• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Jakarta sejarah 400 tahun karangan Susan blackburn. 2. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 karangan Johannes Theodorus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Jakarta sejarah 400 tahun karangan Susan blackburn. 2. Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740 karangan Johannes Theodorus"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

2.1.1 Literatur Buku

1. “Jakarta sejarah 400 tahun” karangan Susan blackburn

2. “Tionghoa di Batavia dan Huru Hara 1740” karangan Johannes Theodorus Vermeulen

3. "Motion Graphic Design" karangan Jon Krasner

2.1.2 Literatur Internet

1. http://www.bappedajakarta.go.id/sekilassejarah1p1.asp 2. http://id.wikipedia.org/wiki/VOC

3. http://id.wikipedia.org/wiki/Batavia

2.2 Data Historis

2.2.1 Dari sunda kelapa ke jayakarta

Sejarawan belanda dan indonesia memiliki pandangan yang sanga berbeda tetang sejarah awal jakarta. Kaum nasionalis indonesia melacak sejarah jakarta dimulai dari masa kerajaan islam dan hindu-jawa hingga masa prasejarah. Sedangakan belanda memulainya dengan cerita penaklukan yang dilakukan VOC dan pembangunan benteng belanda tahun 1619.

(2)

Asal mula jakarta dapat ditelusuri dengan dimulainya sebagai kota pelabuhan sunda kelapa milik kerajaan hindu-jawa kerajaan Pajajaran pada abad ke 16, meskipun catatan sejarah lainnya menunjukan adanya tanda kehidupan di tanah jakarta dengan temuan prasasti abad ke 5 yang ditemukan di daerah jakarta utara di desa batu tumbuh yakni prasasti tugu milik kerajaan tarumanegara. Pada abad ini portugis datang ke sunda kelapa dengan motif perdagangan niaga dan bekerja sama dengan kerajaan pajajaran.portugis membangun benteng pertama di sekitar ciliwung dan menandai peristiwa ini sebagai perjanjian pertama yang terjadi di kota jakarta. Namun hal ini membuat cemas kerajaan islam demak dan mengirim pasukan sebanyak 1425 tentara ke sunda kelapa yang dipimpin oleh panglima fatahillah untuk melumpuhkan kota pelabuhan itu. Fatahillah berhasil merobohkan benteng dan memukul mundur orang-orang portugis dan menandai kemenanganya dengan mengubah nama sunda kelapa dengan nama jayakarta. 2.2.2 Kota Kompeni : Asal mula hingga 1800

Pada abad 16-17 bangsa eropa datang dengan motif komersial yang tertuju oleh kekayaan rempah-rempah di indonesia. Bangsa belanda yang juga telah datang kebumi nusantara untuk berdagang tertarik dengan kota pelabuhan sunda kelapa yang menjadi jalur perdagangan asia dari hindia sampai ke tanjung harapan. Belanda menamai kongsi dagangnya dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie ). Pada tahun 1611, VOC membuat sebuah perjanjian dengan Banten untuk mendirikan sebuah kantor dagang sekaligus rumah tinggal dan gudang. Ketika Jan Pieterzoon Coen dilantik pada tahun 1618, kantor dagang yang sebelumnya berada di Banten dipindahkan ke Jayakarta dan

(3)

diperkuat dengan benteng pertahanan dan meriam.Benteng ini digunakan untuk mengantisipasi serangan bangsa inggris dan banten. Musuh utama VOC adalah bangsa inggris yang juga berkepentingan dengan perdagangan di indonesia, mereka sering berselisih dalam perdagangan hingga agresi terbuka. Bangsa inggris dan bangsa belanda pernah mengalami pertempuran kecil dimana kekalahan ini menyebabkan balasan pengepungan jayakarta oleh belanda. 14 januari 1619 terjadi perjanjian antar banten dan belanda. Kemudian pasukan inggris mundur karena gentar dengan banten dan Pangeran jayakarta disingkirkan oleh banten. Pada tanggal 12 maret 1619,di dalam benteng orang-orang belanda menamai bentengnya menjadi Batavia untuk menghormati leluhur bangsa belanda, yaitu orang-orang batavia. Walaupun tidak segera mendapatkan pengakuan resmi, nama ini terus bertahan dan diakui VOC pada 1621. Mei 1619 J.P Coen kembali menjadi gubernur di benteng batavia VOC. kemudian menaklukkan Jayakarta, melancarkan serangan dan menaklukkannya pada tanggal 30 Mei 1619 dan nama jayakarta tidak lagi digunakan.

Dimata orang belanda Jan pieterszoon Coen adalah pendiri imperium yang berpikiran jauh, sementara pihak lain melihatnya sebagai megalomaniak kejam. Pada tahun 1614 Coen yang berusia 28 tahun , sudah membuat rencana luar biasa ambisius bagi VOC yang sudah lama berdiri. Ia membayangkan belanda memiliki pos dagang di seluruh Asia yang nantinya akan mendominasi seluruh perdagangan di wilayah tersebut.Ia menekankan pentingnya pengendalian lokal sebagai tempat pengumpulan komoditas asia dan pusat koloniasasi karena ia beranggapan bahwa dominasi belanda membutuhkan banyak orang belanda yang

(4)

berada di wilayah lokal untuk perdagangan intraregional, aktivitas militer, akutansi, pekerja trampil, dan pengawas perkebunan. J.P Coen adalah orang yang paling berjasa dalam menaklukan jayakarta. Perannya memindahkan kantor dagang dan membuat “pos dagang” menjadi benteng adalah langkah awal untuk membesarkan cengkeraman belanda di jayakarta saat itu.

Pada ada ke 17 batavia menjadi pusat jaringan besar perdagangan Belanda di asia, dari cape town dan persia(iran) ke india,ceylon(sri lanka), myanmar, thailand,kamboja,vietnam,laos dan malaka, formosa (taiwan) serta dejima(jepang). Batavia pada mulanya berisikan orang-orang dari asia yang dibawa oleh VOC untuk kepentingan mereka. Orang cina dipaksa menetap dan membuka toko untuk membuat hubungan dagang dengan negara cina, budak budak datang darimana mana tetapi tidak dari jawa yang terlalu dicurigai mereka yang suatu saat akan menjatuhkan mereka.Coen melancarkan pembangunan terhadap Batavia, dan kota ini dijadikan sebagai pusat militer dan administrasi yang lokasinya strategis dan mudah mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia Timur, Timur Jauh, dan Eropa. Bangunan dan tata kota Batavia berawal dari pembangunan gudang senjata, garnisun, bengkel, pembendaharaan, gedung admnistrasi,akutansi dan lain-lain dari dalam benteng batavia tersendiri . kemudian pembangunan di menyebar ke luar benteng dimulai dari pembangunan gudang – gudang senjata, kanal-kanal yang dibangun demi kepentingan transportasi dan antisipasi banjir. Orang belanda menyukai banguna dengan area terbuka di depan rumah, trotoar dan pagar dipisah agar para penduduk dapat duduk dan bersantai di pagi dan sore hari. Belanda mengharuskan bangunan

(5)

menggunakan bata agar mencegah menjamurnya kios-kios orang asia. Peninggalan bangunan belanda banyak yang diubah menjadi museum dan gedung pemerintahan saat ini.seperti museum fatahillah yang dulu digunakan untuk balai kota Batavia. Belanda sangat ingin membuat batavia terlihat kesan eropa.

Peta Batavia dibawah kekuasaan J.P. Coen

Di batavia sebenarnya kesan eropa tidak didapatkan melihat sedikitnya penghuni eropa saat itu tidak banyak, dikarenakan juga sedikitnya wanita dari eropa.adapun sebagian besar wanita hanya pegawai VOC.

Berikut statistik tahun 1673 penduduk batavia. • Orang Belanda : 2024 • Orang Eurasia : 726

• Orang Cina : 2724

(6)

• Orang Moor dan jawa : 1339 • Orang Melayu : 611

• Orang Bali : 981

• Budak : 13.278

Total populasi : 27068

Orang mardjiker adalah orang asia beragama kristen yang berasal dari wilayah-wilayah kekuasaan portugis di asia, sedangkan Moor adalah sebutan orang india muslim pada masa ini. Belanda tidak menganjurkan membawa keluarga mereka ke batavia melainkan mengharuskan menikahi perempuan pribumi atau mendirikan rumah dengan Nyai yang tidak lain adalah gundik.

Pada masa ini status sosial sangat ditekankan oleh pemerintah belanda, lamabang tingginya mereka di sosial adalah banyaknya budak yang mereka punya.bahkan beberapa pengamat menyatakan bahwa begitu banyaknya para budak hingga mereka hanya memiliki sedikit pekerjaan sehingga mereka dapat berjudi. Aturan dan hukum tentang perlakuan budak banyak diperbaharui menjadi lebih baik.adakalanya seorang belanda diusir dari wilayah kekuasaan VOC seumur hidup karena menembak budak.

Peran orang cina atau ras tionghoa sangat berarti bagi VOC,baik untuk hubungan dagang maupun pembangunan ekonomi batavia. Masyarakat eropa sanagat bergantung pada orang tionghoa sehingga menyatakan “ tidak ada bangsa yang lebih berguna bagi VOC dan mudah didapatkan daripada orang cina”. Bahkan J.P Coen memiliki sahabat pemimpin mereka yakni So bing

(7)

Kong. Pada awalnya mereka dipaksa untuk menetap dengan berbagai cara.namun pada akhirnya orang cina datang dengan sendirinya.

Dengan kedatangan VOC, hubungan orang Tionghoa dengan penduduk setempat yang harmonis berangsur-angsur menjadi renggang. VOC memandang hubungan antara etnis Tionghoa dengan penduduk setempat dapat menghalangi kekuasaan mereka, sehingga dimulailah tindakan memberikan eksklusifitas terhadap orang Tionghoa. Mereka diberikan posisi yang lebih tinggi dalam strata sosial di Batavia, yaitu sebagai vreemde-oosterlingan (timur asing) dan menjadi kaum yang lebih tinggi dibanding pribumi, sementara kaum VOC dan orang-orang Eropa menduduki posisi paling tinggi dalam strata sosial masyarakat. Orang-orang Tionghoa diberi hak untuk memungut pajak, menjual candu, dan membuka rumah judi.

VOC sendiri mendapatkan sebagian besar pemasukannya dari perdagangan di sekitar Asia, bukan dari hubungannya dengan Kerajaan Belanda sendiri. Dan sudah barang tentu kaum Tionghoa di Batavia memiliki hubungan dengan Tiongkok. Simbiosis yang mutual ini seharusnya mempererat hubungan orang Tionghoa dan VOC di Batavia, namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Kenyataan bahwa orang Tionghoa menjadi kekuatan bisnis yang besar di Batavia dan menjadi saingan dari kaum Eropa menimbulkan rasa tidak senang dari sebagian pihak dari kaum koloni. Keberadaan orang-orang Tionghoa berkemampuan ekonomi rendah yang didatangkan sebagi kuli di bidang pertanian dan perkebunan (sektor gula dikuasai oleh mayoritas penduduk

(8)

Tionghoa pada masa itu, yang termasuk sektor ekonomi yang besar di Batavia) menambah beban kepadatan populasi penduduk.

Kondisi perekonomian Batavia setelah 1725 cenderung memburuk. VOC mengalami kekalahan dalam mempertahankan hegemoni perdagangan Eropa di Hindia Timur dengan kongsi dagang Inggris, yaitu East India Company (EIC). Hasil pembukuan menunjukkan kerugian berturut-turut. Selama satu abad, hanya ada satu tahun keuntungan saja. Pada tahun 1720, industri gula dan pasar gula internasional mengalami guncangan parah, karena munculnya kompetitor gula Brazil yang murah. Pada tahun 1738, surat pemerintah pada dewan VOC mengeluhkan “penurunan kondisi yang sangat parah” dan angka kematian yang begitu tinggi. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya problema beruntun yang menimpa kota itu. Kegagalan panen, pembayaran kredit yang terlambat, penurunan nilai properti, sontak melumpuhkan perekonomian dan membuat saudagar-saudagar merugi. Wabah penyakit, ekspor kecil dan perhitungan pasar yang keliru menambah besar kerugian Kondisi yang tidak stabil menimbulkan pemerasan dimana-mana oleh oknum pejabat yang mengejar keuntungan, sehingga banyak pedagang Tionghoa yang merugi. Pada akhirnya, banyak pedagang Tionghoa yang jatuh miskin dan kehilangan properti akibat peraturan yang semena-mena. Perlakuan baik yang mereka terima ketika mereka masih dibutuhkan tidak lagi ditemukan.

Selain itu, orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar tembok kota Batavia tidak bisa dikontrol karena berada di luar sistem institusi. Mereka tidak diatur dalam organisasi Tionghoa dan berada diluar jangkauan. Dengan begitu, tidak

(9)

pernah terjadi perundingan dengan mereka karena tidak diwakili oleh organisasi yang ada. Banyak yang luntang-lantung dan menganggur. Di samping itu, adanya akumulasi dan konsentrasi etnis Tionghoa menimbulkan problem baru. Dikhawatirkan keberadaan mereka menimbulkan gangguan ketertiban dan ketenangan orang Belanda di Batavia.

Akhirnya diputuskan untuk membatasi kedatangan orang Tionghoa. Para penduduk Tionghoa yang tidak memiliki izin tinggal dipulangkan secara paksa, dan mereka yang melakukan permohonan surat izin tinggal dipersulit dan mengalami pemerasan. Atas landasan surat izin ini banyak warga Tionghoa yang ditangkap dan hanya dibebaskan setelah membayar sejumlah uang. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar memaksa warga-warga Tionghoa yang miskin meninggalkan kota dan mempertahankan keberadaan warga kaya yang lebih mendatangkan keuntungan.

Sejak akhir 1739 dan awal 1740 telah beredar keributan dan perlawanan yang dimulai dan diikuti oleh ketidakpuasam dan kecemasan di kalangan Tionghoa sekitar Batavia. Pada 25 Juli 1740 dikeluarkan resolusi yang memerintahkan bahwa semua orang Tionghoa yang mencurigakan harus ditangkap dan diperiksa tanpa kecuali. Mereka yang tidak memiliki penghasilan atau menganggur, harus dipulangkan ke Tiongkok atau dibuang ke Sri Lanka. Resolusi ini terbukti memberikan dampak buruk bagi Batavia. Selama beberapa hari berbagai jenis bahan makanan sukar didapat, kebingungan terjadi dimana-mana. Yang menjadi permasalahan adalah pelaksanaan yang buruk dari resolusi itu sendiri, karena tidak ada ketentuan pasti mengenai "orang Tionghoa yang

(10)

mencurigakan" sehingga banyak terjadi salah tangkap. Sejak saat itu banyak orang Tionghoa yang bersembunyi, dan perekonomian sontak terhambat. Kapal-kapal tidak ada yang membawa beras. Ketegangan semakin memuncak, terutama beredar rumor bahwa orang Belanda yang mengirim orang-orang Tionghoa yang ditawan ke Sri Lanka untuk dipekerjakan, ternyata membuang orang-orang Tionghoa itu di tengah laut.

Namun ketegangan dan keributan yang terjadi tidak segera ditindak oleh kaum VOC, malah mereka cenderung meremehkan ancaman yang ada. Di pihak kolonial sendiri, situasi di Heeren XVII (dewan VOC) cenderung memanas akibat perselisihan antara gubernur jenderal Adriaan Valckenier dan wakil gubernur Baron Willem von Imhoff.

Terjadi pembantaian massal kaum tionghoa di Batavia tahun 1740 dan pembantaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut melahirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang dibantu pula oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini mengakibatkan pecahnya kerajaan Mataram. Orang Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat. Aturan Wijkenstelsel ini menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda.

Menurut laporan, jumlah yang meninggal dunia mencapai 10,000 orang, termasuk 500 tahanan dan pasien. Sebanyak 500 orang mengalami luka parah, dan 700 rumah dirusak dan dijarah. Laporan tersebut menyatakan bahwa

(11)

orang-orang Belanda maupun Eropa lainnya baik militer maupun sipil, bersama-sama dengan pasukan-pasukan pribumi, melakukan pembantaian dengan kejam.

Meskipun didesas-desuskan bahwa orang-orang Tionghoa telah menimbun senjata dan mesiu di pinggiran kota dan menggalang persatuan dengan kaum pemberontak, tetapi kenyataannya mereka sama sekali tidak bisa menghadapi pasukan Belanda.

Suasana pembantaian Tionghoa di Batavia Gambar 2.5

Etnis-etnis di batavia mempunyai ciri khas yang mencolok,sehingga kita dengan memudahkan membedakan mereka. Orang cina yang menggelung rambutnya menjadi konde, orang jawa yang memakai blangkon, ada pula orang ambon yang rambutnya sebahu hingga Orang mardjiker yang bercirikan topi dan sepatu, pada masa ini orang mardjiker menyumbangkan genre musik kercong,

(12)

yaitu orkes musik yang sebagian besar instrumennya berasal dari eropa, terutama ukulele.orang mardjiker berperan sebagai pengawal dan prajurit VOC, karena mereka adalah orang penganut kristen, maka gereja –gereja yang dibangun saat ituberasal dari kaum mardjiker. Kurangnya perempuan dalam golongan etnis menyebabkan percampuran antaretnis, sehingga banyak perempuan cina keturunan tidak berasal dari cina asli. Banyaknya golongan etnis membuat sulitnya berkomunikasi antar etnis sehingga mereka menetapkan suatu bahasa perantara, awalnya bahasa yang digunakan adalah portugis dan melayu, lama kelamaan elemen portugis tidak diperbaharui mengakibatkan bahasa melayu menjadi bahasa utama.

Wanita memegang peranan yang cukup penting masa ini sebagai sarana aliansi kuat antar keluarga. Seringkali pria belanda yang baru datang yang tergabung dalam kalangan elite dikarenakan pernikahan anata puteri dari keluarga terkemuka di batavia. Koneksi dan relasi adalah kata yang tepat mendeskripsikan wanita pada masa ini. Lintas keanekaragaman budaya dan etnis pun hanya bisa terjadi oleh wanita. Terlihat dari arsitektur masjid angke yang sangat terpengaruh gaya arsitek cina dan belanda, sedangkan mayoritas orang cina tidak memeluk agama islam melainkan taoisme. Ini menyimpulkan bahwa terjadi percampuran budaya diantara 2 etnis atau lebih.

Orang –orang eropa menginginkan bangunan-bangunan terbaik di tanah air mereka dibuat juga di batavia, terlihat kanal yang mengarah ke selata kota yang sekarang tepi jalannya menjadi jalan Gajah Mada, rumah reinder de Klerk anggota dewan hindia yang menjadi gubernur jendral yang kini menjadi Gedung

(13)

Arsip Nasional. Mereka juga yang menjalani kehidupan serba mewah ,memiliki banyak budak, ekslusifitas status sosial, dan pembangunan kota yang pesat membuat batavia menjadi kota yang maju. Batavia pun mendapat julukan “Kota Ratu dari Timur”

Pada akhir abada 18 VOC mengalami kebangkrutan dalam perdagangan, Batavia menjadi cerminan kebangkrutan ini, pembangunan terhambat, dan bagi sebagian orang eropa batavia menjadi tempat tidak layak huni karena buruknya sistem kanal menyebabkan seringnya terjadi banjir.

(14)

2.3 Hasil Angket

Penulis melakukan sejumlah angket terhadap 100 responden dengan ragam usia 17- 30 tahun untuk mengetahui minat baca dan sejarah jakarta. Hasilnya adalah:

1. 70 orang (54%) berusia sekitar 18-25 tahun, sebanyak 41 orang (41%) berusia sekitar 17-20 tahun, dan sisanya berusia 25-30 tahun.

2. Dari 100 responden, sebanyak90 orang (90%) hanya sedikit tahu tentang asal usul kota jakarta (10%) tidak ingat sama sekali

3. Dari 100 responden, hanya 35 orang saja (35%) yang masih suka dan membaca dan membeli buku untuk mendapatkan informasi (65%) 65 orang mencari lewat internet

4. Dari 100 responden, sebanyak 88 orang (88%) sejarah adalah hal yang membosankan karena terkesan kuno dan 12 orang(12 %) menganggapnya menyenangkan

5. Dari 100 responden, sebanyak 72 orang (72%) menyukai tontonan animasi, dengan genre yang sering ditonton berupa komedi (90%), adventure (62%), drama (38%), dan dokumenter (10%)

2.4 Target Audiens 2.4.1 Target Primer

Berusia sekitar 17-30 tahun, pria dan wanita, tinggal di Jakarta dan sekitarnya, dan memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal SMA, menyukai sejarah, membaca buku, suka menonton media audio visual baik televisi maupun komputer dengan internet. Tingkat kemampuan ekonomi A, B dan C

(15)

2.4.2 Target Sekunder

Berusia sekitar 17-30 tahun, unisex, bermata pencaharian seputar dunia pendidikan, sejarah, budaya, atau jurnalistik. Warga negara Indonesia atau asing yang bertempat tinggal di Indonesia dan memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan, kebudayaan atau pun jurnalistik di Indonesia. Tingkat kemampuan ekonomi B hingga A.

2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat 2.5.1 Faktor Pendukung

1. Isu ras dan sosial memiliki kekuatan kontroversi yang menggelitik, dan sangat menimbulkan ketertarikan bagi hampir semua kalangan

2. Sampai saat tulisan ini dibuat, film animasi dokumenter sendiri masih belum ada - atau jumlahnya sangat terbatas - di Indonesia.

3. Animasi dokumenter memiliki kelebihan dalam kreativitas penyampaian informasi dibandingkan dengan dokumenter konvensional

4. Perkembangan teknologi internet memungkinkan penyebaran informasi dan promosi yang luas untuk media audio visual

2.5.2 Faktor Penghambat

1. Tema yang sangat standar untuk orang jakarta

2. Banyak menilai film dokumenter itu membosankan dan tidak komersil 3. Banyak alternatif tontonan dan hiburan lain yang lebih dikenal dapat

(16)

4. Adanya stereotype Sejarah itu rumit dan membosankan dan tidak terlalu berguna

5. Adanya stereotype yang telah melekat di masyarakat bahwa karya animasi dalam negeri memiliki kualitas yang buruk dapat mengurangi minat terhadap film dokumenter animasi ini

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dalam menyajikan indikator kinerja

Analisa kinerja angkutan umum digunakan untuk mengetahui kondisi angkutan umum (khususnya angkutan kota 03,08 dan 09) saat ini dibandingkan dengan Rencana Umum Jaringan

Penghapusan data dosen tetap dapat dilakukan dengan mengklik tombol “Hapus” pada dosen yang akan dihapus.. Jika dilakukan, sistem akan menampilkan dialog konfirmasi

Adapun Karya Tulis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung saya selama ini : Bapak Agus Sachari sebagai pembimbing, Bapak Wenten, Mbak

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keadilan Organisasi dengan Komitmen Karyawan pada organisasi di PT.. Haji Ali

Hal yang penting dan fundamental di dalam sebuah organisasi adalah komitmen dari setiapnya yang akan sangat menentukan kemajuan dan perkembangan organisasi

Perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap seluruh variabel yang diamati kecuali pada luas daun, jumlah akar bibit dan panjang