• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Oksigenasi 2.1.1 Definisi oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemanisi diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan keseluruh jaringan tubuh (Sulistyo Andarmoyo, 2012).

2.1.2 Fisiologi oksigenasi

Bernapas meliputi dua poses yaitu proses menarik napas atau memasukan udara pernapasan dan proses mengeluarkan napas atau mengeluarkan udara pernapasan. Menarik napas disebut proses inspirasi sedangkan mengeluarkan napas disebut proses proses ekspirasi. Pada waktu menarik napas terjadi kontraksi otot diafragma. Semula kedudukan diafragma melengkung keatas, kemudian menjadi datar sehingga mengakibatkan rongga dada menjadi mengembang dan proses ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga mengakibatkan rongga dada mengembang dan proses ini disebut pernapasan dada. Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan dalam rongga dada menjadi berkurang, sehingga dada udara dari luar masuk melalui hidung selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk kedalam paru dan mengakibatkan paru-paru mengembang.

Mengeluarkan napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksi

(2)

rusuk turun kebawah dan bergerak kearah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati saluran pernafasan.

Kecepatan pernkapasan atau frekuensi pernapasan adalah jumlah napas yang dilakukan dalam satu menit. Dalam keadaan istirahat kecepatan pernapasan normal sekitar 12kali/menit dan kecepatan pernapasan serendahnya 2-4x/mnt.

Udara ruang rugi (Dead Space) adalah udara yang mengisi jalan napas setiap hidung, faring, trakea, bronkus, dan brokiolus, pada setiapsaat kali bernapas sebelum udara mencapai alveoli. Udara dalam ruang rugi ini tidak ikut dalam proses difusi antar alveoli dan kapiler darah. Volume udara ruang rugi normal pada dewasa muda sekitar 150 ml dan akan sedikit meningkatkan dengan bertambahnya umur (Taqiyyah, 2013).

2.1.3 faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi di antaranya faktor fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (tarwoto&wartonah, 2011).

1) Faktor fisiologi

a) Menurunnya kapasitas O2, seperti pada anemia.

b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasikan seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas

c) Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.

d) Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.

e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulokeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti Tuberkulosis.

(3)

a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut

c) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.

d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

e) Dewasa tua: adanya proses penurunan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi parumenurun.

3) Faktor Perilaku a) Nutrisi b) Latihan c) Merokok

d) Penyalah gunaan subtansi (alcohol dan obat-obatan) e) Kecemasan

1) Faktor lingkungan

a) Tempat kerja (polusi). b) Temperature lingkungan.

c) Ketinggiantempatdaripermukanlaut. (Tarwoto, 2011) 2.1.4 Peran perawat dalam asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh (SulistyoAndarmoyo, 2012). Peran perawat menurut Doheny (dalamkusanto, 2004) terdiri dari peran pemberian asuhan keperawatan, peran sebagai advocate, peran sebagai counselor, peran sebagai educator, peran sebagai collaborator, peran sebagai change agent dan peran sebagai consultant. Dalam mengatasi sesak yang

(4)

diakibatkan kurangnya kebutuhan oksigenasi perawat di butuhkan untuk mengatasi rasa sesak tersebut.

Penatalaksanaan sesak pada pasien Tuberkulosis dapat di lakukan dengan terapi non-farmakologi dan keperawatan. Pemberian tindakan keperawatan untuk mengurangi sesak salah satu diantaranya adalah pemberian posisi semi fowler. Semi fowler itu sendiri menggunakan tempat tidur dan fasilitas bantal yang cukup menyanggah pungung. Sehingga dapat memberikan kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasienTuberkulosis (Ruth, 2015).

2.2 Kebutuhan Oksigenasi pada PasienTuberkulosis 2.2.1 Pengertian

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapul monal Tuberkulosis (Chandra,2012).

2.2.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. bakteri atau kuman ini dibentuk batang, dengan ukuran Panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 µm. sebagian besar kuman berupa lemak/ipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apical/apeksparu. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit tuberkolosis (iman somantri 2012).

2.2.3 Manifestasi klinis

1) Gejala respiratorik, meliputi: a) Batuk

b) Batuk darah c) Sesak napas

(5)

d) Nyeri dada

2) Gejala sistematik, meliputi: a) Demam

b) Gejala sistemik lain yaitu anoreksia, penurunan BB, sakit kepala dan nyeri otot (tempo, 2005)

2.2.4 Komplikasi

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut: 1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hipopolemik atau tersumbatnya jalan napas.

2) Kolapas dari lobus akibat teraksibronsial.

3) Bronkietasis (peleburan bronkus) dan pibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. 4) Pneumotorak (adanya udara didalam rongga fleura) spontan:

kolaps spontan karena kerasukan jaringan paru.

5) Penyebaran infeksi seperti otak, tulang, persendi, ginjal dan sebagiannya.

6) Insupiensi kardiovulmoner (cardio vulmunary insufficiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit (depkes RI)

2.3 Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan Oksigenasi

Asuhan Keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikankepadakalien yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) (CArpenito, 2009). Proses keperwatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sisitematik. Selama melaksanakan proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, penerapkan dan

(6)

mengevaluasi tindakan keperawatn yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut (dermawan, 2012).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan. Tahapan ini mencakup tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan (potter, 2010).

1) Keluhan utama a) Batuk b) Peningkatan sputum c) Dispnea d) Hemoptisis e) Chest pain

2) Riwayat kesehatan saatini 3) Riwayat masalalu

Riwayat masalalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya.

4) Riwayat keluarga

Tujuan menanyakan riwayat kelauaraga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya tiga, yaitu:

a) Penyakit infeksi tertentu b) Kelainan alergis

c) Pasien bronchitis kronik 5) Pemeriksaan fisik

a) Mata

(1) Xantelasma/lesikuning pada kelopakmata (dikarenak an hiperlipidemia)

(2) Konjungtiva pucat (karena anemia) (3) Konjungtiva sianosis (karenahipoksemia)

(7)

(4) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endocarditis akibat bakteri)

b) Hidung

Pernapasan dengan cuping hidung (mengap-mengap, dyspnea). c) Mulut dan bibir

(1) Membran mukosasianosis (karena penurunan oksigen) (2) Bernapasa dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru kronik)

d) Vena leher

Adanya distensi/bendungan (dikaitkan dengan gagal jantung kanan). e) Kulit (1) Sianosis perifer (2) Sianosis secaraumum (3) Penurunan turgor (4) Edema (5) Edema periorbital f) Jari dan kuku

(1) Sianosis perifer (2) Cuping finger g) Dada dan thoraks

Sebelum dilakukan Teknik inspeksi seorang perawat harus mengetahui dan menguasai landmarks anatomi thoraks posterior, lateral dan anterior. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat diam, terutama sewaktu dilakukan pengamatan pergerakan pernafasan. Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan bentuk tulang punggung baik kiposis, scoliosis, maupun lordosis akan lebih mudah dilakukan pada saat dada tidak bergerak. Pengamatan dada pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradhipnea dan takhiepnea) remaja 14-18 tahun

(8)

16-h) Palpasi

Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnornalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal atau tactile premitus (pibrasi). Palpasi thorax untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat infeksiseperti: massa, lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri. Vocal premitus: getarandinding dada yang dihasilkanketikaberbicara (effendi C, 2004).

i) Perkusi

Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara didalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (non dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut di ketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakittertentuadanyaudara pada dada atau paru menimbulkan bunyi hipersosnan atau drum. Sedangkan bunyi pekat atau lebih terdengar apabila perkusi dilakukan diatas area yang mengalami aktelestasis.

j) Auskultasi

Auskultasi merupakan Teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh dengan menggunakan satu alat yaitu stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas durasi atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang failed atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi napas vasikuler, brocial, bronco pansikular, roqhi, juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyina passerta lokasi dan waktu terjadinya (wahid Iqbal, 2005).

(9)

6) Pemeriksaan penunjang

a) Menentukan adekuatan system konduksi jantung (1) EKG

(2) Monitor holter (3) Exercise Stress Test (4) PEF

b) Pemeriksaan gas daraharteri dan Pemeriksaan darahlengkap c) Sinar-x, Bronkoskopi dan Scan paru

d) Kultur apus tenggorok e) Spisemen sputum f) Kulit

g) Terasentesis 7) Analiasa data

a) Data subjektif

Perasaanlemas, sesaknapas, nyeri dada, batuk tak efektif, demam, riwayat merokok, ansietas dan BB menurun.

b) Data objektif

Gelisah, dipsnea, trauma, suara napas tidak normal, perubahan frekuensi dan kedalaman pernapasan. Obstuksitrakeal, pendarahan aktif, infeksiparu, perubahan irama dan jumlah pernapasan penggunakan otot bantu napas, vasokontreksi, hipopolemia, edema, efusi pleura, atelektasi nilai AGD tidak normal (wahid Iqbal, 2010).

2.3.2 Diagnosa

Diagnosa kepearwatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan actual atau potensial. Komponen terdiri dari masalah, penyebab atau gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), yang bersifat akltual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi perawat.

(10)

keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggung gugat (NANDA, 2015). Diagnosa yang muncul menurut NANDA 2015, adalah sebagai berikut:

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Keletihan, Penurunan ekspansi paru, Hiperventilasi, Sindrom hipoventilasi. Batasan karakteristik ketidakefektifan polanapas menurut NANDA 2015:

a) Perubahan kedalaman pernapasan b) Perubahan ekskursi dada

c) Mengungkapkan nafas pendek d) Penurunan tekanan ekspirasi e) Fase ekspirasi memenjang f) Penurunan kapasitas vital 2.3.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan sebagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah menghilangkan atau mengurangi masalah pasien (aziz alimul 2013).

2.1 Tabel Perenc3anaan Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, keletihan, penurunan ekspansi paru, hiperventilasi. DS: Mengungkapkan napas pendek DO: 1) Perubahan kedalaman pernapasan 2) Penurunan tekanan ekspansi NOC: 1) Respiratory status: ventilation 2) Respiratory status: Airway Patency 3) Vital sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami gangguan pola napas, dengan kriteria hasil: NIC:

1. Berikan terapi posisi semi fowler dengan derajat 30-45ͦ.

Tahap Orientasi:

- Perkenalkan diri anda pada klien termasuk nama dan jabatan atau peran dan jelaskan apa yang akan dilakukan.

- Pastikan identitas pasien - Jelaskan prosedur dan alasan

dilakukan tindakan tersebut yang dapatdipahami oleh klien

- Yakin kan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas

Tahap Kerja: - Cuci tang an

(11)

3) Fase ekspansi memanjang 4) Penurunan kapasitas vital 5) Penurunan cuping hidung 6) Takipneu 7) Pernapasan bibir 8) Bradipneu - Menunjukan pola napas efektif dengan frekuensi 16-24x/menit dan irama tertentu - Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasn dalam rentang nomal, tidak ada suara nafas abnormal) - Tanda-tanda vital rentang normal (tekanan daran, Nadi, pernafasan) - Tidak ada sianosis - Kemampuan paru berkembang dengan baik

- Dekatkan peralatan dan jaga privasi klien

- Pasien di dudukan, dengan senyaman mungkin. - Berikan sandaran berupa

bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semi fowler 30-45 - Anjurkan pasien untuk tetap

berbaring setengah duduk. - Lalu rapikan pasien. Tahap terminasi

- Mengevaluasi respon pasien - Perawat menyampaikan

informasi meneganai perawatan selanjutnya.

- Mengakhiri kegiatan dan memberikan salam

Dokumentasi

- Tulis tindakan yang sudah dilakukan

- Waktu - Evaluasi - Respon - Paraf

Sumber: Nanda, NIC & NOC (2015) Amin Huda dkk. (2015) 2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahapan pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi keperawatan merupakan pengelolaan dan perwujudan

(12)

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan (Setiadi, 2012).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah (meirisa, 2013). Sedangkan menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuha keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Berdasarkan ungkapan dari setiadi tahun (2008) Evaluasi dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Evaluasi sumatif (Berjalan)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisisn format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluaga. Format yang dipakai SOAP.

2) Evaluasi Formatif (Akhir)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandinkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan dianta keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu tinjuan kembali agar didaptkan data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.

Kriteria hasil yang diharapkan pada pasien dengan Ketidakefektifan pola napas setelah di berikan intervensi menurut Nanda, NIC & NOC (2015) Amin Huda dkk. (2015) sebagai berikut:

a) Menunjukan pola napas efektif dengan frekuensi 16-24x/menit dan irama tertentu

b) Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasn dalam rentang nomal, tidak ada suara nafas abnormal)

c) Tanda-tanda vital rentang normal (tekanan daran, Nadi, pernafasan)

(13)

d) Tidak ada sianosis

e) Kemampuan paru berkembang dengan baik

2.4 Terapi Posisi Semi Fowler 2.4.1 Pengertian

Posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi pangul dan kaki. Dimana kepala dan dada dinaikan dengan sudut 30-45˚ (suparmi, 2008). Tujuannya untuk menurunkan konsumsi O2 dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Azis & Musrifatul, 2012). 2.4.2 Pengaruh Posisi Semi Fowler

Pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas, bahwa frekuensi pernapasan sebelum diberikan posisi semi fowler termasuk frekuensi sesak napas sedang sampai berat yaitu sebanyak 36 orang dari 40 responden (Brooker dalamSafitry, 2011). Didapatkan Pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap Respiratory rate pada pasien tuberculosis bahwa responden yang dengan bernafas takhipnea sebelum dilakukan pemberian posisi semi fowler sebanyak 17 responden, setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler sebanyak 5 responden mengalami penurunan Respiratory rate, setelah dilakukan semi fowler sebanyak 12 dengan pernafasan Bradiapnea sebelum dilakukan pemberian posisi semi fowler sebanyak 5, setelah dilakukan posisi semi fowler menjadi 2 responden, responden mengalami peningkatan Respiratory rate sebanyak 7 responden yang tidak mengalami peningkatan/penurunan (tetap) (muttaqin, 2008).

Pemeberian posisi semi fowler pada pasien tuberculosis telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas, dari tindakan dapat dilihat dari Respiratory rate yang menunjukan angka normal yaitu 16-24x/mnt pada usia dewasa. Dengan menggunakan tempat tidur dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberikan kenyamanan saat tidur dan dapat

(14)

Pengaruh posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45˚ yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma membuat oksigen didalam paru-paru semakin meningkat. Posisi semi fowler lebih nyaman dan mudah dipahami oleh responden (Supandi, dkk 2009).

Penatalaksanaan gangguan system pernafasan dapat dilakukan pemasangan O2, serta kolaborasi obat adapun pengobatan non farmakologi pada penderita dengan gangguan system pernafasan tuberkolosis dapat menggunakan latihan pernapasan perut, fisioterapi dada serta semi fowler (dwi dkk, 2017).

2.4.3 Teknik Prosedur Posisi Semi Fowler 1) Persiapan alat:

(a) Sandaran punggung atau kursi

(b) Bantal 2-4 buah atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu (c) Masker dan sarung tangan

(d) Tempat tidur khusus (functional bed) bila perlu. 2) Tahap Orientasi:

(a) Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran dan jelaskan apa yang akan dilakukan.

(b) Pastikan identitas pasien

(c) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut yang dapat dipahami oleh klien

(d) Yakin kan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaan yang cukup untuk melaksanakan tugas.

3) Tahap Kerja: (a) Cuci tangan

(b) Dekatkan peralatan dan jaga privasi klien (c) Pasien di dudukan, dengan senyaman mungkin.

(d) Berikan sandaran berupa bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semi fowler 30-40˚

(e) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk. (f) Lalu rapikan pasien

(15)

4) Tahap terminasi

(a) Mengevaluasi respon pasien

(b) Perawat menyampaikan informasi meneganai perawatan selanjutnya.

(c) Mengakhiri kegiatan dan memberikan salam 5) Dokumentasi

(a) Tulis tindakan yang sudah dilakukan (b) Waktu

(c) Evaluasi (d) Respon (e) Paraf

6) Hal – hal yang harus diperhatikan: (a) Perhatikan keadaan umum pasien.

(b) Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan

(c) Khusus pada pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal di bawah perut

Referensi

Dokumen terkait

Cronbach Keterangan Kesadaran Merek (Brand Awareness) 0,659 valid Asosiasi Merek (Brand Association) 0,680 valid Kualitas Merek (Perceived Quality) 0,732 valid

• Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi.

The evaluation of food hygiene knowledge, attitudes, and practices of food handlers in food businesses in Turkey.. Bhatt, and

Therefore, to correctly read data, execute either the address set instruction or cursor shift instruction (only with DDRAM), then just before reading the desired data, execute the

Perbedaannya adalah argumen yang dihilangkan bukan merupakan argumen instrumental, melainkan argumen sasaran sehingga penghilangan argumen tersebut menyebabkan konstruksi

Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui buku- buku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Penggunaan teknik ini

competence in teaching grammar, vocabulary and the four language skills, but neither of NNEST. nor NEST gives individual attention

Bursa Efek Indonesia sebesar 3,03 persen dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini memberi makna bahwa peran pemerintah dalam upaya pembangunan melalui anggaran atau