• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

8

LANDAS AN TEORI

2.1 Teori-teori Dasar/Umum

2.1.1 Pengertian Data

M enurut Turban (2003, p2) data merupakan fakta-fakta yang belum diolah oleh gambar-gambarannya yang mewakili kejadian yang terjadi serta kegiatan dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan tetapi tidak disusun untuk menyimpan arti khusus lainnya.

2.1.2 Pengertian Database

M enurut Connolly dan Begg (2002, p14), database merupakan suatu kumpulan data yang berhubungan secara logikal, digunakan secara bersama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi di dalam organisasi.

M enurut Inmon (2002, p388), database adalah sebuah kumpulan dari data yang saling berhubungan yang disimpan (biasanya dengan redundansi yang terkontrol dan terbatas) berdasarkan suatu skema.

M enurut Turban (2003, p16), database merupakan kumpulan file atau record yang secara terorganisir menyimpan data beserta relasi antar data tersebut.

(2)

2.1.3 Database Management System (DBMS)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p16), pengertian DBMS adalah sebuah sistem piranti lunak yang memungkinkan user untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke dalam basis data.

Adapun fungsi DBM Syaitu:

1. Data storage, retrieval and update

DBM S harus dapat memungkinkan user untuk menyimpan, mengambil dan meng-update data di dalam basis data.

2. A user-accessible catalog

DBM S harus memiliki sebuah catalog yang berisi deskripsi data item dan dapat diakses oleh user.

3. Transaction support

DBM S harus memiliki sebuah mekanisme yang dapat menjamin baik seluruh update yang berhubungan dengan sebuah transaksi dapat dilakukan ataupun keseluruhan update tersebut tidak dilakukan.

4. Concurrency control services

DBM S harus memiliki sebuah mekanisme untuk menjamin basis data di-update secara benar ketika banyak user meng-update basis data secara bersamaan.

(3)

5. Recovery services

DBM S harus memiliki sebuah mekanisme untuk pemulihan basis data apabila terjadi bencana.

6. Authorization services

DBM S harus memiliki sebuah mekanisme untuk menjamin bahwa hanya user yang memiliki otorisasi yang dapat mengakses basis data.

7. Support for data communication

DBM S harus dapat terintegrasi dengan piranti lunak komunikasi, dapat akses database dari lokasi yang jauh.

8. Integrity services

DBM S harus memiliki sarana untuk menjamin baik data di dalam basis data maupun perubahan terhadap data mengikuti aturan-aturan tertentu (constraint).

9. Services to promote data independence

DBM S harus menyertakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung ketidaktergantungan piranti lunak terhadap struktur aktual dari basis data.

10. Utility services

DBM S harus menyediakan serangkaian layanan kegunaan seperti program analisis statistik, pengawasan fasilitas, fasilitas reorganisasi indeks, dan lain-lain.

(4)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p18), Database Management System (DBMS) memiliki 5 komponen penting, yaitu:

1. Hardware (Perangkat Keras)

Dalam menjalankan aplikasi dan DBM S diperlukan perangkat keras. Perangkat keras dapat berupa single personal computer, single mainframe, sampai jaringan komputer. Perangkat keras yang digunakan bergantung pada persyaratan dari organisasi dan DBM S yang digunakan.

2. Software (Perangkat Lunak)

Komponen perangkat lunak meliputi DBM S software dan program aplikasi beserta Sistem Operasi, termasuk perangkat lunak tentang jaringan bila DBM S digunakan dalam jaringan seperti LAN (Local Area Network).

3. Data

Data merupakan komponen terpenting dari DBM S dan juga merupakan komponen penghubung antara komponen mesin (Hardware dan Software) dan komponen human (Procedures dan People).

4. Prosedur

Prosedur merupakan panduan dan instruksi dalam membuat desain dan menggunakan basis data. Penggunaan dari sistem dan staf dalam mengelola basis data membutuhkan

(5)

prosedur dalam menjalankan sistem dan mengelola basis data itu sendiri. Prosedur di dalam basis data dapat berupa: login di dalam basis data, penggunaan sebagian fasilitas DBM S, cara menjalankan dan memberhentikan DBM S, membuat salinan backup database, memeriksa hardware dan software yang sedang berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja atau membuat arsip data pada media penyimpanan sekunder. 5. People (Orang)

Komponen terakhir yaitu orang sendiri yang terlibat dalam sistem tersebut.Komponen ini meliputi:

a. DA (Data Administrator)

Seseorang yang berwenang untuk membuat keputusan stategis dan kebijakan mengenai data yang ada.

b. DBA (Database Administrator)

Seseorang yang menyediakan dukungan teknis untuk implementasi keputusan tersebut, dan bertanggungjawab atas keseluruhan kontrol sistem pada level teknis

c. Database Designer (Logical and Physical)

Database Designer (Logical and Physical) dibedakan menjadi 2 tipe:

(6)

i. Logical database designer

Seseorang yang mengidentifikasi data, relasi antara data, dan konstrain pada data yang akan di simpan di basisdata.

ii. Physical database designer

Seseorang yang menentukan bagaimana desain basisdata logikal bisa direalisasikan secara fisikal.

Ada beberapa keuntungan dan kerugaian dalam menggunakan DBM S. Keuntungan menggunakan DBM S adalah sebagai berikut:

a. Adanya kontrol terhadap redundansi data b. M endapatkan konsistensi data

c. M endapatkan informasi lebih untuk sejumlah data yang sama d. Adanya pembagian data (sharing of data)

e. M eningkatkan integritas data f. M eningkatkan keamanan g. M eningkatkan standar h. Skala ekonomi

i. M enyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang saling bertabrakan j. M eningkatkan pengaksesan dan respon data

k. M eningkatkan produktivitas

(7)

m. M eningkatkan concurrency

n. M eningkatkan layanan backup dan recovery

Sedangkan, kerugian DBM S adalah sebagai berikut : a. Kompleksitas

b. Ukuran

c. Biaya dari DBM S

d. Biaya tambahan perangkat keras e. Biaya proses konversi

f. Performa

g. Pengaruh kegagalan yang lebih tinggi

2.1.4 Database Language

2.1.4.1 Data Definition Language (DDL)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p40), pengertian Data Definition Language adalah suatu bahasa yang memperbolehkan Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk mendeskripsikan dan memberi nama suatu entitas, atribut, dan relasi data yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan integritas data yang diasosiasikan dan batasan (constraint) keamanan data.

(8)

2.1.4.2 Data Manipulation Language (DML)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p41), pengertian Data Manipulation Language adalah suatu bahasa yang menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang berada pada basis data.

Pengoperasian data yang akan dimanipulasi biasanya meliputi: • Penambahan data baru ke dalam basis data.

• Modifikasi data yang disimpan ke dalam basis data. • Pengembalian data yang terdapat di dalam basis data. • Penghapusan data dari basis data.

DM L dibagi menjadi 2 jenis yaitu Procedural dan Non-procedural. Procedural DM L adalah suatu bahasa yang memperbolehkan pengguna untuk mendeskripsikan ke sistem data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data tersebut secara tepat, sedangkan Non-procedural DM L adalah sebuah bahasa yang mengizinkan pengguna untuk menentukan data apa yang dibutuhkan tanpa memperhatikan bagaimana data diperoleh.

(9)

2.1.5 Database Application Lifecycle

M enurut Connolly dan Begg (2002, p271), sebuah sistem database merupakan komponen dasar sistem informasi organisasi yang lebih besar sehingga siklus hidup aplikasi database berhubungan dengan siklus hidup sistem informasi.

Langkah-langkah siklus hidup aplikasi adalah sebagai berikut :

(10)

2.1.5.1 Perencanaan Basis Data (Database Planning)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p273), perencanaan basis data adalah merencanakan bagaimana tahapan dari siklus hidup bisa direalisasikan secara efektif dan efisien.

Ada tiga tahapan perencanaan basis data, yaitu :

a. M engidentifikasi rencana dan tujuan pembuatan aplikasi basis data untuk menetapkan kebutuhan sistem informasi.

b. M engevaluasi sistem yang sudah ada untuk menentukan kelebihan dan kekurangannya.

c. M enaksir kesempatan teknologi informasi untuk menghasilkan kelebihan.

2.1.5.2 Definisi Sistem

M enurut Connolly dan Begg (2002, p274), sistem adalah menggambarkan lingkup dan batasan-batasan dari aplikasi basis data dan user view yang utama. Sebelum mencoba merancang suatu aplikasi basis data diperlukan untuk mengenali batasan sistem dan bagaimana antarmuka dengan bagian sistem informasi lainnya dalam organisasi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah batasan pemakai dan aplikasi mendatang. M engidentifikasikan user view sangat penting dalam

(11)

mengembangkan aplikasi basis data agar dapat memastikan tidak ada pemakai utama yang terlupakan ketika mengembangkan keperluan untuk aplikasi baru.

2.1.5.3 Pengumpulan Kebutuhan dan Analisis

M enurut Connolly dan Begg (2002, p276), pengumpulan dan analisis kebutuhan adalah proses dari analisis dan pengumpulan informasi tentang bagian organisasi yang didukung oleh sistem aplikasi basis data dan menggunakan informasi ini untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan untuk sistem baru.

2.1.5.4 Perancangan Basis Data (Database Design)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p279), perancangan basis data adalah sebuah proses dalam menciptakan perancangan untuk basis data yang akan mendukung operasidan tujuanperusahaan.

M enurut Connoly dan Begg (2002, p279), ada 4 pendekatan dalam desain basis data yaitu:

1. Top-down

Diawali dengan pembentukan model data yang berisi beberapa entitas high-level dan relationship,

(12)

yang kemudian menggunakan pendekatan top-down secara berturut-turut untuk mengidentifikasi entitas lower level, relationship dan atribut lainnya.

2. Bottom-up

Dimulai dari atribut dasar (yaitu, sifat-sifat entitas dan relationship), dengan analisis dari penggabungan antar atribut, yang dikelompokan ke dalam suatu relasi yang merepresentasikan tipe dari entitas dan relationship antar entitas.

3. Inside-out

Berhubungan dengan pendekatan bottom-up tetapi sedikit berbeda dengna identifikasi awal entitas utama dan kemudian menyebar ke entitas, relationship, dan atribut terkait lainnya yang lebih dulu diidentifikasi 4. Mixed

M enggunakan pendekatan bottom-up dan top-down untuk bagian yang berbeda sebelum pada akhirnya digabungkan

(13)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p281) proses perancangan terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Perancangan Basis Data Konseptual

Basis data konseptual adalah proses membangun suatu model informasi yang digunakan suatu perusahaan, yang berdiri sendiri terhadap semua pertimbangan fisikal.

2. Perancangan Basis Data Logikal

Basis data logikal adalah proses membangun model informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan berdasarkan pada spesifik data model, tetapi berdiri sendiri terhadap semua fakta-fakta DBM S dan pertimbangan fisikal lainnya.

3. Perancangan Basis Data Fisikal

Perancangan basis data fisikal adalah proses menghasilkan satu deskripsi mengenai implementasi basis data pada media penyimpanan sekunder; dia menggambarkan dasar relasi, file organisasi, dan indeks-indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi akses terhadap data, dan semua integritas constraint dan pengukuran keamanan.

(14)

2.1.5.5 Seleksi DBMS

M enurut Connolly dan Begg (2002, p284), pengertian seleksi DBM S adalah menyeleksi DBM S yang tepat untuk mendukung aplikasi basis data. Seleksi DBM S dilakukan antara tahapan perancangan database logikal dan perancangan database fisikal. Tujuannya untuk kecukupan sekarang dan kebutuhan masa mendatang pada perusahaan, membuat keseimbangan biaya termasuk pembelian produk DBM S, piranti lunak untuk mendukung aplikasi basis data, biaya yang berhubungan dengan perubahan dan pelatihan pegawai.

2.1.5.6 Perancangan Aplikasi

M enurut Connolly dan Begg (2002, p287), pengertian perancangan aplikasi adalah merancang antarmuka pemakai dan program aplikasi, yang akan memproses basis data. Perancangan basis data dan aplikasi merupakan aktivitas yang dilakukan secara bersamaan pada databaseapplication lifecycle.

(15)

2.1.5.7 Prototyping

M enurut Connolly dan Begg (2002, p291), pengertian prototyping adalah membuat model kerja dari aplikasi basis data. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pemakai menggunakan prototype untuk mengidentifikasikan fitur-fitur sistem berjalan dengan baik atau tidak, dan bila memungkinkan untuk menyarankan peningkatan atau bahkan penambahan fitur-fitur baru ke dalam sistem database.

Ada dua macam strategi prototyping yang digunakan sekarang :

1. Prototyping Kebutuhan (Requirement Prototyping) M enggunakan suatu prototype untuk menetapkan kebutuhan dari tujuan aplikasi basis data dan ketika kebutuhan sudah terpenuhi, prototype tidak digunakan lagi atau dibuang.

2. Prototyping Evolusioner (Evolutionary Prototyping) Prototype Evolusioner digunakan dengan tujuan yang sama. Perbedaan yang penting adalah bahwa prototype tidak dibuang tetapi dengan mengembangkan lebih lanjut menjadi aplikasi basis data yang dikerjakan.

(16)

2.1.5.8 Implementasi

M enurut Connolly dan Begg (2002, p292), pengertian implementasi adalah realisasi fisik suatu basis data dan perancangan aplikasi. Implementasi basis data dapat dicapai menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBM S yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI).

Pernyataan DDL digunakan untuk menciptakan struktur-struktur basis data dan file-file basis data yang kosong. Semua spesifikasi user view juga diimplementasikan pada tahap ini.

2.1.5.9 Data Conversion And Loading

M enurut Connolly dan Begg (2002, p292), data convertion and loading adalah mentransfer semua data yang telah ada ke dalam database yang baru dan mengkonversi semua aplikasi yang ada untuk dijalankan pada basis data yang baru. Tahap ini hanya dibutuhkan ketika sistem basis data yang baru menggantikan sistem basis data yang lama. Pada masa sekarang, umumnya DBM S memiliki kegunaan untuk memasukkan file ke dalam basis data baru tujuannya adalah untuk memungkinkan pengembang untuk mengkonversi dan menggunakan aplikasi program lama untuk digunakan oleh sistem baru.

(17)

2.1.5.10 Pengujian (Testing)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian pengujian adalah proses menjalankan program aplikasi dengan maksud untuk mencari kesalahan. Sebelum digunakan, aplikasi basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara menyeluruh. Untuk mencapainya harus hati-hati dalam menggunakan perencanaan strategi uji dan menggunakan data asli untuk semua proses penguji.

Pengguna-pengguna suatu sistem yang baru seharusnya dilibatkan dalam proses pengujian. Situasi yang ideal untuk pengujian suatu sistem adalah dengan menguji basis data pada sistem hardware yang berbeda, tetapi sering kali ini tidak tersedia. Jika data sesungguhnya digunakan, sangat penting sekali untuk memiliki backup untuk menangkap kesalahan yang terjadi. Setelah pengujian selesai, sistem aplikasi siap digunakan dan diserahkan ke pemakai.

2.1.5.11 Operasional dan Pemeliharaan

M enurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian operasional dan pemeliharaan adalah proses memonitor dan memelihara sistem yang telah diinstall. Pada tahap ini implementasi database dilakukan secara sepenuhnya. Sistem

(18)

diawasi dan dipelihara secara berkelanjutan. Jika diperlukan, kebutuhan – kebutuhan baru dimasukkan dalam aplikasi database melalui tahapan database terlebih dahulu.

2.1.6 Normalisasi

M enurut Connolly dan Begg (2002, p376), normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi table dengan sifat-sifat (properties) yang diinginkan, sesuai dengan kebutuhan data dari perusahaan.

2.1.6.1 Data Redudansi and Update Anomaly

Tujuan utama dari desain database relasional adalah untuk mengelompokan atribut-atribut ke dalam relasi-relasi sehingga meminimilisasi redudansi data dan mengurangi penggunaan tempat penyimpanan yang dibutuhkan untuk sebuah relasi dasar

Update anomaly adalah efek samping yang tidak diharapkan (misalnya menyebabkan inconsistency (tidak konsisten) data atau membuat suatu data menjadi hilang saat data lain dihapus) yang muncul dalam suatu proses perancangan basis data.

Suatu tujuan desain database relational yang utama adalah menggolongkan atribut ke dalam hubungan-hubungan untuk

(19)

memperkecil data redundancy dan dengan demikian mengurangi tempat penyimpanan file yang diperlukan oleh hubungan-hubungan dasar yang diimplementasikan. Hubungan-hubungan-hubungan yang memiliki data redundan mungkin memiliki masalah yang disebut update anomalies, yang diklasifikasikan sebagai insertion, deletion, atau modification anomalies.

2.1.6.2 Functional Dependency

Functional Dependency (ketergantungan fungsional) menguraikan hubungan antara atribut-atribut dalam sebuah relasi. Sebagai contoh, jika A dan B adalah relasi R, B adalah secara fungsional bergantung kepada A (A ÆB), jika setiap nilai dari A diasosiasikan dengan tepat satu nilai dari B. (A dan B masing-masing boleh dari satu atau lebih atribut).

2.1.6.3 Proses Normalisasi

Normalisasi sering dieksekusi sebagai langkah-langkah yang berangkai/berseri. Bentuk normal adalah suatu aturan yang dikenakan pada relasi-relasi dalam basis data dan harus dipenuhi oleh relasi-relasi tersebut pada tingkatan normalisasi. Suatu relasi dikatakan berada dalam bentuk normal tertentu jika

(20)

memenuhi kondisi-kondisi tertentu. Beberapa tingkatan yang biasa digunakan pada normalisasi adalah:

a. Unnormalized Form (UNF)

Pada bentuk tidak normal (unnormalized form/UNF), tabel masih mengandung satu atau lebih kelompok pengulangan (repeating groups). Tabel UNF ini dibuat dengan mentransformasi data dari sumber informasi ke dalam tabel berbentuk baris dan kolom.

b. First Normal Form (1NF)

Pada bentuk normal pertama (first normal form/1NF), suatu relasi di mana pada setiap sel (perpotongan dari baris dan kolom) memuat satu dan hanya satu nilai, setiap sel mengandung nilai atomic (atau single value).

c. Second Normal Form (2NF)

Pada bentuk normal kedua (second normal form/2NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama dan setiap atribut bukan primary key (PK) tergantung fungsional penuh terhadap PK.

(21)

d. Third Normal Form (3NF)

Pada bentuk normal ketiga (third normal form -3NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama dan kedua, serta tidak ada atribut bukan PK tergantung fungsional terhadap atribut bukan PK yang lain.

e. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu relasi disebut memenuhi bentuk normal Boyce-Codd jika dan hanya jika semua penentu (determinan) adalah candidate key. BCNF merupakan bentuk normal sebagai perbaikan terhadap 3NF karena bentuk normal ketiga berkemungkinan masih memiliki anomali sehingga perlu dinormalisasi lebih jauh. Suatu relasi yang memenuhi BCNF selalu memenuhi 3NF, tetapi tidak untuk sebaliknya.

(22)

2.1.7 Entity Relationship Modelling

M enurut Connolly dan Begg (2002, p330), salah satu aspek yang sulit dalam perancangan database adalah kenyataan bahwa perancang, programmer, dan pemakai akhir cenderung melihat data dengan cara yang berbeda. Untuk memastikan pemahaman secara alamiah dari data dan bagaimana data digunakan oleh perusahaan dibutuhkan sebuah bentuk komunikasi yang non-teknis dan bebas dari segala ambiguitis.

Berikut ini adalah notasi Entity-Relationship M odelling menurut Connolly dan Begg (2002, p331):

2.1.7.1 Entity Type

M enurut Connolly dan Begg (2002, p331), entity type adalah kumpulan objek¬objek yang berproperti sama, dimana properti tersebut diidentifikasikan memiliki keberadaan yang bebas.

(23)

2.1.7.2 Relationship Type

M enurut Connolly dan Begg (2002, p336), relationship type adalah sekumpulan hubungan antara satu atau lebih tipe-tipe entity.

M enurut Connolly dan Begg (2002, p337), derajat dari relationship adalah jumlah dari partisipasi (participating) tipe entity dalam sebuah tipe relationshiptertentu. Sebuah relationship berderajat dua disebut binary; relationship berderajat tiga disebut sebagai ternary; dan relationship berderajat empat disebut sebagai quarternar.

Gambar 2.4 Relationship Type

2.1.7.3 Attributes

M enurut Connolly dan Begg (2002, p338), attributes adalah sifat dari sebuah entity atau sebuah tipe relationship. Attribut menyimpan nilai dari setiap entity occurrence dan mewakili bagian utama dari data yang disimpan dalam basis data.

(24)

M enurut Connolly dan Begg (2002, p338), attribute domain adalah sejumlah nilai yang diperkenankan untuk satu atau lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan sejumlah nilai disebut domain. Domain mendefinisikan nilai-nilai yang dimiliki sebuah atribut dan sama dengan konsep domain pada model relasional.

M enurut Connolly dan Begg (2002, p339), simple Attribute adalah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang bebas. Simple Attribute tidak bisa dibagi lagi ke dalam komponen yang lebih kecil. Contohnya, posisi dan gaji dari entity pegawai.

M enurut Connolly dan Begg (2002, p339), composite attribute adalah sebuah susunan atribut dari banyak komponen dengan sebuah keberadaan yang bebas dari masing-masingnya. Dalam hal ini beberapa atribut dapat dipisahkan menjadi komponen yang lebih kecil lagi dengan keberadaan yang bebas dari masing-masingnya. Contohnya atribut alamat dari entity kantor cabang yang mengandung nilai (jalan, kota, kode pos) bisa dipecahkan menjadi simple attribute jalan, kota, dan kode pos.

M enurut Connolly dan Begg (2002, p338), single value attribute adalah atribut yang hanya menyimpan nilai tunggal

(25)

untuk suatu sifat dari entity. M ulti-valued attribute adalah atribut yang bisa menyimpan nilai lebih dari satu untuk suatu sifat dari entity. Contohnya atribut telepon pada entity kantor cabang yang bisa memiliki lebih dari satu nomor telepon.

M enurut Connolly dan Begg (2002, p340), derived attribute (atribut turunan) adalah atribut yang menunjukkan nilai yang diperoleh dari atribut yang berhubungan, tidak terlalu dibutuhkan dalam tipe entity yang sama. Atribut turunan mungkin juga menyangkut hubungan dari atribut pada tipe entity yang berbeda.

2.1.7.4 Keys

Key sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi satu atau lebih atribut yang memiliki nilai unik setiap tuple dalam relasi.M enurut Connolly dan Begg (2002, p340), terdapat macam-macam kunci relasi, yaitu:

a. Candidate Key

Suatu atribut atau satu set minimal atribut yang mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik dari entity.

(26)

b. Primary Key

Satu atribut atau satu set minimal atribut yang tidak hanya mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik, tapi juga dapat mewakili setiap kejadian dari suatu entity.

c. Composite Key

Kunci yang disusun berdasarkan lebih dari satu atribut.

2.1.7.5 Structural Constraints

M enurut Connolly dan Begg (2002, p344), Batasan-batasan yang menggambarkan pemBatasan-batasan pada relationship seperti yang ada pada real world harus diterapkan pada tipe entitas yang ikut serta dalam sebuah relationship. Tipe utama dari batasan hubungan di dalam suatu relationship disebut multiplicity.

Multiplicity adalah jumlah occurance yang mungkin terjadi pada sebuah tipe entitas yang berhubungan ke sebuah occurance dari sebuah tipe entitas lain dari suatu relationship. Relationship yang paling umum adalah binary relationship. M acam-macam binary relationship adalah:

(27)

a. Hubungan one to one (1 : 1)

Setiap relationship menggambarkan hubungan antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu dengan entity occurance pada entitas lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut. Hubungan 1: 1 dapat terjadi bila setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak satu entitas dengan satu entitas pada himpunan entitas B. Dan sebaliknya, setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas dengan satu entitas pada himpunan entitas A.

Gambar 2.5 Hubungan one to one (1 : 1)

b. Hubungan one to many (1 : *)

Setiap relationship menggambarkan hubungan antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut.

(28)

Berarti setiap entitas pada pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B. Namun, setiap entitas pada himpunan entitas B hanya dapat berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A.

Gambar 2.6 Hubungan one to many (1 : *) c. Hubungan many to many (* : *)

Setiap relationship menggambarkan hubungan antara satu atau lebih entity occurance pada entitas yang satu dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut. Berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, dan sebaliknya, setiap entitas pada himpunan entitas B dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas.

(29)

Gambar 2.7 Hubungan many to many (* : *)

2.1.8 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah model proses yang digunakan untuk menggambarkan aliran data yang ada pada sebuah sistem. DFD merupakan salah satu tool penting bagi seorang analis system. Penggunaan DFD sebagai modeling tool dipopulerkan oleh Tom DeM arco (1978) dan Gane dan Sarson (1979) dengan menggunakan metode analisa terstruktur (structured analysis).

DFD dapat digunakan untuk merepresentasikan suatu sistem yang otomatis maupun manual dengan melalui gambar berbentuk jaringan. Ada tiga tingkatan dalam diagram aliran data, yaitu :

1. Diagram Konteks

Diagram konteks merupakan tingkatan yang paling pertama, yang menggambarkan ruang lingkup sistem dari sistem yang digunakan. Diagram ini hanya memiliki satu proses yang menggambarkan sistem secara keseluruhan dan hubungan antara sistem dengan unit-unit di luar sistem tersebut.

(30)

2. Diagram Nol

Diagram yang menggambarkan proses-proses dan aliran data yang terjadi di dalam suatu sistem. Proses-proses ini dapat dipecah menjadi proses-proses dan aliran data yang lebih terperinci.

3. Diagram Rinci

Diagram rinci adalah diagram yang menggambaran rincian proses-proses yang ada pada diagram nol dan rincian proses-proses ini dapat dipecah lagi menjadi proses-proses yang lebih terperinci.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambar Data Flow Diagram (DFD) adalah:

1. Terminator

Gambar 2.8 Terminator

Terminator adalah simbol yang menggambarkan entitas yang dapat berupa orang, kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan sistem.

2. Process

(31)

Process merupakan bagian dari sistem yang mengolah masukan menjadi keluaran.

3. Data Flow

Gambar 2.10 Data Flow

Data Flow adalah aliran menggambarkan perpindahan informasi dari satu bagian ke bagian lain dari sistem. Awal panah menggambarkan asal data sedangkan arah panah menggambarkan tujuan.

4. Data Store

Gambar 2.11 Data Store

Data Store adalah digunakan untuk menggambarkan penyimpanan data.

2.1.9 PHP

M enurut Welling dan Thomson (2001, p2), PHP adalah bahasa server-side scripting yang dirancang khusus untuk web. Dalam sebuah halaman HTM L, kode PHP dapat dieksekusi setiap kali halaman dikunjungi. Kode PHP akan diinterpretasi

(32)

pada web server dan menghasilkan HTM L atau keluaran lain yang akan dilihat oleh pengunjung.

PHP dibuat pada tahun 1994 oleh Rasmus Lerdorf. Pada Januari 2001, PHP telah digunakan pada hampir lima juta domain di seluruh dunia dan jumlah ini terus bertambah pesat. PHP adalah produk open source yang dapat diakses source codenya, serta dapat digunakan, diubah, dan didistribusikan semuanya tanpa biaya.

Pada awalnya, PHP merupakan singkatan dariPersonal Home Page, namun telah diubah sesuai dengan konvensi penamaan GNU rekursif dan sekarang merupakan singkatan dari PHPHypertextPreprocessor. Home page untuk PHP dapat dilihat di http://php.net.

2.2 Teori-teori yang Berhubungan dengan Topik Yang Dibahas

2.2.1 Pengertian Asuransi

M enurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk member penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan yang

(33)

diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.

2.2.2 Tujuan Asuransi

M enurut Purba (1992, p56), tujuan dari asuransi terbagi menjadi tiga, yaitu:

2.2.2.1 Tujuan Ganti Rugi

Tujuan ganti rugi adalah ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis. Gunanya untuk mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula atau untuk mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan sehingga ia mampu berdiri, seperti sebelum menderita kerugian.

2.2.2.2 Tujuan Tertanggung

Tujuan tertanggung adalah untuk memperoleh rasa tenteram dari resiko yang dihadapinya, kegiatan usahanya atau atas harta miliknya. Selain itu, tujuan tertanggung lainnya adalah untuk mendorong keberanian menggiatkan usaha yang lebih besar dengan resiko yang besar pula, karena resiko yang besar itu diambil alih oleh penanggung.

(34)

2.2.2.3 Tujuan Penanggung

Tujuan umum penanggung adalah untuk memperoleh keuntungan perusahaan dan menyediakan lapangan kerja.

Sedangkan, tujuan khususnya adalah :

1. M eringankan resiko yang dihadapi oleh para nasabahnya atau para tertanggung dengan mengambil alih resiko yang mereka hadapi.

2. M enciptakan rasa tenteram di kalangan nasabahnya, sehingga lebih berani menggiatkan usaha yang besar. 3. M engumpulkan dana melalui premi yang terkumpul

sedikit demi sedikit dari para nasabahnya sehingga terhimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan bangsa dan negara.

2.2.3 Prinsip Asuransi

M enurut Purba (1992, p44), tujuan dari asuransi terbagi menjadi tiga, yaitu:

2.2.3.1 Prinsip Kepentingan (Insurable Interest)

Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang menutup asuransi harus mempunyai kepentingan (interest) atas harta benda yang dapat diasuransikan (insurable). Jadi, pada

(35)

hakekatnya yang diasuransikan bukanlah harta benda itu, tetapi kepentingan tertanggung atas benda itu.

Selain itu, agar kepentingan itu dapat diasuransikan (insurable interest), kepentingan itu harus legal dan patut (legal and equitable). Untuk membuktikan legal atau tidak, dibuktikan dengan surat-surat resmi (otentik) dari harta benda yang bersangkutan.

Bila seseorang menutup asuransi atas mobil dan premi telah dibayar, tetapi ternyata tertanggung tidak mempunyai kepentingan atas mobil itu, maka penanggung berhak membatalkan polis. Bila mobil mengalami kecelakaan sehingga menderita kerugian, penanggung tidak wajib membayar ganti rugi sekalipun polis belum sempat dibatalkan ketika kecelakaan itu terjadi.

Inti dari insurable interest adalah sebagai berikut:

1. Harus ada kepentingan atas harta benda yang dapat dilimpahkan kepada orang lain

2. Harta benda itu harus yang dapat diasuransikan (insurable)

3. Harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta benda itu, yaitu:

(36)

a. Bila harta benda itu rusak atau hilang, tertanggung mengalami kerugian;

b. Bila hak atas harta benda itu hilang (lepas), tertanggung mengalami kerugian.

2.2.3.2 Prinsip Jaminan (Indemnity)

Dengan adanya insurable interest yang legal dan patut, maka sebagai konsekuensinya adalah jaminan (indemnity) dari pihak penanggung bahwa penanggung akan memberikan ganti rugi bila tertanggung benar-benar menderita kerugian atas insurable interest itu, yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.

Prinsip jaminan (principle of indemnity) menjelaskan bahwa jaminan ada bila timbul kerugian. Sebaliknya, tidak ada jaminan bila tidak ada kerugian.

Bila ada kerugian atas insurable interest, maka yang tertanggung tidak boleh memperoleh keuntungan dari ganti rugi. Inilah dasar prinsip jaminan.

Berpedoman kepada prinsip ini, maka tertanggung akan memperoleh ganti rugi dari penanggung, dengan tujuan:

1. M engembalikan tertanggung kepada posisinya semula seperti halnya sebelum kerugian menimpanya; atau

(37)

2. M enghindarkan tertanggung dari bangkrut sedemikian rupa sehingga ia mampu berdiri di tempatnya semula seperti halnya sebelumnya kerugian menimpanya. M enurut prinsip jaminan ini, tertanggung hanya boleh memperoleh ganti rugi maksimal sebesar kerugian yang dideritanya, sekedar untuk mengembalikannya pada kedudukannya semula.

2.2.3.3 Prinsip Kepercayaan (Trustful)

Dalam asuransi, kepercayaan (trustful) dari penanggung mendapat tempat terhormat dalam setiap penutupan asuransi. Bila tidak ada kepercayaan dari pihak penanggung, maka bisnis asuransi akan mengalami kegagalan.

2.2.3.4 Prinsip Itikad Baik (Utmost goodfaith)

Seperti halnya kepercayaan pihak penanggung mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi, demikian juga itikad baik (good faith) dari pihak tertanggung juga mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi.

Sudah seharusnya kepercayaan pihak penanggung diimbangi dengan itikad baik oleh pihak tertanggung, yaitu dengan memberitahukan semua keterangan dan data yang

(38)

diketahuinya atas interest yang akan ditutup asuransinya. Apa saja yang diketahi atas interest, beritahukan kepada penanggung tanpa ditambah-tambahi, juga tanpa dikurang-kurangi.

M aka agar bisnis asuransi dapat berlangsung dengan baik dan mulus, mutlak diperlukan kepercayaan dari pihak penanggung yang diimbangi oleh itikad baik dari pihak tertanggung. Tanpa adanya keseimbangan antara kepercayaan dan itikad baik itu, maka bisnis asuransi tidak bisa berperan baik dalam masyarakat.

Berdasarkan kenyataan yang disebutkan di atas, maka asuransi adalah suatu perjanjian yang didasarkan sepenuhnya kepada kepercayaan dan itikad baik.

2.2.4 Premi Asuransi

2.2.4.1 Pengertian Premi

M enurut Djojosoedarso (2003, p127), premi adalah imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung, dengan menyediakan sejumlah uang terhadap resiko kecelakaan (pada asuransi kendaraan bermotor).

(39)

2.2.4.2 Pengembalian Premi

M enurut Djojosoedarso (2003, p131), pengembalian premi atau restorno adalah pengembalian premi dari penanggung kepada tertanggung. Ini terjadi karena antara lain perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung bahaya atau baru menanggung sebagian, kelebihan pembayaran premi insurable interest-nya tidak ada, kondisi jaminan/pertanggungan dipersempit dan sebagainya.

2.2.5 Polis Asuransi

2.2.5.1 Pengertian Polis Asuransi

Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis. Secara otentik menurut pasal 255 KUHD, polis adalah pertanggungan yang harus diadakan secara tertulis dengan akta. M enurut pasal 257 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani polis, berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua belah pihak yang berkepentingan atas polis itu (penanggung dan tertanggung).

(40)

2.2.5.2 Fungsi Polis Asuransi

M enurut Purba (1992, p60), fungsi umum polis asuransi adalah sebagai:

1. Perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity) 2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada

tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak diduga sebelumnya, dengan prinsip :

a. Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami kerugian; atau

b. Untuk menghindari tertanggung dari kebangkrutan (total collapse)

3. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.

2.2.6 Underwriting

2.2.6.1 Fungsi Underwriters

M enurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berfungsi untuk menilai resiko yang diminta oleh pihak tertanggunguntuk ditutup atau diasuransikan, selanjutnya menetapkan persyaratan

(41)

asuransinya, menetapkan suku premi untuk asuransi tersebut dan membuat polis.

2.2.6.2 Peranan Underwriters

M enurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berperan untuk melakukan penilaian resiko dan penetapan persyaratan asuransi dan suku premi secara baik/cermat, sehingga dengan underwriting yang dilakukannya itu perusahaannya akan mampu memperoleh keuntungan (profit) yang pantas dan berhasil menarik bisnis baru di masa mendatang.

2.2.7 Asuransi Kendaraan Bermotor

2.2.7.1 Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor

M enurut Djojosoedarso (2003, p162), asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan terhadap kendaraan bermotor.

M enururt Sonnidwiharsono (1996,p283), asuransi kendaraan bermotor ini merupakan asuransi wajib karena tanpa adanya asuransi ini, maka pemilik kendaraan bermotor tidak akan memperoleh Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK).

(42)

2.2.7.2 Resiko yang Dijamin

M enurut Djojosoedarso (2003, p163), terdapat beberapa resiko yang akan dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor, yaitu:

1. Kerugian kendaraan bermotor

1. Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri.

2. Perbuatan jahat orang lain.

3. Pencurian, termasuk diikuti kekerasan ataupun ancaman.

4. Kebakaran, termasuk benda, kendaraan bermotor lain yang berdekatan, atau tempat penyimpanan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.

5. Sambaran petir.

6. Kerugian selama penyebrangan dengan kapal feri atau penyebrangan resmi lain di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

(43)

7. Kerusakan roda, bila kerusakan tersebut mengakibatkan kerusakan kendaraan karena kecelakaan.

8. Biaya wajar yang dikeluarkan tertanggung untuk penjagaan, bengkel, atau tempat lain untuk menghindari dan mengurangi kerugian yang dijamin polis.

2. Tanggung Gugat

Tanggung gugat adalah tanggung jawab hukum asuransi yang diberikan kepada pihak ketiga dan telah disetujui oleh penanggung, yang termasuk : a. Kerusakan harta, cedera badan, atau kematian. b. Biaya perkara atau bantuan para ahli yang

berkaitan dengan tanggung gugat tertanggung.

2.2.7.3 Resiko yang Tidak Dijamin

M enurut Djojosoedarso (2003, p165), terdapat beberapa resiko yang tidak dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor, yaitu:

(44)

1. Kehilangan keuntungan, upah, dan berkurangnya nilai keuangan karena kendaraan bermotor yang tidak dapat dipergunakan.

2. Kerusakan atau kehilangan peralatan tambahan yang tidak tertulis dalam ikhtisar pertanggungan.

3. Kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor seluruh atau sebagian karena penggelapan.

4. Kerugian atau kerusakan akibat perbuatan jahat pihak tertanggung.

5. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, karena :

a. Kendaraan digunakan untuk menarik atau kendaraan lain, lomba, pelajaran mengemudi, melakukan kejahatan, atau yang tidak termasuk dalam polis pertanggungan.

b. Kelebihan muatan dijalankan secara paksa.

c. Dengan sepengetahuan tertanggung, kendaraan dijalankan dalam keadaan rusak.

d. Kendaraan dikemudikan oleh orang yang tidak memiliki Surat Ijin M engemudi (SIM ) atau orang yang sedang mabuk.

(45)

e. Kendaraan tersebut memasuki daerah yang terlarang dan tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor. f. Barang-barang yang dimuat, ditumpuk, dibongkar, atau

diangkut dengan kendaraan bermotor. g. Adanya reaksi atau radiasi nuklir.

6. Kerugian atau kerusakan karena bencana alam atau konflik horizontal.

7. Kehilangan atau kerusakan bagian material karena salah penggunaan.

8. Kerugian yang dialami pihak ketiga yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, berupa :

a. Kerusakan harta benda milik atau dalam pengawasan tertanggung.

b. Kerusakan jalan, jembatan, bangunan-bangunan, berat kendaraan, atau muatannya.

9. Cedera badan atau kematian terhadap tertanggung.

2.2.8 Klaim

2.2.8.1 Definisi Klaim

(46)

1. Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Contoh: Pemerintah Indonesia akan mengajukan ganti rugi kepada pemilik kapal asing itu.

2. Pernyataan tentang suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Ia mengajukan bahwa barang-barang elektronik itu miliknya.

Sedangkan, menurut Alwi (2002), mengklaim memiliki dua definisi, yaitu:

1. M eminta atau menuntut pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang (suatu organisasi, perkumpulan, negara, dsb) berhak memiliki atau mempunyai hak atas sesuatu. Contoh: Ada negara lain meminta atau menuntut pengakuan atas kepulauan itu.

2. M enyatakan suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Pemerintah baru menyatakan suatu fakta atau kebenaran bahwa tokoh politik itu meninggal karena bunuh diri.

2.2.8.2 Prosedur Klaim

      1. Kewajiban Tertanggung

M enurut Lukum (1996, pXIII/1), ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh tertanggung dalam hal terjadi suatu kejadian yang kemungkinan akan menimbulkan suatu klaim pada polis.

(47)

2. Hak Tertanggung

M enurut Lukum (1996, pXIII/1), dalam hal terjadi suatu peristiwa yang kemungkinan akan menimbulkan suatu klaim pada polis, hak tertanggung adalah bahwa setelah ia memberi semua kewajibannya ia berhak untuk mendapatkan penyelesaian gantirugi berdasarkan syarat-syarat polis.

      3. Kewajiban Penanggung

M enurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah tertanggung memenuhi kewajiban-kewajibannya berkenaan dengan kerugian tersebut, penanggung berkewajiban untuk memenuhi hak tertanggung seperti di atas.

      4. Hak Penanggung

M enurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah penanggung mendapat pemberitahuan tentang suatu kejadian atau peristiwa yang kemungkinan dapat menimbulkan klaim pada polis, penanggung berhak untuk bersama-sama dengan pihak tertanggung mengamankan pokok pertanggungan yang mengalami kerugian itu.

Gambar

Gambar 2.1 Langkah-langkah siklus hidup aplikasi
Gambar 2.2 Tingkatan Pada Normalisasi
Gambar 2.5 Hubungan one to one (1 : 1)
Gambar 2.6 Hubungan one to many (1 : *)  c.  Hubungan many to many (* : *)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu jenis antrian jaringan yang menarik dikaji adalah Antrian Jaringan Jackson dimana setiap workstasion mempunyai pelayanan tunggal dengan konsumen dapat

Atikel ini bertujuan untuk Mengetahui kendala dalam mewujudkan kebijakan affirmative action quota 30% yang belum dapat diwujudkan meskipun jumlah pemilih laki-laki justru

Simpulan dari penulisan skripsi ini ialah e-marketing dapat memudahkan Pantai Mutiara Sports Club dalam mensosialisasikan informasi – informasi seputar Pantai Mutiara Sports Club

« Shalat lima waktu yang diwajibkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba, barangsiapa yang melaksanakannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun dariya karena meremehkan haknya,

c) Unsur ketiga, dengan adanya persesuaian yang demikian itu menandakan (menjadi suatu tanda) atau menunjukkan adanya 2 (dua) hal in casu kejadian, ialah:

gempa yang terkait dengan thrust dibandingkan dengan normal dan patahan strike-slip (Schorlemmer et al., 2005). Karena tipe patahan secara langsung dibangkitkan oleh

No.. Maka didapat harga t = 16 maka dengan menggunakan metode Mogi 2 akan diperoleh bahwa gempa susulan akan berakhir pada hari ke 33 setelah gempa utama terjadi. Dari hasil

SRT akan mencakup enam fungsi kerja sebagai berikut: (i) penyebaran informasi terkait program yang ada, dan terutama pada program jaminan sosial yang baru saja diluncurkan,