• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN NEGERI DAN SWASTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN NEGERI DAN SWASTA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN NEGERI DAN SWASTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Andynata G.

G0006178

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan antara Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Negeri dan Swasta

Andynata Giantoko, NIM: G0006178, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari , Tanggal

Pembimbing Utama

Nama : : I. G. B Indro N, dr., Sp. KJ

NIP : 197310032005011001 ………

Pembimbing Pendamping

Nama : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD

NIP : 195510271994121001 ...

Penguji Utama

Nama : Yusvick M. Hadin., Sp. KJ

NIP : 1949042219760910001 ...

Anggota Penguji

Nama : Made Setiamika, dr., Sp.THT-KL

NIP : 140150259 ...

Surakarta, ………. 2010

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Vicky E., dr.,Sp.THT-KL, M.Sc Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 10 November 2010

Andynata G.

(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Andynata Giantoko, G0006178, 2010. Perbedaan Kecemasan antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Negeri dan Swasta.

Laju peningkatan lulusan Perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan kesempatan kerja atau keengganan bekerja menyebabkan meningkatnya pengangguran sarjana. Masalah pengangguran sarjana tersebut tidak terlepas dari menjamurnya jumlah Perguruan Tinggi Swasta. Dari 69 pendidikan tinggi kedokteran, baru 53 yang terakreditasi. Untuk pendidikan kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri, sekitar 63 persen berakreditasi A, sedangkan di Perguruan Tinggi Swasta umumnya berakreditasi B dan C. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan tingkat kecemasan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional menggunakan stratified random sampling. Sampel penelitian adalah 32

orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan 32 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala L-MMPI dan TMAS. Analisis data menggunakan uji

Chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta lebih cemas daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri (OR=4,2, X2=7,57; p=0,006).

Peneliti menyimpulkan terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta di mana mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta lebih cemas daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v ABSTRACT

Andynata Giantoko, G0006178, 2010. The Differences of Anxiety between Students of Public and Private Medical University.

The rate of increase in college graduates is not balanced with job opportunities or unwillingness to work, which leads to an increase in unemployment scholar rate. The unemployment rate of graduates is closely related to an increasing number of Private Universities. From 69 medical colleges, only 53 are accredited. For medical education at Public Universities, about 63 percent is accredited with an A, whereas in Private Universities are generally accredited with B and C. This study aims to examine the differences of anxiety between students of Public Medical University and students of Private Medical University.

This study is an analytical descriptive research by using cross sectional approach, while the sampling technique uses stratified random sampling. The research sample was 32 students of Public Medical University and 32 students of Private Medical University. The instruments used in the research were L-MMPI scale and TMAS. In addition, Chi-Square was used for the data analysis.

The result of data analysis shows that students of Private Medical University are more anxious than students of Public Medical University (OR=4.2; X2=7.57; p=0,006).

In conclusion, there is a difference of anxiety between students of Public Medical University and students of Private Medical University. Students of Private Medical University are more anxious than student of Public Medical University.

(6)

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Kecemasan antara Mahasiswa Fakultas Kedokteran Negeri dan Swasta”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Seluruh Staf Bagian Skripsi atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan.

3. I. G. B Indro N, dr., Sp. KJ, selaku Pembimbing Utama, atas segala bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini.

4. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD, selaku Pembimbing Pendamping, atas segala bimbingan, arahan, dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Yusvick M. Hadin., dr., Sp. KJ, selaku Penguji Utama, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran sehingga penyusunan skripsi ini semakin sempurna.

6. Made Setiamika, dr., Sp.THT-KL, selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Papa, mama, serta adik-adik yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi pada penulis.

8. Panda yang selalu mendengarkan semua keluh kesah penulis dan selalu memberikan semangat untuk terus maju kepada penulis.

9. Teman-teman sesama veteran Aci, Banu, Datus, Febrian, Freddy, Ica, Kiky, Okky, Ramon, Savero, Tejo dan semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, 10 November 2010

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... .xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 11

C. Hipotesis ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

A. Jenis Penelitian ... 12

B. Subjek Penelitian ... 12

C. Lokasi Penelitian ... 12

D. Teknik Sampling ... 12

E. Variabel Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 12

G. Alat dan Bahan Penelitian ... 13

H. Rancangan Penelitian ... 14

(8)

commit to user

viii

BAB V PEMBAHASAN ... 16

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 18

A. Simpulan ... 18

B. Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

[image:9.595.155.512.245.503.2]

halaman

Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Chi-square tentang Perbedaan ... 15

Kecemasan antara Mahasiswa Fakutas Kedokteran

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

[image:10.595.116.511.240.502.2]

halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 11

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Isian Data Pribadi ... 22

Lampiran 2. Kuesioner Skala L-MMPI ... 23

Lampiran 3. Kuesioner TMAS ... 25

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ... 28

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 29

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ... 30

Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS 17.0 ... 32

(12)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai suatu negara yang baru berkembang harus berusaha keras

untuk memperbaiki kekurangannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan tenaga professional. Perguruan tinggi ditantang untuk mampu

meningkatkan mutu lulusannya agar dapat menjamin secara maksimal kebutuhan

tenaga kerja di berbagai sektor. Maka, perlu relevansi program yang

diselenggarakannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Laju peningkatan

lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang tidak diimbangi dengan kesempatan kerja

atau keengganan bekerja menyebabkan meningkatnya pengangguran sarjana.

Masalah pengangguran sarjana tersebut tidak terlepas dari menjamurnya jumlah

Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan

Komisi VI DPR tanggal 6 Februari 2002 di Jakarta, Dirjen Pendidikan Tinggi

(DIKTI) Depdiknas, Satryo Soemantri Brodjonegoro, menilai, sekitar 70%

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia tidak memenuhi persyaratan sebuah

perguruan tinggi (Kartiwa, 2003).

Perguruan Tinggi Swasta yang tidak memenuhi syarat harus dilakukan

pembinaan, sedangkan yang sudah memenuhi syarat diperkuat menjadi lebih

kuat dan diunggulkan. Sedangkan terhadap yang masih lemah dicoba untuk

diperkuat, apabila tidak mungkin terpaksa akan dieliminasi atau ditutup. Kriteria

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tinggi antara lain adalah unsur dosen, sarana, kelengkapan-kelengkapan, budaya

akademik dan jumlah penelitian. Di Perguruan Tinggi Negeri, dosen yang

berkualifikasi magister (S2) dan/atau doktor (S3) sudah mencapai 68%.

Sementara di Perguruan Tinggi Swasta baru mencapai 47%. Dari pendapat

Dirjen Dikti tersebut terlihat masih lemahnya kualitas PT, khususnya PTS yang

ada di Indonesia. Sehingga diperlukan pengawasan mutunya agar tidak

merugikan lulusannya karena tidak dapat diserap oleh pasar kerja (Kartiwa,

2003).

Menurut Rafik ada banyak alasan mengapa masyarakat menjatuhkan

pilihannya ke PTN. Dari fasilitas kampus dan fasilitas fisik saja, PTN lebih

representatif. PTN lebih mapan dan punya nama. Memang banyak orang

memilih PTN karena pertimbangan biaya lebih murah. Biaya kuliah di PTS lebih

mahal, karena tidak ada subsidi pemerintah ke PTS. Subsidi tersebut hanya

diberikan ke mahasiswa PTN (Setioko, 2010).

Dari 69 pendidikan tinggi kedokteran, baru 53 yang terakreditasi. Untuk

pendidikan kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri, sekitar 63 persen

berakreditasi A, sedangkan di Perguruan Tinggi Swasta umumnya berakreditasi

B dan C (Jalal, 2009).

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia, perasaan itu

ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar,

(14)

commit to user

Dari uraian di atas, peneliti ingin mengadakan studi banding tentang

perbedaan kecemasan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kuliah di

Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan kecemasan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi

Swasta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan antara

mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa

Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Untuk wawasan dan pengembangan ilmu penyakit jiwa khususnya serta

tentang perbedaan kecemasan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Swasta.

2. Manfaat praktis

Untuk masukan bagi pengelola Perguruan Tinggi Swasta dalam

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a.`Pengertian

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia.

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan

adanya ancaman dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup. Kecemasan

adalah penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari

pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum pernah dicoba (Kaplan dan

Saddock, 2005).

Kecemasan adalah reaksi yang normal terhadap stres dan ancaman

bahaya. Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya

bahaya, baik yang nyata maupun yang belum tentu ada. Kecemasan dan

ketakutan sering digunakan dengan arti yang sama; tetapi, ketakutan

biasanya merujuk akan adanya ancaman yang spesifik; sedang kecemasan

merujuk akan adanya ancaman yang hanya berdasarkan hasil asumsi yang

belum tentu benar. Perasaan tidak berdaya dan tidak adekuat dapat terjadi,

disertai rasa terasing dan tidak aman. Intensitas perasaan ini dapat ringan

atau cukup berat sampai menyebabkan kepanikan, dan intensitasnya dapat

meningkat atau menghilang tergantung pada kemampuan doping individu

(16)

commit to user

Kecemasan adalah salah satu dari empat kelompok besar perasaan

emosional, di samping sedih, gembira, dan marah. Kecemasan bisa normal

dan bisa patologis. Kecemasan normal apabila mendapatkan ketegangan

hidup kemudian dapat segera menyesuaikan diri dalam waktu yang lebih

singkat, apabila terus menerus terjadi Kecemasan di mana fungsi

homeostatis gagal mengadaptasi maka menjadi Kecemasan patologis

(Maramis, 2005).

Kecemasan dalam bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari bahasa

latin “yang berarti kaku dan “ango, anci” yang berarti mencekik

(Trismiati, angustus” 2004). Menurut Freud (dalam Pratiwi, 2010)

mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan

individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat

disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai

mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal

kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang

tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.

b. Etiologi Kecemasan

Kartini (2000) menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari

rangsangan-rangsangan sebagai berikut :

a. Ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh kegagalan yang

bertubi-tubi.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

c. Kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang.

d. Dorongan seksual yang terhambat.

Etiologi kecemasan terdiri dari:

a. Faktor biologi

Diduga noradrenergik, Gamma Amino Butiric Acid (GABA) dan

sistem neural serotonergik di lobus frontal dan sistem limbik

berpengaruh secara patofisiologis dalam gangguan ini. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa pada pasien kecemasan mempunyai

respon simpatis yang lebih tinggi dibandingkan dengan respon adaptasi

lambat. Pada elektroensefalogram (EEG) saat tidur terdapat peningkatan

fase tidur yang tidak teratur, penurunan stadium I tidur, dan penurunan

kecepatan gerakan mata. Perubahan tidur ini berbeda dengan perubahan

yang tampak pada depresi. Beberapa peneliti menduga bahwa sebagian

pasien dengan kecemasan umum mungkin memiliki kesamaan biologis

dengan pasien gangguan panik. Secara genetik, beberapa aspek

gangguan dapat diturunkan. Wanita lebih sering dibandingkan dengan

pria. Pria kebanyakan tampak seperti gangguan alkohol. Angka kejadian

pada orang kembar adalah 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada

kembar dizigotik (Kaplan dan Saddok 2005).

b. Faktor psikososial

Dua bidang pikiran utama yaitu bidang kognitif perilaku dan bidang

psikoanalitik. Bidang kognitif perilaku menghipotesiskan bahwa pasien

(18)

commit to user

dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi. Ketidakakuratan

tersebut disebabkan oleh perhatian selektif terhadap perincian negatif di

dalam lingkungan, oleh distorsi pemrosesan informasi, dan oleh

pandangan yang terlalu negatif tentang kemampuan seseorang untuk

mengatasinya. Bidang psikoanalitik menghipotesiskan bahwa kecemasan

adalah suatu gejala konflik bawah sadar yang tidak terpecahkan. Teori

psikologi tentang kecemasan tersebut pertama kali diajukan oleh

Sigmund Freud di tahun 1990 dengan penjelasan tentang Little Hans;

sebelumnya, Freud telah memandang kecemasan sebagai memiliki dasar

fisiologi (Kaplan dan Saddok 2005).

Suatu hirarki kecemasan adalah berhubungan dengan berbagai

tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan

mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancuran atau fusi

dengan orang lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur,

kecemasan adalah berhubungan dengan perpisahan dari objek yang

dicintai. Pada tingkat yang masih lebih matur, kecemasan adalah

berhubungan dengan hilangnya cinta dari objek yang penting.

Kecemasan kastrasi adalah berhubungan dengan fase oedipal dari

perkembangan dan dianggap merupakan satu tingkat tertinggi dari

kecemasan. Kecemasan superego, ketakutan mengecewakan gagasan dan

nilai sendiri (didapatkan dari orang tua yang diinternalisasikan), adalah

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

c. Patofisiologi

Kecemasan berhubungan dengan sirkuit otak dan sistem neurotransmitter

tertentu. Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak perhatian yang

difokuskan pada peran system corticotrophin releasing factor (CRF) yang

sangat penting untuk ekspresi kecemasan. Ini disebabkan karena CRF

mengaktifkan aksis-HPA, yang merupakan bagian sistem CRF ini memiliki

efek yang luas pada wilayah-wilayah otak yang terimplikasi dalam

kecemasan, termasuk otak-emosional (sistem limbik), terutama hipokampus

dan amigdala, lokus sereleus dalam batang otak, korteks prefrontal, dan

sistem neurotransmitter dopaminergik. Sistem CRF juga berhubungan

langsung dengan sistem GABA-benzodiazepin dan serotonergik serta

sistem-sistem neurotransmitter noradrenergik (Barlow dan Durand, 2007).

Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah

sistem limbik yang bertindak sebagai mediator antara batang otak dan

korteks. Batang otak yang lebih primitif, memonitor dan merasakan

perubahan dalam fungsi-fungsi jasmaniah kemudian menyalurkan

sinyal-sinyal bahasa potential ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi melalui

sistem limbik (Barlow dan Durand, 2007).

d.Gejala Kecemasan

Gejala Klinis

Keluhan dan gejala umum dapat dibagi menjadi gejala somatik dan

(20)

commit to user Gejala somatik berupa :

a. Keringat berlebih.

b.Ketegangan pada otot skelet : sakit kepala, kontraksi bagian belakang leher

atau dada, suara bergemetar, nyeri punggung.

c. Sindroma hiperventilasi : sesak nafas, pusing, paraestesi.

d.Gangguan fungsi gastrointestinal : nyeri abdomen, tidak nafsu makan,

mual, diare, konstipasi.

e. Iritabilitas kardiovaskular : hipertensi, takikardi.

f. Disfungsi genitourinaria : sering buang air kecil, sakit saat berkemih,

impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu seksual.

Gejala psikologis berupa :

a. Gangguan mood : sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.

b.Kesulitan tidur : insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-ulang.

c. Kelelahan, mudah capek.

d.Kehilangan motivasi dan minat.

e. Perasaan-perasaan yang tidak nyata.

f. Sangat sensitif terhadap suara : merasa tak tahan tehadap suara-suara yang

sebelumnya biasa-biasa saja.

g.Berpikiran kosong, tidak mudah berkonsentrasi, mudah lupa.

h.Kikuk, canggung, koordinasi yang buruk.

i. Tidak bisa membuat keputusan : tidak bisa menentukan pilihanku, bahkan

untuk hal-hal kecil.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

k.Kehilangan kepercayaan diri.

l. Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-ulang.

m.Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

n.Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang sudah dilakukan.

(Conley, 2006)

e. Mengukur Tingkat Kecemasan

Instrumen sebagai alat bantu diagnosis kecemasan yang digunakan untuk

penelitian ini adalah the Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS). Skala ini

disusun oleh Taylor untuk menyeleksi subjek penelitian dengan tingkat

kecemasan tinggi dan rendah, guna mempelajari berbagai situasi

eksperimental (Wicaksono, 1992).

TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir pertanyaan yang

kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang muncul. Banyak dari butir-

butir ini yang menunjukkan gejala kecemasan yang mencolok seperti

berkeringat, muka kemerahan, keguncangan, gemetaran, dan lain-lain.

Sebagian mengandung keluhan-keluhan somatik seperti mual, pusing, diare,

gangguan lambung, dan lain-lain. Butir-butir lainnya menunjukkan

konsentrasi, perasaan eksitasi atau tidak bisa istirahat, menurunnya

kepercayaan diri, sensitivitas ekstra terhadap orang lain, perasaan akan

bahaya dan tidak berguna (Wicaksono, 1992).

Manifest Anxiety Scale dari Taylor (T-MAS) yang telah divalidasi

(22)

commit to user

skor 22/23, sensitivitas T-MAS cukup tinggi yaitu 90%, spesivisitasnya

95%,nilai ramal positif 94,7%, nilai ramal negatif 90,4% dan efektifitas

diagnosis 92,5%. Reliabilitas instrumen dengan KR 20 reliabilitasnya r :

0,86. Butir-butir pernyataan yang sesuai untuk kecemasan/favourable yaitu

nomor 2,5,6,7.8,10,11,13,14,16,17,19,21,22,23,24,26,27,28,30,31,32,33,34,

36,37,39,40,41,42,45,46,47,48,49 (35 butir). Sedangkan butir-butir

pernyataan yang tidak sesuai untuk kecemasan/unfavourable yaitu nomor

1,3,4,9,12,15,18,20,25,29,35,38,43,44,50 (15 Butir). Sangat praktis dan

pasien dapat mengerjakan sendiri dalam waktu relatif singkat (Sudiyanto,

2003).

2. Mahasiswa

Definisi mahasiswa adalah sekelompok pemuda yang sedang belajar di

perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Mahasiswa adalah

sebutan bagi orang-orang yang melanjutkan studinya di perguruan tinggi.

Mahasiswa selalu mempunyai kedudukan yang lebih di mata masyarakat.

Karena mereka menganggap bahwa mahasiswa adalah jaminan di dunia kerja

(Nugroho, 2008).

Mahasiswa didefinisikan sebagai pelajar yang menempuh pendidikan

perguruan tinggi dan memiliki kesadaran. Kesadaran di sini sangatlah

penting. Kesadaran di sini ditempatkan sebagai bagaimana mahasiswa tadi

memperlakukan obyek yang telah dipahami selama menempuh pendidikan,

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tepatlah pendapat yang mengatakan bahwa mahasiswa dalam menyikapi

segala sesuatu tidak dan bukan atas dasar solidaritas sesama mahasiswa,

penghormatan pada senior yang kharismatis-feodalistik, dan keterpanggilan

emosional tapi minim bingkai rasionalitas (Fathoni, 2008).

3. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah lembaga ilmiah yang menyelenggarakan

program pendidikan akademik atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu

pengetahuan. Perguruan tinggi yang mempunyai program studi yang paling

beragam, dari bidang eksakta sampai sosial, dari teknologi sampai bahasa.

Bidang kemampuan tersebut dikelompokkan dalam fakultas-fakultas. Pada

beberapa perguruan tinggi, terdapat fakultas-fakultas yang lebih menjurus

(Yudha, 2009).

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di

jalur pendidikan sekolah (Nawawi, 1994) yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademis dan atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian (Hardjana, 1994).

Di Indonesia dikenal dua penyelenggara perguruan tinggi yaitu

pemerintah dan masyarakat. Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh

(24)

commit to user

pemerintah. Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat disebut

Perguruan Tinggi Swasta, dan sumber dananya sebagian besar berasal dari

mahasiswa (Barthos, 1992).

B. Kerangka Berpikir

[image:24.595.108.500.231.682.2]

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan

Tinggi Negeri

Faktor-faktor 1. Faktor internal Mahasiswa 2. Faktor eksternal

a. Mutu b.Biaya c. Fasilitas

Faktor-faktor: 1. Faktor internal Mahasiswa 2. Faktor eksternal

a. Mutu b.Biaya c. Fasilitas

Stres lebih Stres kurang

Lebih cemas Kurang cemas

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan

Tinggi Swasta

Ketidakharmonisan keluarga, kematian sanak saudara, sahabat

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan

(26)

commit to user

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

studi cross sectional (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

dan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Responden yang digunakan sebanyak 64 orang meliputi 32 orang

mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan 32 orang

mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta. Masing-masing

berasal dari semester 1,3,5,7 yang diambil 8 orang dari tiap semester.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini penetapan sampel dilakukan secara stratified

random sampling yaitu merupakan teknik pencuplikan dengan membagi

populasi sasaran dalam strata menurut karakteristik tertentu yang dianggap

penting oleh peneliti (Murti, 2010).

E. Variabel Penelitian

1.Variable bebas : Mahasiswa FK UNS dan FK UMS.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Variabel luar :

a. Ketidakharmonisan keluarga

b.Kematian sanak saudara, kerabat, sahabat

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS dan mahasiswa Fakultas

Kedokteran UMS.

2. Variabel Terikat

Kecemasan diukur dengan TMAS. Skor ≤ 21 kecemasan rendah,

sedangkan skor ≥ 22 kecemasan tinggi.

3. Variabel Luar

a. Ketidakharmonisan keluarga.

b.Kematian sanak saudara, kerabat, sahabat

G. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

1. Kuesioner L-MMPI.

Merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia

sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan McKinley

(psikiater) dari Universitas Minnesota, Minneapolis, USA sejak tahun

(28)

commit to user

Dalam penelitian ini hanya digunakan skala L dalam keseluruhan tes

L-MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek

termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya

terlihat baik (Graham, 2005).

Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil

yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek

penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak” atau

“tidak menjawab” dengan nilai batas skala 10, artinya bila subjek penelitian

mempunyai nilai ≥ 10, maka jawaban subjek penelitian itu dinyatakan

invalid.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-square

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

[image:29.595.124.515.148.548.2]

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian

Kuesioner Pribadi Nama, Nim, Ketidakharmonisan keluarga, Kematian

L-MMPI L-MMPI

Yang memenuhi syarat Yang memenuhi syarat

T-MAS T-MAS

Hasil Hasil

Uji Chi-square

Kuesioner Pribadi Nama, Nim, Ketidakharmonisan keluarga, Kematian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta

(30)

commit to user

19 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas

Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta. Kemudian didapatkan 64 sampel yang

memenuhi syarat, terdiri dari 8 orang dari tiap semesternya, yaitu semester 1,3,5,7

sehingga didapatkan masing-masing 32 sampel dari Fakultas Kedokteran

[image:30.595.111.510.226.650.2]

Perguruan Tinggi Negeri dan Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta.

Tabel 4.1. Tabel Hasil Uji Chi-square Tentang Perbedaan Kecemasan Antara

Mahasiswa Fakutas Kedokteran Negeri dan Swasta.

Mahasiswa T-MAS OR X2 p

Fakultas Kecemasan

Kedokteran Tinggi Rendah Total

Swasta 21 (65,6%) 11 (34,4%) 32 (100%) 4,2 7,57 0,006

Negeri 10 (31,3%) 22 (68,7%) 32 (100%)

Data kemudian dianalisis dengan uji statistik Chi-square dengan

menggunakan program SPSS 17.0 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

ini berarti terdapat perbedaan kecemasan yang secara statistik signifikan antara

mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa

Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta.

Tabel 4.1 menunjukkan mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kuliah di

Perguruan Tinggi Swasta memiliki risiko untuk mengalami kecemasan 4X lebih

besar daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kuliah di Perguruan Tinggi

Negeri. Terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan mahasiswa

Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas

[image:31.595.109.511.254.504.2]
(32)

commit to user

21 BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian diperoleh hasil yang sesuai dengan hipotesis yang menyatakan

bahwa ada perbedaan kecemasan antara mahasiswa Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi

Swasta. Dimana mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta

memiliki rata-rata skor TMAS yang lebih tinggi, dengan kata lain lebih cemas

daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Mahalnya biaya kuliah di PTS

Karena PTS merupakan badan pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak

swasta dimana dana operasionalnya dibiayai sendiri oleh pihak penyelenggara

dengan tambahan subsidi dari pemerintah. Untuk kelangsungan kegiatan

kampusnya serta untuk meningkatkan sarana prasarananya seperti untuk

membayar pegawai, tenaga pengajar serta pengembangan kampusnya, badan ini

bergantung kepada banyak tidaknya mahasiswa yang dapat dijaring tiap tahunnya.

Sebagai akibat biaya serta dana yang di tanggung sendiri, maka biaya pendidikan

biasanya lebih tinggi dari PTN (Wijaya, 2009).

2. Fasilitas yang kurang memadai

Perguruan Tinggi Swasta pada umumnya tidak memiliki fasilitas serta

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Mutu

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, Suharyadi sendiri

mengakui, kualitas dosen PTS di Indonesia belum seperti yang diharapkan.

Kualitas dosen PTS memang jauh di bawah standar, karena sekitar 60 persen

belum berpendidikan S-2. Kualifikasi dosen PTS yang 60 persen baru S1 tersebut,

tentu saja menjadi hambatan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,

khususnya mutu dosen di PTS, selalu terhambat (Harsono dan Masaharu, 2008).

4. Mahasiswa

Sebagian besar PTS hanya mampu mendapat sisa-sisa calon mahasiswa yang

tidak lulus SPMB. Walaupun sudah banyak cara yang telah dilakukan oleh

beberapa PTS mulai dari promosi di koran, televisi, radio, brosur, bahkan spanduk

yang membentang di sudut-sudut kota, namun jarang terjadi para lulusan

SMA/SMK yang menyerbu PTS itu sebelum pelaksanaan SPMB (Ramadhan,

2009).

KETERBATASAN PENELITIAN

Banyaknya faktor perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, seperti

penyakit menahun, kecelakaan, pola pengasuhan orang tua, cacat tubuh,

kematangan pribadi. Oleh karena keterbatasan waktu, dana dan kemampuan

(34)

commit to user

23 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan yang secara

statistik signifikan dalam hal kecemasan antara mahasiswa Fakultas

Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri dan mahasiswa Fakultas Kedokteran

Perguruan Tinggi Swasta. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi

Swasta lebih cemas daripada mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan

Tinggi Negeri (OR = 4,2 ; X2 = 7,57 ; p = 0,006).

B. SARAN

Dengan mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

mahasiswa Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta cenderung untuk

mengalami kecemasan lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa Fakultas

Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri, untuk itu penulis menyarankan :

1. Perguruan Tinggi Swasta diharapkan menentukan kebijakan yang lebih

baik mengenai biaya perkuliahan sehingga tidak memberatkan

mahasiswa.

2. Perguruan Tinggi Swasta diharapkan meningkatkan kelengkapan fasilitas

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3. Perguruan Tinggi Swasta diharapkan terus meningkatkan mutunya,

sehingga dapat menarik minat mahasiswa untuk kuliah di Perguruan

Tinggi Swasta.

4. Perlu pendekatan-pendekatan khusus kepada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta, misalnya dengan mengadakan

Gambar

Tabel 4.1  Tabel Hasil Uji Chi-square  tentang Perbedaan ...........         15
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. commit to user Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan derajat insomnia pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas

Karya tulis ilmiah dengan judul “Perbedaan Rasio D2:D4 antara laki-laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU” mengkaji apakah ada perbedaan yang signifikan

Perbedaan Dimensi Tangan (Panjang, Lebar, dan Rasio Tangan) antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang bermakna antara kapasitas memori kerja dengan nilai anatomi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai hubungan konsumsi kopi dengan kejadian kecemasan pada mahasiswa preklinik angkatan 2020 Fakultas Kedokteran

Karya tulis ilmiah dengan judul “Perbedaan Rasio D2:D4 antara laki-laki dan Perempuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU” mengkaji apakah ada perbedaan yang signifikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan dan depresi yang bermakna antara mahasiswa dengan

Tidak terdapat perbedaan kemampuan active learning dan critical thinking pada tingkatan akademik mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di Fakultas Kedokteran