencegah masuknya gas yang berbau atau beracun ke dalam pipa atau plambing. Perangkap dapat berbentuk U, P, S dan sebagainya (seperti terlihat pada gambar 2.9) sehingga dapat menahan bagian terakhir dari air penggelontor. Dengan adanya air yang terperangkap yang bersifat seperti penyekat ini maka gas akan tertahan padanya. Perangkap dapat dipasang pada lavatory ataupun sink dengan ketentuan pemasangannya harus sedekat mungkin dengan lubang keluarnya air pada kedua alat tersebut.

Gambar 2.9 Berbagai Bentuk Dasar Perangkap

5. Gate valve

Dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang sehingga apabila terjadi kerusakan pada pipa cabang tidak perlu mematikan seluruh sistem dalam gedung. Gate valve bisa dipasang pula setelah pompa untuk menurunkan atau menyesuaikan tekanan air yang akan dialirkan ke dalam sistem.

6. Check valve

Katup aliran searah dipasang pada pipa untuk mencegah terjadinya pukulan air dan aliran balik.

7. Globe valve

(11)

2.1.6 Prinsip Dasar Instalasi Peralatan Plambing

Dalam perencanaan dan pemasangan alat plambing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Apabila hal-hal tersebut diabaikan maka dapat mengganggu sistem plambing ataupun sistem lainnya dalam gedung, serta dapat mengganggu konstruksi itu sendiri. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu antara lain :

1. Konsep denah alat plambing

Konsep denah alat plambing selain harus mempertimbangkan pemakaian energi juga harus memperhatikan segi arsitektual bangunan atau aspek estetika tata ruang bangunan agar memberikan kenyamanan serta ketertarikan bagi penghuninya.

2. Perlindungan konstruksi gedung

Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya pembebanan akibat pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk keperluan tersebut pipa tidak boleh langsung dipasang menembus bagian konstruksi seperti pondasi, balok, atau dinding.

3. Perlindungan pipa dari kerusakan

Perlindungan pipa dari kerusakan atau kebocoran penting diperhatikan karena dapat mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat terjadi adalah korosi, yang menyebabkan perkaratan terutama pada pipa besi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk menahan karat. 4. Perencanaan sistem plambing yang baik

(12)

5. Perencanaan sistem pembuangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem pembuangan yaitu antara lain untuk mencegah pipa dari penyumbatan dan kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka kemiringan pipa biasanya dibuat sama atau lebih dari diameter pipa. Selain itu harus diperhatikan pula perlu tidaknya penambahan perlengkapan plambing pada sistem, termasuk juga letak pemasangan peralatan serta perlengkapan plambing yang benar.

2.1.7 Kebutuhan Air Bersih

Berikut langkah-langkah dalam perencanaan kebutuhan air bersih :

1. Mengetahui kebutuhan air yang dibutuhkan suatu gedung dengan menggunakan beberapa metode berikut :

a. Metode berdasarkan jumlah penghuni.

Berikut adalah tabel 2.1 pemakaian air rata-rata per orang perhari, yang dapat membantu perencanaan dan perhitungan perencanaan sebuah gedung.

(13)

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

b. Metode jumlah dan jenis alat plambing

Berikut adalah tabel 2.2 faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing, yang dapat membantu perencanaan dan perhitungan perencanaan sebuah gedung.

Tabel 2.2 faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

Berikut tabel yang dapat mempermudah perencanaan dan perhitungan menggunakan metode jenis dan jumlah alat plumbing.

Tabel 2.3 Debit air efektif dengan metode jenis dan jumlah alat plambing

c. Metode unit alat plambing

(14)

Tabel 2.4 unit alat plambing untuk penyediaan air dingin

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

(15)

Gambar 2.10. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura.

Berikut tabel yang dapat mempermudah perencanaan dan perhitungan menggunakan metode unit alat plambing.

Tabel 2.5 Nilai UAP setiap alat plambing

2. Menentukan sistem dan diameter pipa air bersih menggunakan metode eqivalen.

(16)

Tabel 2.6 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air.

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV

Tabel sistem pipa air bersih untuk mempermudah dalam menentukan jalur, sistem, dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa, dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. Berikut adalah tabel 2.7 Sistem pipa air bersih :

Tabel 2.7 Sistem pipa air bersih

Keterangan kolom :

(17)

II : kolom yang memuat masing-masing alat plambing

III : kolom yang memuat ukuran diameter pipa air bersih yang masuk ketiap-tiap alat plambing dengan satuan mm sesuai dengan tabel 2.6 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air.

IV : nilai eqivalen pipa (dapat dilihat pada buku “Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”, Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura. Tabel 3.21)

V : nama daerah antar alat plambing berdasarkan penentuan sistem

VI : jumlah nilai ekivalen pipa akumulasi dari nilai pipa pertama dan selanjutnya sesuai jalur pipa yang ditentukan.

VII : nilai faktor pemakaian berdasarkan Tabel 2.2 faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing

VIII : hasil dari perkalian dari kolom ke-VI dengan kolom ke- VII

IX : diameter pipa horizontal (mm)

X : diameter pipa horizontal (meter)

XI : debit/kecepatan aliran plambing (liter/menit), berdasarkan Tabel 2.6 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air. XII : jumlah debit akumulasi alat plambing (liter/menit)

XIII : jumlah debit akumulasi alat plambing (m3/detik)

XIV : kecepatan (m/s) dengan range = 0,3-2,5 m/detik

V = Q

A v = kecepatan (m/s)

Q = debit alat plambing

A = luas penampang pipa (m2)

= 14π D2

(18)

Di dalam sistem pembuangan suatu gedung perpustakaan, umumnya jenis-jenis air buangan yang di salurkan dapat di golongkan dalam tiga jenis-jenis yaitu :

1. Air kotor (Black Water)

Air kotor mencakup seluruh air buangan yang megandung kotoran atau sisa metabolisme manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari kloset ataupun peturasan.

2. Air Bekas (Grey Water)

Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas kegiatan manusia seperti mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain sebagainya. Untuk gedung apartemen, air bekas ini umumnya berasal dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang keluar lewat floor drain.

3. Air Hujan

Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air hujan yang jatuh ke atap ataupun ke halaman.

2.2.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air buangan

Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi sistem pembuangan air yang umumnya dilakukan untuk sistem pembuangan air dalam perpustakaan, yaitu :

A. Klasifikasi menurut cara pembuangan air : 1. Sistem pembuangan air campuran

Sistem pembuangan dimana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangan.

2. Sistem pembuangan air terpisah

Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan dikumpulkan dalam suatu saluran terpisah yang kemudian dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.

(19)

Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.

Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya jenis-jenis air buangan tersebut disalurkan sesuai dengan klasifikasi sebagai berikut :

B. Klasifikasi menurut jenis air buangan : 1. Sistem pembuangan air kotor

Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan lain-lain dalam gedung yang selanjutnya dialirkan keluar gedung atau menuju riol umum.

2. Sistem pembuangan air bekas

Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya berasal dari peralatan lavatory ataupun sink di dalam gedung akan dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.

3. Sistem pembuangan air hujan

Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap gedung ataupun tempat lainnya, yang kemudian dikumpulkan dan dialirkan keluar melalui suatu saluran.

4. Sistem pembuangan air dari dapur

Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur harus diperlakukan secara khusus guna mencegah timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari saluran air kotor atau air bekas. Sedangkan apabila air buangannya banyak mengandung lemak, maka perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.

2.2.3 Jenis-Jenis Pipa Pembuangan

Berikut ini merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari sistem pembuangan, yaitu antara lain :

1. Pipa Pembuangan Alat Plambing

(20)

ukurannya harus sama atau lebih besar dari lubang keluar perangkap pada alat plambing.

2. Pipa Cabang Mendatar

Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan pipa pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air buangan.

3. Pipa Tegak Air Buangan

Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air buangan dari pipa-pipa cabang mendatar.

4. Pipa Tegak Air Kotor

Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air kotor dari pipa-pipa cabang mendatar.

5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung

Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air bekas dari pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air dalam gedung, pipa pembuangan gedung ini umumnya dibatasi hingga jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar gedung.

6. Riol Gedung

Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan riol umum ataupun instalasi pengolahan.

2.2.4 Ukuran Pipa Pembuangan

Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan berdasarkan unit alat plambing kumulatif.

(21)

Tabel 2.8 Nilai Unit Alat Plambing untuk Tiap Alat

(22)

3. Menentukan diameter perangkap minimum untuk mesing-masing alat plambing sesuai tabel 2.9 di bawah ini :

Tabel 2.9 Diameter Minimum untuk Perangkap dan Pipa Buangan Alat Plambing

Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing” Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

Catatan :

1. Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe peturasan.

2. Tidak selalu tersedia di toko.

(23)

4. Bak cuci tangan kecil ini biasanya tanpa lubang peluap, dan digunakan dalam kakus atau kamar mandi rumah atau apartement. Pipa pembuangan alat plambing harus berukuran 32 mm.

4. Menentukan nilai beban UAP kumulatif dari setiap alat plambing sampai pada alat plambing yang paling dekat dengan pipa tegak dari setiap jalur. 5. Menentukan diameter pipa alat plambing berdasarkan UAP maksimum

dari tabel 2.10 Apabila diameter piap air buangan lebih kecil dari diameter perangkap minimumnya maka diambil nilai dari diameter perangkap minimum sesuai standar untuk setiap alat plambing. Selain itu, harus diingat bahwa tidak pernah terdapat perkecilan pipa pada ssitem air buangan dan hanya kloset yang terletak pada ujuang sistem yang boleh memakai diameter pipa 75 mm (kloset kedua dan seterusnya dari ujung diameter pipanya 100 mm)

Tabel 2.10 Beban Maksimum UAP yang Ditentukan Untuk Cabang Horizontal dan Pipa Tegak Buangan

Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing” Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura

Catatan :

1. Tidak termasuk cabang buangan gedung.

2. NATIONAL PLUMBING CODE, American Standart, ASA 40,8-1955.

(24)

4. Tidak lebih dari 3 kloset.

*1. Unit alat plambing praktis diterapkan kalau setiap alat plambing melayani 20-30 penghuni gedung, dan digunakan sistem ven dengan lup.

*2. Unit alat plambing dari NPC diterapkan kalau setiap alat plambing melayani 10-15 penghuni gedung. Dan digunakan sistem ven individu.

6. Menyesuaikan diameter pipa yang terpasang dengan diameter pipa yang ada di pasaran

7. Menentukan slope yang akan digunakan pada pipa air buangan masing-masing alat plambing yang akan menuju pipa tegak

8. Menentukan diameter pipa pembuangan gedung bedasarkan tabel 2.6 di atas.

9. Mengumpulkan semua data yang telah didapat pada tabel sistem air buangan. Berikut tabel 2.11 Sistem air buangan :

I II III IV V VI VII VII I

IX X XI XII XII I

XI V

(25)

Keterangan kolom :

I : kolom jumlah baris digunakan untuk memberi penamaan pada sebuah sistem jalur air buangan

II : alat plambing

III : daerah berdasarkan sistem

IV : nilai fixture unit

V : nilai akumulasi dari jumlah nilai fixture unit

VI : diameter (tabel 11.1 babbit, terlampir)

VII : slope pipa (tabel 11.3 babbit, terlampir)

VIII : P (permesible fixture unit) atau nilai fixture unit yang diijinkan

IX : luas penampang pipa air buangan

X : panjang pipa dalam meter

XI : panjang pipa dalam feet

XII : jumlah akumulasi panjang pipa

XIII : nilai masimal fixture unit

(26)

2.3 Perencanaan Sistem Vent 2.3.1 Sistem vent

Pipa vent merupakan bagian penting dari sistem pembuangan air dalam gedung. Tujuan pemasangan pipa vent antara lain :

1. Menjaga sekat perangkat dari efek siphon atau tekanan 2. Mempertahankan stabilitas aliran sistem pengaliran 3. Sirkulasi udara dalam pipa

2.3.2 Jenis Pipa Vent

Terdapat beberapa jenis pipa vent yang biasa digunakan dalam perencanaan sistem plambing pada suatu gedung. Adapun jenis alat-alat plambing adalah sebagai berikut

1. Vent Tunggal

Pipa vent dipasang untuk melayani suatu alat plambing dan disambung pada sistem vent lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.

2. Vent Lup

Pipa vent melayani dua atau lebih perangkat dan disambungkan pada pipa vent tegak.

3. Vent Tegak

Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan di atas mendatar air buangan tertinggi.

4. Vent Besar

Suatu vent yang melayani perangkat dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar. Pipa ini dipasang pada pipa pengering bersama kedua alat plambing.

5. Vent Basah

Merupakan vent yang sekaligus menerima air buangan selain dari buanagn kloset.

(27)

Merupakan pipa vent tunggal yang membelok ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing kemudian membelok ke bawah dan mendatar pada lantau gedung.

7. Vent Pelepas

Pipa vent ini adalah pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan.

8. Pipa Vent Yoke

Pipa vent ini suatu vent pelepas, yang menghubungkan pipa tegak air buangan kepada pipa vent tegak, untuk mencegah perubahan tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.

2.3.3 Persyaratan Untuk Pipa Vent

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan maupun pemasangan pipa vent pada suatu perencanaan sistem plambing dalam gedung. Adapun beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan, yakni diantaranya :

1. Kemiringan pipa vent

Pipa vent dipasang dengan kemiringan secukupnya untuk membalikkan aliran air yang masuk ke dalam pipa vent.

2. Cabang pipa vent

Dalam membuat cabang pipa vent harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang akibat masuknya air buangan. Pipa vent untuk cabang mendatar pipa air buanagn harus disambungkan pada pipa cabang tersebut secara vertikal, hanya dalam kedaan terpaksa boleh disambung dengan sudut tidak lebih dari 45° terhadap vertikal. Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan kedalam pipa vent.

3. Letak bagian mendatar pipa vent

(28)

4. Ujung pipa vent

Ujung pipa vent harus terbuka ke udara luar tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

2.3.4 Penentuan Ukuran Pipa Vent

Dalam penggunaan pipa vent, ukuran diameter pipa harus disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga penggunanya lebih efektif. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pipa vent, yakni diantaranya: a. Ukuran pipa vent lup, pipa vent pelepasan dan pipa vent tunggal ukuran

minimum yang dipakai adalah 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah cabang pipa air buangan yang dilayani atau pipa tegak ven yang disambung.

b. Ukuran pipa ven tegak dan pelepas offset

Minimal sama dengan pipa tegak air buangan yang dilayani dan tidak boleh diperkecil saampai ujung pipa tertinggi.

c. Ukuran pipa untuk bak penampung

(29)

Tabel 2.12 Ukuran dan Panjang Pipa Vent

(30)

Tabel 2.13 Ukuran Pipa Cabang Horizontal Ven dengan Lup

Gambar

Gambar 2.2 Kloset duduk
Gambar 2.3 Water Closet Tipe Siphon
gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.5 Sink dengan Satu Bak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan

Struktur bagian dalam zeolit yang membentuk lubang dan sambungan dapat diisi dengan molekul-molekul lain, termasuk molekul air. Molekul yang dapat masuk ke dalam

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak

Adapun hasil penelitian yang dilakukan yaitu pola aliran yang teridentifikasi pada aliran dua fasa air-uap air (kondensat) dari hasil kondensasi uap pada pipa

Operasi banjir adalah operasi yang bertujuan untuk mengatur ketinggian air di dalam tangki agar tetap pada ketinggian (aman) yang diinginkan, yang dilakukan

Cara kerja sistem pemanas air tenaga matahari tersebut adalah saat matahari memanaskan air yang berada didalam pipa, air tersebut akan menjadi lebih ringan dari

Dari segi ini, maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan

Kenaikan muka air laut, penurunan muka tanah dan gelombang badai tersebut yang diduga mengakibatkan sering terjadinya banjir saat air laut pasang di