622
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSOEDAulia Tri Puspitasari Widodo1, Agus Prastowo2, Mustofa1
1Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia 2Bagian Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto, Indonesia
ABSTRACT
Breakfast is the first meal to provide energy for brain function in learning, especially concentration. Approximately 60% of medical students have a low concentration level. This can be caused by skipping breakfast. Research about the effect of breakfast to concentration at college students is still hard to found.This study aimed to assess the effect of breakfast to concentration’s score on medical students in Jenderal Soedirman University. The research method was quasi experimental pre- and post-test without control group design. The subjects consist of 34 medical students’ class of 2011 and 2013, which fulfilled research’s criteria. Breakfast was given as the treatment with 600 kcal (38,2% carbohydrate, 31,31% protein, 13.8% lipid, 16,7% mineral), after the first concentration’s test. The time between pre- and post-treatment was 2 hours. TheArmy Alpha test’s resultsshowedthat concentration’s score increased as much as 10 points. Bivariate analysis showed p score <0.0001 (p <0.05) which means that there’s an effect of breakfast to the concentration’s score which statistically significant on medical students in Jenderal Soedirman University.
Keywords: breakfast, concentration’s score, medical students, attention-concentration
PENDAHULUAN
Sarapan adalah konsumsi makanan pertama kali dalam satu hari pada seseorang. Di seluruh dunia, kurang lebih terdapat 20-30% baik anak-anak maupun orang dewasa tidak sarapan.1Menurut Kementerian
Kesehatan RI pada Pedoman Gizi Seimbang banyak masyarakat Indonesia yang belum membiasakan sarapan. Sarapan diketahui sebagai konsumsi makanan pertama yang berperan menyediakan energi bagi otak dan dapat meningkatkan kemampuandalam proses pembelajaran. Sarapan yang baik terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayur– sayuran, buah–buahan dan minuman. Keanekaragaman lima kelompok jenis pangan setiap hari atau setiap kali makan ini sangat penting, karena mempengaruhi mutu atau kualitas gizi.2
Banyak anggapan dan pemikiran bahwa sarapan mempengaruhi ketersediaan energi pada tubuh dalam aktivitas satu hari penuh. Sarapan dilakukan untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian yaitu sekitar 15–30% kebutuhan gizi, untuk mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif.2 Selain itu, sarapan
juga diketahui sebagai waktu pengambilan nutrisi pertama dan utama yang dibutuhkan oleh tubuh, salah satunya ialah glukosa.3Melewatkan sarapan dapat
menyebabkan tubuh kekurangan glukosa sebagai sumber energi utama. Hal ini dapat mempengaruhi seluruh organ termasuk otak. Keadaan lapar dipagi hari mempengaruhi kemampuan belajar, termasuk kemampuan berkonsentrasi.
623
Konsentrasi merupakan kemampuanseseorang dalam memusatkan perhatian pada satu hal atau objek tertentu, dalam waktu relatif lama. Kemampuan berkonsentrasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan tinggi dan profesi. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat mempengaruhi hasil pembelajaran atau pekerjaan. Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu contoh yang membutuhkan konsentrasi tinggi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kedokteran (dokter dan dokter gigi) memiliki peran yang sangat strategis dalam mencetak tenaga kedokteran berkualitas. Dokter berkualitas akan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas pada masyarakat, dan tentunya dokter tersebut merupakan hasil didikan dari lembaga pendidikan kedokteran yang berkualitas pula.4 Penelitian Kresnanda
menunjukkan 60% mahasiswa kedokteran FK UNDIP angkatan 2007 memiliki tingkat konsentrasi yang rendah.5
Saat ini kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia (meski belum semua fakultas kedokteran menerapkannya) menganut sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan/strategi SPICES (Student– centered, Problem Based, Integrated, Community based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic). Sistem pembelajaran
ini disebut juga sebagai kurikulum berbasis kompetensi, yang menekankan sistem pembelajaran pada keaktifan mahasiswa.4Mahasiswa kedokteran dituntut
untuk siap baik secara mental, fisik, rohani maupun jasmani untuk menempuh pendidikan kedokteran sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Kesiapan fisik termasuk konsentrasi merupakan hal yang berperan besar dalam menjalani kegiatan belajar di kedokteran. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi yaitu sarapan.
Banyak mahasiswa kedokteran yang sering melewatkan sarapan. Penelitian Dogbe danAbaidoo tentang sarapan pada mahasiswa
pre-klinis dan klinis di University of Ghana
Medical School menunjukkan hasil bahwa
total mahasiswa yang melewatkan sarapan sebesar 71,92% dengan proporsi 76,62% adalah mahasiswa pre-klinis, sedangkan 67,48% mahasiswa klinis. Hal–hal yang sering menjadi alasan meliputi masalah finansial, sudah terbiasa, dan keterbatasan waktu yang tersedia baik untuk sarapan maupun untuk menyiapkannya karena kegiatan yang padat.3
Selain itu hasil–hasil penelitian yang membahas mengenai hubungan sarapan dengan tingkat konsentrasi lebih banyak pada siswa Sekolah Dasar (SD) dibandingkan tingkat mahasiswa. Salah satu contohnya adalah penelitian Wardoyoyang melibatkan siswa kelas 4 dan 5 SDN Wonocatur dan SDN Sumberejo I Kabupaten Kediri menunjukkan hasil hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan daya konsentrasi belajar, dengan total 74 siswa menjadi subjek penelitian. Didapatkan sebesar 56,8% siswa sarapan dengan asupan kalori rendah dan 68,9% siswa memiliki daya konsentrasi yang rendah.6
Penelitian mengenai pengaruh sarapan terhadap skor konsentrasi pada mahasiswa masih sangat jarang ditemukan, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan hingga saat ini belum menjadi perhatian yang serius, khususnya bila dikaitkan dengan tingkat konsentrasi dalam proses belajar atau kognisi pada tingkat mahasiswa.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuasi eksperimental pre dan
post tes tanpa kontrol. Populasi target pada
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UNSOED, sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UNSOED angkatan
624
2011 dan 2013. Jumlah responden yangdilibatkan sebagai subjek penelitian adalah 36 orang yang dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi berpasangan dan antisipasi dropout 10%. Subjek diambil dengan teknik systematic
sampling dan disesuaikan dengan kriteria
inklusi antara lain tidak sedang diet atau mengatur pola makan tertentu,tidak memiliki riwayat trauma kepala berat yang dapat mengganggu proses berpikir dan menyebabkan gangguan neuro–cerebral,
tidak memiliki gangguan pernafasan berat (seperti asma, pneumonia, bronkitis, pneumotoraks, tuberkulosis),memiliki kadar Hb normal, bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi dan menandatangani
informed consent. Kriteria eksklusi yang
digunakan adalah tidak tidur cukup pada malam hari sebelum penelitian, dengan durasi minimal 6 jam dan maksimal 8 jam, tidak berpuasa 10 jam, tidak datang di hari penelitian, menderita atau sedang mengalami gangguan pada kepala seperti nyeri kepala sedang hingga berat dan pusing pada hari penelitian, subjek penelitian berjenis kelamin perempuan sedang mengalami menstruasi dan masih menstruasi hingga hari penelitian, sedang mengonsumsi obat atau suplemen yang membantu kerja otak seperti ginkgo
biloba extract, dantergolong dalam kategori
depresi berat setelah dilakukan tes depresistress assessment Scott. Subjek akan di
drop out apabila tidak menghabiskan sarapan
yang dibagikan peneliti sebesar 70% dari porsi makan total, Tidak mengikuti seluruh rangkaian penelitian dan untuksubjek penelitian berjenis kelamin perempuan menstruasi pada saat penelitian berlangsung. Jumlah akhir subjek yang diteliti sebesar 34 orang, hal ini dikarenakan 2 orang masuk dalam kriteria drop out.
Setelah subjek didapatkan, peneliti melakukan pengambilan data primer yaitu skor konsentrasi pre dan post sarapan yang diukur dengan uji Army Alpha.Sarapan yang diberikan berupa 1 porsi nasi, 1 ekor ikan
kembung, 1 buah telur rebus, 1 porsi sayur kangkung, 1 buah jeruk dan air mineral. Jeda waktu antara pre dan post adalah 2 jam. Pengambilan data dilakukan satu kali pada hari Minggu, 19 April 2015 di kampus Kedokteran UNSOED. Data diolah dengan perangkat lunak komputer. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data karakteristik subjek penelitian yang meliputi usia, skor depresi, skor konsentrasi dan Hb.Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Karakterist
ik (n=34)
Med Min Max Usia (tahun) 19,9± 1,1 19 19 22 Skor Depresi 72,8± 10,7 72 51 97 Skor Konsentrasi Pre 65,9± 8,6 65 45 85 Post 75,4± 6,1 75 65 85 Hb 12,9± 0,6 12,9 12 14 Keterangan: n= jumlah subjek
= mean
SD = Standard Deviation
Med = median Min = minimum Max = maximum
Subjek penelitian berusia 19-22 tahun dengan rerata usia 19,9±1,1 tahun. Rerata skor depresi adalah 72,8±10,7 yang dikategorikan sebagai depresi ringan. Rerata skor konsentrasi pre sarapan 65,9±8,6 yang dikategorikan sebagai konsentrasi sedang, dan rerata skor konsentrasi post sarapan 75,9±8,6 yang dikategorikan sebagai cukup baik.
SD
X
625
Rerata nilai Hb pada subjek penelitian iniialah 12,9±0,6 yang masih termasuk dalam kelompok normal.Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, tahun angkatan, tingkat depresi dan kebiasaan sarapan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian
Klasifikasi n (%) Jenis Kelamin Laki-laki 10 (29) Perempuan 24 (71) Angkatan 2011 7 (21) 2013 27 (79) TTingkat Depresi Ringan 24 (71) Sedang 10 (29) Kebiasaan Sarapan Selalu 13(38) Kadang 15(44) Jarang 6(18)
Keterangan: n= jumlah subjek penelitian Hasil uji Saphiro-Wilk untuk n≤50 menunjukkan distribusi data yang tidak normal. Hal tersebut menjadi dasar dilakukannya uji Wilcoxon sebagai analisis uji bivariat, yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Uji Wilcoxon Skor Konsentrasi Pre
dan Post Sarapan
Keterangan: p=nilai p
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara skor konsentrasi pre dan post pemberian sarapan. Nilai p skor konsentrasi pre dan post adalah <0,0001, atau dibawah 0,05. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil dengan uji nonparametrik Wilcoxon menunjukkan penolakan terhadap H0, dan adanya signifikansi hasil secara statistik. Sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh sarapan terhadap skor konsentrasi pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UNSOED.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya oleh Wardoyo pada siswa SD, dengan hasil adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan konsentrasi belajar.6 Penelitian lain
oleh Suntari dan Widianah pada siswa SD, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kalori sarapan dengan kemampuan konsentrasi.7 Penelitian serupa
lainnya oleh Gajre tentang pengaruh kebiasaan sarapan terhadap konsentrasi, memori dan prestasi belajar menunjukkan rata-rata skor pada kelompok anak-anak yang terbiasa sarapan lebih tinggi dibandingkan yang tidak.8 Seluruhsubjek pada ketiga
penelitian tersebut adalah siswa sekolah dasar. Adapun penelitian pada mahasiswa atau orang dewasa muda belum ditemukan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa sarapan yang baik ialah mengandung beraneka ragam zat gizi.9 Berdasarkan
anjuran diet rendah kalori Kemenkes Republik Indonesia pengaturan bahan makanan yang dianjurkan juga meliputi unsur–unsur yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.2 Pada
penelitian ini, sarapan mengandung 600 kkal dengan komposisi 38,2% karbohidrat, 31,31% protein, 13.8% lipid, 16,7% mineral. Khomsan juga menyebutkan bahwa kontribusi gizi sarapan seharusnya dapat mencapai 25 persen dari asupan gizi sehari.10
Hal ini disebabkan sarapan merupakan waktu pengambilan nutrisi pertama dan utama yang dibutuhkan oleh tubuh.3 Kontribusi gizi
sarapan berguna untuk menunjang aktivitas yang berkualitas sebagai amunisi untuk menghadapi hari–hari yang sibuk.10 Nutrisi
pada sarapan berperan penting untuk aktivitas otak, dalam hal ini khususnya glukosa.3
Rerata Pre
Rerata Post Uji Wilcoxon 65,9 75,4 p <0.0001
626
Sarapan bermanfaat memberi nutrisiotak pertama kali di awal hari sehingga dapat meningkatkan kemampuan otak dan lebih mudah berkonsentrasi.11Konsentrasi
dipengaruhi oleh asupan energi makan pagi, kandungan nutrisi pada makan pagi tersebut, dan skor konsentrasi dasar seseorang. Kebiasaan makan pagi sangat penting bagi tubuh karena lambung akan terisi kembali setelah 8–10 jam kosong serta kadar gula akan menurun sehingga pasokan energi ke otak kurang ketika meninggalkan makan pagi. Kondisi tersebut berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi.12
Dalam keadaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Dalam proses absorpsi, glukosa di absorpsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan energi. Jika kecukupan protein kurang, maka proses pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu. Hal tesebut yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa dan akan mempengaruhi daya konsentrasi.12
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan terdapat pengaruh sarapan terhadap skor konsentrasi pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UNSOED.Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menilai pengaruh jangka panjang/ kronik sarapan maupun melewatkannya, komposisi dan jumlah kalori yang tepat bagi kinerja otak yang optimal dalam pembelajaran maupun pekerjaan. Selain itu, perlu dilakukan pula pengendalian waktu dan lama tidur,tingkatIQ untuk mengurangi potensi bias.Bagi masyarakat sarapan adalah hal yang penting dilakukan untuk kebutuhan aktifitas otak terutama konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adolphus K, Lawton CL, Dye, Louise. 2013. The Effects of Breakfast on
Behavior and Academic Performance in Children and Adolescents.Human
Neurosscience;7
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Dogbe EMA, Abaidoo B. 2014. Breakfast Eating Habits Among Medical Students.Ghana Medical Journal; 48(2) 4. Lestari, Tri RP. 2012. Kebijakan
Pendidikan Kedokteran di Indonesia.
Jakarta: Info Kesejahteraan Sosial; Vol. IV, No. 08/II/P3DI/2012. Available at: http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/in fo_singkat/Info%20Singkat-IV-8-II-P3DI-April-2012-27.pdf
5. Kresnanda KB. 2011. Pengaruh Minuman Isotonik Bervitamin Terhadap Daya Konsentrasi Pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Diponegoro Angkatan 2007. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
6. Wardoyo HA, Mahmudiono T. 2013. Hubungan Makan Pagi dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Media
Gizi Indonesia, Universitas Airlangga,
Surabaya; 9(1):49-53
7. Suntari NLPY, Widianah NL. 2012. Hubungan Kalori Sarapan dengan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Sekolah di SD Negeri 3 Canggu Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
8. Gajre NS, Fernandez S, Balakrishna N, Vazir S. 2008. Breakfast Eating Habit and its Influence on Attention-concentration, Immediate Memory and School Achievement. Indian Pediatric
Journal
9. Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
10. Khomsan A. 2006. Solusi Makanan
627
11. Prabowo YSB. 2011. Hubungan antaraKebiasaan Sarapan Pagi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta Tahun Ajaran 2010-2011.Skripsi UPN Veteran, Jakarta 12. Sunarti M, Julia MG, Adiyanti. 2006.
PengaruhPemberian Makanan
Tambahan terhadapKonsentrasi belajar Siswa Sekolah Dasar.Diakses dari http://www.frac.org/pdf/breakfastforlear ning.PDF